Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PRODUKSI VOKAL DAN KONSONAN DALAM BAHASA ARAB

Disusun Oleh :

Hudzaifah Karepesina (200506501020)

Kelas B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

JURUSAN BAHASA ASING

FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat allah SWT atas segala rahmatnya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa saya
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan pikiran maupun materinya.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi


pembaca. Bahkan saya berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekan dalam kehidupan sehari-hari.

Malang, 10 November 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................5
1.3 Tujuan............................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..........................................................................................................................6
2.1 Suprasegmental.............................................................................................................6
2.2 Konsep Nada dan Intonasi..............................................................................................7
BAB III.......................................................................................................................................9
PENUTUP..................................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................10

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kajian ilmu bunyi adalah melihat bagaimana hubungan bunyi-bunyi bahasa
dengan pandangan zaman baik sinkronik maupun diakronik. Studi bunyi bahasa
dalam selang waktu yang tak terbatas sebagaian pendapat menyebutnya dengan
sinkronik (Ilmu al-Ashwat al-Sinkruni) sedangkan fonetik diakronik (Ilmu al-Ashwat
al-Diyakruni) bunyi-bunyi bahasa yang berkembang pada saat bunyi bahasa tersebut
berjalan (Muizzuddin, 2002). Ilmu fonologi merupakan salah satu cabang dari ilmu
ashwat/ilmu bunyi. Ilmu ashwat fonologi adalah ilmu bunyi yang membahas tentang
bunyi bahasa tertentu dengan mempertimbangkan fungsi dan makna yang dikandung
oleh bunyi itu (Nasution, 2010).

Beberapa bidang kajian fonetik yakni menelaah bagaimana bunyi-bunyi


ujaran dihasilkan oleh manusia, menelaah apa yang dikeluarkan oleh gelombang
bunyi serta bagaimana bunyi-bunyi bahasa tersebut diterima oleh pendengaran
manusia untuk kemudian dianalisis oleh otak manusia. Bidang kajian fonetik secara
umum dibagi menjadi tiga bagian, yakni fonetik fisiologis, fonetik akustik, dan
fonetik auditoris. Dalam tradisi linguistik Arab terma fonetik atau fonologi terkenal
dengan istilah al-ashwat atau al-Ilmu al-Ashwat. ilmu al-Ashwat (ilmu bunyi) adalah
disiplin ilmu bahasa Arab yang mengkaji sistem bunyi. Dengan kata lain, ilmu al-
Ashwat adalah ilmu yang menitikberatkan pembahasannya pada suara dan bunyi-
bunyi yang diucapkan langsung oleh penutur asli bahasa Arab, yaitu orang-orang
Arab. Jika ilmu tersebut dimaksudkan mengkaji unsur bunyi atau suara ke dalam
bahasa Arab. Maka, hal itu berkaitan erat dengan tepat-tidaknya pelafalan, benar-
tidaknya intonasi, dan penjedaan dalam menyuarakan huruf atau kalimat(Muslich,
2008).

Vokal ini terbagi menjadi dua macam yakni vokal tunggal atau monoftong
dan vokal rangkap atau diftong untuk rangkap dua dan triftong untuk rangkap tiga.
Vokal tunggal adalah vokal biasa yang tidak merubah lidah dari awal hingga akhir
(artikulasi) ketika mengucapkan sebuah kata. Diantaranya termasuk vokal tunggal
dalam bahasa Arab adalah fathah pendek, kasrah pendek, dhammah pendek, fathah
panjang, kasrah panjang, dan dhammah panjang (Nasution, 2012). Sedangkan vokal
rangkap atau diftong dalam bahasa Arab masih menjadi perdebatan. Vokal rangkap
dalam bahasa Arab oleh sebagian ulama fonetik tidak diakui karena vokal rangkap

4
adalah kesatuan, sedangan dalam bahasa Arab merupakan gabungan dua vocal
(Nasution, 2010).

Konsonan (shawamit/huruf) ialah bunyi letupan atau geseran, atau bunyi


bersuara ataupun bunyi tidak bersuara. Konsonan selalu mendapatkan hambatan di
saluran udara, baik hambatan kuat atau lemah. Sehingga berakibat adanya letupan
atau geseran. Yang termasuk konsonan adalah semua bunyi yang udaranya keluar
dari hidung ketika diartikulasikan atau bunyi yang udaranya keluar dari samping kiri
atau kanan mulut (Marlina, 2019). Konsonan dalam bahasa Arab menurut sebagian
pakar fonetik Arab terdiri dari 28 konsonan, sebagian yang lain menyebutkan 26
konsonan. Pakar fonetik yang menyebutkan 28 konsonan berpendapat dengan
menambahkan dua semivokal ke dalam konsonan, adapun yang terpendapat 26
konsonan tidak melakukan hal tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa itu Supersegmental ?

b. Konsep Nada dan Intonasi

c. Nada ?

d. Intonasi ?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui apa itu supersegmental serta konsep nada dan intonasi
dalam penerapanya di vokal dan konsonan bahasa arab.

5
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Suprasegmental
Dalam pembahasan suprasegmental ilmu bunyi bahasa Arab memiliki beberapa
unsur, di antaranya adalah penggalan kata, tekanan, intonasi,pemberhentian (waqaf),
panjang pendek. Panjang Pendek (‫) ُل و الط‬

Panjangnya waktu dalam menuturkan sebuah bunyi, penggalan kata, kata dan kalimat
dapat bervariasi. Variasi panjang pendek ini dalam berbagai bahasa dapat difungsikan
sebagai fonem, yang dapat membedakan arti.Panjangnya waktu dalam menuturkan
suatu kata, penggalan kata dapat dibagi dua macam, yaitu panjang pendek bersifat
natural, yaitu panjang sudah merupakan sifat bunyi tersebut harus dituturkan panjang,
seperti tiga huruf mad dalam bahasa Arab, dan panjang yang bersifat rekayasa, yaitu
panjng yang sengaja dibuat untuk maksud-maksud tertentu.

Banyak faktor yang mengakibatkan adanya panjang dalam suatu bahasa yaitu
sifat dari bunyi itu sendiri; sifat dari bunyi-bunyi yang mendampingi suatu bunyi
tertentu; tinggi tendahnya tekanan; tidak adanya penggalan kata yang menyela antara
tekanan tinggi dengan tekanan rendah; intonasi.Bahasa Arab termasuk bahasa yang
mempunyai bunyi panjang yang bersifat natural, yaitu sebagai berikut

1) Tiga fonem yang disebut mad, yaitu fathah thawilah, kasrah thawilah,
dandhammah thawilah.fonem ini membedakan arti, seperti perubahan yang َ‫ م َط ٌر‬kata
pada terjaditanpa mad yang berarti hujan ke kata ‫َ ر ٌطا َم‬dengan mad pada (‫َ ( طا‬yang
berarti lapangan terbang (bandara).Dalam ilmu tajwid, tiga fonem panjang ini
mempunyai variasi panjang pendek lagi, ada yang dua harakat, empat harakat, lima
harakat, dan enam harakat sesuai dengan ketentuan.

2) Dua kelompok alofon, masing-masing adalah

a. Nun sakin apabila bertemu dengan

(1) Salah satu huruf ikhfa yang lima belas, yaitu

‫ق‬-‫ك‬-‫ش‬-‫ج‬-‫ز‬-‫ص‬-‫س‬-‫ض‬-‫د‬-‫ط‬-‫ت‬-‫ظ‬-‫ذ‬-‫ث‬-‫ف‬

(2) Salah satu huruf idgham yang enam, yaitu

‫ن‬-‫و‬-‫ل‬-‫م‬-‫ر‬-‫ي‬

6
(3) Huruf iqlab, yaitu ‫ب‬

b. Mim sakin apabila bertemu dengan

(1) Huruf ikhfa, yaitu ‫;ب‬

(2) Huruf idgham,yaitu ‫م‬

Disamping itu dalam bahasa Arab didapati juga panjang yang bersifat rekayasa, yang
berarti sebuah cara yang dapat digunakan oleh penutur untuk mengekspresikan ide
yang terdapat dalam benaknya.

2.2 Konsep Nada dan Intonasi


Menurut ahmad mukhtar amir (220: 1990) mengatakan bahwa perbedaan antara nada
dan intonasi yaitu, Nada adalah tingkatan bunyi atau tingkatan-tingkatannya terhadap
kata atau di sebut dengan word tone. Sedangkan intonasi adalah tingkatan bunyi
terhadap kalimat, ungkapan atau kumpulan-kumpulan kalimat.

Nada biasa disebut dengan ‘ tone, tingkatan bunyi’ fonem diatas suku kata
yang berbarengan dengan fonem suku kata dan dapat mempengaruhi pada makna atau
dapat merubah makna.Tingkatan nada dalam bahasa:

(1). Nada rendah atau ringan rumus ponemnya (1) contoh: )2( a,1‫األستاد جاء‬.
Nada sedang atau datar rumus ponemnya (2) contoh: 2 )3( a,1 ‫األستاد جاء‬. Nada tinggi
rumusnya (3) contoh: 2 )4( a,1‫ األستاد‬3 ‫جاء‬. Nada sangat tinggi rumusnya (4) contoh: ْ
4 ‫إخرج‬

Intonasi adalah sebuah unsure dalam ucapan yang dapat membantu seseorang
untuk mengekspresikan sesuatu yang terdapat dalam hati dan perasaannya. Yang
terjadi dengan naik turunnya suara. Intonasi dalam banyak hal mempunyai fungsi
kebahasaan yang sangat penting, dengan intonasi makna suatu kalimat dapat
berbeda.Intonasi dapat terjadi dalam perpindahan dari suatu bunyi ke bunyi yang lain,
sebagaimana terjadi dalam perpindahan dari kalimat ke kalimat lain dengan naik,
turun atau samanya intonasi suara disbanding dengan suara yang sebelum atau
sesudahnya.

Intonasi dalam berbagai tingkatan:

Tingkatan pertama adalah Alur 231 yaitu intonasi pada kalimat tertentu yang
mengandung kalimat Tanya dan tidak bisa terjawab oleh “ya” atau “tidak”. Contoh :
2 muhammad 3 tidak ada 1.

7
Tingkatan kedua adalah Alur 233 yaitu intonasi pada kalimat tertentu yang
mengandung kalimat Tanya dan bisa terjawab oleh “ya” atau “tidak”. Contoh : 2
muhammad 3 pergi 3? .

Tingkatan ketiga adalah Alur 244 yaitu intonasi yang menunjukan makna takjub
atau heran. Contoh: 2 Ahmad 4 mati 4.

Intonasi mempunyai banyak fungsi kebahasaan. Diantaranya ada yang bersifat


umum, berlaku untuk semua bahasa, sebagian lainnya bersifat khusus yang hanya
berlaku untuk bahasa tertentu saja. Diantara fungsi kebahasaan dari intonasi adalah
sebagai berikut:

Fungsi semantik

Fungsi semantik yang membedakan arti dari suatu kata atau kalimat. Suatu kata atau
kalimat jika dituturkan dengan intonasi yang berbeda dapat berdampak pada arti yang
berbeda pula. Seperti kata “Astagfirullah” jika dituturkan dengan intonasi menurun
artinya adalah minta ampun kepada Allah. Tetapi jika dituturkan engan naik, turun,
naik maka bias berarti omelan, karena tidak mengikuti aturan.

Fungsi ketatabahasaan

Fungsi ketatabahasaan yang membedakan bentuk-bentuk kalimat. Suatu kalimat jika


dituturkan dengan intonasi yang berbeda dapat merubah bentuknya dari kalimat berita
menjadi kalimat seru atau Tanya. Contoh “‫“ القطار وصل‬jika dituturkan dengan intonasi
mendatar akan menjadi kalimat berita, dan jika dituturkan dengan intonasi naik maka
merupakan kalimat Tanya. Sedangkan apabila dituturkan dengan intonasi naik turun
maka kalimat tersebut menjadi kalimat takjub atau heran.

Fungsi ekspresi kejiwaan

Fungsi ekspresi kejiwaan menunjukan sikap kejiwaan penutur. Seperti kalimat: “‫اخرى‬
‫رت لقد‬aa‫“ مرة الباب كس‬apabila dituturkan dengan intonasi biasa kalimat tersebut berarti
“saya tidak mengerti maksudmu, coba ulangi ucapan anda” dan apabila dituturkan
dengan intonasi naik maka akan berarti persetujuan dan menguatkan pengertian. Dan
jika naik turun berarti heran atau takjub.

8
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Studi bunyi bahasa dalam selang waktu yang tak terbatas sebagaian pendapat
menyebutnya dengan sinkronik (Ilmu al-Ashwat al-Sinkruni) sedangkan fonetik
diakronik (Ilmu al-Ashwat al-Diyakruni) bunyi-bunyi bahasa yang berkembang pada
saat bunyi bahasa tersebut berjalan (Muizzuddin, 2002).

Ilmu ashwat fonologi adalah ilmu bunyi yang membahas tentang bunyi bahasa
tertentu dengan mempertimbangkan fungsi dan makna yang dikandung oleh bunyi itu
(Nasution, 2010).Dengan kata lain, ilmu al-Ashwat adalah ilmu yang menitikberatkan
pembahasannya pada suara dan bunyi-bunyi yang diucapkan langsung oleh penutur
asli bahasa Arab, yaitu orang-orang Arab.

Yang termasuk konsonan adalah semua bunyi yang udaranya keluar dari hidung
ketika diartikulasikan atau bunyi yang udaranya keluar dari samping kiri atau kanan
mulut (Marlina, 2019).

Variasi panjang pendek ini dalam berbagai bahasa dapat difungsikan sebagai fonem,
yang dapat membedakan arti.Panjangnya waktu dalam menuturkan suatu kata,
penggalan kata dapat dibagi dua macam, yaitu panjang pendek bersifat natural, yaitu
panjang sudah merupakan sifat bunyi tersebut harus dituturkan panjang, seperti tiga
huruf mad dalam bahasa Arab, dan panjang yang bersifat rekayasa, yaitu panjng yang
sengaja dibuat untuk maksud-maksud tertentu.

9
DAFTAR PUSTAKA
Herwening Puspita dkk, Karakteristik Lagu-lagu Kebangsaan Arab : Analisis Fonologi,
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Vol. 3, No. 1, Juni 2021

Yaman Khoirul dkk, Durasi Akuistik Pembelajaran Bahasa Arab Di Medan, Retorika : Jurnal
Ilmu Bahasa, Vol. 3, No. 1 April 2017, 62-69

10

Anda mungkin juga menyukai