Anda di halaman 1dari 6

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian pembelajaran Qur’an Hadits


Kata pembelajaran merupakan perpaduan dari dua kata aktivitas yaitu,
belajara dan mengajar. Aktivitas secara metodologis lebih mengarah atau lebih
dominan kepada siswa, sementara meengajar intruksional ini dilakukan oleh
seorang guru. Jadi pada intinya istilah pembelajaran adalah ringkasan dari proses
belajar dan mengajar.1
Pengertian Al-Qur’an merupakan kalam Allah SWT yang memiliki mukjizat,
yang kemudian diturunkan kepada nabi muhammad Saw dengan perantara
malaikat jibril yang didalamnya berisi pedoman bagi hidup manusia.

Menurut Dr. Subhi Ash-Shalih, Al-Qur’an merupakan Qalam Allah SWT.


Yang merupakan mukjizat yantg diturunkan kepada nabi Muhmamad Saw dan
ditulis di mushaf serta diriwayatkan dengan mutawatir, kemudian membacanya
termaksud ibadah.

Sedangkan kata hadits mmerupakan isim (kata benda) yang secara bahasa
berarti kisah, cerita, pembicaraan, peracakapan atau komunikasi baik verbal
maupun lewat tulisan. Kemudian kata hadits ini lebih populer dilakangan para
ulama muhandditsin Yakni kata ahadits dibandingkan bentuk lainya yaitu
hutsdan atau hitsdan.2 Dan yang dikatakan hadits adalah suatu yang dilakukan
oleh nabi Muhammad Saw baik berupa perkataan, perbuatan, dan ketetapan dari
Rasulullah Saw.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Al-Qur’an Hadits adalah


suatu proses belajar mengajar bagaimana memahami dan menjelaskan makna dari
Al-Qur’an Hadits serta mengeluarkan hukum-hukum yang terdapat di dalamnya

1
Ahmad Susanto, Teori belajar dan pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana, 2013),
hlm.18-19
2
Aris Musthafa, Qur’an Hadis, (Sragen : Akik Pusaka, 2008), hlm. 3

3
4

agar nantinya kita tidak salah dalam melaksanakan apa saja perintah dan larangan
yang ada di dalam Al-Qur’an maupun Hadits tersebut.

B. Tujuan pembelajaran Al-Qur’an Hadits di Madrasah


Tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang spesifik yang di nyatakan
dalam perilaku atau penampilan kemudian diwujudkan melalui tulisan untuk
digambarkan mengenai hasil belajar yang diinginkan.3 Dalam klasifikasi tujuan
pendidikan, tujuan pembelajaran atau yang disebut juga intruksional, merupakan
tujuan yang paling khusus. Tujuan pembelajaran menjadi bagian tujuan kulikuler.
Pembelajaran Al-Qur’an hadits adalah bagian dari upayah untuk
meempersiapkan sejak dini agar siswa/siswi memahami, terampil melaksanakan
dan mengamalkan isi kandungan dari Al-Qur;an mmaupun hadits melalui kegiatan
pendidikan. Kemudiaan tujuan inti dari pembelajaran Al-Quran hadits di
madrasah ibtidaiyah adalah agar murid mampu membaca, menulis, menghafal,
mengartikan, memahami dan yang paling penting adalah mereka mampu
mengimplementasikan ajaran tersebut didalam kehidupan sehari-hari.
Secara subtansial mata pelajaran Al-Qur’an hadits memiliki kontribusi dalam
memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mencintai kitab sucinya,
mempelajari dan mempraktekan ajaran-ajaran dan nilai-nilai yang terkandung
dalam Al-Qur’an maupun Hadits yang merupakan pedoman atau sumber utama
bagi ajaran islam.

C. Ruang Lingkup Pembelajaran Al-Qur’an Hadits di Madrasah


Ruang lingkup Mata Pelajaran Al-Qur’an dan Hadits menurut permenag no.
20 tahun 2008, ruang lingkup mata pelajaran Al-Qur’an Hadits di madrasah
meliputi :

3
B.Uno, Hamzah, Perencanaan Pembelajaran, Cet. V, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 35.
5

1. Pengetahuan dasar membaca dan menulis Al-Qur’an Hadits yang benar


sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.
2. Hafalan surah-surah pendek dalam Al-Qur’an dan pemahaman sederhana
tentang arti dan makna kandungaannya, serta pengamalannya melalui
keteladanan dan pembiasaan kehidupan sehari-hari
3. Pemahaman dan pengamalan melalui keteladanan dan pembiasaan dan
pembiasaan mengenai hadits-hadits yang berkaitan dengan keutamaan
membaca Al-Qur’an, kebersihan, niat, menghormati orang tua,
persaudaraan, taqwa menyangi anak yatim, shalat berjamaah, ciri-ciri
orang munafik dan amal shaleh.4

D. Hakekat Materi Pembelajaran Qur’an Hadits


Kata kunci yang paling sering muncul untuk belajar ialah perubahan,
tingkah laku dan pengalaman. Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa belajar
adalah perubahan tingkah laku yang dialami oleh individu dalam berinteraksi
dengan lingkungannya.5
Belajar merupakan suatu aktivitas yang dapat dilakukan secara psikologis
maupun fisiologis. Aktivitas yang bersifat psikologis yaitu aktivitas yang
merupakan proses mental, misalnya aktivitas berpikir, memahami, menyimpulkan,
menyimak dan menelaah, membandingkan, membedakan, mengungkan dan
menganalisis. Adapun aktivitas yang bersifat Fisiologis yaitu aktivitas yang
merupakan proses penerapan atau praktik. Dengan demikian, Pembelajaran Al-
Qur’an Hadits merupakan kegiatan yang dipilih pengajar dalam proses
pembelajaran, supaya proses pembelajaran Al-Qur’an Hadits berlangsung dengan
baik perlu diatur metodenya. Penggunaan metode sangat mempengaruhi proses
pembelajaran Al-Qur’an Hadits.

Oleh karena itu seorang guru hendaklah menggunakan metode yang baik
dan sesuai dengan tujuan pembelajaran Al-Qur’an Hadits. Penggunaan metode
4
Tim Bina Karya, Bina Belajar Al-Qur’an Hadits untuk Madrasah Ibtidaiyah Kelas IV, (Jakarta:
Erlangga, 2009), hlm. 15.
5
Anisah Basleman dan Syamsu Mappa, Teori belajar (Bandung, Remaja Rosda karya, 2011) Hal.
12.
6

yang sesuai akan mendukung tercapainya tujuan sebagaimana yang diharapkan,


akan tetapi penggunaan metode yang tidak sesuai dengan bahan pelajaran dapat
menyebabkan kesulitan bagi siswa dalam mencerna pelajaran yang telah
disampaikan oleh guru sehingga tujuan yang ingin dicapai tidak sempurna
sebagaimana yang di inginkan.

Perintah belajar untuk memperoleh pengetahuan ilmiah dinyatakan Allah


sejak wahyu pertama, ayat pertama dan pada kata pertama yang bersifat imperatif
yaitu kata iqra’ , secara lengkap ayat tersebut ialah :

َ
‫لق‬ََ
‫) خ‬١( َ
‫لق‬ََ
‫ِي خ‬ َّ َ‫ِك‬
‫الذ‬ َِّ
‫ب‬ ‫ْ ب‬
‫ِاسْم‬
‫ِ ر‬ ‫َأ‬‫ْر‬
‫اق‬

‫َم‬
ُ ‫ْر‬
‫بكَ األك‬
َُّ
‫َر‬‫ْ و‬
‫َأ‬‫ْر‬
‫) اق‬٢( ٍ
‫لق‬ََ
‫ْ ع‬
‫ِن‬‫ن م‬ ْ
َ‫اإلنسَا‬

َ
‫لم‬ََّ
‫) ع‬٤( ِ
‫لم‬ََ ْ ‫َ ب‬
‫ِالق‬ ‫لم‬ََّ
‫ِي ع‬ َّ )٣(
‫الذ‬

)٥( ْ
‫لم‬َْ
‫يع‬ ‫ما َلم‬
َ ْ َ ‫ن‬ ْ
َ‫اإلنسَا‬

Artinya : 1) Bacalah dengan menyebut nama Tuhan mu yang menciptakan. 2) Dia


telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3) Bacalah dan
Tuhanmu yang maha mulia. 4) yang mengajar (manusia) dengan
pena. 5) Dia mengejarkan manusia apa yang tidak diketahuianya.

Kata iqra’ yang secara granitikal bermakna “bacalah”. Bermakna menelaah,


mendalami, meneliti, mengetahui ciri-ciri sesuatu. Maka jelaslah dengan perintah
iqra’ kita akan memperoleh pengetahuan atau ilmu pemahaman, namun dalam
membaca (menelaah, meneliti, mendalami) itu harus dimulai dengan menyebut
nama Rabb yang telah menciptakan.6

Pada hakikatya belajar bukan merupakan suatu kejadian yang terjadi secara
kebetulan karena belajar berperanan penting untuk meneruskan kebudayaaan yang
6
Abdul Chaer, Perkenalan Awal Dengan Alquran (Jakarta, PT Rineka Cipta, 2002) Hal.43.
7

slah satu unsurnya adalah ilmu pengeahuan. Belajar pada hakikatnya ialah
aktivitas berfikir, maka sumber belajar adalah pengetahuan yang di wariskan
antara lain melalui filsafat dan teori.7

Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri dari berbagai komponen


yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut, meliputi:
tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Keempat komponen pembelajaran tersebut
harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menetukan media, metode,
strategi, pendekatan apa yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran.

Pembelajaran, merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua


aspek, yaitu: belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh siswa, mengajar
berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran.
Kedua aspek ini akan berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan pada
saat terjadi interaksi antara guru dengan siswa, serta antara siswa dengan siswa
disaat pembelajaran sedang berlangsung. Dengan kata lain, pembelajaran pada
hakikatnya merupakan proses komunikasi antara peserta didik dengan pendidik
serta antar peserta didik dalam rangka perubahan sikap.8

membahas masalah pembelajaran Al-Qur’an Hadits, tidak dapat di pisahkan


dari konsep-konsep pendidikan yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadits.
Apalagi menyangkut pembelajaran Al-Qur’an Hadits pada siswa yang
memerlukan perhatian khusus sesuai dengan tingkat usianya. Untuk mencapai
tujuan tersebut, guru bidang studi Al-Qur’an Hadits memegang tanggung jawab
dan peranan yang sangat besar terhadap kelancaran dan kelangsungan
pembelajaran Al-Qur’an Hadits di lembaga-lembaga pendidikan tempat ia
mengajar. Guru bidang studi Al-Qur’an Hadits bukan hanya sekedar memberikan
atau menyajikan sejumlah pengetahuan secara teoritis, tetapi juga harus bisa
memberikan pengetahuan ketrampilan, sehingga membimbing sikap dan perilaku
siswa dengan nilai-nilai pendidikan agama, yang dilandasi oleh iman dan taqwa
sebagai pengendali dalam kehidupan sehari-hari.

7
Ibid, Hal 10.
8
Syarifudin Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta, PT Rinek Cipta, 2006). Hal. 86.
8

Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik


dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan prilaku kearah yang lebih baik dan
tugas guru adalah mengkoordinasikan lingkungan agar menunjang terjadinya
perubahan prilaku bagi peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai