Anda di halaman 1dari 16

KELOMPOK 4

“PUASA”

DISUSUN OLEH:

ERINA NURUL FADLILAH 932108919


BINTI KHOIRUN NISAK 932110019
DYAH NAFIDATUS S. 932123919

PEMBERLAJARAN FIQIH- F
2022
1
KATA PENGANTAR

Dengan ucapan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena limpahkan
rahmat,taufik,inayah dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
Pembelajaran Fiqih “ Puasa”

Shalawat serta salam smoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Beserta
keluarganya,sahabat-sahabatnya ,dan semua pengikut beliau yang telah ikhlas memperjuangkan
agama Allah sampai akhir hayat.

Saya menyadari bahwa dalam penulisan Handbook ini jauh dari kesempurnan , untuk itu
saya mengharapkan kritik dan saran yang membangu sebagai perbaikan dalam penulisan makalah
ni. Saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca

Kediri, 07 Maret2022

Hormat kami,

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... 2

DAFTAR ISI....................................................................................................................................... 3

PENGERTIAN PUASA .................................................................................................................... 4

PUASA WAJIB .................................................................................................................................. 6

PUASA SUNNAH ............................................................................................................................ 9

PUASA HARAM ............................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................... 16

3
PENGERTIAN PUASA

Puasa adalah ritual keagamaan yang sudah ada sejak dahulu. Sebelum Islam,puasa sudah
menjadi keharusan bagi agama agama lain dan suku suku tertentu. dalam agama Islam,puasa
mempunyai pengertian dan aturan yang spesifik dan terperinci. Puasa merupakan bagian penting
dari keberagaman seorang muslim karena merupakan pilar islam atau rukun Islam.

Arti as-shiyam (puasa) secara etimologi atau asal usul kata adalah menahan diri dari sesuatu. Bila
seseorang menahan diri untuk tdk bicara atau makan,secara Bahasa ia disebut shaim (berpuasa).
Hal ini ditunujukan dalam QS.Maryam (19);26

ْ‫عينًا َوقَ ِريْ َواش َر ِبيْ فَكُلِي‬ ِْ ‫ن نَذَرتُْ اِنِيْ فَقُولِيْ اَ َحدًاْ ال َبش‬
َ ‫َر مِ نَْ ت ََر ِينَّْ ۚفَ ِا َّما‬ ِْ ٰ‫ِلرحم‬ َ ْ‫ْۚ اِنسِ يًّا ال َيو َْم اُكَل َِْم فَلَن‬
َّ ‫صو ًما ل‬

“Maka makan,minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seseorang katakanlah:
Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah,maka aku tidak akan
berbicara dengan seorang manusia pun pada hari” (QS.Maryam (19);26)

Sementara itu,secra terminology atau syara’ puasa adalah menahan dari segala sesuatu yang
membatalkan puasa dengan disertai niat berpuasa bagi orang yang telah diwajibkan sejak terbit
fajar hingga terbenamnya matahari dengan syarat-syarat tersebut. 1

Syarat seorang muslim melaksanakan puasa adalah :

1
Gus Arifin ” Fiqih Puasa” (Pt. Elex media Komputindo:Jakarta,2013)76-77

4
1) Sedang sehat atau tidak dalam keadaan sakit, serta sedang menetap atau tidak dalam keadaan
bersafar.
2) Suci dari haidh dan nifas.
3) Beragam Islam
4) Baligh
5) Berakal
6) Mukim (tidak sedang safar)
7) Mampu berpuasa

Dalam pembahasan materi puasa ini,mencangkup tentang puasa wajib,sunnah dan haram.

5
Puasa Wajib

Yang dimaksud dengan puasa wajib adalah puas yang bilamana


dilaksanakan,pelakunya akan mendapatkan pahala yang besar di sisi Allah SWT,dan
sebaliknya, jika ditinggalkan maka pelakunya akan mendapatkan siksa yang berat.
Pengertian tersebut diambil dari makna firmal Allah SWT dalam Al-Quran, yaitu:

‫ِب آ َمنُوا الَّذِينَْ أَيُّ َها يَا‬


َْ ‫علَيكُ ُْم كُت‬ َ َْ‫ون لَعَلَّكُمْ قَب ِلكُمْ مِنْ الَّذِين‬
َْ ‫علَى كُت‬
ِ ‫ِب َك َما‬
َ ‫الصيَا ُْم‬ َْ ُ‫تَتَّق‬
“Hai, orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (Q.S Al-Baqarah: 183)
Melalui ayat ini dapat dijelaskan bahwa puasa memiliki hukum wajib bagi orang
yang beriman. Selain itu, puasa juga termasuk dalam rukun Islam ketiga.

ْ‫الرسُو ِلْ ۤا َْء لُوا َل‬


َّ ِْ‫ّللا لَ ُمْ اْ ۤاء‬
ُْٰ َْ‫اَلِيمْ ابْ اَوْ اَنْ اَمْ ِرهْ ا ِلفُونَْ الَّذِينَْ ليَحذَ ِْر ل َِواذًاْ لَّلُونَْ الَّذِين‬

“Hendaklah orang orang yang menyalahi perintahnya takut akan ditimpa cobaan
atau ditimpa azab yang pedih” (Q.S An-Nuur (24); 63)
Untuk lebih memahami istilah puasa wajib,alakah baiknya kita jelaskan terlebih
dahulu tentang pengertian wajib dalam pandangan islam. Al-Ustadz Doktor Wahbah Az-
Zuhaili dalam kitabnya, ushul fiqh, beliau mengatakan, bahwa yang dimaksud dengan
kalimat wajib adalah, tuntutan syara’ yang ditujukan kepada orang mukalaf (terkena
kewajiban) agar dilaksanakan secara penuh. Secara umum, wajib dibagi kepada dua
macam, ada yang bersifat ain dan kifayah. Yang dimaksud wajib a’in adalah kewajiban yang
harus dituntaikan oleh setiap individu muslim. Contohnya shalat,zakat dan puasa

6
Ramadhan. Sedangkan wajib kifayah adalah kewajiban yang dapat gugur kaena telah
dilaksanakan oleh Sebagian orang. Namun,jika tidak ada seorang pun yang melaksankan
maka semua orang ikut berdosa. Sebagian contoh shalat jenazah.
Adapun puasa adalah perintah allah yang bersifat a’in. setiap muslim yang sudah
baligh wajib melaksankannya. Sebagaimana telah disinggung diatas terkait shaum wajib,
Dr. Wahbah Az-Zuhaili mengatakan puasa wajib dilaksanakan karena empath hal,yaitu:

1. Nazar.
Apabila sesorang bernazar (berjanji) untuk melakukan puasa,baik satu hari
atau satu bulan. Ia wajib melaksankannya. Sebagai contoh, seseorang berjanji,
“ apabila aku berhasil dalam ujian,aku akan melaksankan puasa” kata-kata
tersebut sesungguhnya merupakan janji sesorang kepada Allah, sehingga ioa
harus melaksankan janji jika berhasil dalam ujiannya
2. Kifarat/kafarat
Kafatar secara bahsa berarti menggnati,menutupi,membayar dan
memperbaiki. Kafarat ini harus dilaksanakan oleh seseorang setelah ia
melakukan kemaksiatan yang mengharuskan kepadanya membayar kafarat,
seperti membatlkan puasa,melakukan hubungan suami istri pada siang hari.
Salah satu kafarat yang harus dilaksanakan karena kesalhan diatas. Oleh sebab
itu harus dijadikan kafarat pengganti. Sebagai contoh, Allah SWT berfirman
dalam alquran terkait dengan kafarat zihar,
“ Orang orang yang menzihar istri mereka,kemudia mereka hendak menarik
Kembali apa yang mereka ucapkan, (wajib atasnya)memerdekakan seorang budak
sebelum kedua suami istri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepada
kamu,dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kekrjakan. Barang siapa yang
tidak mendaptkan (budak), (wajib atasnya) berpuasa dua bulan berurut-urut
sebelum keduanya bercampur. Sapa yang tidak kuasa, 9wajib atasnya) memberi
makam 60 orang miskin. Demikianlah supaya kamu beriman kepada Allah dan
Rasulnya. Itulah hukum-hukum Allah,dan bagi orang kafir ada siksaan yang sangat
pedih’’ ( QS.Al-Mujadilah (58);3-4)
3. Ramadhan

7
Ketika bulan Ramadha tiba,setiap muslim yang sudah baligh diwajibkan untuk
melaksankan puasa. Hal ini sebagimana firman Allah SWT
“ Hai orang orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagimana
diwajibkan atas oang orang sebelumkamu agar kamu bertkwa” (QS Al-Baqarah
(2);183)
4. Qadha
Qadha menurut Bahasa berarti memenuhi,melaksankan,membayar atau
melunasi. Terkait dengan puasa. Qadha mengandung artian mengganti
(membayar) kekurangan hari dengan puasa wajib pada bulan ramadhan. Ketika
sesorang tidak melakasankan secara sempurna, dikarenakan ada halangan atau
uzur yang dibolehkan oleh syara’ seperti haid,sakit dan berpergian.
Sebagaimana firman Allah Swt,

‫ان فَ َم ْن َش ِهدَ مِ ْنكُ ُم ال َّش ْه َر‬ِ ِۚ َ‫ت ِ ِّمنَ ْال ُه ٰدى َو ْالفُرْ ق‬ ٍ ‫اس َوبَ ِيِّ ٰن‬ ِ ‫ِي ا ُ ْن ِز َل فِ ْي ِه ْال ُقرْ ٰانُ ُهدًى ِِّلل َّن‬
ْ ‫ضانَ الَّذ‬
َ ‫َش ْه ُر َر َم‬
ُ ‫ع ٰلى َسف ٍَر فَ ِعدَّة ٌ ِ ِّم ْن اَي ٍَّام اُخ ََر ۗ ي ُِر ْيدُ ه‬
ۖ ‫ّٰللا ِب ُك ُم ْاليُس َْر َو ََل ي ُِر ْيدُ ِب ُك ُم ْال ُعس َْر‬ َ ‫ص ْمهُ ۗ َو َم ْن كَانَ َم ِر ْيضًا اَ ْو‬ ُ ‫ف َْل َي‬
َ‫ع ٰلى َما هَ ٰدىكُ ْم َولَعَلَّكُ ْم تَ ْشكُ ُر ْون‬ َ ‫َو ِلت ُ ْكمِ لُوا ْال ِعدَّةَ َو ِلت ُ َكبِِّ ُروا ه‬
َ ‫ّٰللا‬
"Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar
dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah.
Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib
menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah
menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah
kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan
kepadamu, agar kamu bersyukur” (Q.S Al-Baqarah : 185) 2

2
Akhyar As-Shiddiq Muhsin dan Dalan Harnawisastra “Dahsyatnya Puasa Wajib dan Sunnah” (Qultum Media,Jakarta
Selatan; Juni 2010) 70-76

8
Puasa Sunnah
Puasa sunnah adalah menahan diri dari makan dan minum serta hal hal yang membatalkannya
mulai terbit fajar sampai terbenam matahari, bagi yang melaksanakannya mendapat pahla dan
bagi yang meninggalkannya tidak mendapat dosa.

Puasa sunnat atau puasa tathawwu’ yang meliputi puasa enam hari bulan syawwal, puasa senin
kamis, puasa hari Arafah (tanggal 9 Dzulhijjah, kecuali bagi orang yang sedang melaksanakan
ibadah haji tidak disunnatkan), puasa hari Asyura (10 Muharram), puasa bulan Sya’ban, puasa
tengah bulan (puasa 13, 14, dan 15 bulan Qomariyyah).3

1) Puasa Enam Hari pada Bulan Syawal hukumnya sunnah. Jika kita melakukan puasa enam
hari pada bulan Syawal seolah olah kita berpuasa satu tahun. Cara puasa 6 Enam Hari
pada Bulan Syawal adalah:
• Mulai tanggal 2 Syawal sampa akhir bulan
• Dilakukan dengan berturut turut dari tanggal 2 sampai 7 bulan Syawal atau
berselang seling, yang penting jumlahnya 6.
2) Puasa Arafah
Puasa arafah jatuh pada tanggal 9 Dzulhijjah. Tanggal 9 Dzulhijjah merupakan tanggal
pertemuan Nabi Adam dan Hawa pertama kali di dunia. Orang yang berpuasa pada
tanggal 9 Dzulhijjah (Puasa Arafah) akan dihaous dosanya setahun yang lampau dan
setahun yang akan datang. Sabda Rasulullah saw yang artinya:
“Puasa hari Arafah itu menghapuskan dosa dua tahun, dosa satu tahun yang lalu dan dosa
satu tahun yang akan datang.”

3
Ibnu Rusyid. Bidayatul Mujtahid. (Jakarta: Pustaka Amani, 2007)

9
3) Puasa Senin Kamis
Puasa senin kamis bisa menimbulkan jiwa sosial dan kasih sayang kepada orang tak
mampu. Puasa senin kamis berguna juga bagi seorang pelajar yang ingin mendapatkan
ilmu yang bermanfaat.
Sabda Rasulullah yang artinya :
“Dari Aisyah R.A, “Nabi Muhammad memilih waktu untuk berpuasa sunnah pada hari
senin kamis”
4) Puasa Asyura
Puasa Asyura merupakan puasa sunnah yang dilakukan setiap tanggal 10 Muharram. Jika
kita melakukan anjuran Rasulullah S.A.W. dengan tulus dan ikhlas, maka Allah SWT akan
menghapuskan dosa kita setahun lampau. Sabda Rasulullah yang artinya:
“Puasa Sunnah pada hari Asyura dapat menghapuskan dosa satu tahun yang telah lalu.”
5) Puasa 3 hari setiap bulan
Dianjurkan untuk berpuasa pada hari baidh yakni tanggal 13, 14, dan 15 bulan Islam
(Qomariyah). Berdasarkan perkataan salah seorang sahabat r.a, ia berkata:
“Rasulullah memerintahkan kami untuk berpuasa pada tiga hari baidh: tanggal 13, 14, dan
15.”

10
Puasa Haram

Puasa Haram adalah puasa yang di larang untuk dilaksanakan. Di dalam islam tidak
sepenuhnya puasa itu diperbolehkan, namun ada hari-hari dan keadaan tertentu umat islam
dilarang untuk berpuasa. Sedangkan menurut banyak ulama, puasa haram ialah puasa yang
apabila dikerjakan mendapat dosa dan apabila tidak dikerjakan mendapat pahala.4 Contohnya
puasa hari raya idul fitri dan idul adha, dan puasa pada hari tasyrik. Hal ini sudah di atur
berdasarkan Al-Quran dan hadist serta ijma’ ulama. Oleh sebab itu sebagai seorang muslim
wajib hukumnya untuk mentaati perintah agama, salah satunya menghindari
perbuatan/berpuasa di hari dan waktu haram berpuasa. Ketika syariat mengharamkan
sesuatu maka dipastikan hal tersebut adalah yang terbaik untuk umat islam, dikarenakan
mengandung mudhorot hingga dapat membahayakan umat islam itu sendiri.
• Waktu-Waktu Haram Berpuasa

Waktu haram puasa adalah waktu di mana umat Islam dilarang berpuasa. Hikmahnya
yaitu ketika semua orang bergembira, seseorang itu perlu ikut bersama merayakannya.
Contohnya adalah:

1. Berpuasa pada Hari Raya Idul Fitri ( 1 Syawal )5


2. Berpuasa pada Hari Raya Idul Adha ( 10 Zulhijjah )

4
Bey Arifin Yunus Ali, Al-Muhdhor, tt. Tarjamah Sunan An-Nasa’iy. (Semarang: CV. Asy-Syifa’, 2020), 76.
5
Novia Anggraini. “Nilai-nilai Edukatif dalam Ibadah Puasa Ramadhan menurut Al-Ghazali dan Implikasinya
terhadap Pembentukan Karakter”. Skripsi, (Curup: IAIN Curup, 2019), 99.

11
3. Berpuasa pada hari-hari Tasyrik ( 11, 12, dan 13 Zulhijjah )

Selain hari-hari tersebut, benar pula waktu dimana umat Islam dianjurkan untuk tak
berpuasa, yaitu ketika tetangga, kerabat atau sahabat yang sedang menyelenggarakan pesta
syukuran atau pernikahan. Hukum berpuasa pada hari ini bukan haram, karena Allah tak
menyukai bila seseorang hanya memikirkan kehidupan alam baka saja sementara kehidupan
sosialnya (menjaga hubungan dengan kerabat atau masyarakat) dilepaskan. 6 Oleh karena itu
umat muslim dianjurkan untuk tidak berpuasa dan dianjurkan untuk ikut menyelenggarakan
pesta tersebut dengan penuh rasa syukur. Hal ini juga dapat menjadi suatu ibadah jika diniati
karena mengharapkan ridho Allah, membantu tetangga, kerabat dan sahabat dalam acara
tersebut.

• Hari-Hari Haram Berpuasa


1) Hari Raya Idul Fithri

Hari raya Idul Fitri bertepat pada tanggal 1 Syawwal. Hari itu adalah hari
kemenangan yang seharusnya dirayakan oleh seluruh umat islam dengan bergembira dan
rasa syukur.7 Karena itu syariat telah mengatur bahwa di hari itu tidak diperkenankan
seseorang untuk berpuasa. Hal ini telah dijelaskan dalam hadist yang diriwayatkan oleh
Muttafaq ‘alaihi, yaitu: Rasulullah SAW melarang berpuasa pada dua hari: hari Fithr dan hari
Adha. (HR Muttafaq ‘alaihi)

2) Hari Raya Idul Adha

Hari raya idul adha jatuh pada tanggal 10 Zulhijjah. Hari Raya idul adha adalah hari
raya kedua untuk umat Islam. Hari itu diharamkan untuk berpuasa dan umat Islam
disunnahkan untuk menyembelih binatang Qurban bagi yang mampu dan membagikannya
untuk fakir, miskin, tetangga dan kerabat serta keluarga. Supaya semuanya dapat ikut
merasakan kegembiraan dengan menyantap daging binatang qurban tersebut dan
merayakan hari raya idhul adha dengan peenuh rasa syukur.

6
An-Nasa’i, Ahmad bin Syu’aib bin ‘Ali. tt. Sunan Sughra li an-Nasa’I, Juz II. (Maktab al-Mathbu’at al-Islamiyah,
2018), 124.
7
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta: Rineka Cipta, 2017), 55

12
3) Hari Tasyrik
Hari tasyrik yaitu tanggal 11, 12 dan 13 bulan Zulhijjah. Pada tiga hari itu umat
Islam sedang dalam suasana perayaan hari Raya Idul Adha sehingga sedang diharamkan
untuk berpuasa. Namun beberapa argumen mengatakan bahwa hukumnya makruh, bukan
haram. Lebih-lebih mengingat sedang benar probabilitas orang yang tak mampu
membayar dam haji untuk puasa 3 hari selama dalam ibadah haji.

‫ قاَل أنهما عنهم هللا رضي وعائشة عمر ابن عن األثر‬: " ‫" الهدي يجد لم لمن إَل يصمن أن التشريق أيام في يرخص لم‬.
‫أخرجه‬
‫عنهم هللا رضي وعائشة عمر ابن حديث من البخاري‬
( ‫ الباري فتح‬4 / 242 ‫ ) السلفية ط‬.
“Tidak ada kemurahan di hari-hari taysriq untuk dipuasai kecuali bagi orang yang tidak
menemukan hadiah” (Atsar Ibn Umar dan ‘Aisyah ra- Fath al-Baari II/242).
Sedang menurut Imam Ahmad, Kalangan Hanafiyyah dan Qaul Qadimnya Syafi’iyyah
puasa dihari-hari tasyriq sebagai pengganti hadiah di atas tetap tidak diperbolehkan.
Sedangkan kalangan Hanabilah, Syafi’iyyah dan malikiyyah berpendapat “Barangsiapa
bernadzar menjalani puasa dalam satu tahun, tidak masuk dalam nadzarnya hari-hari
tasyriq, berbukalah dan tidak ada qadha baginya karena hari-hari tasyriq memang hari
berbuka dan tidak dapat disentuh oleh nadzar sekalipun”.
Abi Yusuf, Ibn Mubaarak dan Muhammad meriwayatkan dari Imam Abu Hanifah
“Nadzarnya sah hari-hari tasyriq tersebut hanya yang lebih baik ia berbuka dan berpuasa
dihari-hari lainnya, bila ia berpuasa hari-hari tasyriq ini dirinya dianggap jelek tapi ia sudah
keluar dari nadzarnya”.
4) Puasa sehari saja pada hari Jumat
Puasa sehari saja pada hari jumat ini haram dilaksankan apabila tanpa didahului
dengan berpuasa dihari sebelum atau sesudahnya.8 Kecuali benar kaitannya dengan puasa
sunnah lainnya seperti puasa sunah nabi Daud, yaitu sehari berpuasa dan sehari tidak.
Karenanya apabila jatuh hari Jumat giliran untuk berpuasa, maka boleh berpuasa. Namun

8
Habsi, Ash-Shiddiqie, T.M. Pedoman Puasa. (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2021), 86

13
terdapat beberapa ulama yang berbeda pendapat masalah ini, ulama tersebut tidak
sampai mengharamkannya secara mutlak, namun hanya sampai makruh saja.
5) Puasa pada hari Syak

Puasa hari syak yaitu tanggal 30 Sya‘ban bila orang-orang ragu tentang awal bulan
Ramadhan karena hilal (bulan) belum terlihat. 9 Saat itu tidak benar kejelasan apakah
sudah masuk bulan Ramadhan atau belum. Ketidak-jelasan ini disebut syak. Dan secara
syar‘i umat Islam dilarang berpuasa pada hari itu. Hal ini dikarenakan sebuah bentuk
kehati-hatian umat islam dalam penentuan tanggal 1 Ramadhan. Ulama lain juga
berpendapat sebab diharamkannya puasa pada tanggal 30 sya’ban adalah sebagai pembeda
antara puasa sunnah dan puasa Ramadhan/wajib. Oleh karena itu puasa Ramadhan
diharamkan untuk dilaksankan.

6) Puasa Selamanya

Seseorang yang beragama islam diharamkan untuk berpuasa terus setiap hari.
Meskipun orang tersebut merasa sanggup untuk mengerjakannya karena memang
tubuhnya kuat. Tetapi secara syar‘i puasa ini dilarang oleh Islam. Untuk mereka yang
berhasrat banyak puasa, Rasulullah SAW menyarankan untuk berpuasa seperti puasa
Nabi Daud as yaitu sehari puasa dan sehari berbuka.

7) Wanita haidh atau nifas

Wanita yang sedang mengalami haidh atau nifas diharamkan mengerjakan puasa.
Karena kondisi tubuhnya sedang dalam tidak suci dari hadats besar. Apabila tetap
melaksanakan puasa, maka hukumnya adalah haram/dosa. Wanita yang sedang haidh dan
nifas diperbolehkan makan dan minum walapun dibulan ramadhan. Namun wanita
tersebut memiliki kewajiban mengganti puasa rodmadhannya di hari lain. Hal ini juga
dijelaskan dalam sebuah hadist, yaitu:

َ ُْ‫عب ُْد أَخبَ َرنَا ُح َميدْ بن‬


‫عب ُْد َح َّدثَنَا و‬ َ ‫ق‬ َّ ‫عنْ َمع َم ْر أَخبَ َرنَا‬
ِْ ‫الر َّزا‬ َ ْ‫اصم‬
ِ ‫ع‬ َ َ‫عائِ َشةَْ َسأَلتُْ قَالَتْ ُمعَاذَْة‬
َ ْ‫عن‬ َ ُْ‫ل َما فَقُلت‬
ُْ ‫ِض بَا‬
ْ ِ ‫ضي ال َحائ‬
ِ ‫تَق‬

9
Jamal Ma’mur, Asmani. Kiat Mengatasi Kenakalan Remaja di Sekolah dengan berpuasa. (Yogyakarta: Buku Biru.
2016), 101.

14
ِ ‫ص ََلْةَ تَق‬
‫ضي‬ ِ ‫ت أَ َح ُر‬
َّ ‫وريَّةْ فَقَالَتْ ال‬ ِْ ‫وريَّةْ لَ ستُْ قُلتُْ أَن‬ ُْ َ ‫ُصيبُنَا كَانَْ قَالَتْ أَسأ‬
ِ ‫ل َولَكِنِي ِب َح ُر‬ ِ ‫ضاءِْ فَنُؤ َم ُْر ذَلِكَْ ي‬
َ َ‫صو ِْم ِبق‬ َْ ‫َو‬
َّ ‫ل ال‬

َ َ‫صو َْم بِق‬


‫ضاءِْ نُؤ َم ُْر‬ َّ ‫ص ََلةِْال‬ َْ ‫َو‬
َّ ‫ل ال‬

Artinya: Dan telah menceritakan kepada kami (Abd bin Humaid) telah mengabarkan
kepada kami (Abdurrazzaq) telah mengabarkan kepada kami (Ma’mar) dari (Ashim) dari
(Mu’adzah) dia berkata, “Saya bertanya kepada (Aisyah) seraya berkata, ‘Kenapa gerangan
wanita yang haid mengqadha’ puasa dan tidak mengqadha’ shalat? ‘Maka Aisyah
menjawab, ‘Apakah kamu dari golongan Haruriyah?’ Aku menjawab, ‘Aku bukan
Haruriyah, akan tetapi aku hanya bertanya’ Dia menjawab, ‘Kami dahulu juga mengalami
haid, maka kami diperintahkan untuk mengqadha puasa dan tidak diperintahkan untuk
mengqadha’ shalat’.” (HR. Muslim no. 508)

8) Puasa sunnah untuk wanita tanpa izin suaminya

Seorang isteri apabila akan mengerjakan puasa sunnah, diharuskan meminta izin
terlebih dahulu pada suaminya. apabila mendapatkan izin, maka diperbolehkan untuk
melaksankan puasa. Sedangkan jika tidak diizinkan tetapi tetap berpuasa, maka puasanya
haram secara syar‘i.

Dalam kondisi ini suami berhak untuk memaksanya berbuka puasa. Kecuali apabila
telah mengetahui bahwa suaminya dalam kondisi tidak membutuhkannya. Contohnya
ketika suami pergi atau dalam adanya ihram haji atau umrah atau sedang beri‘tikaf. 10
Rasulullah SAW bersabda bahwa tidak halal untuk wanita berpuasa tanpa izin suaminya
sedangkan suaminya benar dihadapannya. Karena hak suami itu mesti ditunaikan dan
yaitu fardhu untuk isteri, sedangkan puasa itu hukumnya sunnah. Kewajiban tidak boleh
dilepaskan untuk mengejar yang sunnah.

10
Imam Az-Zabidi, Ringkasan Shahih Bukhari. (Jakarta: Jabal, 2018), 68.

15
DAFTAR PUSTAKA

Arifin Gus tt.2013.Fiqih Puasa.Pt. Elex media Komputindo:Jakarta,


Muhsin Akhyar As-Shiddiq dan Harnawisastra Dalan.tt 2010“Dahsyatnya Puasa Wajib dan
Sunnah” (Qultum Media,Jakarta Selatan
Rusyid Ibnu. Mujtahid Bidayatul. 2007 (Jakarta: Pustaka Amani,)
Bey Arifin Yunus Ali, Al-Muhdhor, tt 2020. Tarjamah Sunan An-Nasa’iy. (Semarang: CV. Asy-
Syifa’,),
Anggraini Novia. 2019 “Nilai-nilai Edukatif dalam Ibadah Puasa Ramadhan menurut Al-Ghazali dan
Implikasinya terhadap Pembentukan Karakter”. Skripsi, (Curup: IAIN Curup,),
An-Nasa’i, Ahmad bin Syu’aib bin ‘Ali. tt. Sunan Sughra li an-Nasa’I, Juz II. (Maktab al-Mathbu’at
al-Islamiyah, 2018),.
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta: Rineka Cipta, 2017),
Habsi, Ash-Shiddiqie, T.M. Pedoman Puasa. (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2021),
Jamal Ma’mur, Asmani. Kiat Mengatasi Kenakalan Remaja di Sekolah dengan berpuasa. (Yogyakarta:
Buku Biru. 2016),
Imam Az-Zabidi, Ringkasan Shahih Bukhari. (Jakarta: Jabal, 2018),

16

Anda mungkin juga menyukai