Anda di halaman 1dari 12

Puasa ramadhan

Pengertian puasa ramadhan

Melansir dari Jurnal Kemenag RI, pengertian puasa secara bahasa berasal dari kata "As-
shaum" yang berarti menahan diri dari suatu perbuatan. Sedangkan menurut syara', As-shaum
adalah menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa puasa sejak terbit fajar sampai
terbenamnya matahari disertai dengan niat dan syarat-syarat tertentu. Dengan demikian,
puasa disebut juga menahan makan dan minum, menahan hawa nafsu, perbuatan dan
perkataan yang sia-sia serta perbuatan yang diharamkan oleh Allah SWT. Termasuk juga
memasukkan benda konkrit ke dalam rongga tubuh seperti minum obat dan sejenisnya.

Adapun puasa ramadhan berarti puasa yang dilakukan selama 30 hari pada bulan suci
ramadhan. Puasa ini merupakan puasa wajib bagi umat Islam yang telah baligh, berakal dan
tidak dalam keadaan haid dan nifas.

Macam-macam Puasa

Jika ditinjau dari segi hukum Islam, ada tiga macam puasa yang biasa dilakukan. Yakni:

1. Puasa Wajib

Puasa wajib yakni puasa yang harus dilakukan setiap muslim dan tidak boleh ditinggalkan
tanpa sebab yang jelas. Jika pun harus ditinggalkan, maka wajib hukumnya untuk diganti di
lain hari. Termasuk dalam puasa wajib ini adalah puasa ramadhan, puasa qadha, puasa nazar
dan puasa kafarat.

2. Puasa Sunnah

Puasa sunnah adalah puasa yang dikerjakan untuk mendapatkan pahala tambahan dari Allah
SWT. Sementara jika ditinggalkan tidaklah berdosa. Contohnya, puasa 6 hari di bulan
syawal, puasa arafah, puasa senin kamis, puasa ayyamul bidh dan lain sebagainya,

3. Puasa Haram

Puasa haram bermakna puasa yang tidak boleh dilakukan pada hari-hari tertentu. Contohnya
berpuasa pada dua hari raya idulfitri dan iduladha, puasa pada hari tasyrik (tanggal 11, 12 dan
13 dzulhijjah).

Dalil Puasa Ramadhan

Sebagaimana disebutkan, bahwa puasa ramadhan termasuk ke dalam puasa wajib. Artinya,
jika dikerjakan akan mendapatkan pahala dan jika ditinggalkan akan berdosa dan wajib untuk
diganti (qadha).
Adapun ketentuan dan dalil yang mewajibkan puasa di bulan ramadhan ini adalah
sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Al-Baqarah: 183.

‫يا أيها الذين آمنوا كتب عليكم الّص َيام كما ُك تب على الذين من قبلكم لعّلكم تّتقون‬

Artinya: "wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kalian bertaqwa." (QS. Al Baqarah: 183).

Puasa ramadhan juga termasuk dalam salah satu rukun Islam yang lima. Sebagaimana Nabi
Muhammad SAW bersabda:

‫ وصوم‬،‫ والحّج‬،‫ وِإيتاء الزكاة‬،‫ وإقام الصالة‬،‫ شهادة أن ال ِإله ِإال هللا وأّن محّم دًا رسول هللا‬:‫ُبني اِإل سالم على خمس‬
‫رمضان‬

"Islam dibangun di atas lima rukun: syahadat laa ilaaha illallah muhammadur rasulullah,
menegakkan shalat, membayar zakat, haji dan puasa Ramadhan" (HR. Bukhari - Muslim).

Syarat Wajib Puasa Ramadhan

Sebelum melakukan puasa, seseorang harus memenuhi syarat wajib puasa. Syarat-syarat
wajib tersebut adalah sebagai berikut:

1. Beragama Islam
Menurut syariat Islam, puasa hanya diwajibkan kepada orang-orang Islam. Sementara orang
yang tidak beragama Islam tidak memiliki kewajiban melakukan puasa.

2. Baligh
Baligh artinya cukup umur. Bagi laki-laki baligh ditandai dengan sudah mengalami mimpi
basah, sedangkan bagi perempuan adalah sudah mengalami haid (menstruasi).

3. Kuat dan Mampu Berpuasa


Orang yang dalam keadaan sakit dan tidak mampu berpuasa, maka diperbolehkan untuk
berbuka. Akan tetapi diwajibkan baginya mengganti (qadha) puasanya tersebut di hari-hari
lain di luar bulan ramadhan.

4. Berakal
Orang gila, orang yang hilang akalnya karena pingsan ataupun mabuk maka tidak
diwajibkan untuk melakukan puasa Ramadhan.

Syarat Sah Puasa

Selain syarat wajib, ada pula syarat sah puasa yang harus dipenuhi. Jika tidak, maka puasanya
akan dianggap batal atau tidak sah.

1. Beragama Islam
Orang yang tidak beragama Islam tidak dihitung puasanya, sampai ia memeluk agama Islam
terlebih dahulu.
2. Mumayyiz
Mumayyiz adalah masa usia kurang lebih 7 tahun. Atau saat seseorang sudah dapat
membedakan antara perbuatan yang baik dan yang buruk.

3. Suci dari haid dan nifas


Seorang wanita yang dalam kondisi haid atau nifas maka tidak sah baginya untuk berpuasa.

4. Pada waktu yang diperbolehkan untuk berpuasa


Tidak boleh berpuasa pada waktu-waktu yang dilarang oleh Allah SWT.

Rukun Puasa

Rukun puasa adalah syarat-syarat atau elemen penting yang harus dipenuhi oleh seorang
muslim untuk sah menjalankan ibadah puasa. Rukun puasa terdiri dari dua unsur, yaitu:

1. Niat

Niat adalah keinginan atau tekad untuk menjalankan ibadah puasa pada hari yang dimaksud.
Niat ini harus diucapkan di dalam hati atau secara lisan pada malam sebelum puasa dimulai
atau sebelum terbit fajar.

2. Menahan diri

Selama berpuasa, seorang muslim harus menahan diri dari segala hal yang dapat
membatalkan puasa, seperti makan, minum, berhubungan seksual, dan lain-lain. Menahan
diri ini harus dilakukan dari fajar hingga terbenam matahari.

Tujuan Puasa Ramadhan

Dilansir dari laman Universitas Islam An-Nur Lampung, tujuan utama dari ibadah puasa
Ramadhan adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Puasa juga untuk
menumbuhkan rasa taqwa serta meningkatkan kesadaran spiritual.

Selain itu, ibadah puasa Ramadhan juga memiliki tujuan-tujuan lainnya.

1. Mengajarkan rasa empati


Puasa Ramadan mengajarkan rasa empati kepada umat Muslim karena selama berpuasa,
seseorang merasakan lapar dan haus seperti yang dialami oleh orang yang kurang beruntung
atau yang hidup dalam kemiskinan. Dalam hal ini, puasa dapat menjadi pengalaman empati
yang sangat berharga bagi umat Muslim.

2. Menumbuhkan rasa kemandirian


Puasa Ramadan juga dapat menumbuhkan rasa kemandirian dalam diri seseorang. Selama
berpuasa, seseorang diharuskan untuk menahan diri dari makan, minum, dan kegiatan lain
yang dapat membatalkan puasa dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Dalam hal ini,
seseorang harus mengandalkan kekuatan dan kemampuan diri sendiri untuk menjalankan
puasa dengan baik.
3. Menjaga Kesehatan
Selain tujuan spiritual, puasa Ramadan juga memiliki manfaat kesehatan yang signifikan.
Puasa dapat membantu membersihkan tubuh dari racun dan memperbaiki sistem metabolisme
tubuh. Puasa juga dapat membantu menurunkan berat badan, menurunkan risiko penyakit
jantung, meningkatkan konsentrasi, dan mengurangi peradangan dalam tubuh.

4. Meningkatkan solidaritas sosial


Puasa Ramadan memiliki manfaat untuk meningkatkan solidaritas sosial dan saling
membantu di kalangan umat Islam. Selama bulan Ramadan, umat Islam sering kali
mengadakan kegiatan berbagi makanan dan minuman dengan orang-orang yang kurang
beruntung, sehingga terjalinlah rasa solidaritas dan kebersamaan yang kuat.

5. Meningkatkan kebersihan moral


Puasa Ramadan juga memiliki tujuan untuk membentuk karakter muslim yang lebih baik,
seperti meningkatkan kesabaran, ketahanan, dan rasa empati terhadap sesama. Selama
menjalankan ibadah puasa, umat Islam diharuskan menahan diri dari tindakan-tindakan yang
dilarang dalam agama seperti berbohong, mencuri, dan melakukan dosa lainnya.

Dengan menahan diri dari perilaku buruk, umat Islam dapat membersihkan diri dari dosa-
dosa dan meningkatkan kebersihan moral.

ADA BEBERAPA KEUTAMAAN PUASA DI BULAN RAMADHAN

Berpuasa merupakan salah satu dari lima Rukun Islam. Puasa menurut syariat artinya
menahan diri dari makan & minum serta segala perbuatan yang bisa membatalkan puasa,
mulai dari terbit fajar hingga terbenam, dan dengan syarat tertentu untuk meningkatkan
ketaqwaan seorang muslim. Banyak sekali keutamaan puasa di bulan ramadhan, dan berikut
lima keutamaan diantara beberapa keutamaan puasa di bulan ramadhan.

1. Puasa sudah diwajibkan atas umat sebelum kita.


Allah SWT berfirman: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa. (QS Al-Baqoroh : 183). Jika puasa bukan sebuah amalan yang agung, maka
tidak mungkin puasa juga diwajibkan atas ummat-ummat sebelum kita. walaupun
puasa mereka berbeda dengan puasa kita, artinya bukan pada bulan ramadhan yang
diwajibkan atas mereka, akan tetapi amalan puasa itu tersendiri telah diwajibkan atas
mereka yang menandakan bahwa amalan ini sangatlah agung.
2. Amalan puasa memberi syafaat kepada orang yang mengamalkannya.
Rosulullah SAW bersabda: Puasa dan Al-Qur’an memberi syafaat bagi seorang
hamba pada hari kiamat. puasa berkata : Wahai Robb, aku telah menahannya dari
makanan dan syahwat maka berikanlah syafaat. Al-Qur’an berkata : Wahai Robb,
aku telah menahannya dari tidur dimalam hari maka berilah syafaat. Rosulullah
berkata : maka keduanya memberi syafaat.(HR Ahmad, Ath-Thabrany dan Al-
Hakim).
3. Pahala puasa tidak terikat dengan jumlah tertentu.
Rosulullah SAW bersabda : Semua amalan anak Adam untuknya dan dilipat
gandakan setiap satu kebaikan (dianggap) sepuluh kali kebaikan tersebut dan dilipat
gandakan menjadi 700 kali. Allah berfirman : Kecuali puasa, karena amalan itu untuk-
Ku dan Aku akan membalasnya. (disebabkan) meninggalkan sahwatnya dan
makanannya demi Aku. (HR Muslim).
4. Bulan Diturunkannya Al-Qur'an
Mengutip dari buku Berpuasa Seperti Rasulullah karya Saliem Al-Hilali dan Ali
Hasan Ali Abdulhamied, bulan Ramadhan merupakan bulan diturunkannya Al-Qur'an
sehingga bulan ini memiliki keutamaan dari bulan lainnya. Allah ta'ala telah
menurunkan kitab suci Al-Qur'an di bulan Ramadhan sebagai petunjuk kepada umat
manusia, obat penawar bagi kaum mukminin, dan petunjuk ke jalan yang benar.
Salah satu sebab dipilihnya bulan Ramadhan menjadi bulan puasa juga lantaran
diturunkannya Al-Qur'an pada bulan tersebut. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT
dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 185:

‫َش ْهُر َر َم َض اَن اَّلِذ ْٓي ُاْنِز َل ِفْيِه اْلُقْر ٰا ُن ُهًدى ِّللَّناِس َو َبِّيٰن ٍت ِّم َن اْلُهٰد ى َو اْلُفْر َقاِۚن َفَم ْن َش ِهَد ِم ْنُك ُم الَّشْهَر َفْلَيُص ْم ُهۗ َو َم ْن َك اَن َم ِرْيًضا‬
‫َاْو َع ٰل ى َس َفٍر َفِع َّد ٌة ِّم ْن َاَّياٍم ُاَخ َر ۗ ُيِر ْيُد ُهّٰللا ِبُك ُم اْلُيْس َر َو اَل ُيِرْيُد ِبُك ُم اْلُعْس َر ۖ َو ِلُتْك ِم ُلوا اْلِع َّدَة َو ِلُتَك ِّبُروا َهّٰللا َع ٰل ى َم ا َهٰد ىُك ْم َو َلَع َّلُك ْم‬
‫َتْشُك ُرْو َن‬

Artinya: "Pada bulan Ramadhan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk
bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang
haq dan yang batil). Maka barang siapa di antara kamu hadir (di tempat tinggalnya atau
bukan musafir) pada bulan itu, berpuasalah. Siapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu
tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya) sebanyak hari (yang ditinggalkannya) pada hari-
hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran.
Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya
yang diberikan kepadamu agar kamu bersyukur." (QS Al-Baqarah 185)

5. Diborgolnya Jin dan Setan, Ditutupnya Pintu Neraka, Dibukanya Pintu Surga
Masih dalam sumber yang sama, dikatakan bahwa di bulan Ramadhan kejahatan akan
berkurang di muka bumi. Setan dan jin akan diborgol dan tidak diberi kebebasan oleh
Allah SWT untuk merusak umat manusia seperti di bulan lainnya. Hal ini karena umat
muslim di bulan ini sedang sibuk menunaikan ibadah puasa. Oleh sebab itu, pintu-
pintu neraka ditutup dan pintu-pintu surga dibuka oleh Allah SWT. Dalam hadits juga
telah ditegaskan perihal keutamaan ini, sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah,
Rasulullah SAW bersabda:

‫ َو ُفِّتَح ْت َأْبَو اُب اْلَج َّنِة‬، ‫ َو ُغ ِّلَقْت َأْبَو اُب الَّناِر َفَلْم ُيْفَتْح ِم ْنَها َباٌب‬، ‫ِإَذ ا َك اَن َأَّوُل َلْيَلٍة ِم ْن َر َم َض اَن ُص ْفَد ِت الَّش َياِط ْيُن َو َم َر َد ُة اْلِح ِّن‬
‫ َو َذ لَك ُك ٌّل َلْيَلٍة‬،‫ َو ِهَّلِل ُعَتَقاُء ِم َن الَّناِر‬، ‫ َو َيا َباِغ َي الَّش ِّر َأْقِص ْر‬، ‫ َيا َباِغ َي اْلَخْيِر َأْقِبْل‬: ‫ َو َناَدي ُم َناٍد‬. ‫َفَلْم ُيْع َلَق ِم ْنَها َباٌب‬.

Artinya: "Pada malam pertama bulan Ramadhan, setan-setan dan jin-jin pembangkang
dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup, dan tidak ada satupun pintunya yang dibuka. Pintu-
pintu surga akan dibuka dan tidak ada satu pintunya yang ditutup, dan penyeru akan berseru
'Hai pencari kebaikan, datanglah, dan hai pencari keburukan, berhentilah.' Allah mempunyai
orang-orang yang terbebas dari neraka, dan itu terjadi pada setiap malam" (HR At-Tirmidzi).
6. Terjadinya Malam Lailatul Qadar
Allah SWT telah menetapkan terjadinya malam lailatur qadar di bulan Ramadhan
karena Dia menurunkan Al-Qur'an pada bulan tersebut. Malam lailatul qadar dikenal
sebagai malam kemuliaan yang lebih baik dari 1000 bulan. Sebagaimana dalam Al-
Qur'an surat Al-Qadr ayat 3:

‫َلْيَلُة اْلَقْد ِر ۙە َخْيٌر ِّم ْن َاْلِف َشْهٍۗر‬

Artinya: "Lailatulqadar itu lebih baik daripada seribu bulan."

Melansir dari arsip detikEdu, menurut para ulama mazhab Syafi'i, lailatul qadar jatuh pada 21
dan 23 Ramadhan. Sedangkan sebagian dari ulama lainnya berpendapat lailatul qadar akan
jatuh di 27 Ramadhan. Maka dari itu, menjelang akhir bulan puasa umat muslim dianjurkan
untuk berdoa menyampaikan hajatnya dan merutinkan ibadahnya.

7. Bulannya Umat Islam Berpuasa


Dikutip dari buku Ramadhan for Girls karya Arie Yanti, umat muslim yang
menunaikan ibadah puasa di bulan Ramadhan akan mendapatkan dua kegembiraan.
Rasulullah SAW pernah bersabda:

"Bagi orang yang berpuasa akan mendapat dua kegembiraan, kegembiraan ketika ia berbuka
serta kegembiraan ketika ia menemui Rabb nya." (HR Bukhari dan Muslim)

Selain itu, keutamaan di bulan Ramadhan bagi umat muslim yang berpuasa yaitu adanya
jaminan pengampunan dosa bagi yang bersungguh-sungguh menunaikan ibadahnya.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

"Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap ridho Allah semata,
maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu" (HR Bukhari dan Muslim)

8. Waktu Mustajab Terijabahnya Doa

Dalam sumber yang sama dari sebelumnya, umat muslim yang menunaikan ibadah puasa
Ramadhan memiliki waktu mustajab terijabahnya doa. Waktu mustajab ini merupakan waktu
khusus yang mana apabila seorang hamba berdoa di waktu tersebut, maka doa itu tidak akan
tertolak. Hal ini sebagaimana dalam sabda Rasulullah SAW:

"Sesungguhnya orang yang berpuasa pada saat berbuka mempunyai waktu dimana doanya
tidak tertolak." (HR Ibnu Majah).

Itulah lima keutamaan di Bulan Ramadhan yang dapat dipahami umat muslim. Semoga umat
muslim dapat menjadikan keutamaan bulan Ramadhan sebagai kesempatan mustajab untuk
berdoa, melakukan amal kebaikan, dan menggiatkan ibadahnya.

Menurut ajaran Islam puasa pada bulan Ramadan merupakan puasa yang wajib dilaksanakan
selama satu bulan[4] sehingga jika dengan sengaja dilaksanakan, orang tersebut akan
berpahala. Perintah berpuasa dijelaskan dalam dengan Al-Qur'an Surah Al-Baqarah ayat 183,
yaitu:

 Surah Al-Baqarah

(183) Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa

‫َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا ُك ِتَب َع َلْيُك ُم الِّص َياُم َك َم ا ُك ِتَب َع َلى اَّلِذ يَن ِم ن َقْبِلُك ْم َلَع َّلُك ْم َتَّتُقوَن‬

—"Surah Al-Baqarah" Quran.com

Penjelasan lebih lanjut tentang puasa ditemukan dalam surah Al-Baqarah ayat 184 sebagai
kelanjutan dari ayat 183.

Surah Al-Baqarah

(184) (Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka barang siapa di antara kamu sakit atau dalam
perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak
berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib
membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin. Tetapi barang siapa dengan
kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itu lebih baik baginya, dan puasamu itu lebih baik
bagimu jika kamu mengetahui.

ۖ ‫َأَّياًم ا َّم ْعُدوَداٍتۚ َفَم ن َك اَن ِم نُك م َّم ِر يًضا َأْو َع َلٰى َس َفٍر َفِع َّد ٌة ِّم ْن َأَّياٍم ُأَخ َر ۚ َو َع َلى اَّلِذ يَن ُيِط يُقوَنُه ِفْد َيٌة َطَع اُم ِم ْس ِكيٍن‬
‫َفَم ن َتَطَّوَع َخْيًرا َفُهَو َخْيٌر َّلُهۚ َو َأن َتُصوُم وا َخْيٌر َّلُك ْم ۖ ِإن ُك نُتْم َتْع َلُم وَن‬

—"Surah Al-Baqarah" Quran.com

Puasa Ramadan merupakan rutinitas ibadah yang tidak bisa ditinggalkan dalam setiap
tahunnya karena hukumnya yang wajib.Puasa Ramadan dilaksanakan sejak fajar hingga
terbenamnya Matahari. Jika tidak mampu berpuasa, seorang Muslim diharuskan untuk
mengganti puasa tersebut pada hari-hari yang lain. Hal ini dijelaskan dalam surah Al-Baqarah
ayat 185.

Surah Al-Baqarah

(185) Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Alquran, sebagai petunjuk
bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang
benar dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu mendapati bulan itu, maka
berpuasalah. Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib
menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya, pada hari-hari yang lain. Allah
menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah
kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan
kepadamu, agar kamu bersyukur.
‫اْلُهَد ٰى َو اْلُفْر َقاِن ۚ َفَم ن َش ِهَد ِم نُك ُم الَّشْهَر َفْلَيُص ْم ُهۖ َو َم ن َك اَن‬ ‫َش ْهُر َر َم َض اَن اَّلِذ ي ُأنِز َل ِفيِه اْلُقْر آُن ُهًدى ِّللَّناِس َو َبِّيَناٍت ِّم َن‬
‫ُيِر يُد ِبُك ُم اْلُعْس َر َو ِلُتْك ِم ُلوا اْلِع َّدَة َوِلُتَك ِّبُروا َهَّللا َع َلٰى َم ا َهَداُك ْم‬ ‫َم ِريًضا َأْو َع َلٰى َس َفٍر َفِع َّد ٌة ِّم ْن َأَّياٍم ُأَخ َر ۗ ُيِريُد ُهَّللا ِبُك ُم اْلُيْس َر َو اَل‬
‫َو َلَع َّلُك ْم َتْشُك ُروَن‬

Ahmad Sarwat, Lc., M.A. 2014, Puasa Bukan Hanya Saat Ramadhan, Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utama,hlm 225-230.

Batasan puasa ramadhan

Menurutnya, waktu imsak yang kerap digunakan di Indonesia adalah upaya kehati-hatian
agar tidak terlewat dalam memulai puasa."Untuk antisipasi agar kita tidak terlewat, masih
makan ketika Subuh, maka kita sudah mulai meninggalkan larangan puasa di waktu imsak,"
Umumnya, waktu imsak berlangsung 10 menit sebelum masuk waktu Subuh.Ia menjelaskan,
waktu puasa adalah mulai terbitnya fajar hingga tenggelamnya matahari.Dengan demikian,
batas waktu makan sahur adalah saat memasuki waktu Subuh yang ditandai dengan azan.

Penentuan awal Ramadhan 1443 H


Seperti diketahui, Kementerian Agama sebelumnya telah menetapkan 1 Ramadhan 1443
Hijriah jatuh pada Minggu (3/4/2022).

Penetapan ini merupakan hasil sidang isbat yang dilakukan Kementerian Agama (Kemenag)
bersama dengan sejumlah organisasi masyarakat pada Jumat (1/4/2022).Dalam sidang ini,
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengatakan, Kemenag mempertimbangkan informasi
awal berdasarkan hasil perhitungan astronomis (hisab) dan pantauan (rukyat) hilal di
sejumlah titik.Menurutnya, tidak ada satu pun dari 101 titik pantauan yang melihat hilal.
Sementara itu, Muhammadiyah lebih dahulu memulai puasa Ramadhan pada Sabtu
(2/4/2022), berdasarkan hasil hisab hakiki wujudul hilal.Ketentuan tersebut tertuang di dalam
Maklumat Nomor 01/MLM/I.0/E/2022 tentang Penetapan Hasil Hisab Ramadhan, Syawal,
dan Zulhijah 1443 H.Sebagian besar negara Arab juga memulai puasa pada Sabtu, seperti
Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, Bahrain, dan Palestina.

A. Rukun dan Syarat Puasa


Puasa terdiri dari dua rukun.Dari dua rukun inilah hakikat puasa terwujud. Dua rukun tersebut
adalah sebagai berikut: a) Menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa, mulai dari
terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari. Hal ini berdasarkan firman Allah s.w.t “maka
sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah bagimu. Makan dan
minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan ) antara benang putih dan benang hitam, yaitu
fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat al-Baqarah ayat 187 yang artinya:
“Dihalalkan bagikamu, pada malam hari puasa, bercampur (bersetubuh) Dengan
isteri-isteri kamu. isteri-isteri kamu itu adalah sebagai pakaian bagi kamu dan kamu
pula sebagai pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahawasanya kamu
mengkhianati diri sendiri, lalu ia menerima taubat kamu dan memaafkankamu. Maka
sekarang setubuhilah isteri-isteri kamu dan carilah apa-apa Yang telah ditetapkan oleh
Allah bagikamu; dan makanlah serta minumlah sehingga nyata kepada kamu benang
putih (cahayasiang) dari benang hitam kegelapan malam), Iaitu waktu fajar.
Kemudian sempurnakanlah puasa itu sehingga waktu malam (maghrib); dan
janganlah kamu setubuhi isteri-isteri kamu ketika kamu sedang beriktikaf di masjid.
Itulahbatas-bataslarangan Allah, makajanganlahkamumenghampirinya.demikian
Allah menerangkan ayat-ayat hukumNya kepada sekalian manusia supaya mereka
bertaqwa.
B. Hal-Hal yang Membatalkan Puasa Adapun yang membatalkan puasa adalah
sebagaimana yang dikemukakan Zakariya al Ansariy dalam kitabnya as- Syarqawiy
sebagai berikut:

‫ وان علم بعضھ مما مر (وھو وصول عین ) من منفذ (جوفھ ولو بحقنة أو ماء مضمضة او‬.‫باب ما یفسد الصوم‬
‫واستقاءة من زیادتى وان تیقن أنھ لمیعد من القي شىء الى الجوف (وانزل) لمنى بلمس بشر‬....)‫استنشاق بمنالغة‬
) ‫ (ووطء في فرج) قبل أو دبر ( مع تعمد ذلك‬....‫ة بشھوة كالو طء بال انزال بل أو لى یفسد االنز بشيء منھا الصوم‬
‫ ( االفى نوم أو بنطر أو فكر) أو لمي بال شھوة أو ضم امرأة الى نفسھ بحانل فل‬.‫كلھ (واختیاره وعلم بتحریمھ‬

Artinya: Bab pada menerangkan sesuatu yang membatalkan puasa, sekalipun


sebahagiannya telah diketahui dari keterangan yang telah lalu, yaitu memasukkan
benda dari lubang kerongkongan , walaupun dengan injeksi atau air kumur-kumur
atau air yang dimasukkan ke hidung dengan cara yang bersangatan. Dan muntah,
sebagai tambahanku, sekalipun dia yakin muntah itu tidak kembali dalam
kerongkongan, dan mengeluarkan mani, dengan menyentuh kulit dengan bersyahwat,
seperti wati’ yang tidak keluar mani kecuali pada saat tidur atau penglihatan atau
memikir-mikir atau menyentuh dengan syahwat atau merangkul isteri kepada
suaminya dengan lapis, maka tidaklah membatan wati’lkan puasa keluarnya mani
dengan salah satu cara yang demikian. Dan wati’ pada faraj baik qubul atau dubul
dengan sengaja dan dengan kehendaknya , serta dia mengetahui hukumnya haram.

Dari keterangan tersebut diatas dapat diambil kesimpulan bahwa yang membatalkan
puasa itu adalah:
1. Memasukkan sesuatu benda ke dalam rongga badan.
2. Muntah dengan sengaja
3. Mengeluarkan mani
4. Melakukan wati’ (bersetubuh) pada faraj dan dubur dengan sengaja dan
5. Mengetahui haramnya

Adapun sebab-sebab boleh meninggalkan ibadah puasa Ramadhan adalah


sebagaimana berikut:

1). Orang Sakit Orang Yang Ditimpa Sakit Dibolehkan Untuk Tidak Berpuasa.

Hal ini berdasarkan firman Allah SWT artinya: “... maka jika diantara kamu ada yang
sakit atau dalam perjalanan ( lalu berbuka ), maka (wajiblah baginya puasa) sebanyak
hari yang ditinggalkan pada hari yang lain.”
Ayat diatas memberikan pemahaman bahwa bagi orang yang sakit dibolehkan untuk
berbuka atau meningalkan puasa Ramadhan, sekalipun penyakitnya tidak parah, sebab
pada keumunan ayat tersebut yang tertulis al Marid atau sakit. Namun para ulama’
memberikan batasan sakit yang diperbolehkan untuk meninggalkan puasa. Hal ini
sebagaimana yang dikemukakan oleh Sayyid sabiq sebagai berikut:

‫والمرض المبیح للفطر ھو المرض الشدید الذى یزید بالصوم او یخشى تأخر بر نھ‬.

Artinya: “dan orang sakit yang boleh berbuka puasa adalah orang yang sakitnya
bersangatan, yang apabila berpuasa akan bertambah penyakitnya atau ada
kekhawatiran akan lambat sembuhnya” Pada bahagian lain Sayyid Sabiq
menmbahkan bahwa orang sakit yang tidak diharapkan lagi sembuhnya diperbolehkan
berbuka puasa.Pada bahagian ini Sayyid Sabiq menambahkan bahwa orang sakit yang
tidak diharapkan lagi sembuhnya diperbolehkan berbuka puasa. Dari penjelasan diatas
dapat difahami bahwa ada tiga kategori orang sakit yang diperbolehkan untuk berbuka
atau meninggalkan puasa iaitu, orang sakit yang apabila berbuka akan bertambah
penyakitnya, atau dikhawatirkan akan lambat sembuhnya, dan orang sakit yang tidak
diharapkan lagi sembuhnya.

2). Orang musafir


Orang yang melakukan perjalanan (musafir), oleh syara’ diberikan rukhsah
(keringanan) untuk berbuka puasa . kebolehan berbuka puasa bagi musafir tersebut
ditegaskan oleh Allah dalam al-Quran surat al- Baqarah ayat 185 yang artinya: “.....
maka jika diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu berbuka), maka
(wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari yang
lain....”12 Seperti halnya orang sakit, bagi musafir pun diberi juga batasan dalam
kebolehan untuk berbuka puasa .Jumhur ulama’ berpendapat bahwa bagi musafir
yang dibolehkan berbuka puasa itu ada dua syarat. Pertama, safar (perjalanan)
tersebut menempuh jarak yang diperbolehkan untuk meng-qasar salat dan yang kedua
safar yang dimulai sebelum terbit fajar. Ulama Hanabilah khusunya Ibnu Qaddamah
berpendapat bahwa safar yang dimulai pada siang hari (setelah terbit fajar), walaupun
setelah tergelincir matahari, dibolehkan untuk berbuka puasa. Dan ulama

Syafi’iyah khususnya An-Nawawi menambahkan syarat ketiga yaitu tidak bagi


musafir yang melakukan safar secara terus-menerus.13 3. Orang tua yang lemah.
Orang yanglanjut usia tidak mampu melaksanakan puasa Ramadhan kerana fisiknya
sudah lemah. Oleh karena itu, kepada mereka diperbolehkan meninggalkan puasa
Ramadhan. Hal ini sebagaimana dikemukakan Sayyid Sabiq dalam kitabnya Fiqh as
Sunah sebagai berikut:

‫یر خص الفطرى للشیخ الكبیر والمراة العجوز‬

Artinya: “diberikan keringanan untuk berbuka puasa bagi orang yang sudah tua dan
perempuan yang tua”14 Berdasarkan kutipan diatas dapat difahami bahwa bagi orang
yang sudah lanjut usia dibolehkan untuk berbuka atau meninggalkan puasa
Ramadhan, sebab pada umumnya mereka telah lelah atau sudah tidak sanggup lagi
berpuasa.

4. Orang yang bekerja berat.


Terhadap mereka ini juga diperbolehkan untuk berbuka atau meninggalkan puasa
Ramadhan, karena akibat dari pekerjaan yang mereka lakukan memungkinkan lemah
fisik.Sehingga memberatkan bagi mereka untuk berpuasa berakibat tidak biasa
bekerja sebagaimana biasa.

5. Wanita Hamil Yang Menyusui.


Keadaan wanita hamil yang menyusui menjadi salah satu sebab diperbolehkan
meninggalkan puasa Ramadhan, apabila keduanya khawatir atau takut akan
membahayakan kepada dirinya, anak, atau diri dan anak secara bersamaan akibat dari
puasa keduanya. Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh
ibnu Majah sebagaimana berikut:
‫ رخص رسول هللا‬:‫حدثنا ھشام بن عمار الدمشقى الربیع بن بدر عن الجریري عن الحسن عن انس بن مالك قال‬
‫علیھ وسلم للجبلى التى تخاف على نفسھا أن تفطر وللمر ضع التى تخاف على ولدھا‬
Artinya: “telah memberitahu kepada kami Hisyan Ibn Ammar ad Dimasqiy, dari
Hasan, dari Anas bin Malik, dia berkata: Rasulullah SAW. Memberi keringanan
kepada wanita hamil yang khawatir akan dirinya boleh berbuka, dan bagi wanita yang
menyusui yang khawatir terhadap anaknya.”

Dari hadis diatas dapat difahami bahwa wanita hamil dan menyusui yang menyusui
yang mempunyai kekhawatiran akan keselamatan diri, anak, atau diri dan anak, maka
dibolehkan bagi keduanya untuk berbuka. Berdasarkan uraian di atas maka dapat
diambil kesimpulan bahwa sebab –sebab boleh meninggalkan puasa Ramadhan
adalah:
1. Orang sakit
2. Musafir
3. Orang tua yang sudah lemah
4. Orang yang bekerja berat
5. Wanita hamil yang menyusui.

Ahmad Muhaisin B Syarbaini,2020, Pertanyaan Populer Seputar Puasa Ramadhan


(Disertai Dalil Dan Penjelasan Dari Kitab Para Ulama),medan, CV. Merdeka Kreasi
Group,hlm 551-556.

Daftar pustaka
Ahmad Sarwat, Lc., M.A. 2014, Puasa Bukan Hanya Saat Ramadhan, Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utama.
Ahmad Muhaisin B Syarbaini,2020, Pertanyaan Populer Seputar Puasa Ramadhan
(Disertai Dalil Dan Penjelasan Dari Kitab Para Ulama),medan, CV. Merdeka Kreasi Group.

Anda mungkin juga menyukai