Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ILMU ASHWAT

PENGERTIAN DAN CONTOH ASIMILASI & DISIMILASI

DISUSUN OLEH:

Andin Farelia Aqeela : 202230047

Faturrahman Arby : 202230059

DOSEN PENGAMPU:

Mustar S.Pd.I, M.Pd.I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN STS JAMBI

2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan anugrah nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Pengertian dan Contoh Asimilasi & Disimilasi”
dengan baik. Sholawat beriring salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Besar Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran
agama Islam yang sempurna dan menjadi anugrah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.

Melalui kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih banyak kepada Bapak Mustar
S.Pd.I, M.Pd.I selaku dosen mata kuliah Ilmu Ashwat Dan tak lupa pula untuk mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam pembuatan “Pengertian dan
Contoh Asimilasi & Disimilasi”.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
namun dengan dibuatnya makalah ini semoga dapat memberikan manfaat bagi kami
khususnya dan umumnya bagi pembaca,oleh karena itu kami mengharapkan kritikan dan
masukan.

Jambi, 20 November 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ................................................................................................ 1
B. RUMUSAN DAN BATASAN MASALAH ............................................................. 2
C. TUJUAN DAN MANFAAT ....................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 3
A. PERKEMBANGAN BUNYI BAHASA ARAB ........................................................ 3
B. ASIMILASI DAN DISIMILASI (‫ )المماثلة و المخالفة‬..................................................... 5
BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 10
A. KESIMPULAN ........................................................................................................ 10
B. KRITIK DAN SARAN ............................................................................................ 10
DAFTAR KEPUSTAKAAN .............................................................................................. 12

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bunyi dalam bahasa Arab disebut aṣ–Ṣaut yang berarti “suara”.[1] Menurut
KBBI bunyi adalah suatu yang kedengaran (didengar) atau ditangkap oleh
telinga.[2] Sedangkan dalam kajian bahasa bunyi adalah materi atau bahan
pengucapan. Selain itu bunyi merupakan dasar perkataan, pokok dalam menentukan
penyampaian serta mewarnainya. Bunyi ialah suara yang keras untuk menambah
kejelasan dan kebenaran ungkapan yang terkandung dalam pikiran pembicara.
Sehingga bisa mempengaruhi pendengar.[3] Menurut Ahli Bahasa Klasik, tingkatan
bunyi dalam Bahasa Arab ada 29 bunyi. Bunyi tersebut tersusun berdasarkan tempat
keluarnya. Dimulai dari pangkal langit-langit sampai ujung lidah. Sedangkan menurut
ahli modern, jumlahnya ada 28 huruf. Mereka mengeluarkan alif yang lunak dan
menghitung yang berharkat saja. Karena harkat tidak bisa terlepas dari huruf
sebagaimana lepasnya kekekalan huruf itu sendiri.[4]

Huruf-huruf yang diungkapkan oleh para ahli di atas memilik tempat keluar yang
berbeda-beda. Mulai dari ujung lidah sampai pangkal tenggorokan. Namun, dari tempat
yang berbeda-beda tersebut banyak yang berdekatan dan hampir sama dalam
mengucapkannya. Bahkan ada juga yang diganti dalam pengucapan – walaupun secara
tertulis tidak diganti – karena adanya pengaruh dari huruf lain dan sebab-sebab tertentu.
Sebagaimana lebih jelasnya akan dibahas dalam makalah ini dengan
judul “Perkembangan Bunyi Bahasa Arab dari Aspek Asimilasi dan Disimilasi”.
Asimilasi dan Disimilasi yang pemakalah maksud di sini ialah adanya perubahan
pengucapan huruf karena adanya kesamaan dan perbedaan sifat, hukum, dan tempat
keluarnya. Secara umum yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu, bagaimana
perkembangan bunyi bahasa Arab dilihat dari aspek Asimilasi dan Disimilasi.
B. RUMUSAN DAN BATASAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka pemakalah membatasi permasalahan
dalam makalah ini sebagai berikut:

1. Perkembangan bunyi bahasa Arab dari aspek Asimilasi dan Disimilasi


2. Asimilasi progresif dan regresif
3. Asimilasi dilihat dari aspek tempat keluar huruf
4. Asimilasi dilihat dari aspek cara pengucapan

C. TUJUAN DAN MANFAAT


Adapun tujuan yang diharapkan dari makalah ini ialah sebagai berikut:

1. Mengetahui perkembangan bunyi bahasa Arab dilihat dari aspek Asimilasi dan
Disimilasi.
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Asimilasi progresif dan regresif serta
contohnya.
3. Mengetahui Asimilasi dilihat dari aspek tempat keluarnya huruf
4. Mengetahui Asimilasi dilihat dari aspek cara pengucapan.
5. Secara umum, manfaat yang diharapkan dari makalah ini ialah:
6. Menambah wawasan dan pengetahuan pemakalah dan pembaca tentang
perkembangan bunyi bahasa Arab dari aspek asimilasi dan disimilasi.
7. Membantu pemakalah dan pembaca untuk membedakan asimilasi dilihat dari
aspek progresif dan regresif.

2
3

BAB II
PEMBAHASAN
A. PERKEMBANGAN BUNYI BAHASA ARAB
Perkembangan bahasa-bahasa dilihat dari aspek bunyi mengalami perkembangan
yang sangat cepat. Kebanyakan perkembangan tersebut terbagi
berdasarkan siḡah (ṣorf), nahwu, mufradat, dan uslub. Oleh karena itu, sudah jelas
bahwa aspek yang diucapkan dalam bahasa lebih banyak dikaji daripada aspek yang
ditulis. Alasannya ialah bahwa bahasa itu berkumpul dalam susunan dan kelompok
bunyi yang diperindah oleh makna yang tidak dijelaskan dalam perkataan yang tertulis.
Oleh karena itu, bunyi terpisah dari bentuknya dan mengembangkan selainnya. Dapat
kita lihat, kebanyakan bahasa dari segi perbedaan pengucapan untuk dituliskan
mengembangkan pengucapan dan menjaga ejaan sebelumnya.

Para ahli bahasa telah melalui suatu masa ketika mereka mengungkapkan dalam
masa tersebut perubahan-perubahan bunyi suatu bahasa yang muncul dari hukum yang
kuat dinamakan hukum bunyi atau “phonetic laws”. Mengikuti pandangan ini bahwa
suatu fonem dalam makna bunyi, bahasa, dan bagian tertentu harus dimasuki oleh
perubahan pada setiap kata-kata bahasa tertentu. Perubahan inilah yang membicarakan
hasil perbandingan atau analogy.

Leskien (1876) telah menempatkan teori ini untuk pertama kali bagi bahasa
Jerman dan dilanjutkan oleh ahli tatabahasa modern yaitu Neo-Crammarians. Tetapi,
ahli bahasa sekarang membicarakan bentuk-bentuk yang rendah dan sederhana ketika
mereka menempatkan sesuatu itu dalam bentuk arahan-arahan bunyi atau phonetic
tendencies dan bukanlah dalam bentuk hukum bunyi atau phonetic laws. Arahan-
arahan di sini menghukum aturan bunyi yang berlangsung pada mayoritas keadaan.
Kata-kata tertentu dalam hal ini karena sebab-sebab yang terlepas dari pengaruh
arahan-arahan yang terjadi atau yang menentangnya.
Orang yang menerima istilah “hukum bunyi” yang menyaratkan tidak ada
hubungannya dengan hukum alamiah atau kimia. Bahkan mengungkapkan hukum dari
bentuk kemanusiaan yang serupa dengan politik dan sosial.

Alex Kock adalah salah satu yang pertama membangkitkan ide hukum bunyi dari
bahasa Swedia. Tahun 1896 ia mengembangkan kajian menarik yang memperhatikan
serangkaian (silsilah) pengaruh-pengaruh yang mengurangi efektivitas hukum bunyi.
Misalnya perbedaan turunan yang mengulangi kata-kata atau bunyi dalam bahasa.

Sisi lain yang membantu menetapkan perubahan bunyi kita temukan kelompok
ahli bahasa lain. Kelompok ini mengatakan bahwa perubahan dalam bahasa murni
terjadi secara kebetulan. Tetapi pandangan ini tidak mengurangi sisi pandangan
fanatisme terhadap efektivitas hukum bunyi. Namun, bukti dan fakta tetap menentang
yang demikian itu.

Para pengamat mengenal dengan ilmu bunyi evolusi atau evolutionary


phonetics. Mereka adalah orang-orang yang menentukan ketentuan yang besar
terhadap cabang dari ilmu ini. Sebagaimana yang dinamakan dengan Linguistic
Geography atau Dialect Geography dalam menghubungkan kepada sebagian
penemuan dalam bidang ilmu bunyi evolusi.

Sebelum pemakalah membicarakan tentang evolusi atau perkembangan dalam


bunyi bahasa Arab, terlebih dahulu pemakalah mengemukakan pengamatan terhadap
pentingnya hukum atau arahan-arahan. Menurut ahli bahasa bahwa ketentuan dalam
evolusi bunyi, di anataranya ialah:

1. Hukum Gramont
2. Hukum usaha minimal
3. Hukum pengulangan turunan
4. Hukum frekwensi relatif

4
1. Faktor kecepatan
2. Faktor keseimbangan
3. Faktor eksternal

B. ASIMILASI DAN DISIMILASI (‫)المماثلة و المخالفة‬


1. Asimilasi

Menuruat bahasa asimilasi ialah “persamaan” atau “kias”


(analogi).[5] Sebagian ahli bahasa mendefinisikan asimilasi ialah perubahan yang
terhimpun dalam bunyi, karena adanya kedekatan bunyi yang disebabkan oleh bunyi
yang lain. Pendapat yang lain mendefinisikan bahwa asimilasi (‫ )المماثلة‬adalah
“memalingkan bunyi yang berbeda menjadi bunyi yang sama, baik sebagian atau
keseluruhan.[6] Menurut Laver, asimilasi adalah saling berpengaruhnya antar bunyi
mengakibatkan ciri bunyi yang dipengaruhi menjadi berubah untuk menyesuaikan
dengan bunyi yang mempengaruhi.[7]

Menurut Abercrombie (1974: 133-139) asimilasi dapat terjadi berdasarkan tiga


faktor[8]: getaran pita suara, pergerakan velum, perpindahan daerah artikulasi.
Asimilasi yang berdasarkan getaran pita suara dapat mengakibatkan bunyi tak bersuara
(mahmus) menjadi bersuara (majhur) atau sebalikanya, seperti:

‫يا أيها الـمدثر‬

Dari contoh di atas terdapat asimilasi (‫ )ت‬dengan (‫)د‬, tapi selain perubahan (‫ )ت‬menjadi
(‫ )د‬dalam proses tersebut juga terjadi pelepasan vocal. Jadi peroses asimilasi tersebut
sebagai berikut:

‫الـ ُمتَدَثِر – الـ ُمتْدَثِر – الـ ُمدَّثِر‬

Asimilasi yang melibatkan pergerakan velum akan mengakibatkan bunyi non-nasal


menjadi berciri nasal, contoh :

5
1. ‫ منبع‬2 ‫من بعد‬

Pada kedua contoh di atas (‫ )ب‬yang asalnya berciri non-nasal menjadi berciri nasal
karena terpengaruh oleh (‫)ن‬.

Pertanyaan yang harus ada dalam kajian asimilasi ini ialah sebagai berikut:

1. Apakah asimilasi itu progresif ketika adanya pengaruh yang sebelumnya terhadap
yang sesudahnya. Contoh: menukar ta’(‫ )ت‬ifti’al (‫ )افتعال‬menjadi dal(‫ )د‬setelah
zai(‫ )ز‬dalam contoh‫ ازدجر‬, aslinya ialah ‫ازتجر‬. Menjelaskan ta’ (‫ )ت‬yang
dipengaruhi oleh Zai (‫ )ز‬yang dijaharkan, maka dipalingkan menjadi penukarnya
yang dijaharkan yaitu dal (‫)د‬. Apakah asimilasi itu bersifat regresif ketika ada
pengaruh dari yang sesudahnya terhadap yang sebelumnya, contohnya menukar fa
ifti’al (‫ )ف اإلفتعال‬apabila ada waw (‫ )و‬menjadi ta’ (‫ )ت‬contoh ‫ اتّعد‬dari ‫?وعد‬
2. Apakah asimilasi itu antara bunyi yang berdekatan (contigious) seperti contoh
sebelumnya, yang dinamakan dengan asimilasi yang berdekatan (contact
assimilation). Atau apakah asimilasi itu antara bunyi yang
berjauhan (noncontiguous), seperti menebalkan sin (‫ )س‬pada ‫ سراط و مسيطر‬karena
pengaruh tha (‫ )ط‬yang ditebalkan. Asimilasi ini dinamakan dengan asimilasi
berjauhan (distant assimilation)?
3. Apakah asimilasi itu sebagian saja, ketika bunyi tersebut tidak sesuai dengan yang
lainnya. Misalnya ‫انبعث‬, yang mana nun (‫ )ن‬yang diucapkan di sini ialah mim (‫)م‬
karena pengaruh ba’ (‫ )ب‬syafawi (maka hasilnya: ‫ ب‬+ ‫ ن‬adalah ‫ ب‬+ ‫ م‬bukan ‫ب‬
‫ ب‬+). Atau apakah seluruhnya, katika dua bunyi itu sesuai?
4. Apakah asimilasi itu dari sisi tempat keluar huruf ataukah dari sisi cara
pengucapannya. Supaya lebih jelas perhatikan tabel di bawah ini:

6
5 ‫المخرج‬ 4 ‫المخرج‬ 3 ‫المخرج‬ 2 ‫المخرج‬ 1 ‫المخرج‬

‫ن‬ ‫ب‬ ‫ج‬ ‫ذ‬ ‫د‬

‫ل‬ ‫م‬ ‫ش‬ ‫ث‬ ‫ت‬

‫ر‬ : ‫ي‬ ‫ظ‬ ‫س‬

: : : : ‫ص‬

2. Asimilasi Progressif dan Regresif

Berdasarkan urutan atau alur bunyi yang mempengaruhi asimilasi dalam bahasa
Arab dibagi menjadi dua, yaitu

1. Asimilasi progresif adalah proses berpengaruhnya sebuah bunyi pada bunyi


sesudahnya, seperti ‫ ازدهر‬berasal dari ‫ ازتهر‬, dimana bunyi tak bersuara
(‫ )ت‬merubah menjadi bersuara (‫ )د‬karena terpengaruh oleh sifat bunyi (‫ )ز‬yang
bersuara.
2. Asimilasi regresif adalah proses berpengaruhnya sebuah bunyi pada bunyi
sebelumnya, seperti ‫سالم‬+‫ ال‬menjadi ‫ السّالم‬dimana konsonan (‫ )ال‬dipengaruhi oleh
bunyi (‫ )س‬. dalam hal ini Syahin menegaskan bahwa asimilasi regresif dalam
bahasa Arab lebih produktif dari asimilasi progresif.

3. Asimilasi Dilihat Dari Aspek Tempat Keluar Huruf

Apabila asimilasi itu sampai pada keberadaan dua bunyi dalam satu makhraj
maka persamaan tersebut adalah dari sisi tempat keluar hurufnya (makhrajnya).

7
Misalnya, ‫ انبعث أو انبرى‬keduanya diucapkan ‫ امبعث أو امبرى‬dengan menukar bunyi nun
(‫ )ن‬dari makhrajnya yang asli ke makhraj ba’(‫ )ب‬dipalingkan menjadi mim (‫ )م‬karena
pengaruh ba’ (‫)ب‬. Seperti itu juga dengan lam ta’rif (‫ )الم التعريف‬kepada ta’ (‫ )ت‬pada
contoh ‫التعليم‬. Maka asimilasi ini sampai kepada penukaran bunyi dari yang aslinya
menjadi yang mempengaruhinya. Contoh lainnya ialah: ‫الثوب و السالمة و الشجر وإلخ‬.

Adapun apabila bunyi tidak tertukar dari tempat keluarnya (makhraj) maka
persamaan ini ialah dari segi cara pengucapannya. Misalnya, ‫ سراط‬yang ditukar menjadi
‫ صراط‬. atau ‫ ادتخر‬ditukar menjadi ‫ادخر‬.

Demikian juga ketika bunyi letupan (infijar) mengikuti bunyi hidung (dengung),
maka bunyi letupan tersebut diambil cara pengucapannya dari hidung. Misalnya pada
kata ‫لكنة و يضنى و بتنا‬. Seiringan dengan contoh tersebut juga bunyi pantulan (Qalqalah)
yaitu ‫قطبجد‬, Apabila pembicara belum mengkaji yang diikutinya dengan bunyi
pantulan.

Apabila bunyi letupan mengikuti bunyi yang lunak, maka bunyi letupan ini
terlepas dari hal tersebut. Misalnya ‫يتلو و يكلح‬.

Apabila sampai pengaruh asimilasi itu pada penukaran bunyi dari fonemnya yang
muncul pada bunyi tersebut menjadi fonem yang lain, maka perubahan ini menjadi
bagian yang tertukar. Misalnya, apabila bunyi nun (‫ )ن‬ditukar menjadi mim (‫ )م‬karena
pengaruh ba’ (‫ )ب‬pada kata ‫ انبرى‬. Ini adalah bunyi yang terjadi pada tempat yang lain
dari nun (‫)ن‬. Misalnya: ‫ مال و نال‬.[9]

4. Disimilasi

Disimilasi merupakan lawan dari Asimilasi, karena perubahan bunyi yang ada
dalam urutan perkataan disebabkan adanya pengaruh bunyi yang berdekatan. Akan
tetapi, perubahan yang berlawanan ini menjadi bertambah ketika ada perbedaan antara

8
dua bunyi. Disimilasi adalah fenomena yang lebih sedikit terjadi pada bunyi daripada
asimilasi.

Disimilasi merupakan fenomena yang ada pada setiap bahasa. Misalnya dalam
bahasa Inggris, kata “Marble” dan “Pilgrim”. Kedua kata tersebut asalnya
adalah “Malble” dan “Pilglim”, yakni (l) yang diganti dengan (r). Hurwitz
mengansumsikan bahwa kata-kata bahasa Arab sebagian besar yang terdiri dari “ra”,
“lam”, “nun”, atau “mim” telah menghasilkan pengaruh disimilasi antara dua bunyi
yang sama. Sebagaimana dapat kita lihat pada contoh: ‫ عنكب‬،)‫ جلمد – (ج ّمد‬،)‫حرجل – (حجّل‬
ّ ‫ و فلطح – (ف‬،)‫ قرمط – (ق ّمط‬،)‫ عرقب – (عقّب‬،‫)– (ك ّعب‬.
‫طح‬

1. Menukar fathah menjadi kasrah ketika berdekatan dengan alif. Tujuannya ialah
menghindari pengucapan dari harkat-harkat tertentu. Penjelasan ini menjelaskan
kenapa jama’ mu’annats salim itu di-nashab-kan dengan kasrah dan nun
mutsanna itu di-kasrah-kan yang berlawanan dengan jama’ mudzakkar
salim yang di-fathah-kan.
2. Menukar kasrah dengan fathah apabila berdekatan dengan ya’ mad. Sebagaimana
kebanyakan terdapat dalam bahasa Arab Amiyah yang mana bentuk ‫ فِ ِعّيْل‬diganti
َ ‫ع ّ ِويْم و أ َ ِ ّكيْل و َح ِبّيْب و‬
menjadi ‫س ِ ّهيْر‬ َ : ‫فَ ِ ّعيْل‬
3. Mengganti dhammah yang berurutan dengan dhammah + fathah. Sebagaimana
dikatakan: ‫س َر ٌر و ذُلُل – ذُلَل‬
ُ – ‫س ُر ٌر‬
ُ karena berat apabila dua dhammah di-mudha’af-
kan

9
10

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sebagai kesimpulan dari uraian yang telah pemakalah paparkan di atas adalah
sebagai berikut:

1. Perkembangan atau evolusi bunyi bahasa Arab dengan munculnya perubahan-


perubahan bunyi bahasa yang disebabkan karena adanya hukum bunyi.
2. Asimilasi adalah perubahan bunyi dari dua bunyi yang tidak sama menjadi bunyi
yang sama atau yang hampir sama. Hal ini terjadi karena bunyi-bunyi bahasa itu
diucapkan secara berurutan sehingga berpotensi untuk saling mempengaruhi atau
dipengaruhi. Bunyi pertama terpengaruh oleh bunyi kedua.
3. Asimilasi progresif adalah proses berpengaruhnya sebuah bunyi pada bunyi
sesudahnya. Asimilasi regresif adalah proses berpengaruhnya sebuah bunyi pada
bunyi sebelumnya.
4. Disimilasi adalah perubahan bunyi yang ada dalam urutan perkataan disebabkan
adanya pengaruh bunyi yang berdekatan. Akan tetapi, perubahan yang berlawanan
ini menjadi bertambah ketika ada perbedaan antara dua bunyi.

B. KRITIK DAN SARAN


Perlu adanya metode penelitian lebih lanjut akan upaya penigkatan diskusi
terhadap makalah ini supaya memaksimalkan potensi kami,tentunya terhadap penulis
sudah menyadari jika dalam penulisan makalah di atas masih banyak kesalahan dan
jauh dari kata sempurna.Adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan
susunan makalah di atas dengan meenggunakan pedoman dari beberapa sumber dan
kritik yang bisa membangun pembaca.

Demikianlah makalas yang kami buat ini,semoga bermanfaat dan menambah


wawasan bagi para pembaca.Kami mohon maaf bila ada ejaan yang salah dalam
penulisan kata maupun kalimat yang kurang jelas.Kami hanyalah manusia biasa yang
tak luput dari kesalahan dan kami juga sangat mengaharapkankritik dan saran para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.Sekian penutupan dari kami semoga dapat
diterima di hati dan kami ucapkan terima kasih sebesar besarnya.

11
DAFTAR KEPUSTAKAAN
al-Uṣaily, Abdul Aziz bin Ibrahim. 1996. Dasar-dasar Pengajaran Bahasa Arab untuk
Orang Arab dengan Bahasa Lain. Makkah al-Mukarramah.

Munawwir, A.W. 1997. Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap. Cet. XIV.


Surabaya: Pustaka Progressif

Pusat Bahasa Depdiknas. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta

Schane,. 1992. Fonologi Generatif , terj. Kentjanawati Gunawan. Jakarta: Summer Institute
of Linguistics-Indonesia

Umar, Ahmad Mukhtar. 1985. Dirasatu ash-Shauti al-Lughawiy. Cairo: Alamul Kutub

[1] A.W. Munawwir. Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap. Cet. XIV.


Surabaya: Pustaka Progressif. 1997. Hal 801

[2] Pusat Bahasa Depdiknas. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta. 2008. Hal. 239

[3] Abdul Aziz bin Ibrahim al-Uṣaily. Dasar-dasar Pengajaran Bahasa Arab untuk Orang
Arab dengan Bahasa Lain. Makkah al-Mukarramah. 1996. Hal. 115

[4] al-Uṣaily. Op.cit. hal. 116

[5] A.W. Munawwir. Op. Cit. hal 1310

[6] Ahmad Mukhtar Umar, Dirasatu ash-Shauti al-Lughawiy (Cairo: Alamul Kutub, 1985),
h. 378

[7] Laver. Principles of Phonetics (Cambridge: Cambridge University Press, 1994), h. 3.

12
[8] Schane,. 1992. Fonologi Generatif , terj. Kentjanawati Gunawan ( Jakarta: Summer
Institute of Linguistics-Indonesia 1992), h. 51-53.

[9] Ahmad Mukhtar Umar. Op. Cit. hal 38

[10] Ahmad Mukhtar Umar. Op. Cit. hal. 38

13

Anda mungkin juga menyukai