Anda di halaman 1dari 13

PERTEMUAN KEDELAPAN

AS-SHIAM (PUASA)

A. Pengertian Shaum (Puasa)

Menurut bahasa, shaum berasala dari kata : “shooma–


yashuumu–shauman/shiyaaman”, artinya menahan dari
sesuatu. Hal ini diungkapkan oleh Allah swt dalam firman-
Nya:

“…… diwajibkan atas kamu berpuasa


(bershaum)…..”.(QS. Al-Baqarah ; 183)

Sedangkan menurut istilah (terminologi), “Shaum


berarti menahan yang tertentu dari sesuatu tertentu pada masa
tertentu dari orang tertentu” (Imam Nawawi dalam Al
Majmu’).

Ada pula yang mengartikan ; “menahan sesuatu karena


Allah dari segala yang membatalkan puasa dari sejak terbit fajar
sampai terbenam matahari (maghrib).”.
Yang membatalkan puasa secara umum di bagi kedalam
dua kategori :

1. Membatalkan puasa itu sendiri, yaitu makan, minum,


bersetubuh di siang hari ketika puasa, hilang ingatan,
haid, dll.
2. Membatalkan pahala puasa, seperti melihat yang
diharamkan Allah, menggibah, emosi yang berlebihan,
dll. Sehingga puasanya tidak mendapatkan apa-apa.
Sebagaimana sabda Nabi saw:

Berapa banyak orang yang puasa, tetapi tidak mendapatkan


apa-apa dari puasanya, kecuali lapar dan dahaga. (HR.
Bukhari).

B. Maksud dan Tujuan Puasa

1. Menjalankan perintah Allah, terutama puasa wajib,


sebagaimana firman-Nya:

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu


berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS. Al-Baqarah ;
183).

2. Meraih predikat takwa. Sebagaiman akhir ayat


tersebut.

3. Mendapatkan ampunan dari Allah swt, sesuai sabda


Nabi Saw, berikut:

“Barang siapa yang berpuasa disertai iman dan


mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya di masa
lalu diampuni.” (HR. Ahmad).
4. Dapat mengekang hawa nafsu (syahwat), sabda Nabi
Saw:

“Hai para pemuda barang siapa diantara kamu mampu


kawin (menikah), maka kawinlah. Karena sesungguhnya
dia dapat menundukkan dan dapat menjaga kemaluan,
dan barang siapa tidak mampu maka hendaklah ia
berpuasa, karena berpuasa itu merupakan pengekang
baginya.” (HR. Muslim).

C. Macam-macam Puasa

Ditinjau dari kedudukan hukumnya, puasa di bagi


4, yaitu puasa wajib, sunnah haram dan puasa makruh

1. Puasa (Shaum) wajib

Puasa wajib adalah puasa yang harus dikerjakan oleh


setiap mukallaf (dewasa/baligh) dan ia akan mendapatkan
pahala, sedangkan apabila ditinggalkannya, maka akan
berdosa, kecuali mengkodonya atau membayar fidyah
bagi yang tidak mampu berpuasa. Puasa wajib itu ada 4
macam, seperti berikut:

1). Shaum Fardhu (Romadhan)

Hukumnya wajib bagi setiap muslim dan muslimah yang


sudah baligh serta tidak mempunyai halangan tertentu
untuk tidak shaum. Sebagaimana firman Allah:

Maka barang siapa diantara kamu yang menyaksikan


bulan (Romadhan), maka hendaklah berpuasa. (QS. Al
Baqara ; 185)
2). Shaum Qadha

Puasa Qadha, yaitu puasa yang wajib dikerjakan, untuk


mengganti puasa di bulan Ramadhan yang ditinggalkan
karena alasan syar’i (disebabkan sakit atau musafir, dll).
Sebagaimana firman Allah Swt, berikut:

Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia


berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak
hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak
menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu
mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan
kepadamu, supaya kamu bersyukur. (QS. Al-Baqarah ;
185)

Adapun cara mengqadha shaum Romadhan boleh


dilakukan berturut-turut, boleh juga dipisah-pisahkan
sesuai dengan kemampuan masing-masing (HR.
Daruquthni).

3). Shaum Nadzar

Yaitu puasa yang diwajibkan kepada seorang muslim


disebabkan bernadzar, misalnya ; jika lulus ujian, saya
akan berpuasa selama 7 hari berturut-turut, maka apabila
berhasil wajiblah baginya berpuasa.
Mereka menunaikan Nazar dan takut akan suatu hari yang
azabnya merata di mana-mana. (QS. Al-Insaan ; 7).

Nabi bersabda :

“Barang siapa yang bernadzar akan menaati Allah, maka


hendaklah ia menaatinya, dan barang siapa bernadzar
akan mengerjakan kemaksiatan kepada Allah, maka
janganlah dilakukan.” (HR. Bukhari dan Muslim).

4). Shaum Kifarat

Yaitu puasa yang dikerjakan akibat pelanggaran-


pelanggaran tertentu, seperti sumpah palsu, dll.

Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-


sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah),
tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-
sumpah yang kamu sengaja, Maka kaffarat (melanggar)
sumpah itu, ialah memberi Makan sepuluh orang miskin,
Yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada
keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau
memerdekakan seorang budak. barang siapa tidak
sanggup melakukan yang demikian, Maka kaffaratnya
puasa selama tiga hari. yang demikian itu adalah kaffarat
sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu
langgar). dan jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah
menerangkan kepadamu hukum-hukum-Nya agar kamu
bersyukur (kepada-Nya). (QS. Al-Maidah ; 89).

2. Puasa Sunnah

Yaitu puasa yang apabila dikerjakan akan mendapatkan


pahala, jika tidak menjadi rugi (karena kehilangan
pahala). Puasa sunnah disebut juga Tathawwu. Banyak
sekali macam-macam puasa sunnah yang dilakukan oleh
Rasulullah semasa hidup beliau, diantaranya:

a. Puasa Senin Kamis


b. Puasa 9 Dzulhijjah
c. Puasa 6 hari Syawal
d. Puasa 10 Muharram (Asyura)
e. Puasa setiap pertengahan bulan tanggal 13, 14, 15
Qamariah

3. Puasa Haram

a. Puasa yang dilakukan terus menerus


b. Puasa hari tasyrik (2 hari raya, 1 Syawwal dan 10
Dzulhijjah)
c. Puasa wanita yang sedang haid atau nifas
d. Puasa sunnah seorang istri tanpa ijin suaminya

4. Puasa Makruh

a. Puasa sunnah yang dikerjakan dengan susah payah


(karena sakit, diperjalanan, dll)
b. Puasa sunnah yang dikerjakan pada hari Jum’at saja
atau hari Sabtu saja, kecuali pada hari itu yang
disunnahkan puasa atau dimulai satu hari
sebelumnya atau ditambah satu hari setelahnya.
D. Kesempurnaan Dalam Puasa

Kesempurnaan dalam puasa bukan hanya menahan


diri dari makan, minum, dan bersetubuh atau menjaga
dari segala sesuatu yang membatalkan puasa disiang hari
saja, tetapi juga mengandung maksud menahan diri dari
segala sesuatu dari yang membatalkan pahala puasa atau
segala sesuatu yang tidak sesuai dengan hikmah dan
tujuan puasa. Karena Nabi bersabda dalam haditsnya:

“Berapa banyak orang berpuasa, tetapi tidak


mendapatkan apa-apa dari puasanya, kecuali lapar dan
haus saja.” (HR. Bukhari).

“Barang siapa yang tidak meninggalkan ucapan dan


perbuatan jelek, maka Allah tidak akan menerima
puasanya.” (HR. Bukhari).

Di samping itu kesempurnaan ibadah puasa adalah


dengan memperhatikan syarat dan rukun puasa, antara
lain:

1. Syarat Sah Puasa


a. Beragama Islam
b. Mumayyiz (mampu membedakan yang benar
dengan yang salah)
c. Suci dari haid dan nifas bagi wanita

2. Syarat Wajib Puasa


a. Berakal
b. Baligh
c. Kuat mengerjakan puasa
Pendidikan Agama Islam

3. Rukun Puasa

a. Niat

Niat puasa wajib dilakukan di malam hari atau sebelum


datang terbit fajar, hal ini sebagaimana disabdakan oleh
Nabi saw:
“Barang siapa tidak berniat akan berpuasa pada sebelum
fajar, tidak ada puasa baginya.” (HR. Jamaah).

b. Menahan diri dari yang membatalkan puasa

Sebagaimana firman Allah :

Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa


bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah
pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi
mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat
menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu
dan memberi ma'af kepadamu. Maka sekarang
campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah
ditetapkan Allah untukmu, dan Makan minumlah
hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam,
Yaitu fajar. kemudian sempurnakanlah puasa itu
sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu
campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam
mesjid. Itulah larangan Allah, Maka janganlah
kamu mendekatinya.
Pendidikan Agama Islam

Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada


manusia, supaya mereka bertakwa. (QS. Al Baqarah ;
187).

E. Hikmah Puasa

1. Disiplin Rohaniah

Ibadah puasa merupakan ibadah rahasia bagi diri


sendiri, hubungannya hanya dengan Allah, ia puasa
hanya karena Allah, merasa diawasi oleh Allah,
harapannya hanya dari dan kepada Allah. Ia tetap
bersabar atas hukum dan ketentuan Allah. Oleh
karenanya orang yang puasa seperti itu tidak akan
membatalkannya, walaupun dalam keadaan sendirian
dan ia merasa mampu untuk berbuka, inilah puasa
yang akan melatih kedisiplinan rohaninya, puasa yang
akan mewujudkan ketakwaan kepada Allah Swt, puasa
yang akan mendatangkan sifat sabar dan kekuatan
iman bagi pelakunya. Sebagaimana sabda Nabi Saw:

“Puasa adalah separuh dari kesabaran, dan sabar itu


sebagian dari iman.” (HR. Baihaqi)

2. Membentuk Akhlakul Karimah

Orang yang berpuasa dididik untuk melakukan


perbuatan yang baik dan mulia, karena perbuatan
buruk dan kemungkaran akan membatalkan puasa atau
pahalanya, sehingga orang yang berpuasa dapat
melengkapi akhlak dalam kehidupannya sehari-hari
kepada tingkat moral yang lebih baik, kepada Allah,
Rasulullah, maupun terhadap sesama.
Pendidikan Agama Islam

3. Memiliki Nilai-nilai Sosial

Rasa haus dan lapar selama satu hari dengan


menahannya karena Allah, mendidik orang yang
berpuasa untuk merasakan penderitaan orang lain,
sehingga nilai-nilai sosial akan muncul terhadap orang
lain, fakir, miskin, dll.

4. Jasmani Menjadi Sehat

Puasa menjadikan anggota tubuh sehat, karena


memberikan kesempatan untuk beristirahat dalam
mengolah makanan yang berlebihan selama sebelas
bulan. Ahli Hikmah mengatakan: “Berpuasalah, karena
dengan berpuasa tubuh menjadi sehat.” (Ali ra).

F. Tingkatan Puasa
Pendidikan Agama Islam
Menurut Imam al-Ghazali dalam bukunya Ihya' Ulumiddin,
tingkatan puasa diklasifikasi menjadi tiga, yaitu puasa
umum, puasa khusus, dan puasa khusus yang lebih khusus
lagi.

Puasa umum adalah tingkatan yang paling rendah yaitu


menahan dari makan, minum dan jima'. Puasa khusus, di
samping menahan yang tiga hal tadi juga memelihara
seluruh anggota tubuh dari perbuatan maksiat atau tercela.
Sedangkan puasa khusus yang lebih khusus adalah puasa
hati dari segala kehendak hina dan segala pikiran duniawi
serta mencegahnya memikirkan apa-apa yang selain Allah.

Puasa level ketiga tadi adalah puasanya para nabi-nabi,


shiddiqin, dan muqarrabin. Sedangkan puasa level kedua
adalah puasanya orang-orang salih - puasa tingkat ini yang
seharusnya kita tuju untuk mencapainya.

G. Adab Puasa
Selanjutnya imam Al Ghazali menjelaskan enam hal untuk
mencapai kesempurnaan puasa tingkatan kedua itu.
Pertama, menahan pandangan dari segala hal yang dicela
dan dimakruhkan serta dari tiap-tiap yang membimbangkan
dan melalaikan dari mengingat Allah. Rasulullah SAW
bersabda: Barang siapa meninggalkan pandangan karena
takut kepada Allah, niscaya Allah menganugerahkan
padanya keimanan yang mendatangkan kemanisan dalam
hatinya.
Kedua, menjaga lidah dari perkataan yang sia-sia, berdusta,
mengumpat, berkata keji, dan mengharuskan berdiam diri,
menggunakan waktu untuk berzikir kepada Allah serta
membaca Alquran.
''Dua perkara merusakkan puasa,'' sabda Rasulullah SAW,
''yaitu mengumpat dan berbohong.''
Ketiga, menjaga pendengaran dari mendengar kata-kata
yang tidak baik, karena tiap-tiap yang haram diucapkan
maka haram pula mendengarnya. Rasulullah SAW
Pendidikan Agama Islam
menjelaskan: Yang mengumpat dan yang mendengar,
berserikat dalam dosa.
Keempat, mencegah anggota-anggota tubuh yang lain dari
perbuatan dosa. Seperti mencegah tangan dan kaki dari
berbuat maksiat dan mungkar, mencegah perut dari
memakan yang syubhat dan haram.
Kelima, tidak berlebih-lebihan dalam berbuka sampai
perutnya penuh makanan. Orang yang berbuka secara
berlebihan tentu tidak akan dapat memetik manfaat
dan hikmah puasa. Bagaimana dia berusaha mengalahkan
musuh Allah dan mengendalikan hawa nafsunya, jika saat
berbuka dia justru memanjakan nafsunya dengan makanan
yang tak terhitung banyak dan jenisnya.
Keenam, hatinya senantiasa diliputi perasaan cemas (khauf)
dan harap (raja'), karena tidak diketahui apakah puasanya
diterima atau tidak oleh Allah. Rasa cemas diperlukan untuk
meningkatkan kualitas puasa yang telah dilakukan,
sedangkan penuh harap berperan dalam menumbuhkan
optimisme.

H. Doa Berbuka
Puasa

‫محرا اي كتمحرب ترطفأ كقزر ىلعو تنمآ كبو تمص كل مه لا نيمحارلا‬


Allahumma laka shumtu wabika aamantu, wa 'ala rizqika
afthartu birohmatika yaa arhamar-roohimiin

Artinya : “Ya Allah, kepada-Mu aku berpuasa dan kepada-Mu


aku beriman, dan dengan rizki-Mu aku berbuka, dengan
rahmat- Mu, wahai Dzat Yang paling welas asih. (H.R. Ath-
Thabrani).

Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma, beliau mengatakan:

‫ملسو هيلع ه لا ىلص ه لا لوسر ناك ه لا‬، ‫لاق رطفأ اذإ‬


‫أـمظلا بهذ‬، ‫قورعلا تلتــباو‬، ‫ءاش نإ رجلأا تبــثو‬
Pendidikan Agama Islam

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila


beliau
berbuka, beliau
membaca:

‫أـمظلا بهذ‬، ‫قورعلا تلتــباو‬، ‫هلال ءاش نإ رجلأا تبــثو‬

Dzahaba-dz Dzoma’u, Wabtalati-l ‘Uruuqu wa


Tsabata-l
Ajru, Insyaa
Allah

“Telah hilang dahaga, urat-urat telah basah, dan telah diraih


pahala, insya Allah.” (HR. Abu Daud dan Al-Baihaqi dalam As-
Shugra)

Anda mungkin juga menyukai