Anda di halaman 1dari 40

IMPLEMENTASI METODE MIND MAPPING DALAM

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA


DIDIK PADA MATA PELAJARAN SEJARAH
KEBUDAYAAN ISLAM DI MADRASAH
IBTIDA’IYYAH SWASTA (MIS)
MIFTAHUL KHATAMI
SUNGAI RENGAS

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh


Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Program Studi
Pendidikan Agama Islam

Oleh:

MIFTAHUL KHOIRIAH
NIM.2020.151.3578

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM NUSANTARA BATANGHARI
FAKULTAS PENDIDIKAN ISLAM DAN KEGURUAN
TAHUN 2023
DAFTAR OUTLINE

HALAMAN JUDUL ..............................................................................i


DAFTAR OUTLINE ...................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................1
B. Rumusan Masalah ......................................................................6
C. Fokus Penelitian .........................................................................6
D. Tujuan Penelitian ........................................................................7
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN
A. Landasan Teori. .........................................................................9
1. Metode Mind Mapping……………………………………...………9
2. Hasil Belajar ………………………………………..……………..16
3. Sejarah Kebudayaan Islam………………………………………25
B. Penelitian Yang Relevan. ......................................................... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Dan Pendekatan Penelitian ............................................. 30
B. Objek Penelitian........................................................................ 31
C. Jenis dan Sumber Data ........................................................... 31
D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 34
E. Teknik Analisis ......................................................................... 34
F. Trianggulasi Data ..................................................................... 34
G. Rencana dan Waktu Penelitian ................................................ 35
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sangat penting dalam kehidupan manusia. Oleh karena


itu, dari waktu ke waktu selalu ada usaha untuk meningkatkan mutu
pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan dapat dilihat dari semakin
banyaknya didirikan lembaga-lembaga pendidikan.

Pendidikan tidak akan terlepas dari proses belajar mengajar.


Belajar Mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai
edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik.
Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar
yang dilakukan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah
dirumuskan sebelum kegiatan pembelajaran dilakukan. Guru dengan
sadar merencanakan kegiatan pengajarannya dengan memanfaatkan
segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran.1
Dalam proses pendidikan, guru merupakan salah satu faktor
yang menentukan keberhasilan siswanya. Dengan demikian, guru dalam
proses belajar mengajar guru tidak hanya dituntut agar mampu
menyampaikan materi pelajaran dan menguasai bahan pelajaran, tetapi
harus dapat mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar. Guru
hendaknya selalu berusaha memberikan bimbingan dan selalu
mendorong semangat belajar anak didik, mengorganisasikan kegiatan
belajar sebaik mungkin dan menjadi media informasi yang sangat
dibutuhkan siswa di bidang pengetahuan, keterampilan dan prilaku atau
sikap2.Di dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi,
agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan

1Utomo Dananjaya, Media Pembelajaran Aktif, (Jakarta: Nuansa:2010,) hal 11


2Abu Ahmadi dan Widodo Surpiyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka
Cipta: 2008), hal. 125.

1
2

yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah
harus menguasai teknik-teknik penyajian, atau biasa disebut metode
mengajar.3 Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surah An-Nahl ayat
125 yang berbunyi:
‫ع ْن‬ َ ‫س ُن ا َِّن َربَّكَ ه َُو ا َ ْعلَ ُم ِب َم ْن‬
َ ‫ض َّل‬ َ ‫سنَ ِة َو َجاد ِْل ُه ْم ِبالَّ ِت ْي ه‬
َ ‫ِي اَ ْح‬ َ ‫ظ ِة ْال َح‬
َ ‫س ِب ْي ِل َر ِبكَ ِب ْالحِ ْك َم ِة َو ْال َم ْو ِع‬
َ ‫ا ُ ْدعُ اِلى‬

)‫ ( النحل‬١٢٥ َ‫سبِ ْيلِه َوه َُو اَ ْعلَ ُم بِ ْال ُم ْهت َ ِديْن‬


َ

Artinya: Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan


pengajaran yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang
lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang paling tahu
siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia (pula) yang paling
tahu siapa yang mendapat petunjuk. (An-Nahl/16:125)4
Sesuai ayat diatas,Metode mempunyai andil yang cukup besar
dalam kegiatan belajar mengajar.Kemampuan yang diharapkan dapat
dimiliki oleh anak didik, akan ditentukan oleh kerelevansian penggunaan
suatu metode yang sesuai dengan tujuan. Itu berarti tujuan pembelajaran
akan dapat dicapai dengan penggunaan metode yang tepat, sesuai
dengan standar keberhasilan yang terpatri di dalam suatu tujuan.
Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam adalah pelajaran yang
dicatatan lengkap tentang segala sesuatu yang dihasilkan oleh umat Islam
untuk kemaslahatan hidup dan kehidupan manusia. Dalam proses belajar
mengajar Sejarah Kebudayaan Islam dibutuhkan adanya komunikasi
antara guru dan siswa yang edukatif dan timbal balik yang harus dicapai
oleh guru dan siswa. Tujuan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di
Madrasah Ibtida’iyyah adalah untuk membangun kesadaran peserta
didik tentang pentingnya mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan
norma-norma Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah Saw dalam
rangka mengembangkan kebudayaan Islam dan peradaban Islam.Hal ini

3 Dimyati. Belajar dan Pembelajaran (Jakarta Depdikbud 2010), hal.36


4 Anonim,Al-Qur’an dan Terjemahnya,(Jakarta,Almahira 2018),hal.281
3

sejalan dengan firman Allah dalam Al-Qur’an surah Al-Alaq ayat1-5


yang berbunyi ;

َ ٤ ‫علَّ َم بِ ْالقَلَ ِم‬


‫علَّ َم‬ َ ‫ِي‬ َ ْ َ‫ اِ ْق َرأْ َو َربُّك‬٢ ‫علَق‬
ْ ‫ الَّذ‬٣ ‫اْل ْك َر ُم‬ ْ ‫اِ ْق َرأْ بِاس ِْم َربِكَ الَّذ‬
ِ ْ َ‫ َخلَق‬١ َ‫ِي َخلَق‬
َ ‫اْل ْن‬
َ ‫سانَ مِ ْن‬

)‫ ( العلق‬٥ ‫سانَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ْم‬ ِْ


َ ‫اْل ْن‬

Artinya:
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
menciptakan!
2. Dia menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah! Tuhanmulah Yang Maha Mulia
4. yang mengajar (manusia) dengan pena.
5. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. (Al-
'Alaq/96:1-5)5
Kurikulum menuntut siswa untuk bersikap aktif, kereatif dan inovatif
dalam menanggapi setiap pelajaran yang diajarkan. Setiap siswa harus
dapat memanfaatkan ilmu yang diperolehnya dalam kehidupan sehari-
hari. untuk itu, setiap pelajaran selalu dikaitkan dengan lingkungan sosial
masyarakat.Sikap aktif, kreatif dan inovatif terwujud dengan menempatkan
siswa sebagai subjek pendidikan.
Bedasarkan pengamatan, peneliti menjumpai adanya beberapa
permasalahan, diantaranya adalah kurangnya guru menggunakan
pendekatan dan metode yang tepat sehingga siswa kurang aktif dan
kurang bergairah dalam mengikuti pembelajaran di kelas sehingga hasil
belajar belum maksimal. Khususnya di kelas V MIS Miftahul Khatami
sungai rengas guru lebih dominan menggunakan metode ceramah
sehingga tidak adanya interaksi antara pendidik dengan siswa6. Setelah
melakukan wawancara kepada guru mata pelajaran SKI, diketahui bahwa
dalam proses pembelajaran SKI di kelas V MIS Miftahul Khatami Sungai

5 Ibid,hal.597
6 Hasil Observasi,pada tanggal 28-28 Juli 2023 di MIS Miftahul Khatami Sungai Rengas
4

Rengas guru belum menerapkan model pembelajaran yang


bervariasi,dalam pembelajaran, guru mengatakan belum pernah
menggunakan model pembelajaran Mind Mapping.7Akibatnya, banyak
siswa merasa bosan,mengantuk,bermain dan sibuk-sibuk sendiri dan ada
juga yang mengganggu teman yang lain,sehingga hal tersebut membuat
suasana belajar mengajar tidak kondusif,dan mengakibatkan banyak
peserta didik yang tidak memahami pelajaran sehingga hasil belajar tidak
mencapai Kerateria Ketuntasan Minimum (KKM) yang dibuktikan dengan
hasil Ulangan Harian peserta didik kelas V MIS Miftahul Khatami Sungai
Rengas yaitu :
Tabel 1.
Nilai Hasil Belajar Mata Pelajaran SKI Peserta Didik Kelas V
MIS Miftahul Khatami Sungai Rengas

No Nama Peserta Didik KKM Nilai Krateria


1. Aif Zulqo Putra 60 57 Belum Tuntas
2. Aidan Syam 60 58 Belum Tuntas
3. Al Fajri Darmansyah 60 55 Belum Tuntas
4. Alby Lutfi Facry 60 85 Tuntas
5. Arrayyan Putra 60 86 Tuntas
6. AudreyQuensyah Putri 60 88 Tuntas
7. Azka Alfino Putra 60 85 Tuntas
8. Five Angel Dwi 60 50 Belum Tuntas
9. Hafiza 60 58 Belum Tuntas
10. Hendra Gunawan 60 50 Belum Tuntas
11. Jumadil Azam 60 58 Belum Tuntas
12. M.Fathan Alfianda 60 76 Tuntas
13. M. Haikal 60 52 Belum Tuntas
14. M.Ilham AlFajri 60 56 Belum Tuntas
15. M.Julian Syah Ramadhan 60 52 Belum Tuntas
16. Malisa 60 50 Belum Tuntas
17. Muhammad Pardan 60 76 Tuntas
18. M.Akbar Pratama 60 76 Tuntas
19. M.Padil Azam 60 77 Tuntas
20. Mutia Zahra 60 50 Belum Tuntas
21. Novita Sari 60 58 BelumTuntas
22. Rayhan Jabbar Pikri 60 85 Tuntas

7Noryanti ,wawancara dengan guru mata pelajaran SKI kelas V MIS Miftahul Khatami, 28
Juli 2023
5

23. Rifki Aditiya 60 50 Belum Tuntas


24. Rio Ardi Febrian 60 87 Tuntas
25. Sapa Sobirin 60 75 Tuntas
26. Sayyidatul Haibah 60 76 Tuntas N
27. Zhaidan 60 50 Belum Tuntas
28. Kaisar 60 78 Tuntas ilai
kriteria ketuntasan minimum (KKM) untuk mata pelajaran SKI adalah 60.
Dilihat dari tabel di atas, diketahui bahwa peserta didik yang tidak tuntas
ada 15 orang dan peserta didik yang tuntas ada 13 orang. Artinya 53%
peserta didik belum memenuhi dan 46% peserta didik sudah memenuhi
Krateria Ketuntasan Minimum (KKM).
Dengan situasi pengajaran demikian, peneliti bermaksud
mengadakan penelitian untuk meningkatkan kualitas hasil belajar siswa
dengan menerapkan media pembelajaran yang inovatif sesuai
perkembangan zaman agar tuntutan kurikulum dapat tercapai.
Sebagaimana implementasi Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional dijabarkan ke dalam sejumlah
peraturan antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan yang telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013. Kemudian penjabarannya di dalam
Lampiran Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 disebutkan bahwa:
Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik.8
Melihat realita tersebut sangat diperlukan cara atau solusi untuk
mencapai hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam sesuai yang
diharapkan yaitu pencapaian nilai diatas KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimal). Cara tersebut berkaitan dengan metode yang digunakan guru

8 Permendikbud No.65 Tahun 2013 tentang standar proses


6

saat pembelajaran, agar menarik dan motivasi peserta didik mengikuti


pembelajaran. Dengan adanya motivasi belajar, maka peserta didik akan
lebih memahami materi pelajaran. Berkaitan penggunaan metode,
diharapkan peserta didik yang lebih aktif untuk memecahkan materi
pelajaran, dan guru hanya sebagai mediator dan fasilitator yang
menyediakan berbagai bahan penunjang pembelajaran peserta didik di
kelas.Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakandalam
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam adalah melalui metode mind
mamping.
Penggunaan metode Mind Mapping, siswa dapat meningkatkan
keaktifan seluruh otak, memfokuskan pikiran pada pokok bahasan,
memberi gambaran yang jelas pada perincian materi, memungkinkan kita
mengelompokkan konsep serta dapat membandingkannya,Karena
metode pembelajaran mind mamping lebih efektif untuk meningkatkan
aktivitas peserta didik dalam bekerja sama dan ketrampilan peserta didik
dalam memecahkan masalah materi pelajaran.
Dari latar belakang diatas maka peneliti ingin mengangkat sebuah
judul tentang ”IMPLEMETASI METODE MIND MAPPING DALAM
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA
PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI MIS MIFTAHUL
KHATAMI SUNGAI RENGAS”
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana implementasi metode mind mapping pada mata Pelajaran
sejarah kebudayaan islam di MIS Miftahul Khatami Sungai Rengas?
2. Bagaimana peningkatan hasil belajar sejarah kebudayaan islam di MIS
Miftahul Khatami Sungai Rengas?
C. Fokus Penelitian
Karena luasnya permasalahan yang muncul maka penulis
membatasi permasalahan penelitian ini pada :
1. Rendahnya hasil belajar siswa dengan metode pembelajaran yang
kurang inovatif.
7

2. Penggunaan metode mind mapping terhadap hasil belajar siswa pada


mata pelajaran sejarah kebudayaan islam.
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana implementasi metode Mind Mamping
pada pembelajaran sejarah kebudayaan islam di MIS Miftahul Khatami
Sungai Rengas.
2. Untuk mengetahui bagaimana peningkatan hasil belajar sejarah
kebudayaan islam di MIS Miftahul Khatami Sungai Rengas.
E. Manfaat Penelitian
Hasil dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini diharapkan
memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis bagi
banyak pihak.
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan berupa wacana
keilmuan bagi pendidik dan para pembaca, akan arti pentingnya
pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

b. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini bermanfaat juga bagi murid, guru, dan
sekolah sebagai suatu sistem pendidikan yang mendukung peningkatan
hasil belajar mengajar di sekolah.
1. Lembaga Pendidikan
Sebagai masukan guna mengembangkan diri selanjutnya dalam
peningkatan kinerja guru dan juga kualitas pendidikan di lembaga
pendidikan.
2. Bagi peneliti
Menambah pengetahuan dan juga pengalaman mengajar yang
lebih kreatif dan menyenangkan dalam pembelajaran PAI sehingga
nantinya dapat dijadikan sebagai bahan, latihan dan pengembangan
dalam proses belajar mengajar serta, sangat bermanfaat sebagai
penambah khazanah ilmu pengetahuan dan khususnya sebagai
persyaratan guna mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) dalam ilmu
8

dijurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Pendidikan Islam dan


Keguruan Institut Agama Islam (IAI) Nusantara Batanghari.
3. Bagi siswa
Memberikan pengetahuan, semangat, dorongan serta solusi untuk
bisa belajar lebih giat/aktif lagi dalam mempelajari materi Pendidikan
Agama Islam.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
A. LANDASAN TEORI
1. Metode Mind Mapping
a. Pengertian mind mapping
Mind Mapping berasal dari kata “mind” yang artinya pikiran dan
“mapping” yang artinya membuat peta. Sehingga mind mapping juga
biasa diartikan sebagai pemetaan pikiran. Mind Mapping merupakan salah
satu bentuk pembelajaran yang digunakan untuk melatih kemampuan
menyajikan isi (content) materi pelajaran dengan pemetaan pikiran (mind
mapping.)9
`Mind mapping adalah cara mencatat yang efektif, efesien, kreatif,
menarik, mudah dan berdaya guna karena dilakukan dengan cara
memetakan pikiran-pikiran kita. Sistem berpikir yang terpancar (radiant
thinking) sehingga dapat mengembangkan ide dan pemikiran ke segala
arah, divergen, dan melihatnya secara utuh dalam berbagai sudut
pandang. Alat organisasional informasi bekerja sesuai dengan mekanisme
kerja otak sehingga dapat memasukkan dan mengeluarkan informasi dari
dan ke dalam otak dengan mudah. Metode penulisan yang bekerja
dengan menggunakan prinsip manajemen otak sehingga dapat membuka
seluruh potensi dan kapasitas otak yang masih tersembunyi.10
Menurut KBBI, Mind Mapping atau peta pikiran yaitu peta yang
berarti gambar atau lukisan pada kertas dan sebagainya, gerak-gerik
(tangan dan sebagainya), sedangkan pikiran yang berarti hasil berfikir,
akal atau ingatan, gagasan, niat atau maksud.
Menurut Buzan mind mapping adalah metode pembelajaran
dengan cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan
mengambil informasi keluar dari otak ketika kita membutuhkannya, dan
9 Endang Mulyaningsih, Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan, (Bandung:
ALFABETA, 2012), hal.238
10 Doni Swadarma, Penerapan Mind Mapping dalam Kurikulum Pembelajaran, (Jakarta:

PT. Gramedia, 2013), hal. 3

9
10

juga penerapannya sangat efektif, kreatif, dan sederhana namun sangat


ampuh untuk merangkum sebuah materi, karena metode mind mapping ini
merupakan metode pemetaan pikiran secara tertulis dalam suatu
karangan bergambar.11
Menurut Einstein menyatakan bahwa, “Imajinasi lebih penting
daripada pengetahuan karena imajinasi tidak tertabatas.”Seperti yang kita
ketahui, bahwa anak sekolah dasar lebih cenderung semangat belajar
apabila pembelajaran tersebut tidak hanya berupa pemberian materi dan
metode ceramah, alangkah baiknya jika menerapkan metode
pembelajaran yang lebih menuntut peserta didik untuk berfikir kreatif dan
berimajinasi agar suasana pembelajaran tidak cenderung
membosankan.12
Pendapat lain dari Sani, metode mind mapping merupakan salah
satu cara yang digunakan pada bentuk kegiatan pembelajaran yang
diterapkan untuk melatih cara berfikir peserta didik, metode ini mempunyai
cara tersendiri yaitu menyajikan isi materi berupa pemetaan pemikiran
berdasarkan kemampuan yang dimiliki peserta didik.13
Menurut penjelasan diatas,dapat disimpulkan metode Mind
Mapping adalah Teknik penyusunan catatan demi membantu seseorang
menggunakan seluruh potensi otak agar optimum. Metode Mind Mapping
dapat dikatakan sebagai suatu kerangka penyimpanan dan penuangan
informasi yang telah didapat peserta didik ketika pembelajaran
berlangsung dan mengajak peserta didik berfikir kreatif.Mind Mapping
adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan dengan suatu
strategi mencatat dengan kata kunci,dan gambar.Mind Mapping juga
dapat memudahkan sisiwa dengan mengingat dalam bentuk
gambar,symbol,suara,bentuk-bentuk dan perasaan.Selain itu mind
mapping dapat dapat diartikan sebagai suatu metode pembelajaran yang

11 Toni Buzan,Buku Pintar mind Map(,PT.Gramedia Pustaka Utama,2013) hal.4


12 Ibid
13 Abddullah Sani,Ridwan,pembelajaran saintifik untuk implementasi kurikulum
13,(Bandung,bumi Aksara ,2015 hal.8
11

memanfaatkan kerja alami otak kanan dan otak kiri secara seimbang
melalui proses mencatat dan meringkas dengan menggunakan gambar
berwarna-warni dan bahasa yang lebih mudah dimengerti. Sehingga
siswa dapat belajar secara optimal
b. Fungsi Mind Mapping
Menurut Michael Michalko mind map dapat berfungsi
sebagai berikut:

1. Mengaktifkan seluruh otak;


2. Membereskan akal dari kekusutan mental;
3. Memungkinkan kita berfokus pada pokok bahasan;
4. Membantu menunjukkan hubungan antara bagian-bagian informasi
yang saling terpisah;
5. Memberi gambaran yang jelas pada keseluruhan dan perincian;
6. Memungkinkan kita mengelompokkan konsep, membantu kita
membandingkannya;
7. Mensyaratkan kita untuk memusatkan perhatian pada pokok bahasan
yang membantu mengalihkan informasi tentangnya dari ingatan jangka
pendek ke ingatan jangka panjang.14
Menurut buzan mind mapping sebagai cara mendorong peserta
didik dan mempermudah ketika mencatat materi atau menyimpulkan
materi hanya dengan menggunakan kata-kata, kalimat pendek, gambar,
serta menentukan kata kunci terlebih dahulu, sehingga memudahkan
peserta didik dalam menelaah suatu materi secara singkat dan jelas.
Metode mind mapping sebagai salah satu upaya yang dapat membantu
mengoptimalkan fungsi otak kiri dan kanan, karena penerapannya sangat
mudah dan dapat membantu peserta didik berfikir cepat, karena telah
terpetakan dan disusun mengelilingi kata kunci utama dari materi yang
akan dituangkan pada peta pikiran.15Sedangkan menurut Dananjaya
menyatakan penggunaan dari mind mapping yaitu untuk mengajak serta

14 Toni Buzan,Buku Pintar mind Map(,PT.Gramedia Pustaka Utama,2013)hal.8


15 Loc.cit
12

melatih peserta didik agar bisa berpikir sistematis, memetakan pikirannya,


dan menciptakan kategorisasi sesuai dengan kemampuannya.16
Menurut Widura khusus dalam Pendidikan dan
pembelajaran,kegunaan aplikasi mind map sangat banyak,antara lain
untuk meringkas,mengkaji ulang( review),mencatat,mengajar dan bedah
buku dan lain-lain.Dalam proses kegiatan belajar mengajar,penggunaan
mind mapping melibatkan kedua belah otak,sehingga melibatkan sistem
limbic(melibatkan emosi yang positif),yaitu dapat membuat siswa senang
saat belajar karena melibatkan belahan otak kanan.17
Dari beberapa pernyataan ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa,
kegunaan dari metode mind mapping yaitu untuk memudahkan peserta
didik ketika mencatat atau menyimpulkan suatu materi pembelajaran, dan
mengajak peserta didik berlatih berfikir sistematis dan kreatif.
c. Langkah-langkah membuat Mind Mapping
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum membuat
catatan Mind mapping, yaitu:a) Kertas putih polos,b) Pulpen, spidol, pensil
warna,c) Otak,d) Imanjinasi. Berikut akan diuraikan beberapa langkah-
langkah pembuatan Mind mapping yaitu:
1. Dimulai dari bagian tengah kertas polos dengan sisi panjangnya
diposisikan mendatar. Karena memulai dari tengah akan memberi
kebebasan kepada otak untuk menyebar ke segala arah dan untuk
mengungkapkan dirinya dengan lebih bebas dan alami.
2. Gunakanlah gambar dan foto untuk ide sentral. Gambar akan berarti
seribu kata, membantu menggunakan imajinasi kita, membantu
mengaktifkan otak kita.
3. Gunakanlah warna. Warna bagi otak sama menariknya dengan
gambar. Pewarnaan menambah kreatifitas dan menyenangkan
sehingga menjadikan mind mapping lebih hidup

16 Dananjaya,Media Pembelajaran Aktif,(Bandung,Nuansa Cendekia,2013) hal.52


17 Widiyono,Mind Mapping Strategi belajar yang menyenangkan,(jombang,CV.Lima
Aksara.2021) hal.8
13

4. Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan


cabangcabang tingkat dua dan tiga tingkat satu, dua dan seterusnya.
Dengan menguhubungkan cabang-cabang maka akan mempermudah
untuk mengerti dan mengingat.
5. Jangan buat garis lurus, buatlah garis hubung yang melengkung.
Karena dilihat lebih menarik jika dengan garis melengkung,
dibandingkan garis lurus.
6. Gunakanlah satu kata kunci pada setiap garisnya. Dengan kata kunci
tunggal akan memberikan banyak akal dan keluwesan Mind mapping.
7. Gunakanlah gambar. Dengan menggunakannya akan menumbuhkan
ide dan imajinasi.18
Berdasarkan langkah-langkah yang telah diuraikan, disimpulkan
bahwa model Mind mapping berbeda dengan mencatat biasa pada
umumnya, Mind mapping merupakan mencatat yang kreatif memberikan
peserta didik kebebasan untuk mengembangkan pengetahuan dan
kreativitasnya sesuai dengan imajinasi setiap peserta didik dan
dikombinasikan melalui warna, garis lengkung, gambar dan bentuknya
yang memudahkan otak dalam menyerap informasi yang diterima
dibanding menggunakan catatan biasa.
d. Pembelajaran dengan metode Mind Mapping
Dalam pembelajaran, langkah-langkah saat menggunakan model
Mind mapping yaitu:.
1. Pendidik memberikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
2. Pendidik menyampaikan materi sebagaimana biasanya.
3. Peserta didik dikelompokkan sebanyak 4-5 peserta didik/kelompok.
(disesuaikan dengan kondisi kelasnya).
4. Peserta didik ditugaskan untuk membuat Mind mapping dengan waktu
yang telah ditentukan.

18Syafruddin Nurdin, Andriantoni, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Rajawali Pers,


2016), hal.259-260
14

5. Setiap kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasilnya


di depan kelas secara bergantian.
6. Peserta didik dan guru bersama-sama membuat kesimpulan19
Berdasarkan langkah tersebut, diketahui dalam menerapkan
model mind mapping saat pembelajaran peserta didik terlibat aktif dan
tidak terfokus pada pendidik, memudahkan peserta didik dalam mengingat
materi yang cukup banyak karena peserta didik dapat menyusun inti-inti
yang penting dari materinya ke dalam bentuk peta yang disertai gambar,
simbol, dan berbagai warna yang memudahkan peserta didik dalam
mengingat dan memahami materi dan proses pembelajaran dapat
menyenangkan.
e. Kelebihan dan Kekurangan metode Mind Mapping
Kelebihan :
1. Model pembelajaran Mind mapping termasuk lumayan cepat dipahami
serta cepat dalam menyelesaikan permasalahan.
2. Mind mapping terbukti bisa dipakai untuk mengatur ide-ide yang ada di
kepala.
3. Proses menggambar diagram dapat menghasilkan ide lainnya.
4. Diagram yang sudah terbentuk dapat dijadikan arahan untuk menulis.
Kekurangan:
1. Yang terlibat aktif hanya peserta didik.
2. Peserta didik tidak sepenuhnya belajar.
3. Tidak bisa dimasukkan jumlah detail informasi.20
Kelebihan dan kekurangan tentu dimiliki setiap model
pembelajaran, jika tujuan pembelajaran akan tercapai maka seorang
pendidik harus bisa mendesain pembelajaran sesuai dengan tujuan yang
diinginkan.kelebihan Mind map yaitu apabila ada dua anak membuat mind
map dengan materi yang sama maka mereka tidak akan menghasilkan
mind map yang sama. Hal ini terjadi karena masin-masing anak

19 Aris Sohimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2014),hal. 106-107
20 Ibid
15

mempunyai pancaran pikiran yang berbeda. Pancaran pikiran ini dapat


berupa pemilihan kata kunci dan gambar yang berbeda-beda. Hal ini
menjadikan mind map adalah suatu hasil karya yang “unik” bagi anak.
Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa metode
mind mapping mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari
metode mind mapping yaitu dapat menjadikan suasana belajar yang
menyenangkan dan meningkatkan kreativitas serta minat belajar peserta
didik. kemasalahan dan kesejahteraan peserta didik dan masyarakat yang
sudah berlangsung dan tidak diragukan lagi eksistensinya. Pendidikan
telah mulai dilaksanakan sejak manusia hadir di muka bumi ini dalam
bentuk pemberian pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dari para
orang tua dalam mempersiapkan anak- anaknya menghadapi kehidupan
dan masa depannya yang mampu mengatasi berbagai permasalahan
dalam hidupnya.
Metode pembelajaran mind mapping yang menggabungkan fungsi
otak kanan dan otak kiri ini memanfaatkan media gambar yang berupa
mind map baik yang dibuat sendiri ataupun yang telah tersedia. Namun
media mind map yang dibuat sendiri dirasa lebih merangsang kerja otak
kanan maupun otak kiri. Dengan membuat mind map, akan diperoleh
dampak positif tersendiri. Adapun efek positif yang diperoleh jika
menggunakan mind map adalah sebagai berikut:
1. Lebih baik dalam mengingat,
2. Mendapat ide brilian
3. Menghemat dan memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya
4. Mendapat nilai yang bagus
5. Mengatur pikiran, hobi dan hidup; dan
6. Lebih banyak bersenang-senang.
2. Hasil Belajar
a. Pengertian hasil belajar
Hasil belajar merupakan kompetensi atau kemampuan tertentu baik
kognitif, afektif maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai peserta
16

didik setelah mengikuti proses belajar mengajar. Menurut Hamalik,


menjelaskan bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian-pengertian, dan sikap-sikap serta kemampuan peserta didik.21
Hasil belajar menurut Sudjana adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya.22
belajar dalam idealism berarti kegiatan menuju ke perkembangan pribadi
seutuhnya, belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan. Hasil
belajar adalah perubahan tingkah laku yang diperoleh pembelajar setelah
melakukan proses belajar. Perolehan aspek perubahan perilaku tersebut
tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Dalam
pembelajaran, perubahan perilaku yang harus dicapai oleh pembelajar
setelah melakukan aktifitas belajar dirumuskan dalam tujuan
pembelajaran. Hasil belajar juga adalah hasil hasil yang dicapai oleh
peserta didik berupa angka atau skor setelah menyelesaikan tes yang
diberikan. Untuk mengetahui tercapainya tujuan pembelajaran, maka
pendidik dapat melihat hasil beljar yang diperoleh pembelajar.23 Oleh
sebab itu hasil belajar dapat dijadikan sebagai patokan atau tolak ukur
untuk mengembangka keterampilan dalam proses pembelajaran.
Keberhasilan peserta didik dalam proses pembelajaran dapat dilihat
dari perolehan tinggi rendahnya hasil belajar peserta didik. Seperti yang
dijelaskan dalam Al-Qur’an yaitu Surat Al-Baqarah ayat 31 yang berbunyi:
َ ُْ ُ ْ َُ َ َ َْ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ ُ َُّ َ َ ْ َ ََّ
٣١ ‫َوعل َم اد َم الا ْسماۤ َء كل َها ثَّم ع َرض ُه ْم على ال َملىِٕك ِة فقال ان ِبـ ْ ِون ْي ِبا ْسماۤ ِء هؤل ۤا ِء ِان كنت ْم ص ِد ِق ْين‬

)‫( البقرة‬

21Kunandar, Penilaian Aautentik ,Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan


Kurikulum 2013, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hal.62.
22 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2013), hal.22.


23 M. Yusuf T dan Mutmainnah Amin, “Pengaruh Mind Map dan Gaya Belajar Terhadap

Hasil Belajar Matematika Siswa”. Tadris: Jurnal Keguruan dan Ilmu Tarbiyah, Vol. 1 No. 1
(Juni 2016), h. 86.
17

artinya:Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda) seluruhnya,


kemudian Dia memperlihatkannya kepada para malaikat, seraya
berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama-nama (benda) ini jika kamu
benar!”(Al-Baqarah/2:31)24
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah menganugerahi potensi
untuk mengetahui nama dan karakter benda-benda. Dalam ayat ini Allah
menunjukkan keistimewaan yang telah dikaruniai kepada Nabi Adam AS
yang tidak pernah dikaruniakan kepada makhluk-makhluk lain yaitu ilmu
pengetahuan dan kekuatan akal yang memungkinkan untuk mempelajari
sesuatu dengan sedalam-dalamnya. Manusia diharapkan dapat
mengembangkan kemampuan akalnya untuk memperluas wawasan
pengetahuannya dengan cara belajar dan mengukur keberhasilan suatu
proses belajar mengajar melalui hasil belajar.
Pendidik akan mengetahui sejauh mana peserta didik menerima
dan memahami materi yang telah pendidik sampaikan. Sebagaimana
dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-Najm ayat 39;
َّ ْ َ ْ َّ ْ َ َ
)‫ ( النجم‬٣٩ ‫ان ِالا َما َسعى‬ َْ
ِ ‫وان ليس ِل ِلانس‬

Artinya: bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah


diusahakannya, (An-Najm/53:39)25
Ayat ini menjelaskan bahwa keberhasilan peserta didik dalam
proses pembelajaran sesuai dengan usaha yang dilakukannya. Peserta
didik yang sudah mempunyai niat untuk belajar dengan ikhlas dan
sungguh-sungguh, maka keberhasilan yang didapatkan oleh peserta didik.
Barang siapa yang tekun dan bersungguh-sungguh akan berhasil dalam
setiap usahanya. Jadi, dapat disimpulkan hasil belajar adalah perolehan
yang dimiliki peserta didik berupa kemampuan dan keterampilan yang
diperoleh sesudah mengikuti proses pembelajaran.

24 Anonim,Al-Qur’an dan Terjemah,(Jakarta,Al-Mahira,2018),hal.6


25 Ibid,hal.527
18

b. Faktor-Faktor yang mempengaruhi hasil belajar


Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
dibedakan menjadi dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
1. Faktor Internal, adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri peserta
didik dan dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik, yang meliputi:
a). Faktor fisiologis atau jasmani individu, seperti kondisi kesehatan yang
prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan
cacat jasmani dan sebagainya. Kondisi umum jasmani dan tegangan
otot yang memadai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-
sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas peserta didik
dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh lemah, apalagi jika
disertai pusing kepala berat misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah
cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak
berbekas. Begitupun dengan kodisi organ-organ khusus peserta didik,
seperti tingkat kesehatan indra juga sangat mempengaruhi kemampuan
peserta didik dalam menyerap informasi pengetahuan, khususnya yang
disajikan di dalam kelas. Hal tersebut dapat mempengaruhi peserta
didik dalam menerima materi pelajaran.
b) Faktor psikologis, kondisi psikologis ini pada dasarnya berbeda-beda
bagi setiap peserta didik. Hal ini tentu dapat mempengaruhi hasil
belajarnya, Ada beberapa faktor yang psikologis diantaranya:
intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motif, motivasi, kognitif dan
daya nalar peserta didik.26Tingkat itelegensi/kecerdasan peserta didik
dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi
rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara
yang tepat. Sikap adalah gejala internal yag berdimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang
rerlatif tetap terhadap objek orang, barang dan sebaiknya baik secara
potensial yang dimiliki seseorag untuk mencapai keberhasilan pada

26Rusman, Pembelajaran Tematik Terpadu: Teori, Praktik dan Penilaian (Jakarta:


Rajawali Pers, 2015), h. 67-68.
19

masa yang akan datang. Minat berarti kecederungan dan keinginan


yang besar terhadap sesuatu. Motivasi adalah keadaan internal
organism baik yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dengan
demikian faktor internal dapat berpengaruh terhadap hasil belajar
peserta didik yang meliputi faktor fisiologis dan psikologis.
2.Faktor Eksternal, adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri peserta
didik dan dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik, yang
meliputi:
a). Faktor sosial, yang terdiri atas: Faktor lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, masyarakat dan kelompok.
b). Faktor budaya, seperti adat istadat, ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK), kesenian dan sebagainya
c). Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim
dan sebagainya.
d). Faktor spiritual atau lingkungan keagamaan.27Dengan demikian faktor
eksternal dapat berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik yang
meliputi faktor sosial, budaya, lingkungan fisik dan agama .
Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor internal dan eksternal. Kedua
faktor ini saling mempengaruhi antara satu sama lain dalam proses
pembelajaran.
c. Jenis-Jenis Hasil Belajar
Kingsley membagi menjadi tiga macam hasil belajar, yakni: (a)
keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap
dan citacita. Sedangkan menurut Bloom membagi tiga ranah hasil belajar
yaitu: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris. 28 Berdasarkan
teori Taksonomi Bloom, berikut perincian dari tiga ranah hasil belajar
yaitu:

27Tim Pengembang MKDP, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Rajawali Pers, 2015),
hal 140-141
28Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2013),hal.22
20

1. Ranah Kognitif. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar


intelektual peserta didik, yang terdiri dari enam aspek diantaranya:
pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintetis dan
evaluasi.29 Berikut pemaparan aspek kognitif:
a) Pengetahuan (Knowledge), ialah kemampuan peserta didik untuk
mengingat informasi konkret maupun abstrak. Dengan demikian,
pengetahuan atau ingatan ini termasuk yang paling rendah dalam
kemampuan kognitif.
b) Pemahaman (Comprehension), ialah kemampuan peserta didik untuk
memahami apa yang telah diketahuinya dan di ingat. Dengan demikian,
memahami yaitu mengetahui tentang sesuatu dan dapat dilihatnya dari
bebebrapa aspek. Apabila peserta didik dapat memberikan penjelasan
atau memberikan uraian lebih rinci tentang suatu hal menggunakan
kata-katanya sendiri maka peserta didik tersebut dapat dikatakan
memahami sesuatu.
c) Penerapan (Application), ialah peserta didik dapat menerapkan konsep
yang sesuai pada suatu masalah atau situasi baru. Dengan demikian,
penerapan ini satu tingkat lebih tinggi dari pemahaman karena
menggunakan pengetahuan untuk memecahkan sesuatu.
d) Analisis (Analysis), ialah kemampuan peserta didik dapat menguraikan
informasi atau bahan menjadi beberapa bagian dan mendefinisikan
hubungan antar bagian. Dengan demikian, analisis lebih tinggi
tingkatannya dari penerapan karena menentukan bagian-bagian dari
suatu masalah dan penyelesaian atau gagasan serta menunjukkan
hubungan antar bagian itu.
e) Sintesis (Synthesis), ialah kemampuan peserta didik dapat
menghasilkan prodak, menggabungkan beberapa bagian dari
pengalaman atau bahan atau informasi baru untuk menghasilkan
sesuatu yang baru. Dengan demikian, berfikir sintesis merupakan
proses berfikir setingkat lebih tinggi dari berfikir analisis.

29 Ibid
21

f) Evaluasi (Evaluation), ialah kemampuan peserta didik memberikan


penilaian tentang ide atau informasi baru. Misalnya, peserta didik
mampu memilih yang terbaik dari beberapa pilihan yang disesuaikan
dengan patokan dan kriteria yang dipergunakan.30
Dengan demikian, kemampuan mengevaluasi dapat diartikan
mempertimbangkan dan menilai benar salah, baik buruk, bermanfaat
dan tidak bermanfaat..
2. Ranah Afektif. Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ciri-ciri
hasil afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah
laku. Ranah afektif sebagai hasil belajar ini terdiri dari lima kategori
mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks, yaitu:
a) Receveiving (sikap menerima), yakni semacam kepekaan dalam
menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada peserta
didik dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dan sebagianya. Dalam
tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus,
kontrol, dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar.
b) Responding (memberikan respons), yakni reaksi yang diberikan oleh
seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Yang meliputi
ketelitian akibat, perasaaan, kepuasan saat menanggapi stimulus yang
muncul dari luar terhadap dirinya.
c) Valuing (penilaian), yaitu menilai atau menghargai artinya menyerahkan
penghargaan kepada suatu aktivitas atau objek. Peserta didik tidak
hanya mau menerima nilai tetapi juga berkemampuan untuk menilai
konsep atau fenomena yaitu baik ataupun buruk.
d) Organization (organisasi), yaitu peserta didik membentuk suatu sistem
nilai yang dapat menuntun perilaku, meliputi konseptualisasi dan
mengorganisasikan.
e) Characterization (karakterisasi nilai), yaitu keteraturan sistem nilai yang
sudah seseorang miliki, berpengaruh pada pola ataupun tingkah laku

30 Ridwan Abdullah Sani, Inovasi Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), hal.54.
22

pribadinya. Yang tergolong ke dalamnya meliputi kelengkapan nilai


serta karakeristik peserta didik.
3. Ranah Psikomotoris. Ranah psikomotoris ialah ranah yang berkaitan
dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak individu. Berikut
beberapa tingkatan keterampilan, yaitu:
a) Gerakan spontan (keterampilan pada gerakan yang tanpa sadar).
b) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.
c) Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan
visual, membedakan auditif, motoris, dan sebagainya.
d) Kemampuan di bidang fisik, seperti kekuatan, keharmonisan, dan
ketepatan. Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan
sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks.
e) Keterampilan yang berhubungan dengan komunikasi non-decursive
seperti gerakan ekspresif dan interpretative.31
Berdasarkan penjelasan jenis-jenis hasil belajar di atas, peneliti
dapat menyimpulkan bahwa jenis hasil belajar yang akan diamati oleh
peneliti difokuskan pada ranah kognitif untuk mengetahui kemampuan
peserta didik.
d. Pengukuran Hasil Belajar Ranah Kognitif
Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai telah sesuai
dengan tujuan yang dikendaki dapat diketahui melalui evaluasi. Evaluasi
adalah suatu proses yang sistematis dari pengumpulan, analisis, dan
interpretasi informasi atau data untuk menentukan sejauh mana peserta
didik telah mencapai tujuan pembelajaran.32. Evaluasi merupakan proses
penggunaan informasi untuk membuat pertimbangan seberapa efektif
suatu program yang telah memenuhi kebutuhan peserta didik. selain itu,
dengan dilakukannya evaluasi atau penilaian ini dapat dijadikan feedback
atau tindak lanjut, atau bahkan cara untuk mengukur tingkat penguasaan
peserta didik. Kemajuan prestasi belajar peserta didik tidak hanya diukur

31Loc.cit .hal 31
32Tim Pengembang MKDP, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Rajawali Pers, 2015),
hal. 165.
23

dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan, tetapi juga sikap dan


keterampilan.33 Dengan melakukan evaluasi seorang guru akan
mengetahui bagaimana kemampuan peserta didik tidak hanya pada
penguasaan pengetahuanya tetapi sikap dan keterampilannya.
Dalam ranah kogintif ini terdapat enam jenjang proses brfikir yaitu:
(1) kemampuan menghafal, (2) kemampuan memahami, (3) kemampuan
menerapkan, (4) kemampuan,menganalisis, (5)kemampuan mensintesis
dan, (6) kemampuan mengevaluasi. Seperti yang diuraikan di atas,
kemampuan berfikir kreatif yang berhubungan dengan ranah kognitif.
Berikut indikator operasional kognitif yaitu:
Tabel 2:
Daftar Indikator Operasional Kognitif

No Kriteria Jenis Kata Kunci


Menyebutkan, Menunjukkan,
1. C1 Pengetahuan
Menjodohkan, Mengenal,
Mendefenisikan,
Mengidentifikasikan
Membedakan,Menjelaskan,M
2. C2 Pemahaman
enentukan, Memberi contoh,
Mengubah, Memperkirakan,
Membandingkan, Mencirikan,
Mengkategorikan
Menggunakan, Menerapkan,
3. C3 Penerapan
Memilih, Mengembangkan,
Mengorganisasikan,
Mengklarifikasikan
,Menyusun

4. C4 Analisis Merinci. Mengaktegorikan,

33 Ahmad Susanto, Teori Belajar Dan Pembelajaran di Sekolah Dasar (Jakarta:


Prenadamedia, 2016), h. 5-6.
24

mengklarifikasikan,Membandi
ngkan, Menganalisis,
mengadakan, pemisah,
menemukan
Menghasilkan,
5. C5 Sintesisi
Mengkhususkan,
Menghubungkan,
Menyintesis,
Mengembangkan,
Menggabungkan,
Mengorganisasikan,
Mengklarifikasikan,
Menyimpulkan

6. C6 Penilaian Menilai, Memutuskan,


Membakukan, Menentukan,
Membandingkan,
Menafsirkan,
Mengargumentasikan.

Untuk tingkatan hasil belajar dalam ranah kognitif yang cocok


digunakan untuk jenjang SD/MI yaitu: Pengetahuan atau knowledge (C1),
Pemahaman atau comprehension (C2), Penerapan atau application (C3).
Berdasarkan ketiga ranah kognitif di atas, ranah tersebutlah yang menjadi
objek penilaian hasil belajar. Pengukuran hasil belajar pada ranah kognitif
ini adalah dengan bentuk tes tertulis. Tes tertulis merupakan tes di mana
soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk
tulisan. Bentuk tes tertulis terdiri dari: (1) soal pilihan ganda, (2) isian, (3)
jawaban singkat, (4) benar-salah (B-S), (5) menjodohkan, dan (6) uraian.34

34Kunandar, Penilaian Aautentik ,Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan


Kurikulum 2013, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hal.168
25

3. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam


a. Pengertian Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Sejarah secara etimonologi berasal dari Bahasa arab”syajaroh”
yang mempunyai arti “pohon” dan yang kita kenal dalam Bahasa ilmiah
yakni History, dan makna sejarah mempunya 2 konsep
yaitu:pertama,konsep sejarah yang memberikan pemahaman akan arti
objektif tentang masa lampau, kedua, sejarah menunjukkan maknanya
yang subjektif karena masa lampau tersebut telah menjadi sebuah kisah
atau cerita yang benar- benar terjadi.
Kebudayaan berasal dari Bahasa sanskerta ”Budhaya” yaitu bentuk
jamak dari “Budhi” yang berarti budi atau akal. Demikian kebudayaan itu
dapat diartikan “hal-hal yang bersangkutan dengan akal”35 sedangkan
sejarah kebudayaan Islam diartikan sebagai perkembangan atau
kemajuan islam dalam perspektif sejarahnya seperti: perkembangan
dalam bidang ilmu pengetahuan, politik, kebudayaan dan lain sebagainya.
Yang dihasilkan dalam satu priode kekuasaan islam mulai dari periode
nabi Muhammad Saw sampai perkembangan[ kekuasaan islam pada saat
ini.
b. Tujuan Belajar Sejarah Kebudayaan Islam
Sejarah Kebudayan Islam merupakan salah satu mata pelajaran
yang diajarkan ditingkat Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah
(MTs) dan Madrasah Aliyah (MA). Sejarah Kebudayan Islam merupakan
catatan perkembangan atau perjalanan hidup kaum muslim dari masa ke
masa dalam beribadah maupun kehidupan sehari-hari. Dalam kurikulum
mata pelajaran sejarah Kebudayaan Islam adalah salah satu bagian mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan
peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati sejarah
kebudayaan Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya

35
Rohiman Notowidagdo, Ilmu Budaya Dasar Berdasarkan Al-Quran dan Hadits
((Jakarta;PT RajaGrafindo Persada, 2002), hal. 24
26

(way of life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan


pengalaman dan kebisaaan.
Pada KMA Nomer 183 tahun 2019 tentang Kurikulum PAI dan
Bahasa Arab pada Madrasah bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan-kemampuan sebagai berikut
1) Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari
landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma islam yang telah
dibangun oleh Rasulullah SAW dalam rangka mengembangkan
kebudayaan dan peradaban islam.
2) Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan
tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini
dan masa depan.
3) Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah
secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah.
4) Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap
peninggalan sejarah islam sebagai bukti peradaban umat islam di
masa lampau.
5) Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil ibrah
dari
Peristiwa-peristiwa bersejarah (islam), meneladani tokoh-tokoh
berprestasi,dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik,
ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan
dan peradaban islam.36
Dari beberapa paparan di atas, dapat kita simpulkan bahwa mata
pelajaran Sejarah Kebudayan Islam. Merupakan salah satu cabang dari
ilmu Pendidikan Agama Islam, yang didalamnya membahas tentang
pristiwa-pristiwa atau kejadian yang penting, serta tokoh-tokoh yang
berpengaruh dalam peradaban islam.

36KMA Nomer 183 Tahun 2019, Tentang Kurikulum PAI dan Bahasa Arab pada
Madrasah, (KMA:Jakarta 2019), h.30-31
27

Dalam hal ini di harapkan siswa menanamkan nilai-nilai


kepahlawanan dan keilmuannya. Untuk mengenal, memahami dan
menghayati Sejarah kebudayan Islam yang mengandung banyak nilai-nilai
kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membetuk
sikap, watak dan kepribadian siswa.
c. Ruang Lingkup Sejarah Kebudayaan Islam
Ruang lingkup pelajaran sejarah kebudayaan islam memiliki ruang
lingkup di Madrasah Ibtida’iyyah sebagai berikut:
1. Sejarah masyarakat arab Pra-Islam,sejarah kelahiran dan kerasulan
Nabi Muhammad Saw.
2. Dakwah Nabi Muhammad SAW dan para sabahabtnya,yang meliputu
kegigihan dan ketabahannya dalam berdakwah,kepribadian nabi
Muhammad,hijrah nabi Muhammad SAW.ke Thaif,peristiwa Isra’
Mi’rajNabi Muhammad SAW.
3. Peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW ke Yastrib,kepirwiraan Nabi
Muhammad SAW,peristiwa Fathu Makkah dan Peristiwa akhir Hayat
Nabi Muhammad SAW.
4. Peristiwa-peristiwa pada masa khalifaurrosyodin
5. Sejarah perjuangan Wali Songo37
d. Kendala pembelajaran sejarah kebudayaan islam
Adapun menurut Nurhidayati,mata pelajaran Sejarah Kebudayan
Islam ada beberapa menghadapi kendala, yaitu antara lain :
1. Waktu yang di sediakan terbatas sedangkan materi begitu padat dan
memang penting, yakni menuntut pemantapan pengetahuan hingga
terbentuk watak dan kepribadian yang berbeda jauh dengan tuntunan
terhadap mata pelajaran lainya.
2. Materi Sejarah Kebudayaan Islam, lebih focus pada pengayaan
pengetahuan (kognitif) dan minim pada pembentukan sikap (efektif).

37
https://www.abdimadrasah.com/2014/04/tujuan-dan-ruang-lingkup-mata-pelajaran-
ski.html ,diakses pada tanngal 02 oktober 2023,Pukul,10:03
28

Dalam implementasinya juga lebih didominasi pencapaian kemampuan


kognitif, kurang mengakomdasi kebutuhan efektif.
3. Lemahnya sumber daya guru Sejarah Kebudayaan Islam dalam
pengembangan pendekatan, metode yang lebih variatif serta dalam
mengusahakan media yang digunakan untuk mengektifkan kegiatan
belajar mengajar (KBM)
4. Minimnya berbagai sarana pelatihan dan pengembangan bagi guru
Sejarah Kebudayan Islam. Padahal guru Sejarah Kebudayan Islam
merupakan tenaga kependidikan dalan salah satu komponen dalam
kegiatan (KBM) yang mempunyai kedudukan strategi dan menentukan
keberhasilan pembelajaran disekolah.38
Dari beberapa paparan di atas, dapat kita ketahui bahwa seorang
pendidik. Harus memiliki kemampuan dalam menggunakan strategi
pembelajaran agar dapat efektif dan efesien, jika guru sudah mengetahui
keadaan yang tepat untuk memulai proses pembelajaran, maka siswa
akan lebih mudah untuk berkonsentrasi atau perhatian yang penuh
terhadap proses pembelajaran, tentu siswa akan lebih cepat dan lebih
mudah untuk memahami serta mengingat materi yang lebih lama.
B. Penelitian Yang Relevan
Agar terhindar dari pengulangan penelitian yang sama, penulis
melakukan observasi sehingga mendapatkan informasi yang jelas tentang
pokok permasalahan, termasuk melakukan kajian pustaka terhadap buku-
buku maupun hasil penelitian sejenis. Skripsi yang memiliki keterkaitan
dengan tema permasalahan penulis dijadikan sebagai bahan rujukan dan
perbandingan, yaitu:
1. Ahmad Irfan dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Pada tahun 2015
dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Penerapan Metode Mind
Map Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Kelas VIII di
SMP Yanuri Tegal Alur Kalideres Jakarta Barat” menyimpulkan bahwa;

38
Nurhidyati, Hubungan Antara Minat Dengan Prestasi Belajar Siswa Dalam Bidang
Studi Sejarah Kebudayan Islam (Skripsi: Jakarta, 2009), hal.35-36
29

penggunaan metode mengajar Mind Map berpengaruh terhadap hasil


belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dari hasil perolehan pegujian
hipotesis dengan menggunakan uji-t yaitu diperoleh dari nilai
terhitung=2,396 lebih besar dari tabel=1,671 dengan taraf signifikan
0,05. Adapun persamaan dengan penelitian ini ialah memilih
penerapan metode mind map dalam penelitian. Perbedaannya ialah
peneliti melakukan penelitian terhadap hasil belajar mata pelajaran
sejarah kebudayaan islam di MIS Miftahul Khatami sungai rengas
Provisi Jambi dan menggunakan metode Kuantitatif.39
2. Hasil penelitian Rizki Sanjaya dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pada tahun 2018 dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh
Penerapan Metode Mind Mapping terhadap Hasil Belajar Sejarah
Kebudayaan Islam Pada Siswa Kelas XI di MAN 1 Tangerang Selatan”
menyimpulkan bahwa: terdapat pengaruh yang signifikan dari
penggunaan metode pembelajaran mind mapping terhadap
peningkatan hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam. Adapun
persamaan dengan penelitian ini ialah memilih pengaruh minat belajar
sejarah kebudayaan islam (SKI) siswa dengan metode mind
Perbedaannya ialah peneliti melakukan penelitian dengan metode
kuantitatif.40
3. Hasil penelitian Haerudin dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Pada
tahun 2020. dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan Metode Mind
Mapping pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam untuk
Meningkatkan Minat Belajar Siswa Kelas VII-A di Smp It Al
Qur’aniyyah” menyimpulkan bahwa: terdapat pengaruh yang signifikan
dari penggunaan metode pembelajaran mind mapping terhadap
peningkatan minat belajar Sejarah Kebudayaan Islam. Adapun

39 Ahmad Irfan, Pengaruh Penerapan Metode Mind Map Terhadap Hasil Belajar
Pendidikan Agama Islam Kelas VIII di SMP Yanuri Tegal Alur Kalideres Jakarta Barat,
Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,2015
40 Rizki Sanjaya, Pengaruh Penerapan Metode Mind Mapping terhadap Hasil Belajar

Sejarah Kebudayaan Islam Pada Siswa Kelas XI di MAN 1 Tangerang Selatan, Skripsi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,2018
30

persamaan dengan penelitian ini ialah memilih pelajaran sejarah


kebudayaan islam (SKI) dengan metode mind mapping. Perbedaannya
ialah peneliti memilih peningkatan minat belajar siswa dalam belajar
sejarah kebudayan islam (SKI), yang dilakukan di MIS Miftahul
Khatami41

41
Haerudin, Penerapan Metode Mind Mapping pada Mata Pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa Kelas VII-A di Smp It Al
Qur’aniyyah,Skripsi UIN Syarif Hidyatullah Jakarta,2020
31

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK). Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat parsipatif
karena pelaksanaan pada penelitian tindakan ini melibatkan peneliti
langsung dalam kegiatan pembelajaran. Seperti dikatakan oleh Arukunto
yang berpendapat bahwa “penelitian tindakan kelas merupakan suatu
pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, dengan
sengaja dimuculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama” 42
Penelitian Tindakan Kelas dalam penelitian ini dilakukan melalui
dua siklus, pada setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu : perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi/ evaluasi. Dengan desain sebagai
berikut :
a. Perencanaan(Planning)
Tahap perencanaan ini peneliti merencanakan tindakan yang
akan dilakukan dikelas untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan
penelitian. Pada tahap perencanaan peneliti menentukan fokus peristiwa
yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian
membuat instrument pengamatan untuk merekam fakta yang terjadi
selama tindakan berlangsung.43 Secara rincinya peneliti membuat rencana
pelaksanaan belajar (RPP), menyiapkan media yang akan dibutuhkan,
membuat instumen, soal test, menyiapkan lembar observasi dan
wawancara.
b. Pelaksanakaan Tindakan (acting)
Tindakan ialah melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai
dengan perencanaan yang telah disusun sebelum tahap pelaksanaan.
Tindakan inilah yang menjadi inti dari PTK, dimana tindakan pelaksanaan

42 Tukiran Tanireja, Irama Pujiati, dan Nyata, Penelitian Tindakan Kelas Untuk
Pengembangan ProfesiGuru, (Bandung: Alfabeta, 2013),hal.15-16
43Ibid,hal.28
32

ini dilakukan dalam pembelajaran apa adanya yang terjadi dalam kelas.
Langkah tindakan harus terkontrol secara seksama dan harus hati-hati
dan benar-benar terencana. Dan disini peneliti bertindakan sebagai guru
sedangkan guru mata pelajaran bertindak sebagai kolaborator.
c. Pengamatan (Observing)
Pada tahap pengamatan ini dilakukan selama pelaksanaan
tindakan berlangsung untuk memperoleh data yang akurat dan tepat.
Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan format
observasi/penilaian yang telah disusun, termasuk juga pengamatan
secara cermat pelaksanaan scenario tindakan dari waktu ke waktu serta
dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa.
d. Reflesi
Refleksi merupakan tahapan yang mencangkup seluruh kegiatan
untuk diamati berdasarkan data yang sudah dikumpulkan agar
mendapatkan informasi tentang hasil penelitian dan menjadi alat evaluasi
untuk menyempurnakan Tindakan berikutnya. Menurut Wijaya Kusuma
dan Dedi Dwitagama refleksi ialah “memikirkan sesuatu atau upaya
evaluasi yang dilakukan oleh para kolaborator atau partisipan yang terkait
dengan suatu PTK yang dilaksanakan44.Jadi tahapan ini dilaksakan guna
mengetahui kekurangan dan menjadikan perbaikan pada penelitian
B. Objek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas V semester
ganjil di MIS Miftahul Khatami Sungai Rengas. Jumlah subjek penelitian
ini adalah 28 siswa.
C. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis data
Penelitian ini adalah kualitatif, adapun data yang akan di
pergunakan dalam penelitian ini adalah:

44Wijaya Kusuma dan Dedi Dwitagama “Penelitian Tindakan Kelas” (Jakarta: PT. Indeks,
2009), hal.40
33

1. Data primer
Data primer adalah data yang langsung memberikan data.45 Teknik
pengumpulan data primer ini tergantung dari jenis data yang di perlukan
jika yang diperlukan adalah tentang manusia, maka peneliti dapat
memperolehnya dengan menyiapkan seperangkat alat instrument
melakukan observasi langsung terhadap subjek atau setting yang
diteliti.Oleh karna itu, data primer yang penulis maksud dalam penulisan
ini adalah data-data yang menyangkut hal-hal tentang hasil observasi
proses pembelajaran, wawancara guru dan siswa, catatan lapangan serta
dokumentasi.
2. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang tidak langsung memberikan
data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat
dokumen, jadi. Data sekunder berasal dari tangan kedua, ketiga dan
seterusnya, artinya melewati satu atau lebih pihak yang bukan peneliti
sendiri.
Oleh karena itu data sekunder yang penulis maksud adalah data
yang diperoleh dari data yang sudah terdokumentasi yang ada
hubungannya dengan pembahasan judul proposal ini.
b. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas V dan guru
mata pelajaran Sejarah Kebudayan Islam di sekolah MIS Miftahul Khatami
Sungai Rengas.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti
yaitu:

45
Sugiyono, metode penelitian pendidikan kualitatif R & D (Bandung: alfabeta, 2011), hal.
300
34

1. Tes

Tes merupakan himpunan pertanyaan yang harus dijawab, harus


ditanggapi, atau tugas yang harus dilaksanakan oleh orang yang dites.
Tes digunakan untuk mengukur sejauh mana seorang peserta didik telah
menguasai pelajaran yang disampaikan terutama meliputi aspek
pengetahuan dan keterampilan46.Secara umum tes diartikan sebagai alat
yang dipergunakan untuk mengukur pengetahuan atau penguasaan objek
ukur terhadap seperangkat materi tertentu. Tes awal (pretest) dilakukan
sebelum kegiatan pembelajaran diberikan kepada siswa, sedangkan tes
akhir (postest) dilakukan pada setiap akhir siklus untuk mengetahui
kemampuan siswa setelah melaksanakan pembelajaran.
2. Observasi
Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara
sistematis, logis, objektif dan rasional mengenani berbagai fenomena, baik
dalam situasi sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai
tujuan tertentu47. Observasi dilakukan dengan cara mengamati dan
mencatat mengenai pelaksanaan pembelajaran di kelas serta partisipasi
yang di tunjukkan oleh siswa pada proses kegiatan pembelajaran
berlangsung sehingga tidak menganggu proses kegiatan belajar siswa.
Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah
dipersiapkan.
3. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data atau informasi
dengan cara menggunkan bahasa lisan baik secara tatap muka ataupun
melalui saluran media tertentu48.Wawancara digunakan untuk memperoleh
data atau informasi tetang permasalahan yang terjadi dalam proses
pembelajaran.

46 Asep Jihad, Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2013),
hal. 67
47 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2012),hal.153
48 Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Kencana, 2011), Cet. I, h.96
35

4. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan cara yang dilakukan peneliti untuk
mencari dan mengumpulkan data berupa dokumen-dokumen yang diteliti.
Pada penelitian ini, dokumen-dokumen meliputi daftar nilai, profil sekolah,
foto kegiatan penelitian dan data lain yang peneliti lakukan.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah usaha mencari dan menyusun secara sistematis
catatan-catatan observasi, wawancara dan dokumentasi untuk
meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan
menyajikan sebagai temuan.49

Proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang


diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dengan cara
mengorgansasian data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun keadaan pola, memilih mana yang penting
dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah di
pahami oleh diri.

F. Triangulasi Data
Triangulasi dalam pengajuan credibility ini diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan
berbagai waktu, dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi
teknik pengumpulan data, dan waktu. Triangulasi adalah Teknik
pemeriksaan pengabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain.
Diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data itu. Teknik trianggulasi yang paling banyak digunakan
adalah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Menurut Denzim dalam
Moleong, membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik
pemeriksaan yang memanfaatkan pengunaan sumber, metode, penyidik
dan teori. Kemudian menurut patton, masih dalam Meleong triangulasi
dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat

49Sugioyono, metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan H & D (Bandung: Alpabeta,


2016), hal. 244
36

kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda dalam metode kualitatif, hal ini dapat tercapai dengan jalan:
1. Membedakan hasil pengamatan dengan hasil data wawancara.
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum, dengan apa
yang dikatakannya secara pribadi.
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang dengan situasi
penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.
4. Membandingkan keadaan prespektif seorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan lain, orang biasa, orang pemerintahan.
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumentasi yang
berkaitan.50
G. Rencana dan Waktu Penelitian
Untuk memudahkan dalam melaksanakan kegiatan lapangan,maka
penulis membuat jadwal penelitiann yang dilakukan selama kurun waktu
kurang lebih 6 bulan .Mulai ditentukan sampai habis masanya.

50
Ibid, hal. 330-3315
37

Tabel 2.
Rencana dan Jadwal Penelitian
Tahun 2023-2024
NO Kegiatan Agustus Desember Januari Februari Maret April
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Studi pendahuluan
.Grand Tour) ✓
2 Pengajuan judul
proposal skripsi ✓
3 Pembuatan draf

proposal skripsi
4 Konsultasi ✓

pembimbing ✓
5 Seminar proposal ✓
skripsi
6 Revisi draf setelah ✓
seminar
7 Pengesahan riset
penelitian ✓
8 Penelitian ✓
lapangan/pengumpu
lan data
9 Penulisan draf
skripsi ✓
10 konsultasi
pembimbing/perbaik ✓
an draf skripsi
11 Pendaftaran ujian
munaqosyah ✓
12 Ujian munaqosyah ✓

13 Perbaikan skripsi
setelah ujian ✓
14 Penggandaan

15 Penyerahan skripsi

Catatan: Jadwal situasi dapat berubah sesuai kondisi


38

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Qur’an dan Terjemahannya,Al-Mahira Jakarta 2018

Buku Panduan Penulisan Skripsi Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam


Nusantara Batang Hari. 2020

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik,


Jakarta: Rineka Cipta, 2014

Abu Ahmadi dan Widodo Surpiyono, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka


2008

Dimyati. Belajar dan Pembelajaran Jakarta Depdikbud 2010

Doni Swadarma, Penerapan Mind Mapping dalam Kurikulum


Pembelajaran,Jakarta: PT. Gramedia, 2013

Endang Mulyaningsih, Metode Penelitian Terapan Bidang


Pendidikan,Bandung: ALFABETA, 2012

Endang Mulyaningsih, Metode Penelitian Terapan bidang ,Bandung:


ALFABETA, 2012

Kunandar, Penilaian Aautentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik


Berdasarkan Kurikulum 2013), Jakarta: Rajawali Pers, 2014.

Swadarma, Penerapan Mind Mapping dalam Kurikulum Pembelajaran,


Jakarta: PT. Gramedia, 20133

Sugiyono, metode penelitian pendidikan kualitatif R & D Bandung:


alfabeta, 2011

Utomo Dananjaya, Media Pembelajaran Aktif, Jakarta: Nuansa: 2010.

Wijaya Kusuma dan Dedi Dwitagama “Penelitian Tindakan Kelas” Jakarta:


PT. Indeks, 2009

Anda mungkin juga menyukai