Anda di halaman 1dari 3

1.a.

Kata zakat berasal dari bahasa Arab ‫ زكاة‬atau zakah yang berarti bersih, suci, subur, berkat,
dan berkembang. Menurut istilah, zakat adalah sejumlah harta yang wajib dikeluarkan oleh umat
Muslim dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya sesuai dengan syarat yang
telah ditetapkan. Pengertian zakat tertulis dalam QS Al-Baqarah 2:43,

َ ‫الز َكا َة َوارْ َكعُوا َم َع الرَّ ا ِكع‬


‫ِين‬ َّ ‫َوأَقِيمُوا ال‬
َّ ‫صاَل َة َوآ ُتوا‬

Artinya: “dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’”

‫ بني‬: ‫ سمعت& رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يقول‬: ‫عن أبي عبد الرحمن عبد هللا بن عمر بن الخطاب رضي هللا عنهما قال‬
.‫ شهادة أن ال إله إال هللا وأن محمدا رسول هللا وإقامة الصالة وإيتاء الزكاة وحج البيت وصوم رمضان‬: ‫اإلسالم على خمس‬
)‫(رواه البخاري‬

Artinya, “Dari Abi Abdurrahman, Abdullah ibn Umar ibnul Khattab ra, ia berkata, ‘Saya
mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Islam didirikan dengan lima perkara, kesaksian bahwa
tiada tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah, mendirikan shalat,
membayar zakat, haji ke Baitullah, dan berpuasa di Bulan Ramadan,’’” (HR Bukhari).

b.

2.a. Arti as-shiyam atau puasa secara etimologi atau asal-usul kata adalah menahan diri dari sesuatu.
Bila seseorang menahan diri untuk tidak bicara atau makan secara bahasa ia disebut shaim
(berpuasa). Hal ini ditunjukkan dalam QS. Maryam [19]:26.

Maka makan,minum dan bersenang hati lah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, katakanlah,
“Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan
berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini.” (QS. Maryam [19]:26)

Pengertian puasa pada ayat tersebut adalah diam, tidak berbicara. 1

Sementara itu, secara terminologi atau istilah syara' , puasa adalah menahan dari segala sesuatu
yang membatalkan puasa dengan disertai niat berpuasa bagi orang yang telah diwajibkan sejak
terbit fajar (fajar Shadiq) hingga terbenamnya matahari dengan syarat-syarat tertentu.

Dalam Surah al-Baqarah:183, Allah berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas
kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."

1
Gus Arifin,FIQIH PUASA (Jakarta:PT Elex Media Komputindo Kompas-Gramedia,2013),hlm.76.
b. Imam Syafi’ie dan Imam Ahmad Bin Hambal. Menurut keduanya, niat puasa Ramadhan wajib
dibaca (dalam hati) pada waktu malam. Yaitu mulai masuk waktu maghrib sampai jelang subuh.
Berbeda dengan puasa sunah, sah-sah saja dibaca siang hari. Asal sebelum matahari tergelincir
(Masuk waktu duhur).

Untuk puasa fardu, keduanya berlandaskan hadits dari Sayyidah Hahshoh ra.,

‫من لم يبيت الصيام قبل الفجر فال صيام له‬l

Man lam yubayyitish shiyam qoblal fajri fala siyama lahu (HR. Al-Khomsah, Bulughul Marom)

Barang siapa yang tidak berniat puasa sebelum terbit fajar (Fajar Shodiq/subuh), maka puasanya
tidak sah.

Untuk puasa sunah, didasarkan pada hadits nabi dari Sayyidah Aisyah ra.,

‫دخل علي النبي صلى هللا عليه وسلم ذات يوم فقال هل عندكم شيئ قلنا ال قال فاني اذا صائم‬

Dakhola alayya annabiyyu shollaallahu alaihi wasallama dzata yaumin faqola: hal indakum
syai’un? Qulna : La. Qola : fainni idzan shoimun (HR. Muslim, Bulughul Marom)

Suatu hari Nabi Muhammad Saw. menemuiku. Lalu beliau bertanya: adakah kamu memiliki
sesuatu (makanan)? Kami menjawab : tidak ada. Lalu beliau bersabda: Jika demikian, maka aku
akan puasa (sunah).

Kedua, Imam Abu Hanifah dan sahabat-sahabatnya. Menurut beliau, sah-sah saja berniat di
malam hari atau siang hari sebelum tergelincirnya matahari. Namun ini khusus puasa wajib yang
sudah memiliki waktu tertentu seperti ramadhan dan puasa nadzar yg ditentukan. Untuk puasa
sunah, mutlak. Dalam artian semua puasa sunah bisa berniat di siang hari sebelum matahari
tergelincir.

Baca Juga : Hukum Puasa Sunah dengan Tujuan Diet


Mazhab ini berlandaskan firman Allah Swt. dalam Surat Al-Baqoroh (2) : 187,

ُ ‫َو ُكلُ ْوا َوا ْش َرب ُْوا َح ٰ ّتى َي َت َبي ََّن لَ ُك ُم ْال َخي‬
ِّ ‫ْط ااْل َ ْب َيضُ م َِن ْال َخيْطِ ااْل َسْ َو ِد م َِن ْال َفجْ ۖ ِر ُث َّم اَ ِتمُّوا ال‬
‫ص َيا َم ِالَى الَّي ۚ ِْل‬

Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam,
yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam.

Menurut mazhab kedua ini, Allah Swt. membolehkan makan dan minum sampai terbit fajar. Lalu
setelah itu memberikan perintah untuk puasa. Dalam artian, niat puasa boleh dilakukan siang
hari.

Adapun hadits di atas (dari Sitti Hafshoh), hanya berkenaan dengan fadhilah puasa. Dalam artian,
jika berniat setelah terbit fajar, maka keutamaan puasanya menjadi nol. Atau hadits tersebut
menunjukkan pada larangan berniat puasa sebelum masuk waktu maghrib. Artinya, saat hari
selasa misalkan, tidak boleh berniat keesokan harinya (Rabu).

Ketiga, Imam Malik dan sahabat-sahabatnya. Menurut beliau, andaikata ada orang yg berniat
pada malam pertama ramadhan bahwa ia akan berpuasa sebulan penuh, maka puasa orang ini
hukumnya sah. Dalam artian satu bulan penuh ia hanya berniat satu kali, yaitu pas malam
pertama bulan puasa, puasanya sah. Niat puasa tidak perlu dibaca tiap malam. Jika diulang-
ulang, maka hukumnya sunah.

Mazhab ini mengqiyaskan niat puasa dengan niat sholat dan haji. Dalam artian, saat sholat tidak
usah berniat tiap rokaat.

Lalu, bagaimana jika saat berniat sebulan penuh, tiba-tiba di tengah bulan haid atau ditimpa
sesuatu yang dianjurkan tidak puasa, apa tetap wajib mengulang niat tiap malamnya? Mereka
menjawab (mazhab ketiga), wajib berniat lagi di sisa hari bulan ramadhan. (Lihat Ibanatul Ahkam
Juz 2, hal. 376-378)

Anda mungkin juga menyukai