Anda di halaman 1dari 19

FONEM DAN ALOFON

MAKALAH
Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
“Ilmu Al-Lughah”

Dosen Pengampu:
Asep Mauludin, M.ag

Di sususn oleh:
Nala Nurfaizah Yasaroh
NIM: 202108001

Prodi Pendidikan Bahasa Arab (Pba)


Sekolah Tinggi Agama Islam Persis Garut
2022-2023
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Pertama-tama Segala puji bagi Alloh ‘azza wajalla yang telah memberikan
begitu banyak kenikmatan, shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah
limpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam yang telah
membawa kita dari zaman jahiliyyah ke zama yang penuh hidayah. Tidak lupa
kepada keluarganya, para sahabatnya, tabi’in, atbaut tabi’in, dan semoga sampai
kepada kita selaku ummatnya. Aamiin.
Alhamdulillah atas segala berkat Rahmat dan karunianya, penulis dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah Ilmu Al-Lughah ini. Adapun maksud dan tujuan
penulis disini yaitu menyajikan materi tentang Fonem dan Alofon. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat dan menjadi sarana pengetahuan bagi pembaca.
Sebagai penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan makalah maupun tata bahasa penyamapaian dalam makalah ini. Untuk
itu, segala bentuk saran dan kritik atas semua kekurangan dalam penyusunan
makalah ini penulis akan menerimanya dengan hati terbuka. Atas segala
kebaikannya penulis haturkan jazaakumullahukhairankatsiiran.

Garut, Juli 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Rumusan Maslah .......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
A. Definisi Fonem dan Alofon.......................................................................... 3
B. Identifikasi dan klasifiksi Fonem ................................................................. 4
C. Khazanah Fonem .......................................................................................... 6
D. Perubahan Fonem ......................................................................................... 7
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 15
KESIMPULAN ................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Semua cabang ilmu pengetahuan memiliki objek yang dijadikan
bahan kajian. Ilmu apapun akan menetapkan objeknya sebagai bahan
kajian. Ilmu Bahasa yang sering disebut linguistik menetapkan objek
kajiannya adalah bahasa. Linguistik atau ilmu bahasa, sebagaimana
cabang ilmu pengetahuan yang lain, terbagi atas bidang-bidang
bawahannya.contoh, misalnya psikologi atau ilmu jiwa terbagi atas
bidang-bidang seperti psikologi kepribadian, psikologi perkembangan,
dan lain sebagainya. Ilmu kimia, misalnya dibedakan antara kimia
organis dan kimia anorganis. Demikian pula halnya dengan linguistik
atau ilmu bahasa terdiri dari beberapa bidang (Krisanjaya Ahmad H.P,
t,t:1.3). Bahasa itu sendiri ialaha suatu sistem fonetik (bunyi) yang
terdiri atas simbol-simbol arbiter yang digunakan untuk bertukar
pikiran dan perasaan di antara anggota komunitas (masyarakat) yang
memiliki bahasa sejenis (Al-Khuli, 19997:15).
Adapun bidang-bidang kajian dalam linguistik amatlah luas.
Bidang-bidang kajian linguistik ini membentuk apa yang disebut
tataran bahasa atau hierarki bahasa (Krisanjaya Ahmad H.P, t,t:1.3). ).
Adapun Bidang-bidang bawahan di dalam ilmu linguistik semuanya
mengandaikan adanya pengetahuan linguistik yang mendasarinya.
Bidang yang mendasari itu ialah bidang yang menyangkut struktur-
struktur dasar tertentu, yaitu: struktur bunyi bahasa, yang bidangnya
disebut “fonetik” dan “fonologi”, struktur kata, yang namanya
“morfologi”, struktur antar kata dalam kalimat , yang namanya
“sintaksis”, masalah arti atau makna, yang namanya “semantik”
(Akhyaruddin,dkk 2020:3).
Menurut Akihary dan Ritha (2007:11), menjelaskan bahwa salah
satu bidang kajian penting dalam ilmu linguistik ialah kajian tentang
rangkaian bunyi bahasa yang disebut fonologi. Dalam ilmu fonologi
secara umum terbagi menjadi dua pembahasan, yaitu fonetik

1
(membahas bunyi bahasa yang berada dalam sebuah pola atau struktur
bahasa) dan fonemik (membahas bunyi bahasa yang sudah termasuk
kedalam bagian struktur bahasa) (Setyaningsih dan Kunjana, 2014:5) .
Objek kajian fonetik ialah fon, yaitu bunyi bahasa pada umumnya
tanpa memperhatikan apakah bunyi tersebut mempunyia fungsi sebagai
pembeda makna kata atau tidak. Sedangkan objek kajian fonemik ialah
fonem, yakni bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi membedakan
makna kata. Jika bunyi tersebut dapat membedakan makna kata, maka
bunyi tersebut disebyt fonem, dan jika tidak membedakan makna maka
bukan fonem (Chaer, 2014:125). Kemudian terdapat satu fonem yang
memiliki cara baca yang berbeda-beda (terdapat variasi fonem yang
muncul karena situasi tertentu) yang disebut Alofon. Satu fonem dibaca
dengan Alofon yang berbeda-beda namun tidak akan merubah makna,
serta tidak semua fonem memiliki Alofon.
Berdasarkan uraian di atas, Maka penulis akan mencoba membahas
lebih mendalam mengenai Fonem dan Alofon.

B. RUMUSAN MASLAH
1. Apa definisi fonem dan alofon?
2. Bagaimana Identifikasi dan Klasifikasi Fonem?
3. Apa itu Khazanah fonem?
4. Bagaimana Perubahan fonem?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Definisi Fonem dan Alofon
2. Untuk Mengetahui Identifikasi dan Klasifikasi Fonem
3. Untuk Mengetahui Apa Itu Khazanah Fonem
4. Untuk Mengetahui Perubahan Fonem

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Fonem dan Alofon
1. Definisi Fonem
Menurut marlina (2019:164), menjelaskan bahwa fonem berasal dari
bahasa inggris yaitu phonem. Sedangkan dalam bahasa Arab banyak sekali
mengenai istilah fonem ini, diantaranya: ،‫ صوتية‬،‫ صوت مجرد‬،‫ صوت‬،‫صوتيهم‬
‫ الفظ‬،‫ فونيمية‬akan tetapi, istilah yang lebih populernya yaitu ‫ فونيم‬karena
banyak digunakan dalam tulisan dan yang paling disukai oleh ulama ahli
bunyi.
Para ulama telah bersefakat bahwa fonem ialah unit terkecil bunyi yang
mampu membedakan makna dalam sebuah kata. Contohnya huruf mim (‫)م‬
dan ba (‫ ) ب‬dalam kata / ‫ مال‬/ dan / ‫ بال‬/ merupakan dua unit bunyi yang
tidak dapat dibagi lagi, dan mampu pembeda makna terhadap kedua kata
tersebut. Dalam tulisan, fonem ini ditulis diantara dua garis miring
(Marlina, 2019:165).
Tukan (2006:14) dan Badudu (2007:113) mengemukakan hal yang
sama bahwa fonem ialah satuan bunyi terkecil yang mampu menunjukkan
kontras makna atau perbedaan makna dari suatu ujaran bahasa. Fonem
dilambangkan dengan diapit dua garis miring, seperti /p/ dan /b/ pada kata
bara dan para, keduanya merupakan fonem yang berbeda, karena
membedakan makna dari kedua kata tersebut, atau pada contoh lain /h/
adalah fonem karena membedakan makna kata harus dan arus .
Fonem dapat diartikan juga sebagai satuan atau unsur bahasa terkecil
yang bersifat fungsional, artinya satuan fonem memiliki fungi untuk
membedakan makna yang dibatasi sebagai satuan unit bahasa yang bersifat
distignif atau unit bahasa yang segnifikan yang memerlukan fonemisasi
untuk menemukan bunyi-bunyi bahasa yang berfungsi dalam perbedaan
makna tersebut (Yendra, 2018:93).
2. Definisi Alofon
Menurut Chaer (2014:128) mengemukakan bahwa alofon merupakan
realisasi dari fonem. Sedangkan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

3
(KBBI) yang dikutip oleh Marlina (2019:177) mengemukakan bahwa
alofon ialah fonem berdasarkan didalam kata, misal fonem pertama pada
kita dan kata secara fonetis berbeda. Tetapi, masing-masing adalah alofon
dan fonem.
Marlina (2019:178) menjelaskan bahwa fonem ialah variasi fonem
karena pengaruh lingkungan suku kata. Contoh: simpul-simpulan. Fonem
/u/ pada kata [simpul] berada pada lingkungan suku kata tertutup dan fonem
/u/ pada kata [simpulan] berada pada lingkungan suku terbuka. Dengan
demikian, fonem /u/ mempunyai dua alofon, yaitu [u] dan (u). kemudian
Verhar (2012:71) yang dikutip olem Marlina (2019:178) mengemukakan
hal yang sama bahwa kemunculan alofon sebagai variasi dari sebuah fonem
disebabkan oleh lingkungan fonem tersebut.
Alofon adalah bunyi yang merupakan alternatif lain untuk
menyebutkan fonem tertentu (Carlk dan Yallop, 2004:93) dalam marlina
(2019:178). Sedangkan menurut Badudu (2014:15) mengemukakan bahwa
alofon ialah bunyi yang agak berbeda dari fonem yang sama karena
posisinya yang berbeda. Misal fonem /i/ agak berbeda bunyinya pada kata
titik yang pertama pada suku kata terbuka ti dan yang kedua pada suku
tertutup tik, tetapi keduanya merupakan satu fonem saja.

B. Identifikasi dan klasifiksi Fonem


1. Identifikasi fonem
Menurut Nasution (2017:93-94) menjelaskan bahwa identifikasi fonem
ialah upaya atau proses untuk mengetahui sebuah bunyi termasuk fonem
atau tidak. Proses dilakukan dengan mencari sebuah satuan bahasa (sebuah
kata) yang mengandung bunyi, lalu membandingkannya dengan satuan
bahasa yang lain yang mirip dengan satuan bahasa yang pertama. Kalau
keduanya berbeda makna, maka dapat ditentukan bunyi itu adalah fonem.
Dalam bahasa Indonesia misalnya, kata larang dibandingkan dengan kata
lalang. Keduanya memilki kemiripan bunyi bahkan jumlah bunyi nya sama
(6 bunyi). Perbedaan antara kedua hanya antara bunyi/r/ pada kata pertama
dan bunyi /l/ pada kata kedua. Perbedaan kedua bunyi ternyata dapat

4
membedakan arti. Oleh karena itu, dalam bahasa Indonesia, /r/ dan / l /
adalah fonem, karena berfungsi dalam membedakan makna. Adapun contoh
dalam bahasa Arab ada fonem /‫ت‬/ dan /‫ط‬/, pasangan minimalnya seperti kata
/‫فاتر‬/ yang berarti ‘yang hangat-hangat kuku’ dan kata /‫فاطر‬/ yang berati
‘yang menciptakan’.
Sadangkan Menurut Marlina (2019:167-168) mengembangkan bahwa
kriteria mendasar dalam mengidentifikasi sebuah fonem ialah kemampuan
membedakan makna atau merubah makna. Kemudian terdapat dua langkah
dalam mengidentifikasi sebuah fonem, diantaranya:
a) Mencari dua kata yang komponen bunyi nya sama atau serupa kecuali
bunyi yang ingin di uji ( minimal pair atau pasangan minimal). Untuk
menguji bunyi sin / ‫ س‬/, dan shod / ‫ص‬/, keduanya harus disimpan dalam
dua kata yang semua komponen bunyi nya sama atau serupa, seperti (
‫ ) سار‬dan ( ‫) صار‬. Berikut ini tambahan mengenai contoh minimal pair
yang bisa digunakan dalam pengujian fonem suatu bunyi.
b) Melihat pada pergantian dua bunyi dalam setiap pasangan kata, apakah
pergantian terhadap dua bunyi tersebut menyebabkan terhadap
perubahan makna atau tidak. Jadi, jika kedua bunyi tersebut
menyebabkan kedua makna kata tersebut berubah, maka kedua bunyi
tersebut adalah fonem, seperti hamzah / ‫ء‬/ dan ‘ain / ‫ ع‬/ dalam pasangan
kata ( ‫ عليم‬- ‫ ) أليم‬dan contohcontoh yang telah dipaparkan dalam tabel
tadi. Akan tetapi, jika dalam pergantian dua bunyi tersebut tidak
menyebabkann perubahan makna, maka dua bunyi tersebut bukanlah
fonem, tapi itu adalah alofon seperti sin / ‫ س‬/ dan shod / ‫ ص‬/ dalam
contoh ( ‫ صراط‬- ‫ ) سراط‬kedua bunyi dalam pasangan tersebut adalah
alofon
2. Klasifikasi Fonem
Menurut Nasution (2017:94) menjelaskan bahwa dalam fonologi,
fonem dapat diklasifikasikan kepada dua. Pertama fonem segmental dan
yang kedua fonem Supra segemental.
a) Fonem segmental

5
b) Menurut Kridalaksana (2001:56) yang dimaksud dengan fonem
segmental adalah bunyi vokal dan konsonan dalam fonologi. Marlina
(2019:169) menambahkan bahwa disebut segmental karena bisa
dipecah lagi menjadi unit-unti terkecil. Seperti kata (‫ )كتب‬yang bisa
dipecah menjadi komponen terkecilnya yaitu (‫ب‬+‫ت‬+‫ ) ك‬kata tersebut
artinya menulis, bisa dipecah menjadi unit-unit terkecil yaitu menjadi
(me+nu+lis), menjadi (m+e+n+u+l+i+s).
c) Fonem suprasegmental
Menurut Musykar(1999:50) menjelaskan bahwa fonem suprasegmental
ialah jalinan atau susunan bunyi yang dapat membedakan arti suatu kata
dengan kata yang lain. Sedangkan Marlina (2019:169) menjelaskan
bahwa fonem suprasegmental ialah fonem yang menyertai bunyi
segmental, disebut juga fonem suprasusun. Adapun yang termasuk
kedalam fonem suprasegmental ialah tekanan, nada, intonasi, dan jeda.
Seperti dalam contoh berikut ini memiliki makna yang berbeda karena
bedanya jeda terhadap kalimat tersebut.
Contoh dalam bahasa Arab:
)‫ ("الجديدة" وصف للمدرسة‬+ ‫ المدرسة الجديدة‬+ ‫مدير‬
)‫ ("الجديدة" وصف للمدير‬+ ‫مدير المدرسة‬
Contoh dalam bahasa Indonesia
Anak + pejabat yang nakal (“yang nakal” merupakan sifat untuk
pejabat).
Anak pejabat + yang nakal (“yang nakal” merupakan sifat untuk anak
pejabat).

C. Khazanah Fonem
Menurut Chaer (2014:131) dan krisanjaya (t,t:23) mengemukakan
bahwa khazanah fonem ialah banyaknya fonem yang terdapat dalam satu
bahasa. Berapa jumlah fonem yang dimiliki suatu bahasa tidak sama
jumlahnya dengan yang dimiliki bahasa lain.
Menurut para pakar bahasa yang memiliki peanfsiran yang berbeda-
beda, bahwasannya jumalah fonem dalam suatu bahasa menjadi tidak sama

6
banyaknya menurut pakar yang satu dengan pakar yang lain. Misalnya
dalam bahasa arab mempunyai tiga buah fonem vokal. Akan tetapi ada yang
menghitung juga bahwa dalam bahasa arab mempunyai enam fonem vokal.
Yakni tiga fonem vokal ditambah tiga buah fonem vokal panjang.
Kemudian jumlah fonem dalam bahasa indonesia, ada yang menghitung
hanya terdiri dari 24 buah, yaitu terdiri dari enam buah vonem vokal (yakni
a,i,u,e, dan o) dan 18 buah fonem konsonan (yaitu p,t,c,k,b,d,j,g,m,n,sh,r,lw,
dan y). ada juga yang menghitung 28 buah, yakni dengan menambahkan
empat buah fonem yang berasal dari bahasa asing, yaitu fonem f,z, , dan x.
selain itu ada juga yang menghitung ada 31 buah, yaitu dengan
menambahkan tiga buah fonem diftong, yakni [aw], [ay] dan [oy].

D. Perubahan fonem
1. Asimilasi dan Disimilasi
a) Asimilasi
Dalam kamus ilmiah Asimilasi yang berarti penyesuaian,
penyelarasan, dan pemaduan. jika di kaitkan dengan proses
perubahan morfologi berarti penyelarasan antar dua fonem yang
tidak sama menjadi sama. Asimilasi merupakan perubahan
morfofonemik tempat sebuah fonem yang cenderung lebih banyak
menyerupai fonem lingkungannya.Asimilasi dalam pengertian biasa
berarti penyamaan, dalam Ilmu Bahasa asimilasi berarti proses di
mana dua bunyi yang tidak sama disamakan atau dijadikan hampir
bersamaan. Namun, terdapat definisi lain bahwa asimilasi adalah
peristiwa berubahnya sebuah bunyi menjadi bunyi yang lain sebagai
akibat dari bunyi yang ada di lingkungannya, sehingga bunyi itu
menjadi sama atau mempunyai ciri-ciri yang sama dengan bunyi
yang mempengaruhinya. Hal ini terjadi akibat dari bunyi-bunyi
bahasa itu diucapkan secara berurutan, sehingga berpotensi untuk
saling mempengaruhi dan dipengaruhi (Marlina, 2019:184).
Sedangkan menurut Chaer (2014:132) mengemukakan bahwa
asimilasi ialah peristiwa berubahnya sebuah bunyi menjadi bunyi

7
yang lain sebagai akibat dari bunyi yang ada
dilingkungannya,sehinga bunyi itu menjadi sama atau mempunyai
ciri-ciri yang sama dengan dengan bunyi yang mempengaruhinya.
Contohnya dalam bahasa Indonesia kata sabtu lazim diucapkan
/saptu/, dimana terlihat bunyi /b/ berubah menjadi bunyi /p/ sebagai
akibat pengaruh bunyi [t]. adapun dalam bahasa arab asimilasi ini
terjadi ketika suatu bunyi terkontiminasi oleh bunyi lain didekatnya
baik iti dari segi tempat keluarnya (‫ ) مخرج‬maupun sifatnya (‫) صفات‬.
Sperti pada kata ( ‫اصتبر‬-‫) اصطبر‬, terdapat huruf (‫ ) ت‬yang bersifat
tipis bertranformasi menjadi huruf (‫ ) ط‬yang bersifat tebal.
Asimilasi dibedakan menjadi tiga , yaitu amisilasi progresif, regresif
dan resiprokal (Chaer,2014:133).
- Asimilasi progresif
Menurut Marlina (2019:188) menjelaskan bahwa asimilasi
progresif ialah perubahan bunyi yang terjadi dibelakang dan
mempengaruhi bunyi yang ada setelahnya. Jadi asimilasi
progresif ini terjadi ketika bunyi huruf sesudahnya. Adapun
menurut Chaer (2014:133) asimilasi progresif ialah bunyi yang
diubah itu terletak dibelakang bunyi yang mempengaruhinya.
Contohnya dalam bahasa Inggris Inggris top diucapkan [tOp’]
dengan [t] apiko-dental. Tetapi, setelah mendapatkan [s] lamino-
palatal pada stop, kata tersebut diucapkan [s t o p’] dengan [t]
juga lamino-palatal. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa [t] pada [stOp’] disesuaikan atau diasimilasikan
artikulasinya dengan [s] yang mendahuluinya sehingga sama-
sama lamino-palatal. Maka bunyi stop disana berubah menjadi
sop, bunyi huruf [t ] nya tidak terdengar jelas seakan-akan karena
dipengaruhi oleh huruf [s] sehingga huruf [t] hampir sama
pembentukannya dengan huruf [s]. (Akyaruddi, 2020:131).
Adapun contoh dalam bahasa arab seperti dalam kata (‫)ازتاد‬
berubah menjadi ( ‫) ازداد‬, dalam contoh ini zai (‫ )ز‬mempengaruhi

8
huruf setelahnya yaitu (‫ )ت‬sehingga berubah menjadi dzal (‫)د‬,
karena menyerupai zai (‫ )ز‬dalam sifat jelasnya ( ‫)الجهر‬.
- Asimilasi Regresif
Menurut marlina (2019:188) menjelaskan bahwa asimilasi
regresif ialah bunyi yang diubahnya terletak didepan bunyi yang
mempengaruhinya. Jadi asimilasi regresif ini terjadi ketika bunyi
setelahnya mempengaruhi bunyi sebelumnya. Sedangkan
menurut Chaer (2014:133) mengemukakan bahwa asimilasi
regresif ialah bunyi yang diubah terletak dimuka bunyi yang
mempengaruhinya. Contohnya Sabtu lazim diucapkan menjadi
/saptu/ huruf /b/ disana lebih identik diucapkan ke bunyi huruf
/p/. karena huruf /t/ yang terletak setelah huruf /b/ merupakan
bunyi tidak bersuara, sedangkan /b/ merupakan bunyi bersuara,
oleh karena itu untuk mencocokan atau mengadaptasikan bunyi
bersuara yaitu bunyi huruf /b/ kepada bunyi tidak bersuara yaitu
bunyi huruf /p/ yang memiliki kesamaan dengan huruf /t/yang
sama-sama bunyi tidak bersuara.
- Asimilasi resiprokal
Menurut Chaer (2014:133) asimilasi resiprokal ialah perubahan
pada kedua bunyi yang saling mempengaruhi, sehingga menjadi
fonem atau bunyi lain. Adapun menurut Akyaruddin,dkk
(2020:132)Jika kedua bunyi saling mengasimilasikan sehingga
menimbulkan bunyi baru disebut asimilasi resiprokal.
Contohnya dalam bahasa Batak Toba, kata bereng ‘lihat’dan
kata hamu ‘kamu’ dalam kontruksi gabungan bereng hamu
‘lihatlah oleh kamu’, baik bunyi [ng] pada kata bereng maupun
bunyi [h] pada kata hamu keduanya berubah menjadi bunyi [k],
sehingga kontruksi bereng hamu itu diucapkan [berek kamu].
Karena bunyi /n/,/h/, dan /k/ merupakan fonem yang berbeda
dalam bahasa Batak Toba, maka perubahan tersebut termasuk
asimilasi fonemis. Adapun contoh lain seperti Terdapat
imbuhan Meng dan kata sapu, maka berubah menjadi menyapu.

9
kedua kata tersebut berubah dan saling mempengaruhi dan
sama-sama berubhah.
b) Disimilasi
Menurut chaer (2014:134) menjelaskan bahwa disimilasi ialah
perubahan yang menyebabkan dua buah fonem yang sama menjadi
berbeda atau berlainan. Sedangkan menurut Akhyaruddin
(2020:133) mengemukakan bahwa disimilasi ialah kebalikan dari
asimilasi, dimana terjadi perubahan bunyi dari dua bunyi yang sama
atau mirip menjadi bunyi yang tidak sama atau berbeda. Contohnya
Kata sayur-mayur [sayUr mayUr] adalah hasil proses morfologis
pengulangan bentuk dasar sayur [sayUr]. Setelah diulang, [s] pada
bentuk [sayUr] mengalami perubahan menjadi [m] sehingga
menjadi [sayUr mayUr]. Karena pada perubahan kata tersebut sudah
menembus batas fonem, yaitu [s] merupakan alofon dari fonem /s/
dan [m] merupakan alofon dari fonem /m/, maka perubahan itu juga
disebut disimilasi fonemis . adapun contoh lain seperti Kata belajar
[belajar] berasal dari penggabungan prefik ber [ber] dan bentuk
dasar ajar [ajar]. Mestinya, kalau tidak ada perubahan menjadi
berajar[berajar]. Tetapi, karena ada dua bunyi [r], maka [r] yang
pertama dibedakan atau didisimilasikan menjadi [l] sehingga
menjadi [bǝlajar]. Karena perubahan tersebut sudah menembus
batas fonem, yaitu [r] merupakan alofon dari fonem /r/ dan [l]
merupakan alofon dari fonem /l/, maka disebut disimilasi fonemis.
Sedangkan dalam bahasa Arab jika dalam satu kata terdapat dua atu
lebih dari bunyi konsonan. Umumnya, bunyi yang paling akhir dari
kedua bunyi tersebyt digantikan menjadi bunyi ( ‫ )لين‬panjang.
Seperti terdapat dalam kata ( ‫ ) دسّس‬dalam kata ini terkumpul tiga
bunyi konsonan yaitu sin /‫ س‬/ yang bertasydid dan sin / ‫س‬/ yang
terakhir. Maka sin / ‫س‬/ yang terakhir digantikan menjadi bunyi lin
(‫ )لين‬panjang, yaitu alif panjang ( ‫) الف مد‬, sehingga kata tersebut
menjadi ( ‫)دسّى‬, seperti yang terdapat dalam firman Alloh swt:
10 :‫وقد خاب من دسّها –سورة الشمس‬

10
Adapun yang dikemukakan oleh Badri (1982:84-85) dalam Marlina
(2019:193) mengenai contoh-contoh Disimilasi ini terdapat dalam
ّ ‫) تم‬, ( ‫تسرى‬
kata-kata ( ‫ تظنّى‬- ‫) تظنن‬, ( ‫ تمطى‬- ‫ططى‬ ّ - ‫تسرر‬
ّ ).
2. Netralisasi dan Akrifonem
a) Netralisasi
Menurut Akhyaruddin,dkk (2020:137) menjelaskan bahwa
netralisasi ialah perubahan bunyi fonemis sebagai akibat pengaruh
lingkungan.
Contohnya fonem /b/ pada silaba akhir kata adab dan sebab
diucapkan [p‟]: [adap] dan [sebap‟], yang persis sama dengan
pengucapan fonem /p/ pada atap dan usap: [atap‟] dan [usap‟].
Mengapa terjadi demikian? Karena konsonan hambat letup-bersuara
[b] tidak mungkin terjadi pada posisi koda. Ketika dinetralisasikan
menjadi hambat-tidak bersuara, yaitu [p], sama dengan realisasi
yang biasa terdapat dalam fonem /p/.
b) Akrifonem
Ialah golongan fonem yang kehilangan kontras pada posisi tertentu
dan biasanya dilambangakan dengan huruf besar. Contohnya fonem
/b/ dan /p/ merupakan alofon dari fonem yang berbeda. karena dalam
pasangan minimal telah terbukti bahwa fonem /b/ dan /p/. Prinsip
sekali fonem tetap fonem perlu diberlakukan. Kalau pun ingin
menyatukan, beberapa ahli fonologi mengusulkan konsep
arkifonem, yang anggotanya adalah /b/ dan fonem /p/. Untuk
mewakili kedua fonem tersebut, maka arkifonemnya adalah /B/
(huruf b kapital karena bunyi b yang paling sedikit dibatasi
distribusinya).
3. Kontraksi atau Zeroisasi
Zeroisasi adalah penghilangan bunyi fonemis sebagai akibat upaya
penghematan atau ekonomisasi pengucapan. Peristiwa ini bisa terjadi
pada penuturan bahasa-bahasa di dunia, termasuk bahasa Indonesia, asal
saja tidak mengganggu proses dan tujuan komunikasi. Peristiwa ini terus
berkembang karena secara diam-diam telah didukung dan disepakati

11
oleh komunitas penuturnya. Adapun jika Zeroisasi dengan model
penyingkatan maka disebut dengan kontraksi. (Akhyaruddin,dkk,
2020:138).
Sedangkan menurut caher (2014:136) ialah pemendekan yang dapat
berupa hilangnya sebuah fonem atau lebih. Adapun Menurut
Akhyaruddin,dkk (2020:1138-139) Zeroisasi ini dapat di klasifikasikan
menjadi 3 bagian, yaitu:
- Aferesis adalah proses penghilangan atau penanggalan satu atau
lebih fonem pada awal kata. Contohnya kata tetapi menjadi tapi,
kemudian Kata peperment menjadi permen, dan lain-lain.
- Apokop adalah proses penghilangan atau penanggalan satu atau
lebih fonem pada akhir kata. Contohnya kata president menjadi
presiden, kemudian kata pelangit menjadi pelangi.
- Sinkop adalah proses penghilangan atau penanggalan satu atau
lebih fonem pada tengah kata. Contohnya kata baharu menjadi
baru, kemudian kata dahulu menjadi dulu.
4. Modivikasi vokal
Modifikasi vokal adalah perubahan bunyi vokal sebagai akibat dari
pengaruh bunyi lain yang mengikutinya. Perubahan ini sebenarnya bisa
dimasukkan ke dalam peristiwa asimilasi, tetapi karena kasus ini
tergolong khas, makas perlu disendirikan (Akhyaruddin,dkk 2020:135).
Contohnya Kata toko, koko, otot masing-masing diucapkan [toko],
[koko], [otot]. Sementara itu, kata tokoh, kokoh, otot diucapkan
[tOkOh], [kOkOh], [OtOt‟]. Bunyi vokal [O] pada silaba pertama pada
kata kelompok dua dipengaruhi oleh bunyi vokal pada silaba yang
mengikutinya. Karena vokal pada silaba kedua [O], maka pada silaba
pertama disesuaikan menjadi [O] juga. Karena perubahan ini masih
dalam lingkup alofon dari satu fonem, yaitu fonem /o/, maka perubahan
itu disebut modifikasi vokal fonetis.
5. Metatesis dan Epentesis
a) Metatesis

12
Menurut Akhyaruddin,dkk (2020:139) mejelaskan bahwa metatesisi
adalah perubahan urutan bunyi fonemis pada suatu kata sehingga
menjadi dua bentuk kata yang bersaing. Sedangkan menurut Chaer
(2014:136) mengemukakan bahwa metatesis bukanlah mengubah
bentuk fonem menjadi fonem yang lain, melainkan mengubah
urutan fonem yang terdapat dalam suatu kata. Lazimya, bentuk asli
dan bentuk metatesisnya sama-sama dalam bahasa tersebut sebagai
variasi. Misalnya kata keriki menjadi kelikir, jalur menjadi lajur,
rabu berasal dari bahasa Arab Arba, dan lain-lain.
b) Epentesis
Chaer (2014:137) menjelaskan bahwa Epentesis dalam sebuah
fonem tertentu, biasanya yang homorgan dengan lingkungannya,
disisipkan kedalam sebuah kata. Contohya dalam bahasa Indonesia
dalam kata kampak disamping kapak, kemudian kata Jumblah
disamping jumlah . pada kata kampak dan kapak ada bunyi /m/ yang
disisipkan ditengah kata; dan pada kata jumblah dan jumlah ada
bunyi /b/ yang disisipkan ditengah kata.
6. Diftongisasi dan Monoftongisasi
a) Diftongisasi
Diftongisasi adalah perubahan bunyi vokal tunggal (monoftong)
menjadi dua bunyi vokal atau vokal rangkap (diftong) secara
berurutan. Perubahan dari vokal tunggal ke vokal rangkap ini masih
diucapkan dalam satu puncak kenyaringan sehingga tetap dalam satu
silabel. Teladan [teladan] menjadi tauladan[tauladan] vokal [e]
menjadi [au] topan [tOpan] menjadi taufan[taufan] vokal [O]
menjadi [au].
b) Monoftongisasi
Monoftongisasi ialah Kebalikan dari diftongisasi adalah, yaitu
perubahan dua bunyi vokal atau vokal rangkap (diftong) menjadi
vokal tunggal (monoftong). Peristiwa penunggalan vokal ini banyak
terjadi dalam bahasa Indonesia sebagai sikap pemudahan
pengucapan terhadap bunyi-bunyi diftong. Kata ramai [ramai]

13
diucapkan [rame], petai [petai] diucapkan [pete]. Perubahan ini
terjadi pada bunyi vokal rangkap [ai] ke vokal tunggal [e]. Dalam
penulisannya pun disesuaikan menjadi rame dan pete. Contoh lain:
kalau [kalau] menjadi [kalo]danau [danau] menjadi [dano].

14
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Fonem merupakan objek kajian dari fonemik, yakni bunyi bahasa yang
dapat atau berfungsi membedakan makna kata. Jika bunyi tersebut dapat
membedakan makna kata, maka bunyi tersebut disebyt fonem, dan jika tidak
membedakan makna maka bukan fonem. Sedangkan Alofon ialah variasi
atau cara baca fonem yang berbeda-beda.
2. Identifikasi fonem Proses dilakukan dengan mencari sebuah satuan bahasa
(sebuah kata) yang mengandung bunyi, yang hampir sama (berdekatan) lalu
membandingkannya dengan satuan bahasa lain yang mirip dengan satuan
bahasa yang pertama. Kalau keduanya berbeda makna, maka dapat
ditentukan bunyi itu adalah fonem. Kemudian fonem diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu fonem segmental dan fonem suprasegmnental.
3. Khazanah Fonem ialah banyaknya fonem yang terdapat dalam satu bahasa.
Berapa jumlah fonem yang dimiliki suatu bahasa tidak sama jumlahnya
dengan yang dimiliki bahasa lain.
4. Perubahan fonem terbagi kedalam enam bagian, yaitu:
- Asimilasi dan Desimilasi
- Netralisasi dan Akrifonem
- Kontraksi atau Zeroisasi
- Modivikasi vokal
- Metatesis dan Epentesis
- Diftongisasi dan Monoftongisasi

15
DAFTAR PUSTAKA

Akhyruddin,dkk. (2020) Bahan Ajar Fonologi Bahasa Indonesia. (Jambi:


Komunitas Gemulun Indonesia (anggota IKAPI)).
Akihary, Alma dan Ritha Maruanaya. (2007). Analisis Interpretasi Fonem
Segmental dan Suprasegmental Mahasiswa Program Studi
Pendidikan Bahasa Jerman. Jurnal Tanoar. Vol. V. No. 2
Al-Khulli, Muhammad Ali. (1997). Asâlîb Tadrîs al-Lughah al-‘Arabiyah.
(Amman:Maktabah Lisan al-‘Arabi).
Badudu, J.S. (2007). Kamus Kata-Kata Serapan Asing Dalam Bahasa
Asing Dalam Bahasa Indonesia. Cet.III. (Jakarta:PTKompas Media
Nusantara)
Chaer Abdul, (2014). Linguistik Umum. (Jakarta:Rineka Cipta).
Kridalaksana, Harimurti, (2001) Kamus Linguistik. Cet.5. (Jakarta:PT
Gramedia Pustaka).
Krisanjaya, Ahmad H.P.(t,t) Modul 1 Hakikat Fonologi.
PBIN4102/MODUL 1
Marlina Lina, (2019). Pengantar Ilmu Aswat, (Bandung: Fajar Media).
Musykar, Rahlina, (1999) Fonologi. (Medan:Universitas Sumatera Utara).
Nasution, (2017). Pengantar Linguistik Berbahasa Arab, (Jawa timur:
Lisan Arabi).
Setyaningsih, Yuliana dan Kunjana Rahardi. (2014). Fonologi Bahasa
Indonesia. (Yogyakarta:Universitas Sanata Dharma).
Tukan, paulus. (2006) Mahir Berbahasa Indonesia 2. Cet.I. Yudisthira
(Jakarta:Ghalia Indonesia).

16

Anda mungkin juga menyukai