Anda di halaman 1dari 17

PEMBAHASAN

1. Puasa Ramadhan
Puasa Ramadan adalah ibadah puasa wajib bagi setiap muslim yang dewasa, berakal,

dan mampu. Mengingkari kewajiban puasa di bulan Ramadan sama saja dengan kekafiran.

Dan orang yang meninggalkan puasa tanpa alasan yang benar adalah orang berdosa.

Dalam Islam, arti puasa adalah ‘menahan diri dari makan, minum dan hubungan

suami istri dari fajar hingga matahari terbenam, dengan niat mendekatkan diri kepada Allah

SWT’, menurut Syekh Haroon Hanif dalam muslimhands.org.uk.

Arti puasa di atas mengacu pada 'niat mendekatkan diri kepada Allah'. Niat inilah

yang membedakan puasa yang dilakukan dalam agama Islam dari sekadar puasa untuk

berdiet atau puasa intermiten.

Niat dalam arti puasa dalam Islam adalah amalan dalam hati dan hanya Allah yang

mengetahuinya. Niat yang kita amalkan tidak harus dinyatakan secara lisan, dan cukup

dilafalkan dalam hati saja.

Dalam Al Quran sendiri, puasa disebut juga sebagai saum. Secara harfiah, kata saum

ini berarti “berpantang”. Dan dalam puasa Ramadan, umat Islam berpantang dari semua yang

dilarang mulai dari fajar hingga matahari terbenam, dengan niat puasa yang dilafalkan

sebelumnya. uasa dalam pemaknaan istilah seringkali dimaknai dalam pengertian sempit

sebagai suatu prosesi menahan lapar dan haus serta yang membatalkan puasa yang dilakukan

pada bulan ramadhan. Padahal hakekat puasa yang sebenarnya adalah menahan diri untuk

melakukan perbuatan yang dilarang oleh agama.

1
Puasa dalam pemaknaan istilah seringkali dimaknai dalam pengertian sempit sebagai

suatu prosesi menahan lapar dan haus serta yang membatalkan puasa yang dilakukan pada

bulan ramadhan. Padahal hakekat puasa yang sebenarnya adalah menahan diri untuk

melakukan perbuatan yang dilarang oleh agama.

Selain itu, puasa juga memberikan ilustrasi solidaritas muslim terhadap umat lain

yang berada pada kondisi hidup miskin. Dalam konteks ini, interaksi sosial dapat

digambarkan pada konsepsi lapar dan haus yang dampaknya akan memberikan kemungkinan

adanya tenggang rasa antar umat manusia.

Pengkajian tentang hakekat puasa ini dapat dikatakan universal dan meliputi seluruh

kehidupan manusia baik kesehatan, interaksi sosial, keagamaan, ekonomi, budaya dan

sebagainya. Begitu universal dan kompleksnya makna puasa hendaknya menjadi acuan bagi

muslim dalam mengimplementasikannya pada kehidupan sehari-hari. Dengan pengertian lain

puasa dapat dijadikan pedoman hidup.

Puasa Ramadhan adalah puasa yang dilaksanakan pada bulan Ramadhan yang

dilaksanakan selama 29 atau 30 hari. Puasa dimulai pada terbit fajar hingga terbenam

matahari. Puasa ramadhan ini ditetapkan sejak tahun ke-2 H. Puasa ini hukumnya wajib, yaitu

apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan akan mendapat dosa.

Bulan Ramadhan menurut pandangan orang-orang mukmin yang berfikir adalah merupakan

bulan peribadatan yang harus diamalkan dengan ikhlas kepada Allah SWT. Harus kita sadari

bahwa Allah Maha Mengetahui segala gerak-gerik manusia dan hati mereka .Dalam

pelaksanaannya, khusus puasa Ramadhan, kita akan menjumpai beberapa masalah yang

penting dipecahkan antara lain:

2
 Cara penempatan waktu

Cara mengetahui puasa ini ada dua macam yaitu: hisab dan rukyat. Kemajuan

teknologi belakangan ini dirasakan semakin memudahkan proses hisab dan rukiyah tersebut.

Disiplin ilmu astronomi dan kelengkapan teknologi semacam planetarium atau teleskop atau

secara khusus ilmu falaq yang berkembang di dunia Islam, semuanya mendukung validitas

penetapan waktu puasa.

Rukyat

: adalah suatu cara untuk menetapkan awal awal bulan Ramadhan dengan cara

melihat dengan panca indera mata timbulnya / munculnya bulan sabit dan bila udara

mendung atau cuaca buruk. Sehingga bulan tidak bisa dilihat maka hendaknya menggunakan

istikmal yaitu menyempurnakan bulan sya’ban menjadi 30 hari. Di Indonesia pelaksanaan

rukyat untuk penetapan puasa Ramadhan telah dikoordinasi oleh Departemen Agama

(DEPAG) RI.

Hisab :

adalah suatu cara untuk menetapkan awal bulan Ramadhan dengan cara

menggunakan perhitungan secara astronomi, sehingga dapat ditentukan secara eksak letak

bulan. Seperti cara rukyat yang telah dikoordinasikan oleh pemerintah, maka cara hisab pun

sama. Di Indonesia penetapan awal dan akhir bulan Ramadhan ini dengan cara yang manapun

memang telah diambil kewenangan koordinatifnya oleh pemerintah.

Adapun lembaga-lembaga keagamaan seperti Nahdlatul Ulama (NU),

Muhammadiyah, PERSIS, Jami’at al-Khair dan sebagainya berfungsi sebagai pemberi

masukan hasil rukyat dan hisabnya dalam rangka pengambilan ketetapan awal dan akhir

Ramadhan oleh pemerintah.

3
Firman Allah SWT surat Yunus ayat 5:

Artinya:“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan

ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu

mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian

itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang

yang Mengetahui”.(QS. Yunus :5)

Sabda Nabi SAW

Artinya:“Dari Abu Umar ra: bahwasanya Rasulullah SAW, menceritakan bulan

Ramadhan lalu memukul kedua tangannya lalu bersabda: “Bulan adalah itu sekian dari sekian

bulan,kemudian beliau melengkungkan ibu jarinya pada perkataan yang ketiga kali (termasuk

menunjukkan bahwa bulan itu jumlahnya terdiri dari 29 hari), maka berpuasalah kamu karena

melihat bulan. Jika kamu sekalian tidak dapat melihatnya karena tertutup awan / mendukung,

maka pastikanlah bilangan itu menjadi 30 hari.(HR. Muslim).

4
 Rukun Puasa

Rukun puasa ada tiga, dua diantaranya telah disepakati, yaitu waktu dan menahan diri

(imsak) dari perkara yang membatalkan, sedangkan rukun satu lainnya masih diperselisihkan

yaitu niat.

1. Waktu

Waktu dibagi menjadi dua, yaitu waktu wajibnya puasa yakni bulan Ramadhan, dan

Waktu menahan diri dari perkara-perkara yang membatalkan puasa yaitu waktu-waktu siang

hari bulan ramadhan. Bukan waktu-waktu malamnya.

2. Menahan diri dari perkara yang membatalkan

Meninggalkan segala yang membatalkan puasa mulai dari terbit fajar shidiq hingga

terbenam matahari.

- Hal-Hal yang membatalkan puasa

1. Memasukkan sesuatu kedalam lubang rongga badan dengan sengaja.

2. Muntah dengan sengaja.

3. Haid dan Nifas.

4. Jima’ pada siang hari dengan sengaja.

5. Gila walau sebentar.

6. Mabuk atau pingsan sepanjang hari.

7. Murtad.

5
Disamping itu, ada keringanan yang diberikan oleh islam kepada umat muslim untuk

tidak berpuasa, yakni mencakup dua golongan :

 Boleh meninggalkan puasa tetapi wajib mengqadha

Yang termasuk dalam golongan ini yaitu :

a. Orang yang sedang sakit dan sakitnya akan memberikan mudharat baginya apabila

mengerjakan puasa.

b. Orang yang bepergian jauh atau musafir sedikitnya sejauh 81 KM.

c. Orang yang hamil dan dikhawatirkan akan mudharat baginya dan kandungannya.

d. Orang yang sedang menyusui anak yang dapat mengkhawatirkan/memudharatkan baginya

dan anaknya.

e. Orang yang sedang haid, melahirkan atau nifas.

f. Orang-orang yang tidak wajib qadha namun wajib membayar fidyah

g. Orang yang sakit dan tidak ada harapan untuk sembuh.

h. Orang yang lemah karena sudah tua.

 Yaitu memberi makanan kepada fakir miskin sebanyak hari yang telah ditinggalkan

puasanya, satu hari satu mud (576 Gram) berupa makanan pokok.

3. Niat

Niat, yaitu menyengaja puasa ramadhan setelah terbenam matahari hingga sebelum

fajar shadiq. Artinya pada malam harinya dalam hati telah tergetar (berniat) bahwa besok

harinya akan mengerjakan puasa ramadhan.

6
4. Sunat puasa

Sunat Puasa :

1. Makan sahur meski sedikit.

2. Mengakhirkan makan sahur.

3. Menyegerakan berbuka.

4. Membaca doa ketika berbuka puasa.

5. Menjauhi dari ucapan yang tidak senonoh.

6. Memperbanyak amal kebajikan.

7. Memperbanyak I’tikaf di masjid.

7
2. Tujuan Puasa

Tujuan Berpuasa Menurut Al-Qur'an dan Hadits

1. Sarana Mendekatkan Diri Kepada Allah

Allah berfirman dalam Al-Qur'an surat Al Baqarah ayat 183,

‫ِب َعلَى الَّ ِذي َْن مِنْ َق ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم َت َّتقُ ْو ۙ َن‬
َ ‫ص َيا ُم َك َما ُكت‬ َ ‫ٰ ٓيا َ ُّي َها الَّ ِذي َْن ٰا َم ُن ْوا ُكت‬
ِّ ‫ِب َعلَ ْي ُك ُم ال‬

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana

diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.

8
Untuk menjadi seorang hamba yang dekat dengan Allah, maka umat muslim dapat

memanfaatkan momentum ibadah puasa dengan niat ikhlas.

2. Memperbanyak Rasa Syukur

Menurut Imam Izzuddin al-Sulami, menjalankan puasa Ramadan bisa membuat kembalinya

ingatan dan membuat untuk bersyukur. Inilah penjelasan yang disampaikan oleh beliau:

‫ فإ ّنال ِّن َعماليُعرفمقدارُهاإاّل بفقدها‬,‫إذاصامعرفنعمةاللهعليهفيال ِّش َبعوالرِّ يّفشكرهالذلك‬

Artinya: "Ketika berpuasa, manusia menjadi tahu nikmat Allah kepadanya berupa kenyang

dan terpenuhinya rasa haus. Karena itu mereka bersyukur. Sebab, kenikmatan tidak

diketahui kadar/nilainya tanpa melalui hilangnya rasa nikmat itu (terlebih dahulu)." (Imam

Izzuddin bin Abdissalam al-Sulami, Maqâshid al-Shaum, hlm 17).

Hal ini juga telah difirmankan oleh Allah dalam Al-Qur'an surat Al Baqarah ayat 185, yakni

tentang keutamaan bulan Ramadan juga kewajiban berpuasa bagi orang-orang muslim yang

memenuhi syarat. Dengan berpuasa, maka rasa syukur akan semakin meningkat.

3. Mendisiplinkan Diri

Puasa merupakan bagian dari rukun Islam, adapun rukun Islam adalah lima hal dasar yang

menjadi pondasi bagi seorang muslim. Kewajiban berpuasa ini membuat seorang muslim

dapat mendisiplinkan dirinya untuk senantiasa menjalankan apa yang sudah Allah wajibkan

kepadanya sebagaimana hadits berikut,

ُ‫ان َر َواه‬
َ ‫ض‬َ ‫ص ْو ِم َر َم‬ ِ ‫الز َكا ِة َو َح ِّج ْال َب ْي‬
َ ‫ت َو‬ َّ ‫صالَ ِة َوِإ ْي َتا ِء‬ ِ ‫ َش َهادَ ِة َأنْ الَ ِإ ٰل َه ِإاَّل هللاُ َوَأنَّ م َُحم ًَّدا َرس ُْو ُل‬:‫مْس‬
َّ ‫هللا َوِإ َق ِام ال‬ ٍ ‫ُبن َِي ْاِإلسْ الَ ُم َعلَى َخ‬

ِ ‫الب َُخ‬
‫اريُّ َومُسْ لِ ٌم‬

9
Artinya: "Islam dibangun di atas lima perkara: (1) bersaksi bahwa tidak ada yang berhak

disembah melainkan Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah;

(2) menunaikan shalat; (3) menunaikan zakat; (4) menunaikan haji ke Baitullah; dan (5)

berpuasa Ramadan." (HR al-Bukhari dan Muslim).

Adapun terkait mendisiplinkan diri, terdapat juga hadits tentang menahan syahwat dengan

cara berpuasa. Hal ini dikarenakan puasa dapat melatih seorang muslim dalam

mengendalikan hawa nafsunya.

َ ْ‫ َوَأح‬,‫ص ِر‬
‫ َفِإ َّن ُه لَ ُه ِو َجا ٌء‬,‫ َو َمنْ لَ ْم َيسْ َتطِ عْ َف َعلَ ْي ِه ِبالص َّْو ِم‬,‫صنُ ل ِْل َفرْ ِج‬ َ ‫ َفِإ َّن ُه َأغَ ضُّ ل ِْل َب‬, ْ‫اع ْال َبا َء َة َف ْل َي َت َزوَّ ج‬
َ ‫ب َم ِن اسْ َت َط‬
ِ ‫َيا َمعْ َش َر ال َّش َبا‬

Artinya: " Wahai para pemuda, barangsiapa yang mampu untuk menikah, maka menikahlah.

Sesungguhnya menikah lebih bisa menundukan pandangan dan lebih mudah menjaga

kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu menikah, maka berpuasalah, sesungguhnya

puasa itu adalah penekan syahwatnya." (HR Imam Ahmad dan Imam Bukhari).

4. Meraih Pintu Surga

Salah satu keutamaan bulan suci Ramadan yang diungkap dalam sabda Rasulullah SAW

adalah dibukanya pintu-pintu surga dan ditutupnya pintu neraka. Berikut bunyi riwayat hadits

yang dikisahkan dari Abu Hurairah RA:

‫ َو ُغلِّ َق ْ َأ‬، ‫ت َأب َُوابُ الجَّ َن ِة‬


ْ ‫ َوفُت َِح‬، ُ‫ت ال َّشيَاطِ ين‬
ِ َ‫ص ِّفد‬ َ ‫ِإ َذا‬
ِ ‫ت ب َْوابُ ال َّن‬
‫ار‬ ُ ُ‫ضان‬
َ ‫دَخ َل َر َم‬

Artinya: "Ketika datang (bulan) Ramadan, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka

ditutup dan setan-setan dibelenggu," (HR Bukhari dan Muslim).

Sementara itu, dalam hadits lainnya,

10
‫اطيْنُ َف ْي ِه لَ ْيلَ ٌة‬
َ ‫ض هللاُ َعلَ ْي ُك ْم صِ َيا َم ُه ُت ْف َت ُح َف ْي ِه أب َْوابُ ْال َج َّن ِة َوي ُْغلَ ُق َف ْي ِه أب َْوابُ ْال َج ِحي ِْم َو ُت َغ ًّل َف ْي َه ال َّش َي‬
َ ‫ك ا ْف َت َر‬ َ ‫َق ْد َجا َء ُك ْم َر َم‬
َ ‫ضانُ َش ْه ٌر ُم َب‬
ٌ ‫ار‬

‫َخ ْي ٌر مِنْ ْألفِ َشه ٍْر‬

Artinya: "Telah datang bulan Ramadan, bulan penuh berkah, maka Allah mewajibkan kalian

untuk berpuasa pada bulan itu. Saat itu pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup,

para setan diikat dan pada bulan itu pula terdapat satu malam yang nilainya lebih baik dari

seribu bulan." (HR Ahmad).

5. Memohon Pengampunan dari Allah

Mengutip dari buku Dalam Pangkuan Sunnah: Penjelasan 32 Hadits-Hadits Populer

oleh Syaikh Dr. Yusuf Al-Qaradhawi, puasa di bulan Ramadan karena dasar iman dan

mengharapkan pahala bukan hanya karena mengikuti kebiasaan yang dilakukan oleh orang

banyak tetapi karena keyakinannya terhadap Allah dengan membenarkan ajaran Rasulullah.

Allah menyukai hamba-Nya yang berpuasa semata-mata karena memohon ridha lagi

ampunan dari-Nya. Bahkan Allah dengan senang hati akan mengampuni dosa-dosa hamba-

Nya yang telah lalu sebagaimana yang tercantum dalam hadits berikut ini.

‫ضا َنِإ ْي َما ًن َاواحْ ِت َسابًا ُغف َِرلَ ُه َما َت َق َّد َم ِم ْن َذ ْن ِب ِه‬ َ ‫َم ْن‬
َ ‫صا َم َر َم‬

Artinya: "Barangsiapa yang berpuasa Ramadan karena iman dan mengharapkan pahala,

maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim).

Sebelumnya telah dikatakan dalam surat Al Baqarah ayat 183 bahwa,

“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana

diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa”

11
Mengutip dari islamonline.net, takwa adalah istilah spiritual dan etika Al Quran yang

sangat penting. Takwa gambaran kualitas dalam kehidupan orang beriman yang membuatnya

selalu sadar dan ingat kepada Allah SWT. Seseorang yang memiliki sudah memiliki takwa

suka berbuat baik dan menghindari apa yang dilarang demi Allah SWT.

Takwa adalah kesalehan, kebenaran dan kesadaran akan Allah. Takwa membutuhkan

kesabaran dan ketekunan. Puasa mengajarkan kita akan kesabaran, dan dengan kesabaran

seseorang dapat naik ke posisi takwa yang tinggi.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan bahwa puasa adalah perisai. Dengan

puasa akan melindungi seseorang dari dosa dan keinginan nafsu.

Imam Ibn Al-Qayyim memandang puasa sebagai sarana untuk melepaskan jiwa

manusia dari cengkeraman nafsu, sehingga moderasi berlaku dalam diri jasmani. Imam Syah

Waliullah Dahlawi memandang puasa sebagai sarana untuk melemahkan unsur kebinatangan

dan memperkuat unsur kemalaikatan dalam diri manusia.

Sedangkan Maulana Maududi menjelaskan bahwa puasa Ramadan yang kita kerjakan

sebulan penuh setiap tahun melatih umat Islam dalam kesalehan dan pengendalian diri.

12
3. Bentuk Ketaatan pada Allah

Puasa dalam Islam adalah salah satu dari lima rukun Islam. Amalan ini adalah bentuk

ketaatan dan ketundukan kepada perintah Allah SWT melalui tingkat komitmen, ketulusan

dan kesetiaan yang tinggi untuk mencari rahmat Allah, dan untuk menebus dosa dan

kesalahan serta untuk menghindari siksaan Neraka.

Puasa dilakukan oleh umat Islam karena cinta yang mendalam kepada Tuhan, dengan

pengabdian yang tulus, dedikasi yang jujur, dan kedekatan dengan Allah SWT, karena puasa

adalah amalan untuk Allah SWT, dan Allah sendiri yang nantinya akan membalasnya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan

sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang

artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang

akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku.

Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika

dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang

yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.” (HR. Bukhari dan

Muslim).

13
4. Keutamaan Puasa

Selain untuk meraih dan meningkatkan ketakwaan kita, ibadah puasa memiliki

keutamaan lain yang luar biasa bagi siapa saja yang melaksanakannya.

 Sebagai Penghalang dari Siksa Neraka

Dikutip dari laman rumaysho.com, Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu mengatakan bahwa

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

”Puasa adalah perisai yang dapat melindungi seorang hamba dari siksa neraka.” (HR.

Ahmad).

14
Kemudian dari Abu Sa’id radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

bersabda,

“Barangsiapa melakukan puasa satu hari di jalan Allah (dalam melakukan ketaatan pada

Allah), maka Allah akan menjauhkannya dari neraka sejauh perjalanan 70 tahun.” (HR.

Bukhari).

 Memberikan Syafa’at

Puasa dapat memberikan syafa’at kepada orang yang melaksanakannya. Dari ‘Abdullah bin

‘Amr radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

”Puasa dan Al Qur’an itu akan memberikan syafa’at kepada seorang hamba pada hari

kiamat kelak. Puasa akan berkata, ’Wahai Rabbku, aku telah menahannya dari makan dan

nafsu syahwat karenanya perkenankan aku untuk memberikan syafa’at kepadanya’. Dan Al

Qur’an pula berkata, ’Aku telah melarangnya dari tidur pada malam hari, karenanya

perkenankan aku untuk memberi syafa’at kepadanya.’ Beliau bersabda, ’Maka syafa’at

keduanya diperkenankan.’“ (HR. Ahmad).

 Mendapatkan Ampunan Dosa

Dalam hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

bersabda,

”Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari

Allah maka dosanya di masa lalu akan diampuni”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Keluarga, harta, dan anak dapat menjerumuskan seseorang dalam maksiat (fitnah). Namun

fitnah itu akan terhapus dengan shalat, shaum, shadaqah, amar ma’ruf (mengajak pada

kebaikan) dan nahi mungkar (melarang dari kemungkaran).” (HR. Bukhari dan Muslim).

15
 Mendapat Surga Ar Rayyan

Orang-orang yang melaksanakan puasa nantinya dapat masuk ke dalam pintu surga yang

disebut Ar Rayyan. Dari Sahl bin Sa’ad, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau

bersabda,

“Sesungguhnya di surga ada suatu pintu yang disebut “ar rayyan”. Orang-orang yang

berpuasa akan masuk melalui pintu tersebut pada hari kiamat. Selain orang yang berpuasa

tidak akan memasukinya. Nanti orang yang berpuasa akan diseru, “Mana orang yang

berpuasa?” Lantas mereka pun berdiri, selain mereka tidak akan memasukinya. Jika orang

yang berpuasa tersebut telah memasukinya, maka akan tertutup dan setelah itu tidak ada

lagi yang memasukinya.“ (HR. Bukhari dan Muslim).

Kemudian dalam riwayat Bukhari dari Sahl bin Sa’ad juga disebutkan,

“Surga memiliki delapan buah pintu. Di antara pintu tersebut ada yang dinamakan pintu Ar

Rayyan yang hanya dimasuki oleh orang-orang yang berpuasa.“ (HR. Bukhari).

 8 Keutamaan Puasa Bulan Suci Ramadhan

1. Dilipatgandakan pahalanya apabila dilaksanakan dengan sungguh sungguh dan ikhlas.

2. Mendapat dua kegembiraan Orang yang melaksanakan puasa, akan mendapatkan dua

kegembiraan di dalamnya. Dua kegembiraan tersebut, yakni kegembiraan duniawi

nikmatnya saat berbuka puasa dan kegembiraan ukhrawi saat menemui Allah di

akhirat kelak.

3. Dijauhkan dari api neraka Berpuasa yang dilakukan oleh seseorang satu hari saja di

jalan Allah, akan dijauhkan dirinya dari api neraka sejauh 70 tahun. Sehingga bila

16
berpuasa Ramadhan selama 30 hari penuh, maka seseorang akan dijauhkan beribu-

ribu tahun dari api neraka.

4. Memasuki surga melalui pintu khusus Orang yang bersungguh-sungguh dan ikhlas

dalam puasanya, akan mendapatkan keistimewaan memasuki surga melalui pintu

khusus di akhirat nanti. Baca juga: Menelan Ludah dan Dahak Apakah Membatalkan

Puasa?

5. Bulan penuh rahmat Bulan Ramadhan merupakan bulan di mana pintu langit

dibukakan selebar-lebarnya guna mencurahkan rahmat Allah kepada hamba-Nya. Bila

melaksanakan puasa di bulan Ramadhan, seseorang akan terhindar dari dosa atas

kewajiban berpuasa dan mendapatkan rahmat Allah sebanyak-banyaknya.

6. Diangkat derajatnya Dikutip dari NU, orang yang melaksanakan puasa Ramadhan,

derajatnya akan diangkat oleh Allah. Sebab, pada bulan ini Allah membuka seluruh

pintu surga dan menutup pintu-pintu neraka. Hal itu menjadi dorongan bagi umat

Islam untuk memperbanyak ibadah sehingga derajatnya semakin tinggi di sisi Allah.

7. Diampuni dosa-dosa sebelumnya Seseorang yang berpuasa Ramadhan akan diampuni

dosa-dosanya yang telah lalu oleh Allah. Namun, dengan catatan bahwa orang

tersebut berpuasa dengan penuh keimanan dan pengharapan terhadap Allah, bukan

ingin mendapat pujian dari sesama manusia. Serta mengerjakannya dengan sungguh-

sungguh dan menjaga dirinya sebagaimana mestinya.

8. Terdorong untuk melakukan kebaikan Dengan berpuasa, seseorang akan terdorong

untuk melakukan kebaikan, seperti bersedekah. Hal ini karena seseorang merasakan

bagaimana rasanya menahan lapar dan haus yang kemudian memunculkan rasa

empati dalam dirinya untuk berbagi kepada sesama.

17

Anda mungkin juga menyukai