Anda di halaman 1dari 22

Bab Puasa Kitab Fathul Mu'in

20 Juli 2014 pukul 16.17Publik

BAB PUASA

Allah berfirman yang artinya : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.
(QS Al-Baqoroh 183)

Ditegaskan oleh Rasulullah Ss.a.w melalui sabdanya yang diriwayatkan oleh Ahmad, An-
Nasa’i dan Al-Baihaqi dari Abu Huroiroh Ra yang artinya : Sesungguhnya telah datang
kepada kamu bulan Romadhon bulan yang penuh berkah. Allah telah mewajibkan atas kamu
berpuasa padaNya. Sepanjang bulan Ramadhan itu dibuka segala pintu syurga dan ditutup
segala pintu neraka serta dibelenggu segala syaitan.

Pengertian Puasa

Puasa artinya menahan diri dari makan dan minum dan dari segala perbuatan yang bisa
membatalkan puasa, mulai terbit fajar sampai terbenam matahari.

Waktu diwajibkannya berpuasa pada tahun ke-2 hijriyah yaitu pada bulan Sya’ban dan
Rasulullah s.a.w berpuasa selama 9 kali Ramadhan.

Puasa Wajib

Puasa bulan Ramadhan, puasa kifarat, puasa nadzar, puasa qodo’ dan puasa haji serta umroh
untuk menggantikan dari fidyah.

Puasa Sunnah

1. Puasa 6 hari ba’da bulan Syawal (harus urut, boleh di awal, tengah atau di akhir).
2. Puasa Hari Arafah (tanggal 8 atau 9 Dzulhijjah).
3. Puasa Hari Asyura pada 10 Muharam dan 9 Muharam.
4. Puasa bulan Sya’ban (afdolnya 1 bulan penuh atau beberapa hari saja).
5. Puasa Isnin dan Khomis (Senin dan Kamis).
6. Puasa tengah bulan yaitu 13, 14, 15 pada bulan qamariah (tahun Hijriyah).
7. Puasa tanggal 1 – 9 bulan Dzulhijjah.

Puasa Makruh

1. Puasa yang terus-menerus sepanjang masa (kalau tidak ada amalan).


2. Puasa hari Sabtu tanpa dibarengi dengan hari Jum’at atau hari Ahad.

Puasa Haram

1. Dua hari raya (Idul Fitri dan Idul Adha)


2. Hari tasyriq 11, 12, 13 Dzulhijjah.
3. Hari syak (Ragu) yaitu tanggal 30 akhir bulan Sya’ban.
Pekerjaan yang Makruh di Bulan Puasa

1. Sikat gigi setelah subuh sampai terbenam matahari (apabila dilakukan dan sampai masuk
tenggorokan, maka puasanya batal).
2. Buang air besar setelah subuh sampai terbenam matahari (apabila dilakukan sewaktu
membuang hajat sebelum tuntas keluar dan sisa kotoran itu masuk lagi ke lubang dubur,
maka puasanya batal).

Syarat Syahnya Berpuasa

1. Islam
2. Aqil (berakal)
3. Bersih dari haid dan Nifas (suci)
4. Mengetahui tentang waktunya berpuasa, waktunya dari terbitnya Fajar Shodiq (awal waktu
shubuh) sampai terbenamnya matahari (bulatannya) secara menyeluruh (awal waktu
maghrib).

Syarat Wajib Berpuasa

1. Islam (maka kafir tidak wajib berpuasa).


2. Taklif / baligh dan berakal (maka anak kecil dan orang gila tidak wajib berpuasa).
3. Mampu dhohir dan bathin (maka orang yang berumur tua kurang lebih 70 tahun atau orang
yang sakit yang kata dokter tidak bisa sembuh tidak wajib puasa).
4. Sehat jasmani.
5. Orang yang bermukim (kalau musafir / orang yang berpergian melebihi 82 km) maka tidak
wajib berpuasa asalkan dalam berpergian tidak niat maksiat.

Rukunnya Berpuasa

1. Niat berpuasa setiap hari waktunya dari habis maghrib sampai imsak (sebelum adzan
shubuh) dan niatnya: Nawaitu souma ghodin ‘an adai fardli syahri romadhona hadhihi sanati
Lillahi ta’ala.

Menurut Madzhab Syafi’i:


Kita dianjurkan niat satu bulan penuh di tanggal satu Ramadhan untuk menghindari kalau
kita lupa niat puasa dihari-hari berikutnya, tapi kita diwajibkan berniat puasa di setiap hari
kalau kita ingat. (satu bulan penuh ghadin diganti syahrakulahaa).
2. Meninggalkan sesuatu yang membatalkan puasa dalam keadaan sadar dan mengetahui
tentang yang membatalkan puasa.
3. Orang yang berpuasa (dirinya sendiri).

Yang Membatalkan Puasa

1. Makan dan minum dengan sengaja.


2. Jimak dengan disengaja dan sadar.
3. Murtad (keluar dari Islam).
4. Haid (darah yang keluar seteiap bulan untuk kaum wanita).
5. Nifas (darah yang keluar setelah melahirkan).
6. Melahirkan (walaupun segumpal darah atau daging / keguguran).
7. Gila (hilang ingatan) walaupun sebentar.
8. Pingsan dan ayan (kurang lebih 5 jam).
9. Mabuk (kurang lebih 5 jam).
10. Suntik / injeksi pada bagian tubuh di atas pusar.

Macam-macam Hukum untuk Membatalkan Puasa

Wajib :
Untuk wanita haid dan nifas dan melahirkan (wiladah).

Jaiz atau diperbolehkan :


Untuk orang yang berpergian luar kota dengan niat tidak untuk berbuat maksiat dan sakit dan
jarak berpergiannya 82 km.

Tidak wajib dan tidak jaiz :


Untuk orang gila.

Haram :
Seperti orang yang mempunyai hutang puasa di tahun yang telah lewat dan mampu untuk
mengqodho puasa tapi tidak berpuasa sampai datangnya bulan Ramadhan lagi.

Macam-macam Qodho dan Fidyah (denda) untuk Orang yang Berpuasa

Yang pertama.
Wajib mengqodho puasa dan membayar fidyah / denda (hanya berupa beras 1 mud (dua
tangan digabung) kurang lebih ¾ kg dan diberikan kepada fakir miskin:

1. Berbuka puasa karena takut / mengkhawatirkan keadaan orang lain seperti menyelamatkan
hewan / orang yang tenggelam dan wanita yang menyusui atau wanita hamil. Jika karena
takut / mengkhawatirkan diri sendiri maka hanya diwajibkan mengqodho saja, sedangkan
kalau takut keduanya (dirinya dan orang lain) maka wajib mengqodho dan bayar fidyah /
denda.

2. Orang yang mempunyai hutang puasa di tahun yang telah lewat dan mampu mengqodho
puasa tapi tidak berpuasa sampai datangnya bulan Ramadhon lagi.

Mabuk dengan cara bermaksiat.

Yang kedua:
Wajib mengqodho tanpa mengeluarkan fidyah:

1. Seperti orang pingsan dan ayan.


2. Meninggalkan niat puasa tanpa sengaja dan lupa niat 1 bulan penuh.
3. Yang sengaja membatalkan puasa (asalkan tidak melakukan maksiat)

Yang ketiga:
Diwajibkan mengeluarkan fidyah tanpa mengqodho puasa bagi orang tua yang berumur
kurang lebih 70 tahun ke atas dan tidak mampu berpuasa. Bagi orang sakit yang tidak bisa
diharapkan kesembuhannya.

Yang keempat:
Yang tidak diwajibkan mengqodho puasa dan mengeluarkan fidyah bagi orang gila yang
tidak bisa diharapkan sembuh.

Bab yang Tidak Membatalkan Puasa Apabila Masuk Dilubang Tubuh

1. Yang masuk dilubang tubuh dalam keadaan lupa (tanpa sengaja).


2. Bodoh (tidak mengetahui hukum tentang berpuasa dan jauh dari para ulama’).
3. Dipaksa (apabila dia tidak mampu melawan, tidak ada yang membantu dan tidak ada
pilihan lain).
4. Ketelan sisa-sisa makanan yang ada disela-sela gigi dengan syarat dia sudah
membersihkannya.
5. Masuknya debu jalanan dan debu tepung ke dalam hidung dan mulut walaupun banyak.
6. Membuka mulut sehingga kemasukkan lalat dan sejenisnya, tapi seukuran lalat atau lebih
kecil disengaja atau tidak disengaja walaupun banyak.

Bab yang Menghilangkan Pahala Puasa

1. Berbohong
2. Mengadu domba
3. Membicarakan aib orang lain
4. Semua perbuatan dosa kecil maupun besar
5. Jika seseorang mempunyai hutang puasa tapi belum ada kesempatan untuk mengqodho
(membayar) kemudian dia meninggal, maka walinya diperbolehkan untuk mengqodho
(membayar) atau menggantikan dengan mengeluarkan 1 mud (2 tangan digabungkan) kira-
kira ¾ kg. (Seperti yang tertera di kitab taqrirot assadinah)
6. Tidak boleh makan atau minum tatkala adzan shubuh, maka puasanya batal dan wajib
mengqodho karena adzan shubuh yang ada disekitar kita itu sendiri sudah melebihi waktu
fajar.

Sunnah Berpuasa Ramadhan, diantaranya:

1. Mempercepat berbuka (yaitu ketika yakin terbenamnya matahari /mendengar adzan


langsung berbuka walaupun sekedarnya).
2. Sahur walaupun dengan seteguk air.
3. Mengakhirkan sahur (yaitu makan dan minum sebelum adzan shubuh kurang lebih ½ jam).

4. Berbuka dengan sesuatu yang manis.


5. Berbuka dengan kurma dan jumlahnya ganjil.
6. Berdoa tatkala berbuka.
7. Memberi makanan / minuman untuk orang yang berpuasa.
8. Beramal sholeh.
(Lihat Kitab Fathul Mu'in Bab Puasa hal 23/27 Jil 2 Karya Syaikh Zaenudin Al-Malibary)

Makna puasa
Puasa dalam bahasa Arab disebut dengan Ash Shiyaam (‫ )الصيام‬atau Ash Shaum (‫)الصوم‬.
Secara bahasa Ash Shiyam artinya adalah al imsaak (‫ )اإلمساك‬yaitu menahan diri. Sedangkan
secara istilah, ash shiyaam artinya: beribadah kepada Allah Ta’ala dengan menahan diri dari
makan, minum dan pembatal puasa lainnya, dari terbitnya fajar hingga terbenamnya
matahari.

Hukum puasa Ramadhan


Puasa Ramadhan hukumnya wajib berdasarkan firman Allah Ta’ala:

‫يا أيها الذين آمنوا كتب عليكم الّص َيام كما ُك تب على الذين من قبلكم‬
‫لعّلكم تّتقون‬
“wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kalian bertaqwa” (QS. Al Baqarah: 183).

Dan juga karena puasa ramadhan adalah salah dari rukun Islam yang lima. Nabi
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

،‫ شهادة أن ال ِإله ِإال هللا وأّن محّم دًا رسول هللا‬:‫ُبني اِإل سالم على خمس‬
‫ وصوم رمضان‬،‫ والحّج‬،‫ وِإيتاء الزكاة‬،‫وإقام الصالة‬
“Islam dibangun di atas lima rukun: syahadat laa ilaaha illallah muhammadur rasulullah,
menegakkan shalat, membayar zakat, haji dan puasa Ramadhan” (HR. Bukhari – Muslim).

Keutamaan puasa
1. Puasa adalah ibadah yang tidak ada tandingannya. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam
bersabda kepada Abu Umamah Al Bahili:

‫عليك بالصيام فإنه ال مثل له‬


“hendaknya engkau berpuasa karena puasa itu ibadah yang tidak ada tandingannya”
(HR. Ahmad, An Nasa-i. Dishahihkan Al Albani dalam Shahih An Nasa-i)

2. Allah Ta’ala menyandarkan puasa kepada diri-Nya.

‫ فإنه لي وأنا‬،‫ كل عمل ابن آدم له إال الصوم‬:‫قال هللا عز وجل‬


‫أجزي به‬
“Allah ‘azza wa jalla berfirman: setiap amalan manusia itu bagi dirinya, kecuali
puasa. Karena puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalas pahalanya” (HR.
Bukhari – Muslim).
3. Puasa menggabungkan 3 jenis kesabaran: sabar dalam melakukan ketaatan kepada Allah,
sabar dalam menjauhi hal yang dilarang Allah dan sabar terhadap takdir Allah atas rasa lapar
dan kesulitan yang ia rasakan selama puasa.
4. Puasa akan memberikan syafaat di hari kiamat.

‫الصيام والقرآن يشفعان للعبد‬


“Puasa dan Al Qur’an, keduanya akan memberi syafaat kelak di hari kiamat” (HR.
Ahmad, Thabrani, Al Hakim. Al Haitsami mengatakan: “semua perawinya dijadikan
hujjah dalam Ash Shahih“).

5. Orang yang berpuasa akan diganjar dengan ampunan dan pahala yang besar.
Allah Ta’ala berfirman:

‫ِإَّن اْلُم ْس ِلِم يَن َو اْلُم ْس ِلَم اِت َو اْلُم ْؤ ِمِنيَن َو اْلُم ْؤ ِم َناِت َو اْلَقاِنِتيَن‬
‫َو اْلَقاِنَتاِت َو الَّصاِدِقيَن َو الَّصاِد َقاِت َو الَّصاِبِريَن َو الَّصاِبَر اِت‬
‫َو اْلَخ اِش ِع يَن َو اْلَخ اِش َع اِت َو اْلُم َتَص ِّد ِقيَن َو اْلُم َتَص ِّد َقاِت َو الَّصاِئِم يَن‬
‫َو الَّصاِئَم اِت َو اْلَح اِفِظ يَن ُفُروَج ُهْم َو اْلَح اِفَظاِت َو الَّذ اِكِريَن َهَّللا َك ِثيًرا‬
‫َو الَّذ اِكَر اِت َأَع َّد ُهَّللا َلُهم َّم ْغ ِفَر ًة َو َأْج ًرا َع ِظ يًم ا‬

“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang
mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan
perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan
perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan
perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara
kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah
telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar” (QS. Al Ahzab:
35)

6. Puasa adalah perisai dari api neraka.


Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

‫الصيام ُجنة‬
“puasa adalah perisai” (HR. Bukhari – Muslim)

7. Puasa adalah sebab masuk ke dalam surga


Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

‫ ال يدخله إال‬،‫ فيها باب يسمى الريان‬،‫في الجنة ثمانية أبواب‬


‫الصائمون‬
“di surga ada delapan pintu, diantaranya ada pintu yang dinamakan Ar Rayyan.
Tidak ada yang bisa memasukinya kecuali orang-orang yang berpuasa” (HR.
Bukhari).

Hikmah disyariatkannya puasa


1. Puasa adalah wasilah untuk mengokohkan ketaqwaan kepada Allah
2. Puasa membuat orang merasakan nikmat dari Allah Ta’ala
3. Mendidik manusia dalam mengendalikan keinginan dan sabar dalam menahan diri
4. Puasa menahan laju godaan setan
5. Puasa menimbulkan rasa iba dan sayang kepada kaum miskin
6. Puasa membersihkan badan dari elemen-elemen yang tidak baik dan membuat badan sehat

Rukun puasa
1. Menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa
2. Menepati rentang waktu puasa

Awal dan akhir bulan Ramadhan (bulan puasa)


 Wajib menentukan awal bulan Ramadhan dengan ru’yatul hilal, bila hilal tidak terlihat maka
bulan Sya’ban digenapkan menjadi 30 hari. Para ulama ijma akan hal ini, tidak ada khilaf di
antara mereka.
 Para ulama mensyaratkan minimal satu orang yang melihat hilal untuk bisa menetapkan
terlihatnya hilal Ramadhan.
 Jika ada seorang yang mengaku melihat hilal Ramadhan sendirian, ulama khilaf. Jumhur
ulama mengatakan ia wajib berpuasa sendirian berdasarkan ru’yah-nya. Pendapat ini
dikuatkan oleh Ibnu Al Utsaimin. Sebagian ulama berpendapat ia wajib berpuasa bersama
jama’ah kaum Muslimin. Pendapat ini dikuatkan oleh Ibnu Taimiyah dan Ibnu Baz.
 Rukyah hilal suatu negeri berlaku untuk seluruh negeri yang lain (ittifaqul mathali’), ataukah
setiap negeri mengikuti rukyah hilal masing-masing di negerinya (ikhtilaful mathali’)? Para
ulama khilaf dalam masalah ini. Jumhur ulama berpendapat rukyah hilal suatu negeri
berlaku untuk seluruh negeri yang lain. Adapun Syafi’iyyah dan pendapat sebagian salaf,
setiap negeri mengikuti rukyah hilal masing-masing. Pendapat kedua ini dikuatkan oleh Ash
Shanani dan juga Ibnu Utsaimin.
 Wajib menentukan akhir bulan Ramadhan dengan ru’yatul hilal, bila hilal tidak terlihat maka
bulan Ramadhan digenapkan menjadi 30 hari. Para ulama ijma akan hal ini, tidak ada khilaf
di antara mereka.
 Jumhur ulama mensyaratkan minimal dua orang yang melihat hilal untuk bisa menetapkan
terlihatnya hilal Syawal.
 Jika ada seorang yang mengaku melihat hilal Syawal sendirian, maka ia wajib berbuka
bersama jama’ah kaum Muslimin.
 Jika hilal Syawal terlihat pada siang hari, maka kaum Muslimin ketika itu juga berbuka dan
shalat Id, jika terjadi sebelum zawal (bergesernya mata hari dari garis tegak lurus).

Rentang waktu puasa


Puasa dimulai ketika sudah terbit fajar shadiq atau fajar yang kedua. Allah Ta’ala berfirman:
‫َفاآلَن َباِش ُروُهَّن َو اْبَتُغ وْا َم ا َكَتَب ُهَّللا َلُك ْم َو ُك ُلوْا َو اْش َر ُبوْا َح َّتى َيَتَبَّيَن َلُك ُم‬
‫اْلَخ ْيُط اَألْبَيُض ِم َن اْلَخ ْيِط اَألْس َو ِد ِم َن اْلَفْج ِر‬
“Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu,
dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar”
(QS. Al Baqarah: 187).

Yang dimaksud dengan khaythul abyadh di sini adalah fajar shadiq atau fajar kedua karena
berwarna putih dan melintang di ufuk seperti benang. Adapun fajar kadzib atau fajar pertama
itu bentuknya seperti dzanabus sirhan (ekor serigala). Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam
bersabda:

‫ فأما الفجر الذي يكون كذنب السرحان فال يحل الصالة‬:‫الفجر فجران‬
‫ وأما الفجر الذي يذهب مستطيال في األفق فإنه يحل‬،‫وال يحرم الطعام‬
‫الصالة و يحرم الطعام‬
“Fajar itu ada dua: pertama, fajar yang bentuknya seperti ekor serigala, maka ini tidak
menghalalkan shalat (shubuh) dan tidak mengharamkan makan. Kedua, fajar yang
memanjang di ufuk, ia menghalalkan shalat (shubuh) dan mengharamkan makan (mulai
puasa)” (HR. Al Hakim, Al Baihaqi, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami’).

Puasa berakhir ketika terbenam matahari. Allah Ta’ala berfirman:

‫ُثَّم َأِتُّم وا الِّص َياَم ِإَلى الَّلْيِل‬


“lalu sempurnakanlah puasa hingga malam” (QS. Al Baqarah: 187).

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

‫ فقد‬،‫ وغربت الشمس‬،‫إذا أقبل الليل من هاهنا وأدبر النهار من هاهنا‬


‫أفطر الصائم‬
“jika datang malam dari sini, dan telah pergi siang dari sini, dan terbenam matahari, maka
orang yang berpuasa boleh berbuka” (HR. Bukhari – Muslim).

Syarat sah puasa


1. Islam
2. Baligh
3. Berakal
4. Muqim (tidak sedang safar)
5. Suci dari haid dan nifas
6. Mampu berpuasa
7. Niat

Sunnah-sunnah ketika puasa


1. Sunnah-sunnah terkait berbuka puasa
o Disunnahkan menyegerakan berbuka
o Berbuka puasa dengan beberapa butir ruthab (kurma segar), jika tidak ada maka
denganbeberapa butir tamr (kurma kering), jika tidak ada maka dengan beberapa
teguk air putih
o Berdoa ketika berbuka dengan doa yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam:

‫ذهب الظمأ وابتلت العروق وثبت األجر إن شاء هللا‬


/dzahabazh zhomaa-u wabtallatil ‘uruuqu wa tsabatal ajru insyaa Allah/
“telah hilang rasa haus, telah basah tenggorokan, dan telah diraih pahala,
insya Allah” (HR. Abu Daud, An Nasa-i, dishahihkan Al Albani dalam Shahih
Abi Daud)

2. Sunnah-sunnah terkait makan sahur


o Makan sahur hukumnya sunnah muakkadah. Dianggap sudah makan sahur jika
makan atau minum di waktu sahar, walaupun hanya sedikit. Dan di dalam makanan
sahur itu terdapat keberkahan
o Disunnahkan mengakhirkan makan sahur mendekati waktu terbitnya fajar, pada
waktu yang tidak dikhawatirkan datangnya waktu fajar ketika masih makan sahur.
o Disunnahkan makan sahur dengan tamr (kurma kering).
3. Orang yang berpuasa wajib meninggalkan semua perbuatan yang diharamkan agama dan
dianjurkan untuk memperbanyak melakukan ketaatan seperti: bersedekah, membaca Al
Qur’an, shalat sunnah, berdzikir, membantu orang lain, i’tikaf, menuntut ilmu agama, dll
4. Membaca Al Qur’an adalah amalan yang lebih dianjurkan untuk diperbanyak di bulan
Ramadhan. Bahkan sebagian salaf tidak mengajarkan ilmu di bulan Ramadhan agar bisa
fokus memperbanyak membaca Al Qur’an dan mentadabburinya.

Orang-orang yang dibolehkan tidak berpuasa


1. Orang sakit yang bisa membahayakan dirinya jika berpuasa.
o Jumhur ulama mengatakan bahwa orang sakit yang boleh meninggalkan puasa
adalah yang jika berpuasa itu dikhawatirkan akan menimbulkan gangguan serius
pada kesehatannya.
o Adapun orang yang sakit ringan yang jika berpuasa tidak ada pengaruhnya sama
sekali atau pengaruhnya kecil, seperti pilek, sakit kepala, maka ulama empat
madzhab sepakat orang yang demikian wajib tetap berpuasa dan tidak boleh
meninggalkan puasa.
o Terkait adanya kewajiban qadha atau tidak, orang sakit dibagi menjadi 2 macam:
1. Orang yang sakitnya diperkirakan masih bisa sembuh, maka wajib meng-
qadha ketika sudah mampu untuk menjalankan puasa. Ulama ijma akan hal
ini.
2. Orang yang sakitnya diperkirakan tidak bisa sembuh, maka membayar fidyah
kepada satu orang miskin untuk setiap hari yang ditinggalkan. Diqiyaskan
dengan keadaan orang yang sudah tua renta tidak mampu lagi berpuasa. Ini
disepakati oleh madzhab fikih yang empat.
2. Musafir.
o Orang yang bersafar boleh meninggalkan puasa Ramadhan, baik perjalanannya sulit
dan berat jika dilakukan dengan berpuasa, maupun perjalanannya ringan dan tidak
berat jika dilakukan dengan berpuasa.
o Namun jika orang yang bersafar itu berniat bermukim di tempat tujuan safarnya
lebih dari 4 hari, maka tidak boleh meninggalkan puasa sejak ia sampai di tempat
tujuannya.
o Para ulama khilaf mengenai musafir yang perjalanannya ringan dan tidak berat jika
dilakukan dengan berpuasa, semisal menggunakan pesawat atau kendaraan yang
sangat nyaman, apakah lebih utama berpuasa ataukah tidak berpuasa. Yang lebih
kuat, dan ini adalah pendapat jumhur ulama, lebih utama tetap berpuasa.
o Orang yang hampir selalu bersafar setiap hari, seperti pilot, supir bus, supir truk,
masinis, dan semacamnya, dibolehkan untuk tidak berpuasa selama bersafar, selama
itu memiliki tempat tinggal untuk pulang dan menetap. Pendapat ini dikuatkan oleh
Ibnu Taimiyah dan Ibnu Al Utsaimin.
3. Orang yang sudah tua renta
o Orang yang sudah tua renta dan tidak lagi mampu untuk berpuasa dibolehkan untuk
tidak berpuasa Ramadhan. Ulama ijma akan hal ini.
o Wajib bagi mereka untuk membayar fidyah kepada satu orang miskin untuk setiap
hari yang ditinggalkan.
4. Wanita hamil dan menyusui
o Wanita hamil atau sedang menyusui boleh meninggalkan puasa Ramadhan, baik
karena ia khawatir terhadap kesehatan dirinya maupun khawatir terhadap
kesehatan si bayi.
o Ulama berbeda pendapat mengenai apa kewajiban wanita hamil dan menyusui
ketika meninggalkan puasa.
1. Sebagian ulama berpendapat bagi mereka cukup membayar fidyah tanpa
qadha, ini dikuatkan oleh Syaikh Al Albani.
2. Sebagian ulama berpendapat bagi mereka cukup meng-qadha tanpa fidyah,
ini dikuatkan oleh Syaikh Ibnu Baz, Syaikh Ibnu Al Utsaimin, Syaikh Shalih Al
Fauzan, Al Lajnah Ad Daimah, juga pendapat Hanafiyah dan Malikiyah.
3. Sebagian ulama madzhab juga berpendapat bagi mereka qadha dan fidyah
jika meninggalkan puasa karena khawatir akan kesehatan si bayi.
o Yang lebih rajih –insya Allah– adalah pendapat kedua, bagi mereka wajib qadha saja
tanpa fidyah.
5. Orang yang memiliki sebab-sebab yang membolehkan tidak berpuasa, diantaranya:

1. Orang yang pekerjaannya terasa berat. Orang yang demikian tetap wajib meniatkan
diri berpuasa dan wajib berpuasa. Namun ketika tengah hari bekerja lalu terasa
sangat berat hingga dikhawatirkan dapat membahayakan dirinya, boleh
membatalkan puasa ketika itu, dan wajib meng-qadha-nya di luar Ramadhan.
2. Orang yang sangat kelaparan dan kehausan sehingga bisa membuatnya binasa.
Orang yang demikian wajib berbuka dan meng-qadha-nya di hari lain.
3. Orang yang dipaksa untuk berbuka atau dimasukan makanan dan minuman secara
paksa ke mulutnya. Orang yang demikian boleh berbuka dan meng-qadha-nya di hari
lain dan ia tidak berdosa karenanya.
4. Mujahid fi sabilillah yang sedang berperang di medan perang. Dibolehkan bagi
mereka untuk meninggalkan berpuasa. Berdasarkan hadits:

‫ فكانت رخصة‬،‫ والفطر أقوى لكم‬،‫إنكم قد دنوتم من عدوكم‬


“sesungguhnya musuh kalian telah mendekati kalian, maka berbuka itu lebih
menguatkan kalian, dan hal itu merupakan rukhshah” (HR. Muslim).

Pembatal-pembatal puasa
1. Makan dan minum dengan sengaja
2. Keluar mani dengan sengaja
3. Muntah dengan sengaja
4. Keluarnya darah haid dan nifas
5. Menjadi gila atau pingsan
6. Riddah (murtad)
7. Berniat untuk berbuka
8. Merokok
9. Jima (bersenggama) di tengah hari puasa. Selain membatalkan puasa dan wajib meng-qadha
puasa, juga diwajibkan menunaikan kafarah membebaskan seorang budak, jika tidak ada
maka puasa dua bulan berturut-turut, jika tidak mampu maka memberi makan 60 orang
miskin.
10. Hijamah (bekam) diperselisihkan apakah dapat membatalkan puasa atau tidak. Pendapat
jumhur ulama, hijamah tidak membatalkan puasa. Sedangkan pendapat Hanabilah bekam
dapat membatalkan puasa. Pendapat kedua ini dikuatkan oleh Ibnu Taimiyah, Ibnu Baz dan
Ibnu Al Utsaimin.
11. Masalah donor darah merupakan turunan dari masalah bekam. Maka donor darah tidak
membatalkan puasa dengan men-takhrij pendapat jumhur ulama, dan bisa membatalkan
puasa dengan men-takhrij pendapat Hanabilah.
12. Inhaler dan sejenisnya berupa aroma yang dimasukan melalui hidung, diperselisihkan
apakah dapat membatalkan puasa atau tidak. Pendapat jumhur ulama ia dapat
membatalkan puasa, sedangkan sebagian ulama Syafi’iyyah dan Malikiyyah mengatakan
tidak membatalkan. Pendapat kedua ini juga dikuatkan oleh Ibnu Taimiyah.

Yang bukan merupakan pembatal puasa sehingga dibolehkan


melakukannya
1. Mengakhirkan mandi hingga terbit fajar, bagi orang yang junub atau wanita yang sudah
bersih dari haid dan nifas. Puasanya tetap sah.
2. Berkumur-kumur dan istinsyaq (menghirup air ke hidung)
3. Mandi di tengah hari puasa atau mendinginkan diri dengan air
4. Menyicipi makanan ketika ada kebutuhan, selama tidak masuk ke kerongkongan
5. Bercumbu dan mencium istri, bagi orang yang mampu mengendalikan birahinya
6. Memakai parfum dan wangi-wangian
7. Menggunakan siwak atau sikat gigi
8. Menggunakan celak
9. Menggunakan tetes mata
10. Menggunakan tetes telinga
11. Makan dan minum 5 menit sebelum terbit fajar yang ditandai dengan adzan shubuh, yang
biasanya disebut dengan waktu imsak. Karena batas awal rentang waktu puasa adalah ketika
terbit fajar yang ditandai dengan adzan shubuh.

Yang dimakruhkan ketika puasa


1. Terlalu dalam dan berlebihan dalam berkumur-kumur dan istinsyaq (menghirup air ke
hidung)
2. Puasa wishal, yaitu menyambung puasa selama dua hari tanpa diselingi makan atau minum
sama sekali.
3. Menyicipi makanan tanpa ada kebutuhan, walaupun tidak masuk ke kerongkongan
4. Bercumbu dan mencium istri, bagi orang yang tidak mampu mengendalikan birahinya
5. Bermalas-malasan dan terlalu banyak tidur tanpa ada kebutuhan
6. Berlebihan dan menghabiskan waktu dalam perkara mubah yang tidak bermanfaat

Beberapa kesalah-pahaman dalam ibadah puasa


1. Niat puasa tidak perlu dilafalkan, karena niat adalah amalan hati. Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam juga tidak pernah mengajarkan lafal niat puasa. Menetapkan itikad di dalam hati
bahwa esok hari akan berpuasa, ini sudah niat yang sah.
2. Berpuasa namun tidak melaksanakan shalat fardhu adalah kesalahan fatal. Diantara juga
perilaku sebagian orang yang makan sahur untuk berpuasa namun tidak bangun shalat
shubuh. Karena dinukil bahwa para sahabat berijma tentang kafirnya orang yang
meninggalkan shalat dengan sengaja, sehingga tidak ada faedahnya jika ia berpuasa jika
statusnya kafir. Sebagian ulama berpendapat orang yang meninggalkan shalat tidak sampai
kafir namun termasuk dosa besar, yang juga bisa membatalkan pahala puasa.
3. Berbohong tidak membatalkan puasa, namun bisa jadi membatalkan atau mengurangi
pahala puasa karena berbohong adalah perbuatan maksiat.
4. Sebagian orang menahan diri melakukan perbuatan maksiat hingga datang waktu berbuka
puasa. Padahal perbuatan maksiat tidak hanya terlarang dilakukan ketika berpuasa, bahkan
terlarang juga setelah berbuka puasa dan juga terlarang dilakukan di luar bulan Ramadhan.
Namun jika dilakukan ketika berpuasa selain berdosa juga dapat membatalkan pahala puasa
walaupun tidak membatalkan puasanya.
5. Hadits “Tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah” adalah hadits yang lemah. tidur
adalah perkara mubah (boleh) dan bukan ritual ibadah. Maka, sebagaimana perkara mubah
yang lain, tidur dapat bernilai ibadah jika diniatkan sebagai sarana penunjang ibadah.
Misalnya, seseorang tidur karena khawatir tergoda untuk berbuka sebelum waktunya, atau
tidur untuk mengistirahatkan tubuh agar kuat dalam beribadah. Sebaliknya, tidak setiap
tidur orang berpuasa itu bernilai ibadah. Sebagai contoh, tidur karena malas, atau tidur
karena kekenyangan setelah sahur. Keduanya, tentu tidak bernilai ibadah, bahkan bisa dinilai
sebagai tidur yang tercela. Maka, hendaknya seseorang menjadikan bulan ramadhan sebagai
kesempatan baik untuk memperbanyak amal kebaikan, bukan bermalas-malasan.
6. Tidak ada hadits “berbukalah dengan yang manis“. Pernyataan yang tersebar di tengah
masyarakat dengan bunyi demikian, bukanlah hadits Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam.
7. Tidak tepat mendahulukan berbuka dengan makanan manis ketika tidak ada kurma. Lebih
salah lagi jika mendahulukan makanan manis padahal ada kurma. Yang sesuai sunnah Nabi
adalah mendahulukan berbuka dengan kurma, jika tidak ada kurma maka dengan air minum.
Adapun makanan manis sebagai tambahan saja, sehingga tetap didapatkan faidah makanan
manis yaitu menguatkan fisik.
Wallahu ta’ala a’lam.

***

Diringkas dari Mausu’ah Fiqhiyyah Duraris Saniyyah, Kitab Ash Shiyam, ensiklopedi fikih
yang disusun dibawah bimbingan Syaikh Alwi bin Abdil Qadir As Segaf, di alamat:
http://www.dorar.net/enc/feqhia/1690, dengan beberapa tambahan dari penyusun.

MAKNA, HUKUM, HIKMAH DAN KEUTAMAAN PUASA RAMADHAN

Puasa (‫ )الصوم‬maknanya secara bahasa adalah menahan (‫)اإلمساك‬.[1]

Adapun maknanya secara istilah adalah,

،‫ من طلوع الفج''ر الث''اني إلى غ''روب الش''مس‬،‫ وسائر المفطرات‬،‫ والشرب‬،‫ عن األكل‬:‫هو التعبد هلل تعالى باإلمساك بنية‬
‫ بشروط مخصوصة‬،‫من شخص مخصوص‬

“Ibadah kepada Allah ta’ala yang disertai niat, dengan menahan diri dari makan, minum dan
seluruh pembatal puasa, sejak terbit fajar kedua sampai terbenam matahari, yang dilakukan
oleh orang yang tertentu dengan syarat-syarat yang tertentu.” [Ash-Shiyaamu fil Islam, hal.
8]

1) Puasa adalah ibadah kepada Allah ta’ala yang disertai niat, yaitu niat karena Allah ta’ala
dan niat jenis puasanya, apakah wajib, sunnah, dan lain-lain.

2) Menahan diri dari makan, minum dan seluruh pembatal puasa, yaitu tidak melakukan
pembatal-pembatal puasa tersebut, sebagaimana akan datang rinciannya insya Allah.

3) Sejak terbit fajar kedua sampai terbenam matahari, yaitu sejak masuk waktu sholat Shubuh
sampai masuk waktu sholat Maghrib.

4) Yang dilakukan oleh orang yang tertentu, yaitu muslim, baligh, berakal, mampu, muqim
dan tidak memiliki penghalang-penghalang, sebagaimana akan datang penjelasannya lebih
detail insya Allah.

5) Syarat-syarat yang tertentu, yaitu syarat-syarat puasa menurut syari’at yang insya Allah
akan datang pembahasannya lebih terperinci.

Hukum Puasa Ramadhan

Puasa Ramadhan adalah salah satu rukun Islam dan hukumnya wajib berdasarkan dalil Al-
Qur’an, As-Sunnah dan ijma’ (kesepakatan seluruh ulama).[2] Allah ta’ala berfirman,

‫يَأُّيَها اَّلِذ يَن َء اَم ُنوْا ُك ِتَب َع َلْيُك ُم الِّص َياُم َك َم ا ُك ِتَب َع َلى اَّلِذ يَن ِم ن َقْبِلُك ْم َلَعَّلُك ْم َتَّتُقوَن * َأَّياًم ا َّم ْع ُدوَداٍت َفَم ن َك اَن ِم نُك م َّمِر يًض ا‬
‫َأْو َع َلى َس َفٍر َفِع َّد ٌة ِّم ْن َأَّياٍم ُأَخ َر َو َع َلى اَّلِذ يَن ُيِط يُقوَنُه ِفْد َيٌة َطَعاُم ِمْسِكيٍن َفَم ن َتَطَّو َع َخ ْيًر ا َفُهَو َخ ْي ٌر َّل ُه َو َأن َتُص وُم وْا َخ ْي ٌر‬
‫َّلُك ْم ِإن ُكنُتْم َتْع َلُم وَن * َش ْهُر َر َم َض اَن اَّلِذ ى ُأنِزَل ِفيِه اْلُقْر آُن ُهًدى ِّللَّناِس َو َبِّيَناٍت ِّم َن اْلُهَدى َو اْلُفْر َقاِن َفَم ن َش ِهَد ِم نُك ُم الَّش ْهَر‬
‫َفْلَيُص ْم ُه َو َم ن َك اَن َمِر يًض ا َأْو َع َلى َس َفٍر َفِع َّد ٌة ِّم ْن َأَّياٍم ُأَخ َر ُيِر يُد ُهَّللا ِبُك ُم اْلُيْسَر َو َال ُيِر يُد ِبُك ُم اْلُعْسَر َوِلُتْك ِم ُلوْا اْلِع َّد َة َو ِلُتَك ِّب ُر وْا‬
‫َهَّللا َع َلى َم ا َهَداُك ْم َو َلَعَّلُك ْم َتْش ُك ُروَن‬
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (yaitu) dalam beberapa hari yang telah
ditentukan. Maka siapa di antara kamu yang sakit atau dalam perjalanan jauh (lalu ia
berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-
hari yang lain. Dan bagi orang-orang yang berat menjalankannya (orang tua dan orang sakit
yang tidak diharapkan lagi kesembuhannya, yang tidak mampu berpuasa, jika mereka tidak
berpuasa) wajib membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin (untuk setiap satu
hari puasa yang ditinggalkan). Barangsiapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan,
maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.

(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan
Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu
dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir
(di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan
barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa)
sebanyak hari yang ditinggalkannya itu pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki
kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu
mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya
yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” [Al-Baqoroh: 183-185]

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

، ‫ َو َص ْو ِم َر َم َض اَن‬،‫ َو ِإيَت اِء الَّزَك اِة‬،‫ َو ِإَقاِم الَّص اَل ِة‬،‫ َو َأَّن ُم َح َّم ًدا َر ُس وُل هللا‬،‫ َش َهاَد ِة َأْن اَل ِإَلَه ِإاَّل ُهللا‬،‫ُبِنَي اِإْل ْس اَل ُم َع َلى َخ ْمٍس‬
‫َو َح ِّج اْلَبْيِت‬

“Islam dibangun di atas lima rukun: Syahadat Laa ilaaha illallaah dan Muhammad
Rasulullah, menegakkan sholat, menunaikan zakat, berpuasa Ramadhan dan berhaji ke
baitullah.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar radhiyallahu’anhuma, dan
lafaz ini milik Muslim]

Adapun ijma’, maka para ulama kaum muslimin seluruhnya telah sepakat atas wajibnya
puasa Ramadhan, juga sepakat atas kafirnya orang yang mengingkari atau menentang
kewajibannya, kecuali orang bodoh yang baru masuk Islam, maka ketika itu hendaklah ia
diajari, apabila ia terus mengingkari atau menentang maka ia kafir dan wajib dihukum mati
oleh pemerintah sebagai orang yang murtad, karena ia menolak satu kewajiban yang
ditetapkan dengan dalil Al-Qur’an, As-Sunnah dan ijma’, yang termasuk kategori ma’lum
min-addin bid-daruroh (sesuatu yang diketahui sebagai bagian dari agama secara pasti).[3]

Sekilas Sejarah Tahapan Diwajibkannya Puasa

Puasa disyari’atkan pada tahun ke-2 Hijriyah, dan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam
berpuasa sebanyak sembilan kali Ramadhan, adapun tahapan diwajibkannya:

Pertama: Diwajibkan pertama kali dalam bentuk boleh memilih, apakah berpuasa atau
memberi makan setiap satu hari satu orang miskin, dan disertai motivasi untuk berpuasa.

Kedua: Diwajibkan berpuasa, dengan aturan bahwa apabila orang yang berpuasa tertidur
sebelum berbuka maka haram atasnya berbuka sampai malam berikutnya.
Ketiga: Diwajibkan berpuasa, dimulai sejak terbit fajar kedua sampai terbenam matahari,
inilah yang berlaku sampai hari kiamat.

Diantara hikmah pentahapan kewajibannya yang dimulai dari kebolehan memilih apakah mau
berpuasa atau memberi makan setiap satu hari satu orang miskin adalah agar syari’at puasa
lebih mudah diterima oleh jiwa manusia, maka pada akhirnya puasa diwajibkan, dan bagi
yang tidak mampu boleh menggantinya denganfidyah, yaitu memberi makan setiap satu hari
yang ditinggalkan kepada satu orang miskin.[4] Insya Allah akan datang pembahasan tentang
fidyah lebih detail.

Hikmah Puasa

Diantara hikmah dan manfaat ibadah puasa adalah:[5]

1) Puasa adalah sarana menggapai ketakwaan.

2) Puasa adalah sarana mensyukuri nikmat.

3) Puasa melatih diri untuk mengekang jiwa, melembutkan hati dan mengendalikan syahwat.

4) Puasa memfokuskan hati untuk berdzikir dan berfikir tentang keagungan dan kebesaran
Allah.

5) Puasa menjadikan orang yang kaya semakin memahami besarnya nikmat Allah kepadanya

6) Puasa memunculkan sifat kasih sayang dan lemah lembut terhadap orang-orang miskin.

7) Puasa menyempitkan jalan peredaran setan dalam darah manusia.

8) Puasa melatih kesabaran dan meraih pahala kesabaran tersebut, karena dalam puasa
terdapat tiga macam kesabaran sekaligus, yaitu sabar menghadapi kesulitan, sabar dalam
menjalankan perintah Allah dan sabar dalam menjauhi larangan-Nya.

9) Puasa sangat bermanfaat bagi kesehatan.

10) Hikmah puasa terbesar adalah penghambaan kepada Allah tabaraka wa ta’ala dan
peneladanan kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam.

Keutamaan Puasa

Diantara keutamaan ibadah puasa adalah:

1) Puasa adalah jalan meraih ketakwaan.

2) Puasa adalah sebab dosa-dosa diampuni, apabila dikerjakan berdasar iman, ikhlas serta
meneladani Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam.
3) Pahala puasa melimpah ruah, apabila dilakukan sesuai dengan adab-adabnya.

4) Puasa adalah perisai dari perbuatan yang haram.

5) Puasa adalah perisai dari api neraka.

6) Bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah dari aroma kasturi.

7) Meraih dua kebahagiaan dengan puasa, yaitu kebahagiaan ketika berbuka dan ketika
berjumpa dengan Allah tabaraka wa ta’ala.

8) Masuk surga dari pintu khusus yang bernama Ar-Royyan.

9) Berpuasa dan membaca Al-Qur’an adalah dua amalan yang akan memberi syafa’at bagi
pemiliknya di hari kiamat.

10) Doa orang yang berpuasa tidak akan ditolak.

Dalil-dalil Keutamaan Puasa Ramadhan

Allah ta’ala berfirman,

‫يَأُّيَها اَّلِذ يَن َء اَم ُنوْا ُك ِتَب َع َلْيُك ُم الِّصَياُم َك َم ا ُك ِتَب َع َلى اَّلِذ يَن ِم ن َقْبِلُك ْم َلَعَّلُك ْم َتَّتُقوَن‬

“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” [Al-Baqoroh: 183]

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

‫ َو َم ْن َقاَم َلْيَلَة اْلَقْد ِر ِإيَم اًنا َو اْح ِتَس اًبا ُغ ِفَر َلُه َم ا َتَقَّد َم ِم ْن َذ ْنِبِه‬، ‫َم ْن َص اَم َر َم َض اَن ِإيَم اًنا َو اْح ِتَس اًبا ُغ ِفَر َلُه َم ا َتَقَّد َم ِم ْن َذ ْنِبِه‬

“Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala, akan diampuni
dosanya yang telah lalu, dan barangsiapa sholat di malam lailatul qodr karena iman dan
mengharapkan pahala, akan diampuni dosanya yang telah lalu.” [HR. Al-Bukhari dan
Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu]

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda,

‫ُك ُّل َع َمِل اْبِن آَد َم ُيَض اَعف اْلَح َس َنُة َعْش ُر َأْم َثاِلَها ِإَلى َسْبِع ِم اَئِة ِضْعٍف َقاَل ُهَّللا َع َّز َو َج َّل ِإَّال الَّصْو َم َفِإَّنُه ِلى َو َأَنا َأْج ِز ى ِبِه َيَدُع‬
‫َشْه َو َتُه َو َطَعاَم ُه ِم ْن َأْج ِلى ِللَّص اِئِم َفْر َح َتاِن َفْر َح ٌة ِع ْنَد ِفْط ِرِه َو َفْر َح ٌة ِع ْن َد ِلَق اِء َر ِّب ِه َو َلُخ ُل وُف ِفي'ِه َأْطَيُب ِع ْن َد ِهَّللا ِم ْن ِر يِح‬
‫اْلِمْسِك‬

“Setiap amalan anak Adam akan dilipatgandakan, satu kebaikan dibalas sepuluh sampai tujuh
ratus kali lipat. Allah ta’ala berfirman, ‘Kecuali puasa, sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan
Aku yang akan membalasnya, sebab orang yang berpuasa itu telah meninggalkan
syahwatnya dan makanannya karena Aku’. Dan bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan
dua kebahagiaan, yaitu kebahagiaan ketika ia berbuka dan kebahagiaan ketika ia bertemu
Rabb-Nya. Dan sungguh, bau mulut orang yang berpuasa lebih harum dari aroma kasturi.”
[HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu]

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda,

‫ َو ُهَو ِلي َو َأَنا َأْج ِزي ِبِه‬، ‫ الِّصَياُم ُج َّنٌة َيْس َتِج ُّن ِبَها اْلَعْبُد ِم َن الَّناِر‬: ‫َقاَل َر ُّبَنا َع َّز َو َج َّل‬

“Rabb kita ‘azza wa jalla berfirman: Puasa adalah perisai, yang dengannya seorang hamba
membentengi diri dari api neraka, dan puasa itu untuk-Ku, Aku-lah yang akan
membalasnya.” [HR. Ahmad dari Jabir radhiyallahu’anhu, Shahihul Jaami’: 4308]

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda,

‫َيا َم ْعَش َر الَّش َباِب َمِن اْس َتَطاَع ِم ْنُك ُم اْلَباَء َة َفْلَيَتَز َّو ْج َفِإَّنُه َأَغ ُّض ِلْلَبَص ِر َو َأْح َص ُن ِلْلَفْر ِج َو َم ْن َلْم َيْس َتِطْع َفَعَلْيِه ِبالَّصْو ِم َفِإَّنُه َلُه‬
‫ِو َج اٌء‬

“Wahai para pemuda, barangsiapa diantara kalian yang telah mampu hendaklah ia segera
menikah, karena menikah itu akan lebih menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan.
Barangsiapa belum mampu hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu akan menjadi perisai
baginya.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu]

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda,

‫ َأْيَن الَّص اِئُم وَن ؟‬: ‫ ُيَق اُل‬، ‫ َال َي ْد ُخ ُل ِم ْن ُه َأَح ٌد َغ ْي ُر ُهْم‬،‫ َي ْد ُخ ُل ِم ْن ُه الَّص اِئُم وَن َي ْو َم الِقَياَم ِة‬، ‫ِإَّن ِفي الَج َّنِة َباًبا ُيَقاُل َلُه الَّرَّياُن‬
‫ َفِإَذ ا َد َخ ُلوا ُأْغ ِلَق َفَلْم َيْد ُخ ْل ِم ْنُه َأَح ٌد‬، ‫َفَيُقوُم وَن َال َيْد ُخ ُل ِم ْنُه َأَح ٌد َغ ْيُر ُهْم‬

“Sungguh di surga ada sebuah pintu yang disebut Ar-Royyan, yang akan dimasuki di hari
kiamat oleh orang-orang yang berpuasa, tidak ada seorang pun yang bisa masuk darinya
selain mereka. Dikatakan (pada hari kiamat): Mana orang-orang yang berpuasa? Maka
mereka pun bangkit (untuk masuk surga melalui pintu Ar-Royyan), tidak seorang pun yang
bisa masuk darinya selain mereka, apabila mereka telah masuk pintu tersebut ditutup, maka
tidak seorang pun yang bisa masuk darinya.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Sahl bin
Sa’ad As-Saa’idi radhiyallahu’anhu](Dikutip dari
http://www.sumbarprov.go.id/details/news/7842)

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda,

‫ َو َيُق وُل‬،‫ َفَش ِّفْعِني ِفي 'ِه‬، ‫ َم َنْع ُتُه الَّطَعاَم َو الَّش َهَو اِت ِبالَّنَهاِر‬، ‫ َأْي َر ِّب‬: ‫ َيُقوُل الِّصَياُم‬،‫الِّص َياُم َو اْلُقْر آُن َيْش َفَعاِن ِلْلَعْبِد َيْو َم اْلِقَياَم ِة‬
‫ َفُيَش َّفَعاِن‬: ‫ َقاَل‬،‫ َفَش ِّفْعِني ِفيِه‬، ‫ َم َنْع ُتُه الَّنْو َم ِبالَّلْيِل‬: ‫اْلُقْر آُن‬

“Amalan puasa dan membaca Al-Qur’an akan memberi syafa’at bagi seorang hamba di hari
kiamat. Amalan puasa berkata: Wahai Rabb, aku telah menahannya dari makan dan syahwat
di siang hari, maka izinkanlah aku memberi syafa’at kepadanya. Dan amalan membaca Al-
Qur’an berkata: Aku menahannya dari tidur di waktu malam, maka izinkanlah aku memberi
syafa’at kepadanya, maka keduanya pun diizinkan memberi syafa’at.” [HR. Ahmad dari
Abdullah bin Amr radhiyallahu’anhuma, Shahihut Targhib: 1429]

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda,

‫ َو َدْع َو ُة اْلُم َس اِفِر‬، ‫ َو َدْع َو ُة الَّص اِئِم‬، ‫ َدْع َو ُة اْلَو اِلِد‬،‫َثاَل ُث َدَع َو اٍت اَل ُتَر ُّد‬
“Ada tiga doa yang tidak akan ditolak: Doa orang tua, doa orang yang berpuasa, dan doa
musafir.” [HR. Al-Baihaqi dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, Ash-Shahihah:
1797] (Dikutip dari http://www.sumbarprov.go.id/details/news/7842)

Keutamaan Berpuasa Ramadhan

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Allah berfirman:

“Semua amal anak Adam untuknya selain puasa, puasa itu untuk-Ku dan Aku-lah yang akan
membalasnya.” (sampai di sinilah hadits qudsinya). Puasa itu perisai, maka jika kamu
sedang berpuasa, janganlah berkata kotor dan berteriak-teriak. Jika ada yang memaki atau
mengajak bertengkar, katakanlah, “Saya sedang puasa”, kemudian Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Demi (Allah) yang nyawa Muhammad di Tangan-Nya, sungguh
bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah daripada wangi kesturi. Bagi
orang yang berpuasa ada dua kegembiraan; kegembiraan ketika berbuka dan kegembiraan
ketika bertemu Tuhannya dengan puasanya itu.” (HR. Bukhari dan Muslim, lafaz ini adalah
lafaz Bukhari)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

‫َم ْن َص اَم َر َم َض اَن ِإيَم انًا َو اْح ِتَس ابًا ُغ ِفَر َلُه َم ا َتَقَّد َم ِم ْن َذْنِبِه‬

“Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, maka akan diampuni
dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari, Muslim, dll)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫َأَتاُك ْم َش ْهُر َر َم َض اَن َش ْهٌر ُمَباَر ٌك َفَرَض ُهللا َع َلْيُك ْم ِصَياَم ُه ُتْفَتُح ِفْيِه َأْبَو اُب الَّس َم اِء َو ُتْغَلُق ِفْيِه َأْبَو اُب اْلَج ِح ْيِم َو ُتَغُّل ِفْيِه َم َر َد ُة‬
‫الَّشَياِط ْيِن ِفْيِه َلْيَلٌة ِهَي َخْيٌر ِم ْن َأْلِف َشْهٍر َم ْن ُح ِر َم َخْيُرَها َفَقْد ُح ِر َم‬

“Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi, di mana Allah mewajibkan
puasa di bulan itu kepada kamu. Pada bulan itu pintu-pintu langit dibuka, pintu-pintu neraka
ditutup dan setan-setan durhaka dibelenggu. Di bulan itu terdapat suatu malam yang lebih
baik daripada seribu bulan. Barangsiapa dihalangi mendapatkan kebaikannya, maka ia telah
terhalangi.” (HR. Ahmad, Nasa’i, dan Baihaqi dalam Syu’abul Iman, dishahihkan oleh Al
Albani dalam Shahihul Jaami’ no. 55)

Tentang dibelenggu setan-setan, Al Mundziriy dalam At Targhib wat Tarhib berkata, “Bisa
maksudnya bahwa para setan tidak bisa mengacaukan manusia secara murni, tidak seperti di
bulan lainnya karena kaum muslimin sibuk berpuasa yang dapat mengalahkan syahwat,
demikian juga sibuk membaca Alquran dan menjalankan ibadah lainnya.”

Ancaman Meninggalkan Puasa Ramadhan

Abu Umamah Al Bahiliy radhiyallahu ‘anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
“Ketika aku sedang tidur, tiba-tiba ada dua orang yang menghampiriku dan memegang
lenganku, kemudian membawaku ke sebuah gunung yang sulit didaki. Keduanya berkata,
“Naiklah” aku berkata, “Aku tidak sanggup mendaki.” Keduanya berkata, “Kami akan
memudahkannya untukmu.” Maka aku pun naik. Ketika aku telah berada di tengah gunung
tiba-tiba terdengar suara keras. Aku bertanya, “Suara apa ini?” Mereka menjawab, “Ini
adalah longlongan penghuni neraka.” Lalu aku diajak berjalan, tiba-tiba aku bertemu dengan
beberapa orang yang menggantungkan urat kakinya, sedangkan rahang mereka robek
mengucurkan darah. Aku pun bertanya, “Siapakah mereka?” Keduanya menjawab, “Mereka
adalah orang-orang yang berbuka sebelum tiba waktunya.” (HR. Ibnu Khuzaimah dan Ibnu
Hibban dalam kedua shahihnya, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahihut Targhib no.
1005)

Ancaman Tetap Bermaksiat di Bulan Ramadhan

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ َفَلْيسِ ِهلل َح اَج ٌة ِفي َأْن َيَدَع َطَع اَم ُه َو َش َر اَبُه‬،‫َم ْن لَم ْ َيَد ْع َقْو َل الُّز ْو ِر َو اْلَع َم َل ِبِه‬

“Barangsiapa yang tidak mau meninggalkan kata-kata dusta dan beramal dengannya, maka
Allah tidak lagi butuh ia meninggalkan makan dan minumnya.” (HR. Bukhari)

Anjuran Makan Sahur

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

« ‫ » َتَس َّحُروا َفِإَّن ِفى الَّسُحوِر َبَر َك ًة‬.

“Bersahurlah, karena dalam makan sahur ada keberkahan.” (HR. Bukhari-Muslim)

. ‫َالَّسُحْو ُر َأْكُلُه َبَر َك ٌة َفَال َتَد ُع ْو ُه َو َلْو َأْن َيْج َر َع َأَح ُد ُك ْم ُجْر َع ًة ِم ْن َم اٍء َفِإَّن َهللا َو َم اَل ِئَك َتُه ُيَص ُّلْو َن َع َلى اْلُم َتَس ِّح ِرْيَن‬

“Makan sahur itu berkah, maka jangan kamu tinggalkan meskipun hanya meminum seteguk
air, karena Allah dan malaikat-Nya bershalawat kepada orang-orang yang bersahur.” (HR.
Ahmad, dihasankan oleh Al Albani dalam Shahihul Jaami’ no. 3683)

Amr bin Maimun berkata, “Para sahabat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
adalah orang yang paling menyegerakan berbuka dan menunda makan sahur.” (HR. Baihaqi
dengan sanad yang sahih)

Catatan:

Batas akhir makan sahur adalah sampai terbit fajar, bukan dengan imsak (lihat surat Al
Baqarah: 187).

Anjuran Berdoa Ketika Berpuasa

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ َد ْع َو ُة الَّصاِئِم َو َد ْع َو ُة اْلَم ْظُلْو ِم َو َد ْع َو ُة اْلُمَس اِفِر‬: ‫َثاَل ُث َدَع َو اٍت ُم ْسَتَج اَباٍت‬
“Ada tiga doa mustajab: doa orang yang berpuasa, doa orang yang dianiaya dan doa musafir.”
(HR. Al ‘Uqaili dan Baihaqi dalam Syu’abul Iman, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam
Shahihul Jaami’ no. 3030)

Makan dan Minum Karena Lupa Ketika Berpuasa

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Barangsiapa makan karena lupa, sedangkan ia dalam keadaan puasa, maka lanjutkanlah
puasanya, karena sesungguhnya Allah memberinya makan dan minum.” (HR. Bukhari)

Anjuran Menyegerakan Berbuka

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

« ‫ » َال َيَز اُل الَّناُس ِبَخْيٍر َم ا َعَّج ُلوا اْلِفْطَر‬.

“Manusia senantiasa dalam kebaikan, selama mereka menyegerakan berbuka.” (HR. Bukhari
dan Muslim)

Anjuran Mengawali Berbuka Dengan Kurma, atau Dengan Air Jika Tidak Ada

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Jika salah seorang di antara kamu berpuasa, maka berbukalah dengan kurma. Jika tidak
mendapatkan kurma, maka dengan air, karena air itu pembersih.” (HR. Abu Dawud, Hakim
dan Baihaqi, Shahihul Jaami’ no. 746)

Doa Berbuka Puasa

Ibnu Umar berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila berbuka mengucapkan:

‫َذ َهَب الَّظَم ُأ َو ْابَتَّلِت ْالُعُرْو ُق َو َثَبَت ْاَال ْج ُر ِاْن َش اءَ ُهللا‬
“Telah hilang rasa haus, telah basah tenggorokan dan semoga pahala tetap didapat Insya
Allah.” (Hasan, HR. Abu Dawud dan Nasa’i)

Keutamaan Melakukan Shalat Tarawih Bersama Imam Hingga Selesai

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ِإَّنُه َم ْن َقاَم َم َع ْاإِل َم اِم َح َّتى َيْنَص ِر َف ُك ِتَب َلُه ِقَياُم َلْيَلٍة‬

“Sesungguhnya Barangsiapa melakukan qiyamullail bersama imam hingga selesai, maka


akan dicatat shalat semalam suntuk.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban, Shahihul
Jaami’ no. 2417)

Anjuran Bersedekah di Bulan Ramadhan dan Memperbanyak Membaca Alquran


Dari Ibnu Abbas ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang
paling dermawan. Kedermawanan Beliau lebih nampak lagi di bulan Ramadhan ketika
ditemui oleh Jibril. Jibril biasa menemui Beliau di setiap malam bulan Ramadhan lalu Beliau
bertadarus Alquran dengannya. Sungguh, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih
dermawan terhadap kebaikan melebihi angin yang berhembus.” (HR. Bukhari)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Barangsiapa memberi makan untuk berbuka kepada orang yang berpuasa, maka ia akan
mendapatkan pahala orang yang berpuasa itu tanpa dikurangi sedikit pun dari pahala orang
yuang berpuasa itu.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, dll. Shahihul Jaami’ no. 6415)

Read more https://yufidia.com/3583-keutamaan-berpuasa-dan-beramal-di-bulan-ramadhan.html

Anda mungkin juga menyukai