Anda di halaman 1dari 9

ADAB KETIKA SHAUM

Oleh :

Dewi Kartiwi

dewikartiwi@staipipersisgarut.ac.id.

Pendidikan Bahasa Arab (PBA), STAI Persis Garut Jl. Aruji Kartawinata dpn. Lap. Ciateul
Haurpanggung Tarogong Kidul Jawa Barat (44151)

Abstrak

Shaum merupakan salah satu ibadah wajib dalam syariat Islam. Oleh karena itu shaum menjadi
salah satu rukun Islam yang lima yang harus dikerjakan oleh setiap orang Islam yang mukallaf
(yang telah baligh dan berakal) dan yang tidak sedang berhalangan (udzur). Target dari ibadah
shaum diharapkan mampu meningkatkan kualitas ketaqwaan. Sebagai agama yang sarat
dengan nilai-nilai pendidikan dan pengajaran, Islam sangat memperhatikan perbaikan dan
pembinaan diri dan pribadi pemeluknya. Setiap bentuk syariat ibadah di dalamnya selalu
bertujuan mendidik dan memperbaiki diri hambanya. Setiap kewajiban yang telah dibebankan
Islam kepada umatnya senantiasa memuat hikmah dan maslahat bagi mereka. Begitu pula
dalam perintah shaum. Shaum mengandung nilai edukatif yang sangat mendukung terhadap
proses pembentukan kesalehan kepribadian. Hanya saja sebagian mukallaf yang berkewajiban
melaksanakannya kurang memahami makna pendidikan dalam pelaksanaan ibadah shaumnya,
“Banyak orang yang shaum dan tidak mendapatkan nilai dari sisi Allah kecuali sebatas
merasakan haus dan lapar saja”, sehingga kerap kali ibadah shaum terabaikan atau bahkan
ditinggalkan sama sekali.

Kata Kunci: Adab, Shaum

Pendahuluan

Allah telah menjadikan ibadah dalam berbagai cara dan bentuk, ada yang berupa
perenungan yang mendalam terhadap kebesaran dan keagungan Allah, ada yang merupakan
munajat dan do'a, ada yang merupakan gerakan-gerakan anggota badan yang mengisyaratkan
makna yang mendalam, ada yang berupa perintah menahan diri dari beberapa perbuatan yang
halal, ada pula yang berkaitan dengan harta, dan ada pula yang berupa sikap dan tanggung
jawab terhadap sesama manusia dan sesama makhluk. Semuanya itu tentu ada hubungannya

1
dengan sifat-sifat, kemampuan, kebutuhan, serta fitrah yang telah Allah ciptakan untuk
makhluk-Nya.
Dengan shaum ini, Allah ingin menjadikan manusia sebagai hamba yang bertaqwa, yang
memiliki perilaku yang baik, sehingga menjadi hamba yang bermanfaat secara hakiki, baik
bagi dirinya ataupun bagi sesamanya. Karena itu, puasa di samping sebagai kewajiban yang
harus ditunaikan, adalah merupakan kebutuhan penting bagi manusia dalam rangka
membentuk kepribadian yang berjiwa taqwa. Melalui shaum, manusia dapat menggembleng
jiwanya dan melatih diri untuk berdisiplin tinggi dengan tidak mengerjakan sesuatu kecuali
pada waktunya, meskipun sesuatu itu adalah halal baginya, dan membiaskan diri menjauhi
segala yang dilarang oleh Allah Swt. serta rajin memperbanyak kebaikan dan kesalehan.

Adapun perintah atas kewajiban shaum secara jelas banyak diketahui di dalam ayat-
ayat al-Quran dan Hadits-Hadits Nabi Saw., di antaranya adalah yang telah tersirat secara tegas
di dalam surat al Baqarah ayat 183: yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan
atas kamu shaum, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertaqwa.” (Q.S. Al Baqarah (2:183).

Pembahasan

A. Pengertian
Adab adalah norma atau aturan mengenai sopan santun yang didasarkan atas aturan
agama, terutama agama Islam. Sedangkan menurut W.J.S.Poerwadarminta yang dikutip dari
Utsman Syihab, kata “adab” didefinisikan sebagai: kesopanan, kehalusan dan kebaikan budi
pekerti, dan akhlak. Sedangkan “beradab” diartikan sebagai sopan, baik budi bahasa, dan telah
maju tingkat kehidupan lahir dan batinnya. Sedangkan Kamus Besar Bahasa Melayu Utusan,
mengartikan kata “adab” dengan “sopan” (lawan dari kata “biadab”). “Beradab” berarti baik
budi bahasa.

Adapun pengertian shaum menurut bahasa adalah tarkun, kaffun, dan hirmanun, juga
berarti imsakun. Kata-kata tarkun artinya meninggalkan, kaffun artinya menahan diri,
hirmanun artinya mengharamkan. Menurut (Yusuf Qardhawi)1 imtina’un artinya mencegah.
Sedangkan yang dimaksud dengan shaum adalah menahan diri dari hal-hal yang diperbolehkan
yang berupa syahwat perut (makan dan minum) dan syahwat (bersetubuh) dengan niat tujuan

1
Sahriansyah, IBADAH DAN AKHLAK, (Banjarmasin: IAIN ANTASARI PRESS 2014), hal. 46

2
pendekatan diri kepada Allah, sebagaimana dalam agama Islam. Adapun pengertian shaum
yang disebut dalam Al-Qur’an adalah sebagai berikut:

ُ َ‫ام اِلَى الَّ ْي ِۚ ِل َو َْل تُب‬


‫اشِر ْوهُنَّ َواَ ْنت ُ ْم‬ ِ ‫اْلس َْو ِد مِنَ ْالفَجْ ِۖ ِر ث ُ َّم اَتِموا‬
َ َ‫الصي‬ َ ْ ِ‫ض مِنَ ْال َخيْط‬ ُ َ‫اْل ْبي‬َ ْ ُ‫ َوكُلُ ْوا َوا ْش َرب ُْوا َحتّٰى يَتَبَيَّنَ لَكُ ُم ْال َخ ْيط‬. .
١٨٧ : ‫اس َلعَلَّ ُه ْم يَتَّقُ ْونَ – البقرة‬ ِ َّ‫ّٰللا ٰا ٰيت ِٖه لِلن‬ ِ ّٰ ُ‫عا ِكفُ ْو َۙنَ فِى ْال َمسٰ ِج ِد ۗ ت ِْلكَ ُحد ُْود‬
ُ ّٰ ُ‫ّٰللا ف َََل تَ ْق َرب ُْوه َۗا ك َٰذلِكَ يُبَيِن‬ َ

“. . . Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang
hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam. Tetapi jangan
kamu campuri mereka, ketika kamu beriktikaf dalam masjid. Itulah ketentuan Allah, maka
janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada
manusia, agar mereka bertakwa”. (al-Baqarah : [2] : 187)

Ayat diatas memberikan pengertian bahwa shaum dimulai dari terbit fajar yang berarti
benang putih, sampai terbenam fajar yang disebut benang hitam.

B. Adab Ketika Shaum

1. Hendaklah shaum atas dasar Iman dan mengharap Ridho Allah;2


Dari Abu Hurairah r.a dari Nabi Saw., bersabda: “Siapa yang bangun pada malam Lailatu al-
Qadar itu karena dorongan iman dan mengharap pahala dari Allah, niscaya diampuni
dosanya yang telah lalu. Dan siapa yang melaksanakan shaum Ramadhan itu karena dorongan
Iman dan mengharap pahala dari Allah, niscaya diampuni dosanya yang telah lalu”. (H.R
Bukhari).

2. Tinggalkan dusta dan perbuatan sia-sia untuk kesempurnaan ibadah shaum;


Dari Abu Hurairah r.a, Rasulullah Saw., bersabda: “Siapa yang tidak meninggalkan ucapan
dusta dan mengerjakannya, maka Allah tidak membutuhkan meninggalkan makanan dan
minuman darinya”. (H.R. Bukhari). Di hadits lain juga disebutkan “Shaum itu merupakan
perisai, maka janganlah berkata-kata kotor dan berlaku bodoh, dan jika seseorang mencaci
maki maka katakanlah sesungguhnya aku sedang shaum (2 kali). Dan demi Allah bau mulut
orang yang shaum itu bagi Allah lebih harum daripada minyak misk (kasturi). Ia meninggalkan
makan, minum dan syahwatnya karena Aku, shaum itu hanya untuk-Ku dan Aku yang akan
membalasnya, dan setiap satu kebaikan dibalas dengan sepuluh kebaikan yang seimbang”.
(H.R. Bukhari)

2
Zakaria Ahmad, Etika Hidup Seorang Muslim, (Garut: Ibn azka press, 2006), hal. 128-130

3
3. Hendaklah mata, telinga, dan lisan juga shaum dari berbuat dosa dan pelanggaran;

Jabir bin ‘Abdullah telah berkata: “Apabila kamu shaum, maka hendaklah pendengaran,
penglihatan, dan lisanmu juga shaum dari berdusta dan berbuat dosa, dan tinggalkanlah
menyakiti pembantu, dan hendaklah kamu bersikap baik pada hari shaum mu itu dan
janganlah sama hari tidak shaum mu dengan hari shaummu”.

C. Tatacara Shaum
a. Niat pada malam hari
Hakekat niat adalah kesengajaan yang bergerak dalam hati untuk melakukan sesuatu, jadi
bukan lafazh yang diucapkan, bahkan melafazhkan niat adalah perbuatan ghairu masyru’
(tidak dituntun), yang harus ditinggalkan.

b. Makan Sahur
Disunatkan pula dalam melakukan shaum ini makan sahur yakni makan pada waktu
sesudah lewat tengah malam, dan dianjurkan Rasulullah untuk mengakhirkan sahur ini :
sabdanya : bersahurlah kamu karena sesungguhnya di dalam sahur itu terdapat berkah
(H.R Bukhari dan Muslim)

c. Meninggalkan Segala Yang Membatalkan shaum


Selama melakukan shaum dari terbit fajar sampai tenggelam matahari tahanlah diri anda
untuk tidak makan, minum, dan berhubungan seksual hingga terbenam matahari.

d. Segera berbuka ketika maghrib


Dan setelah matahari terbenam (maghrib) bersegeralah berbuka sesuai dengan sabda
Nabi SAW : “orang yang paling aku cintai di antara hamba-hambaku ialah orang yang
bersegera berbuka”(H.R Tirmidzi)

D. Macam-Macam Shaum
1. Shaum Ramadhan. Firman Allah :

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu shaum sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,(Qs. Al-Baqarah :
183).

4
2. Shaum qadha, yaitu mengganti shaum Ramadhan yang ditinggalkan. Firman Allah :

Artinya : (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka Barang siapa diantara kamu
ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya
shaum) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. (Qs. Al-Baqarah :
184)

3. Shaum Nadzar, yaitu shaum yang dikerjakan karena ada nadzar untuk mendekatkan
diri kepada Allah SWT, apabila shaum itu dinadzarkan maka wajiblah hukumnya.
1) Shaum Kafarat, yaitu sebagai akibat pelanggaran-pelanggaran tertentu
seperti :

a) Sumpah palsu pelakunya wajib shaum 3 hari

b) Melakukan hubungan seks pada siang hari bulan Ramadhan masing-masing wajib
shaum 60 hari terus menerus.

c) Melakukan Zhihaar (mengharamkan istri dan menyamakan istri dengan ibu sendiri)
wajib bagi suami shaum 60 hari terus menerus.

4. Shaum Fidyah, yaitu pengganti dari kewajiban membayar dam karena melanggar
peraturan ibadah haji, yaitu shaum 3 hari di kota suci, dan 7 hari lagi di negeri
sendiri sesuai dengan firman Allah :

Artinya : Dan sempurnakanlah ibadah haji dan ‘umrah karena Allah. jika kamu
terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit), Maka (sembelihlah) korban
yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum korban sampai
di tempat penyembelihannya. jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di

5
kepalanya (lalu ia bercukur), Maka wajiblah atasnya berfid-yah, Yaitu: shaum atau
bersedekah atau berkorban. apabila kamu telah (merasa) aman, Maka bagi siapa
yang ingin mengerjakan ‘umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia
menyembelih) korban yang mudah didapat. tetapi jika ia tidak menemukan (binatang
korban atau tidak mampu), Maka wajib shaum tiga hari dalam masa haji dan tujuh
hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna.
demikian itu (kewajiban membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya tidak
berada (di sekitar) Masjidil Haram (orang-orang yang bukan penduduk kota Mekah).
dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-
Nya.(Qs. Al-Baqarah : 196).

5. Shaum Sunnah/Tathawwu

a) Shaum pada hari pada tanggal 13, 14, dan 15 bulan Qomariyah (shaum di hari yang
putih/ayyamul bidh). Sabda Nabi SAW : dari abu dzar ra. Berkata : Rasulullah SAW
telah memerintahkan kepada kami agar kami melakukan shaum selama tiga hari
setiap bulan (bulan qamariyah) yaitu pada tanggal 13, 14, dan 15. (H.R Nasa’i dan
dishahihkan Ibnu Hibban).

b) Shaum senin kamis sabda Nabi SAW : “”dari abu qatadah ra bahwa Nabi SAW
ditanya tentang shaum senin, lalu beliau menjawab : itu adalah hari kelahiranku dan
pada hari itu dikokohkan menjadi Rasul, dan pada hari itu pula diturunkan wahyu
pertama padaku”(H.R Muslim)

c) Shaum arafah (9 dzulhijjah) berdasarkan hadis Nabi SAW:

Dari abu qatadah ra, bahwasanya nabi SAW pernah dianya tentang shaum pada
hari arafah , maka beliau menjawab : shaum arafah itu menghapus dosa satu tahun
akan datang (H.R Muslim)

d) Shaum 6 hari bulan syawal, berdasarkan hadis Nabi Saw., dari Abu Ayyub al-Anshari
ra. Bahwasanya Nabi SAW bersabda : “siapa yang melakukan Shaum Ramadhan,
kemudian ia melakukan shaum 6 hari pada bulan syawal adalah seperti shaum
sepanjang masa” (H.R Muslim)

e) Shaum asyuraa (10 Muharram) berdasarkan hadis Nabi Saw., :

6
Dari Abu Qatadah ra, bahwa nabi Saw., pernah ditanya tentang shaum asyura,
maka beliau menjawab shaum asyura itu menghapus dosa satu tahun yang telah
lalu. (H.R Muslim)

f) Shaum Nabi Daud (melakukan shaum selang) berdasar-kan hadis Nabi Saw., dari
“Abu salmah bin Abdurrahman yang diterimanya dari Abdullah bin Amar, katanya
berkata Nabi Saw., “kalau begitu melakukan shaum nabi Daud dan jangan melebihi
lagi, wahai nabi bagaimana shaum nabi daud ? tanya saya, sabda nabi: beliau
melakukan shaum sehari dan berbuka sehari” (H.R Ahmad dan lain-lain). 3

E. Orang Tidak Diwajibkan Shaum


• Perempuan yang sedang datang bulan (haidh) atau sedang nifas, mereka ini
diwajibkan berbuka (karena tidak syah shaum) tetapi harus menggantikannya
shaumnya dihari-hari lain. Sabda Nabi SAW : aisyah berkata : “saya haidh
dimasa nabi, maka kami disuruh menggantikan dan tidak disuruh
menggantikan shalat”(H.R Bukhari Muslim).
• Orang yang sedang sakit atau dalam perjalanan (berpergian jauh). Bagi ulama
menentukan jarak sejauh diijinkan shalat qashar dan jamak, maka boleh
meninggalkan shaum, tetapi wajib baginya menggantikan shaum dihari lain.
Firman Allah:

Artinya : Maka Barang siapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu
ia berbuka), Maka (wajiblah baginya shaum) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada
hari-hari yang lain. (Qs. Al-baqarah : 184).

• Orang sedang dalam keadaan kesulitan atau terpaksa, misal-nya karena tua
sakit lama yang tidak diharapkan sembuhnya, karena mengandung, menyusui,
maka mereka itu boleh berbuka (meninggalkan shaum) tetapi harus membayar
fidyah dengan memberi makan kepada orang-orang miskin untuk setiap

3 Sahriansyah, IBADAH DAN AKHLAK, (Banjarmasin: IAIN ANTASARI PRESS 2014), hal. 45-50

7
harinya satu mud (0,5 kg) atau sejumlah jatah makan seorang dalam satu hari.
Hal ini sesuai dengan firman Allah:

Artinya : dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak
shaum) membayar fidyah, (yaitu): memberi Makan seorang miskin. (Qs. Al-baqarah :
184).

F. Hal-hal yang Membatalkan Shaum

Ada dua macam hal-hal yang membatalkan shaum seseorang, yaitu :


• Yang membatalkan shaum yang berakibat untuk mengganti-kan dihari lain
sebanyak yang ditinggalkan, dalam hal ini dikarenakan makan, minum,
datang bulan(haidh) atau nifas.
• Yang berakibat selain mengganti juga wajib membayar kafarat, hal ini
disebabkan karena melakukan hubungan seksual pada siang hari bulan
Ramadhan itu.

G. Hal-hal yang Mengurangi Nilai Ibadah Shaum


Hal-hal yang mengurangi nilai shaum adalah semua perbuatan yang dilarang atau dicela
dalam Islam4, misalnya :
a. Perkataan kotor, dusta, dan omong kosong
b. Pembicaraan yang membuat gaduh suasana
c. Bertengkar memaki-maki teman
d. Berkata dan berperilaku dusta
e. Ghibah atau mengupat dan namimah (menyebar berita
bohong).

Kesimpulan

Shaum merupakan ibadah khusus dengan cara menahan diri hal-hal yang diperbolehkan
berupa syahwat perut dan kelamin dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah
shaum dua jenis, fardhu dan sunat shaum diawali dengan melihat wujud hilal, niat pada

4 Sahriansyah, IBADAH DAN AKHLAK, (Banjarmasin: IAIN ANTASARI PRESS 2014), hal.55

8
malam harinya, makan sahur, meninggalkan semua yang membatalakan shaum, dan
segera berbuka. Shaum hukumnya wajib, namun boleh meninggalkan karena haidh,
sakit, musafir, dan adanya kesulitan tertentu Yang membetalkan shaum adalah makan,
minum, hubungan seks suami isteri, disiang hari, haidh atau nifas. Nilai shaum akan
berkurang bagi orang yang berkata kotor, dusta, bertengkar, ghibah dan sebagainya.

Daftar Pustaka
Al-Quran dan Terjemahannya
Al-Hadits
Sahriansyah, IBADAH DAN AKHLAK, (Banjarmasin: IAIN ANTASARI PRESS
2014).
Zakaria Ahmad, Etika Hidup Seorang Muslim, (Garut: Ibn azka press, 2006

Anda mungkin juga menyukai