PUASA
Dosen Pengampuh
Dr. H. Rusdin muhalling M.EI
Disusun Oleh:
DENI SETIAWAN
RIZA MEILANI
ANA DAMAYANTI
1. Latar Belakang
Puasa merupakan ibadah yang telah lama berkembang dan dilaksanakan oleh
manusia sebelum Islam. Islam mengajarkan antara lain agar manusia beriman kepada
Allah SWT, kepada malaikat-malaikatNya, kepada kitab-kitabNya, kepada rosul-
rosulNya, kepada hari akhirat dan kepada qodo qodarNya. Islam juga mengajarkan
lima kewajiban pokok, yaitu mengucapkan dua kalimat syahadat, sebagai pernyataan
kesediaan hati menerima Islam sebagai agama, mendirikan sholat, membayar zakat,
mengerjakan puasa dan menunaikan ibadah haji.
Saumu (puasa), menurut bahasa Arab adalah “menahan dari segala sesuatu”,
seperti menahan makan, minum, nafsu, menahan berbicara yang tidak bermanfaat dan
sebagainya. Sedangkan menurut istilah, puasa adalah menahan diri dari sesuatu yang
membatalkannya, satu hari lamanya, mulai dari terbit fajar sampai terbenamnya
matahari dengan niat dan beberapa syarat.
Menurut Muhammad Asad, puasa adalah the obstinence of speech memaksa
diri untuk tidak bercakap-cakap dengan perkataan yang negatif, contohnya seperti
memfitnah, berbohong, mencaci maki, berkata-kata porno, mengadu domba dan
sebagainya.
Menurut Hasbi Ash Shiddieqy, puasa bisa menjadikan orang mampu
membiasakan diri untuk dapat bersifat dengan salah satu dari sifat Allah swt, sifat
tidak makan minum meskipun untuk sementara waktu, sekaligus dapat menyerupakan
diri dengan orang-orang yang muroqobah.
Menurut Yusuf Al Qardawi, puasa sebagai sarana pensucian jiwa dan raga dari
segala hal yang memberatkan dalam kehidupan dunia sekaligus bentuk manifestasi
rasa ketaatan seseorang dalam melaksanakan perintah allah swt.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Puasa.
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa”. (Q.S. al-Baqarah:
183 ( Pada awal ayat dipergunakan kata-kata panggilan kepada orang-orang yang
beriman amanu tentu hal ini mempunyai maksud-maksud yang terkandung
didalamnya. Karena puasa itu bukan suatu ibadah yang ringan, yakni harus menahan
makan, minum, bersenggama dan keinginan-keinginan lainnya.
Berdasarkan ayat di atas tegas bahwa, Allah Swt. mewajibkan puasa kepada
hamba-hamba-Nya yang beriman, sebagaimana Dia telah mewajibkan kepada para
pemeluk agama sebelum mereka. Dia telah menerangkan sebab diperintahkannya
puasa dengan menerangkan sebab diperintahkannya puasa dengan menjelaskan
faedahfaedahnya yang besar dan hikmah-hikmahnya yang tinggi, yaitu
mempersiapkan jiwa orang yang berpuasa untuk mempercayai derajat yang takwa
kepada Allah Swt dengan meninggalkan keinginan-keinginan yang dibolehkan demi
mematuhi perintah-Nya dan demi mengharapkan pahala dari sisi-Nya, supaya orang
mukmin termasukgolongan orang-orang yang bertakwa kepada-Nya yang menjauhi
larangan-larangan-Nya. Perintah puasa bagi umat Islam diwajibkan oleh Allah SWT.
pada bulan yang mulia yaitu bulan Ramadhan karena di bulan Ramadhan itulah
diturunkan al-Qur‟an kepada umat manusia melalui Nabi besar Muhammad Saw.
Para fuqaha dan ahli ushul telah membuat rumusan “hukum asal ibadah adalah
haram (tidak boleh) sehingga ada dalil yang memerintahkan. Dan segala tindakan
manusia pada dasarnya diperbolehkan selama tidak ada dalil yang melarangnya”.
Kendati demikian, tidak semua tindakan manusia dianggap ibadah kecuali memenuhi
dua syarat. Pertama, niat yang ikhlas. Suatuperbuatan dinilai ibadah kalau diniatkan
sebagai ibadah. Kedua, tidak bertentangan dengan syariat. Puasa seperti yang telah
dijelaskan diatas sudah diperintahkan Allah SWT dalam firmannya surat Al-Baqarah
ayat 183.
A. Syarat Puasa Pada Ulama Ahli Fiqh Membedakan Syarat-Syarat Puasa Atas:
Tanpa memenuhi rukun puasa, tidak ada. Dua rukun puasa itu yaitu:
1) Niat.
2) Menahan diri dari segala yang membukakan.