Anda di halaman 1dari 3

Nama : Zulfikar Awaludin Pantu

Nim : 22111038
Prodi : Al-Ahwal Al-Syakhsiyah
Mata Kuliah : Ushul Fiqih

A. Pengertian Ushul Fiqh Secara Bahasa & Istilah


1. Ushul Fiqh Secara Bahasa
Pengertian Ushul Fiqh dapat dilihat sebagai rangkaian dari dua kata, yaitu kata Ushul dan
Fiqh. Rangkaian kata Ushul dan kata Fiqh tersebut dinamakan dengan tarkib idlafah,
sehingga dari rangkaian dua buah kata itu memberi pengertian ushul bagi fiqh
Berdasarkan pengertian Ushul menurut bahasa tersebut, maka Ushul Fiqh berarti sesuatu
yang dijadikan dasar bagi fiqh. 1
2. Ushul Fiqh Secara istilah
Fiqhi secara istilah adalah ilmu tentang hukumhukum syara‟ mengenai perbuatan dari
dalil-dalilnya yang terperinci.2

B. Perbedaan Syariah, Fiqh dalam Hukum Islam


Syariat merupakan landasan bagi fiqh, dan fiqh merupakan pemahaman orang yang
memenuhi syarat tentang syari’at. Oleh karena itu seseorang yang akan memahami hukum
Islam dengan baik dan benar harus dapat membedakan antara syari’at Islam dan fiqh Islam.
Menurutkan akar katanya ‫ شر‬yang berarti jalan menuju sumber air. Menurut istilah: Hukum
yang diatur oleh Allah SWT, untuk hambanya melalui lisan para Rasul. Para Rasul
menyampaikan kepada umatnya untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Perbedaan
paling spesifik bisa dilihat dari definisi masing-masing istilah tersebut, syariah adalah berarti
jalan, terutama jalan menuju sumber air, dipergunakan di kalangan umat Islam dengan arti
seluruh pandanan Allah (khitabllah) yang terkait dengan perbuatan manusia. Sedangkan fiqh
Menurut etimologi (lughah) adalah berarti paham, yaitu memahami segala sesuatu, seperti
saya paham (mengerti) bahwa langit di atas kita, dan bumi di bawah kita, atau memahami satu
setengah dari dua dan sebagainya.3

C. Sumber Hukum Islam


1. Sumber Hukumn Islam yang disepakati
a. Al-Qur’an
Al-Qur'an adalah (Kalamullah) yang diturunkan kepada Rasulullah tertulis dalam
mushhaf, ditukil dari Rasulullah secara mutawatir dengan tidak diragukan. Adapun
hukum-hukum yang terkandung dalam Al-Qur'an, meliput:Hukum-hukum
I'tiqadiyyah, Hukum-hukum Khuluqiyyah, Hukum-hukum Amaliyah.4
2. Sunnah secara kamus berarti 'cara yang dibiasakan' atau cara yang terpuji. Sunnah lebih
umum disebut hadits yang mempunyai beberapa arti: dekat, baru, berita. seperti dalam
firman Allah Secara kamus menurut ulama ushul fiqh adalah semua yang bersumber dari
Nabi saw, selain Al-Qur'an baik berupa perkataan, perbuatan atau persetujuan. 5

1
Abdul Karim Zaidan, al-Wajiz fi Ushul al-fiqh, Cet. IV (Bairut : Mu`assasah ar-Risalah, 1994), h. 78.
2
Abdul Wahhab Khallaf, Mashadir at-Tasyri’ fi ma la nashha Fih ( Kuwait : Dar al-Qalam, 1972) h.11.
3
A. Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, 1972, hlm. 11
4
Zainudin Ali, Ilmu Ushul Fikih, (Jakarta: Sinar Grafika, 2003) 106.
5
Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushul Fikih,(Jakarta: Pustaka Amani, 2010), 137.
D. Kaidah kebahasaan, Amm dan Khass: Amr dan Nahi dan Kaidah Lima (Al-Qawaid
Khams)
1. Amm dan Khass
Amm menurut bahasa ialah cakupan sesuatu baik lafaz atau selainnya. Sedangkan
menurut istilah ialah lafaz yang menunjukkan pada jumlah yang banyak dan satuan yang
termasuk dalam pengertiannya dalam satu makna yang berlaku. Dan Khass adaalah Khas
menurut bahasa ialah lawan daripada ‘âm. Sedangkan menurut istilah ialah suatu lafaz
yang menunjukkan arti tunggal yang menggunakan bentuk mufrad, baik pengertian itu
menunjuk pada jenis atau menunjuk macam atau juga menunjuk arti perorangan ataupun
isim jumlah Singkatnya bahwa setiap lafaz yang menunjukkan arti tunggal itulah lafaz
khass6
2. Amr dan Nahi
Amr secara bahasa terambil dari masdar yang artinya perintah Sedangkan menurut istilah
ada beberapa pendapat. Menurut Ibn Subki amr adalah tuntutan untuk berbuat, bukan
meninggalkan yang tidak memakai latar (tinggalkanlah) atau yang sejenisnya. 7
Sedangkan Nahy secara bahasa kebalikan dari amr, nahy bentuk masdar dari yang artinya
mencegah atau melarang, Sedangkan menurut istilah nahy adalah ungkapan yang
meminta agar suatu perbuatan dijauhi yang dikeluarkan oleh orang yang kedudukanya
lebih tinggi kepada orang yang kedudukanya lebih rendah. 8
3. Al- Qawaid Khams
a. Perkara tergantung pada tujuanya
Kaidah ini menegaskan bahwa setiap amalan yang dilakukan seseorang akan sangat
tergantung dari niatnya. Keyakinan Tidak Bisa Dihilangkan dengan Keraguan
b. Kesempitan dapat mendatangkan Kemudahan
Maksudnya, apabila terdapat kesulitan dalam suatu hal, maka akan ada kemudahan
atas sesuatu yang sebelumnya baku.
c. Kemudharatan sebaiknya dihilangkan
Kaidah ketiga ini hadir dari observasi ulama terhadap hadits Rasulullah
d. Adat atau kebiasaan bisa menjadi landasan hukumIslam sangat menghargai budaya
atau adat yang dianggap baik. Termasuk di dalam kaidah fiqh ini adalah penetapan
masa haid, besaran nafkah, kualitas bahan makanan untuk kafarat, dan akad jual beli.

E. Arti Ijtihad dan cara penyelesaian Taarudh Ak Adillah


1. Pengertian Itjihad
Menurut bahasa, ijtihad berarti "pengerahan segala kemampuan untuk mengerjakan
sesuatu yang sulit." Atas dasar ini maka tidak tepat apabila kata "ijtihad" dipergunakan
untuk melakukan sesuatu yang mudah/ringan. Pengertian ijtihad menurut istilah hukum
Islam ialah mencurahkan tenaga (memeras pikiran) untuk menemukan hukum agama
(syara’) melalui salah satu dalil syara’, dan tanpa cara-cara tertentu. Usaha tersebut
merupakan pemikiran dengan kemampuan sendiri semata-mata. 9
2. Cara penyelesaian Taarudh Ak Adillah

6
Muhammad Amin Sahib, LAFAZ Ditinjau Dari Segi Cakupannya (‘Âm - Khâs - Muthlaq -
Muqayyad), Jurnal Hukum Diktum, Volume 14, Nomor 2, Desember 2016: 138 - 147
7
Ahmad. W. Munawwir, Al-Munawir, (Jakarta: Pustaka Praja, 1997), hal 38
8
Munawwir, Ahmad. W. (1997), Al-Munawir, Jakarta: Pustaka Praja. Hal 734
9
A. Hanafi, Pengantar dan sejarah Hukum Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1995), h. 162.
Apabila pertentangan terjadi antara dua nash, para ulama Hanafiyah berpendapat
bahwa metode-metode yang digunakan dalam menyelesaikannya secara sistematis
adalah sebagai berikut:
a. Nasakh, Dari metode ini seorang mujtahid harus melacak sejarah dari kedua nash,
dan ketika sudah diketahui mana yang lebih dahulu datang dan mana yang datang
kemudian, maka nash yang datang kemudian hukumnya menasakh yang terdahulu.
b. Tarjih, adalah menguatkan salah satu dalil dari dua dalil yang bertentangan
berdasarkan beberapa qorinah yang mendukung ketetapan tersebut.
c. Al-Jam wa al-Taufiq, yaitu mengompromikan dalil-dalil yang bertentangan setelah
mengumpulkan keduanya.10

F. Hukum Islam : Hukum, Hakim, Mahkum fihi, Mahkum Alaihi


1. Hukum
Hukum menurut bahasa: al man’u (pencegahan), sedanngkan Seruan Al Syari’ yang
berhubungan dengan segala perbuatan para hamba, menyangkut tuntutan, atau pilihan,
atau kondisi”. Untuk mempermudah pemahaman atas konsep hukum ini, perlu kiranya
untuk sedikit mencermati salah satu firman Allah yang berbunyi “ Aufuu bi al- ‘Uquud”.
Ayat ini merupakan khitab Allah yang berkaitan dengan tuntutan pemenuhan janji. Pada
nash yang lain dijumpai hadits Rasul yang berbunyi “La yaritsu al-Qaatilu”.
2. Hakim
Secara hakikat hakim adalah Allah swt. Semata, tidak ada yang lain. Para utusan Allah
hanya sekedar menyampaikan risalah dan hukum-hukumnya saja. Mereka semua tidak
menciptakan atau menetapkan hukum. Sementara para mujtahid cuma sekedar
menyingkap tabir-tabir hukum. Dalam masalah hakim ini seluruh ulama menyepakati
konsep di atas. Terbukti, mereka juga sepakat memaknai hukum sebagai khitabullah
bukan khitab ar-Rusul atau khitab al-Mujtahidin.
3. Mahkum Fihi & Mahkum Alaihi
Yang dimaksud dengan mahkum fih adalah perbuatan seorang mukallaf yang berkaitan
dengan taklif/pembebanan. Taklif yang berasal dari Allah ditujukan pada manusia dalam
setiap perbuatan-perbuatannya. Tujuan dari taklif ini tidak lain adalah sebagai bentuk uji
coba/ ibtila’ dari Allah kepada para hambanya supaya dapat diketahui mana hamba yang
benar-benar taat dan mana hamba yang maksiat kepadaNya. Sedangkan Mahkum Alaihi
adalah Mahkum alaih adalah seorang mukallaf yang perbuatannya itu berkaitan dengan
hukum dari syari11

10
Dedi Supriyadi, Sejarah Hukum Islam, dari Kawasan Jazirah Arab sampai Indonesia (Bandung:
Pustaka setia, 2007), h 83.
11
Isnu Cut Ali, Hukum, Hakim, Mahkum Fih Dan Mahkum ‘Alaih (Studi Pemahaman Dasar Ilmu
Hukum Islam), Al-Madãris VOL. 2, NO. 1, 2021, hal 76-86

Anda mungkin juga menyukai