IBADAH IX
PUASA
1. Konsep Puasa
Puasa adalah ibadah pokok yang ditetapkan sebagai salah satu Rukun Islam
Puasa dalam agama Islam (Ṣaum) artinya secara bahasa adalah ; menahan atau
diam dari berbicara (QS Maryam/19: 260 yang artinya:
... Katakanlah sesungguhnya aku telah bernazar untuk Tuhan Yang Maha Pemurah,
aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun hari ini
Secara Terminologi Para Ulama mendefinisikan Puasa dengan; menahan dirii dari
makan dan minum serta segala perbuatan yang bisa membatalkan puasa, dengan
rukun dan syarat tertentu mulai dari terbit fajar hinggalah terbenam matahari, untuk
meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT
Dari banyak riwayat Nabi tentang manfaat dan hikmah ibadah puasa, dengan
kesimpulkan terdapat manfaat puasayang antara lain adalah;.
Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadan karena iman dan mengharap
pahala dari Allah maka dosanya pada masa lalu akan diampuni (H.R. Bukhari)
e. Menyempurnakan ketaatan, dan mensucikan diri dari semua syahwat. Dan peduli
kepada sesama.Abu Hurairah meriwayatkan, Nabi Muhammad bersabda;
Jika bulan Ramadan datang, maka pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka
ditutup, dan setan-setan dibelenggu. (H.R. Muslim )
Puasa Ramadan selama 29 hingga 30 hari sejatinya adalah bukti kasih sayang Allah
kepada makhluk-Nya. Di balik kewajiban mengerjakan ibadah ini, Allah memberikan
keringanan-keringanan bagi mereka yang tidak sanggup menjalaninya, entah karena
sakit atau dalam perjalanan (musafir).
Selain pengertian puasa di atas, ada beberapa hal penting lainnya menyangkut
puasa seperti rukun dan syarat puasa dan lain sebagainya
a. Niat
Niat dan doa merupakan tahapan penting dalam menjalankan ibadah puasa. Niat
dilakukan sebelum menjalankan ibadah puasa
b. Menahan diri dari kegiatan makan, minum, bersetubuh, maupun hal-hal lain yang
membatalkan puasa.
1) Beragama Islam
3) Mempunyai akal
Puasa Ramadhan disyariatkan di tahun kedua hijriah (623 Masehi), dua tahun
setelah Nabi tiba di Madinah. Selama di Makkah, tidak ada aturan terhadap umat
Islam khususnya untuk melaksanakan puasa, sebagaimana firman Allah SWT pada
QS. Al-Baqarah/2:183 yang artinya;
Dan ayat ini menjelaskan bahwa Allah SWT telah mewajibkan puasa atas umat ini
sebagaimana telah diwajibkan atas umat-umat sebelumnya. Lafadz ( )كتبdalam
ayat di atas bermakna ([ )فرضdiwajibkan]. Puasa diwajibkan atas umat ini dan juga
umat-umat sebelumnya.
Sebagian ulama berkata tentang tafsir ayat di atas, Ibadah puasa diwajibkan bagi
para Nabi dan bagi umat mereka, sejak Adam hingga akhir zaman.
Allah menyebutkan yang demikian itu karena sesuatu yang berat untuk dikerjakan,
akan terasa mudah dan lebih menenangkan jiwa manusia jika dikerjakan oleh
banyak orang. Oleh karena itu, puasa diwajibkan atas seluruh umat manusia,
meskipun berbeda tata cara dan waktu pelaksanaannya.
(yaitu) dalam lebih dari satu hari yang tertentu. Maka barangsiapa satu diantara anda
ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya
berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib
bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa)
membayar fidyah, (yaitu) : memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang
dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya.
Dan berpuasa lebih baik bagimu terkecuali anda mengetahui." (QS. AL-Baqarah/2 :
184)
3. Hal-Hal yang Membatalkan Puasa
a.Makan, minum, dan segala sesuatu yang masuk melalu lubang pada anggota tubuh
pada siang hari (waktu berpuasa), jika dilakukan secara sengaja, akan membatalkan
puasa. Makan dan minum selama puasa Ramadan hanya dapat dilakukan sebelum fajar
(waktu subuh) dan setelah matahari terbenam (magrib).
Dasarnya adalah QS. Al-Baqarah/2:187, ... Makan dan minumlah sampai waktu fajar
tiba dengan dapat membedakan antara benang putih dan hitam ....
Suami-istri yang melakukan hubungan seksual dengan sengaja di antara waktu fajar
terbit hingga matahari terbenam, berarti puasanya batal.
Suami-istri yang demikian, wajib mengganti puasa yang gugur itu di luar bulan
Ramadan. Selain itu, mereka mesti membayar kafarat salah satu dari tiga pilihan,
yaitu memerdekakan seorang budak, atau jika tidak mampu mesti berpuasa 2 bulan
berturut-turut, atau jika tidk mampu, memberi makan 60 orang miskin.
Siapa yang tidak sengaja muntah, maka ia tidak diwajibkan untuk mengganti
puasanya, dan siapa yang sengaja muntah maka ia wajib mengganti puasanya
(H.R-Tirmidzi dan Ibn Majah 1666).
Keluarnya air mani yang terjadi karena sentuhan kulit meski tanpa hubungan
seksual, membatalkan puasa. Keluarnya mani ini baik dalam konteks masturbasi
(onani) maupun sentuhan dengan pasangan. Namun, jika mani keluar karena mimpi
basah, hal ini dikategorikan tidak sengaja, sehingga puasa tidak batal.
e. Haid/Nifas Haid atau datang bulan bagi perempuan juga membatalkan puasa.
Perempuan yang mengalami haid saat Ramadan dapat menggantinya dengan puasa
sejumlah hari haid di luar bulan puasa. Hal yang sama berlaku untuk nifas, ketika
perempuan mengeluarkan darah akibat proses melahirkan.
Dari Aisyah ra ;
Kami (kaum perempuan) diperintahkan untuk mengganti puasa yang ditinggalkan,
tetapi tidak diperintahkan untuk mengganti salat yang ditinggalkan. (H.R. Muslim )
f. Gila Aapabila seseorang mendadak gila ketika sedang mengerjakan ibadah puasa,
maka puasanya batal. Puasa diwajibkan untuk umat Islam yang baligh (dewasa),
berakal sehat, dan tidak terkena halangan. Murtad Jika seseorang keluar dari Islam,
maka dengan sendirinya puasa orang tersebut batal. Yang termasuk dalam kategori
murtad adalah mengingkari keesaan Allah atau mengingkari hukum syariat.
Puasa terutama puasa Ramadhan memang wajib hukumnya, namun ada beberapa
hal yang memperbolehkan kita untuk tidak berpuasa atau membatalkan puasa. Akan
tetapi diwajibkan untuk mengeluarkan fidya atau mengganti puasa tersebut di lain
hari.
a. Puasa Wajib
b. Puasa Sunat
c. Puasa Haram
d. D. Puasa Makruh
1) Puasa Ramadhan
Yakni puasa yang dilaksanakan selama bulan suci Ramadhan. Sebagaimana firman
Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah/2: 183
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas anda berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang sebelum kamu anda agar kamu bertakwa
2) Puasa Qadha
Yakni puasa yang wajib dilaksanakan untuk mengganti puasa Ramadhan yang
ditinggalkannya dikarenakan udzur, sakit, atau berpergian sebanyak hari yang
ditinggalkannya.
(yaitu) dalam lebih dari satu hari yang tertentu. Maka barangsiapa satu diantara anda
ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya
berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi
orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah,
(yaitu) : memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati
mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik
bagimu terkecuali anda mengetahui." (QS. AL-Baqoroh : 184)
Yakni puasa yang dilaksanakan untuk menebus dosa akibat melakukan pembunuhan,
dengan dalil QS. An-Nisa’/4: 92 yang artinya;
Dan tidak layak bagi seorang mukmin, membunuh seorang mukmin (yang lain),kecuali
karena tersalah (tidaksengaja), dan barang siapamembunuh mukmin karena tersalah
(hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar
diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu),kecuali jika mereka (keluarga
terbunuh) bersedekah. Jikaia (si terbunuh) dari kaum yang memusuhimu, padahalia
mukmin, maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada
keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang mukmin. Barang
siapayang tidak memperolehnya, makq hendaklah ia (si pembunu) berpuasa dua bulan
berturut-turut sebagai cara taubat kepada Allah. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Bijaksana
Dan untuk yang melanggar sumpah dijelaskan pada QS. Al-Maidah/5: 89 yang artinya;
4 ). Puasa Nadzar
Yakni puasa yang wajib dilaksanakan oleh orang yang bernadzar puasa sebanyak hari
yang dinadzarkan. Nabi Muhammad Rusulullah saw bersabda :
Apabila seseorang bernadzar menggerakkan puasa, maka nadzar itu wajib dipenuhinya.
(HR Bukhari).
5 ) Puasa Fidyah
Bentuk fidyah dari meninggalkan wajib haji adalah kewajiban damm, yaitu menyembelih
satu ekor kambing. Jika tidak mendapati, maka berpuasa sebanyak sepuluh hari, yaitu
tiga hari saat haji dan tujuh hari saat kembali ke negerinya. Jika berpuasa saat haji tidak
mampu, maka boleh berpuasa dengan tujuh hari tadi di negerinya.
Bagi jama’ah haji yang melakukan haji Tamattu’, atau haji Qiran, wajib membayar dam,
berupa seekor kambing, dan disembelih pada hari nahar (10 Zulhijjah) sebelum tahallul,
atau apda hari tasyriq, sebagaimana disebutkan dalam suatu hadis yang artinya;
Jika tidak mampu menyembelih kambing, maka harus diganti dengan puasa 10 hari.
Tiga hari dikerjakan di Makkah, pada waktu haji, dan tujuh hari dekerjakan setelah
kembali ketempat asal. Sebagimana disebutkan dalam firman-Nya QS Al-Baqarah/2:
196 yang artinya;
Apabila kamu telah merasa aman, maka bagi yang ingin mengerjakan umrah sebelum
haji, ia wajib menyembelih korban yang mudah didapat. Tetapi jika ia tidak menemukan
(binatang kurban atau tidak mampu), maka ia wajib berpuasa tiga hari pada masa haji,
danntujuh hari apabila telah pulang kembali, itulah sepuluh hari penuh
Puasa Sunnah
1) Puasa Asyura
Puasa Asyura dilakukan pada 10 Muharram setiap tahun. Keutamaan puasa ini
tergambar dari hadis dari Abu Hurairah, bahwa Nabi Muhammad bersabda,; Puasa
paling utama setelah (puasa) Ramadan adalah puasa pada bulan Allah –Muharram.
Sementara shalat yang paling utama setelah salat wajib adalah shalat malam
[tahajud].” (H.R. Muslim ).
Puasa Asyura dapat dikerjakan berurutan dengan puasa tasu'a (puasa 9 Muharam).
Nabi Muhammad tidak sempat mengerjakan puasa tasu'a karena sudah terlebih
dahulu meninggal. Namun, berdasarkan hadis dari Abdullah bin 'Abbas, Rasulullah
sudah bersabda pada saat puasa Arafah tahun sebelumnya;
Apabila tiba tahun depan insyaAllah kita akan berpuasa pula pada hari kesembilan
(H.R. Muslim).
Keutamaan puasa Asyura adalah, dihapusnya dosa-dosa kecil setahun sebelumnya,
sebagaiman sabda Nabi SAW dari Abu Qatadah al-Anshary yang artinya;
Ketika Nabi ditanya soal puasa sunah ini, beliau menjawab, "Puasa ’Asyura akan
menghapus dosa setahun lampau (H.R. Muslim ).
Imam Nawawi dalam kitab Syarh Muslim menyatakan, puasa 6 hari pada bulan
Syawal sebaiknya dilaksanakan berurutan. Jika tidak bisa, maka boleh saja
mengerjakan puasa tersebut secara tidak berurutan (misalnya berselang beberapa
hari). Seseorang akan tetap mendapatkan keutamaannya.
Puasa pada hari Tarwiyah (Zulhijah) akan mengampuni dosa setahun yang lalu.
Sedangkan puasa hari 'Arafah (9 Zulhijah) akan mengampuni dosa dua tahun(H.R.
Tirmidzi).
5) Puasa Senin dan Kamis Puasa sunah rutin lainnya dapat dilakukan dua hari dalam
seminggu, yaitu pada hari Senin dan hari Kamis.
Dalilnya adalah sabda Nabi Muhammad yang artinya;
Berbagai amalan dihadapkan [kepada Allah] pada Senin dan Kamis, maka aku suka
jika amalanku dihadapkan kepada-Nya (dalam keadaan) aku sedang berpuasa (HR.
Tirmidzi).
6) Puasa Nabi Daud Puasa ini dilakukan dengan cara selang-seling, sehari berpuasa
dan sehari tidak. Puasa ini adalah puasa sunah paling disukai oleh Allah. Nabi
Muhammad berkata yang artinya;
Puasa yang paling disukai di sisi Allah adalah puasa Daud, dan salat yang paling
disukai Allah adalah salat Nabi Daud. (H.R. Bukhari dan Muslim).
Puasa Haram
Puasa Makruh
1) Puasanya orang sakit, orang yang bepergian, wanita hamil, wanita yang
menyusui, dan orang yang sudah tua renta jika dikhawatirkan adanya masyaqqah
(beban) yang berat ketika mereka berpuasa. Bahkan pada beberapa kasus bisa
mengarah kepada keharaman, yaitu jika benar-benar dapat dipastikan akan adanya
bahaya.
2) Puasa sunnah nya seseorang yang masih memiliki utang qadha’ puasa fardlu
yang ia tinggalkan dengan tanpa adanya udzur (halangan) yang jelas. Hal ini
dikarenakan mendahulukan yang fardlu itu lebih penting.
3) Menyendirikan puasa (khusus) pada hari Jumat, Sabtu atau Ahad. Karena
terdapat hadis yang melarang puasa khusus di hari tersebut. Adapun hadis larangan
puasa khusus di hari Jumat tersebut diriwayatkan oleh Imam al Bukhari dan Muslim.
“Dari Muhammad bin Ibn Abbad, ia berkata: Aku bertanya kepada Jabir ra. Apakah
Nabi Saw. melarang puasa di hari Jumat? Ia menjawab: Iya. Selain Abi Ashim (rawi)
menambahkan “yakni jika ia menyendirikan (mengkhususkan) puasa di hari Jumat.
4) Puasa di hari Arafah bagi orang yang menunaikan haji, hukumnya adalah khilaful
aula. Yakni menyalahi hal yang lebih utama yaitu disunnahkan tidak berpuasa
bagi orang yang berhaji. Karena mengikuti Nabi Saw. dan agar ia kuat dalam
melaksanakan doa (dalam berhaji). Wa Allahu A’lam bis Shawab.
Buku Sumber
7. https://muslim.or.id/25689-kapankah-puasa-ramadhan-diwajibkan-kepada-
umat-manusia.html