Anda di halaman 1dari 10

1

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Puasa
Puasa menurut arti bahasa adalah menahan diri, sedangkan menurut
syariat ialah menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan mulai dari
terbit fajar hingga terbenam matahari karena perintah Allah SWT semata-mata.
Dengan disertai niat dan syarat-syarat tertentu.
Puasa secara bahasa adalah menahan diri dari sesuatu. Sedangkan
secara terminologi, adalah menahan diri pada siang hari dari berbuka dengan
disertai niat berpuasa bagi orang yang telah diwajibkan sejak terbit fajar hingga
terbenam matahari.
Puasa bulan Ramadhan adalah salah satu rukun Islam, diwajibkan pada
tahun 11 Hijriyah, yaitu tahun kedua sesudah Nabi Muhammad SAW hijrah
kemadinah.

Detailnya, puasa adalah menjaga dari pekerjaan-pekerjaan yang dapat
membatalkan puasa seperti makan, minum, dan bersenggama pada sepanjang
hari tersebut (sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Puasa diwajibkan
atas seorang muslim yang baligh, berakal, bersih dari haidl dan nifas, disertai
niat ikhlas semata-mata karena Allah ta'aala.

Adapun rukunnya adalah menahan diri dari makan dan minum, menjaga
kemaluannya (tidak bersenggama), menahan untuk tidak berbuka, sejak
terbitnya ufuk kemerah-merahan (fajar subuh) di sebelah timur hingga
tenggelamnya matahari. Firman Allah swt : "Dan makan minumlah hingga
terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar". (Al-Baqarah: 187).

Ibn 'Abdul Bar dalam hadis Rasulullah saw "Sesungguhnya Bilal biasa azan
pada malam hari, maka makan dan minumlah kamu sampai terdengarnya azan
Ibn Ummi Maktum", menyatakan bahwa benang putih adalah waktu subuh dan
sahur hanya dikerjakan sebelum waktu fajar".
2

B. BEBERAPA FAEDAH PUASA

Puasa mempunyai banyak faedah bagi ruhani dan jasmani kita, antara lain:
1. Puasa adalah ketundukan, kepatuhan, dan keta'atan kepada Allah swt.,
maka tiada balasan bagi orang yang mengerjakannya kecuali pahala yang
melimpah-ruah dan baginya hak masuk surga melalui pintu khusus bernama
'Ar-Rayyan'. Orang yang berpuasa juga dijauhkan dari azab pedih serta
dihapuskan seluruh dosa-dosa yang terdahulu. Patuh kepada Allah Swt berarti
meyakini dimudahkan dari segala urusannya karena dengan puasa secara tidak
langsung kita dituntun untuk bertakwa, yaitu mengerjakan segala perintahnya
dan menjauhi larangannya. Sebagaimana yang terdapat pada surat Al-Baqarah:
183, yang berbunyi ;"Hai orang-orang yang beriman diwajibkan bagi kamu
untuk berpuasa sebagaimana orang-orang sebelum kamu, supaya kamu
bertakwa".
2. Berpuasa juga merupakan sarana untuk melatih diri dalam berbagai
masalah seperti jihad nafsi, melawan gangguan setan, bersabar atas malapetaka
yang menimpa. Bila mencium aroma masakan yang mengundang nafsu atau
melihat air segar yang menggiurkan kita harus menahan diri sampai waktu
berbuka. Kita juga diajarkan untuk memegang teguh amanah Allah swt, lahir
dan batin, karena tiada seorangpun yang sanggup mengawasi kita kecuali Ilahi
Rabbi.
Adapun puasa melatih menahan dari berbagai gemerlapnya surga duniawi,
mengajarkan sifat sabar dalam menghadapi segalaa sesuatu, mengarahkan cara
berfikir sehat serta menajamkan pikiran (cerdas) karena secara otomatis
mengistirahatkan roda perjalanan anggota tubuh. Lukman berwasiat kepada
anaknya :"Wahai anakku, apabila lambung penuh, otak akan diam maka
seluruh anggota badan akan malas beribadah".
3. Dengan puasa kita diajarkan untuk hidup teratur, karena menuntun
kapan waktu buat menentukan waktu menghidangkan sahur dan berbuka.
Bahwa berpuasa hanya dirasakan oleh umat Islam dari munculnya warna
kemerah-merahan di ufuk timur hingga lenyapnya di sebelah barat. Seluruh
3

umat muslim sahur dan berbuka pada waktu yang telah ditentukan karena
agama dan Tuhan yang satu.
4. Begitupun juga menumbuhkan bagi setiap individu rasa persaudaraan
serta menimbulkan perasaan untuk saling menolong antar sesama. Saling
membahu dalam menghadapi rasa lapar, dahaga dan sakit. Disamping itu
mengistirahatkan lambung agar terlepas dari bahaya penyakit menular
misalnya. Rasulullah Saw bersabda, "Berpuasalah kamu supaya sehat".
Seorang tabib Arab yang terkenal pada zamannya yaitu Harist bin Kaldah
mengatakan bahwa lambung merupakan sumber timbulnya penyakit dan
sumber obat penyembuh".
Tiada diragukan kita dapati jihad nafsi, menyelamatkan dari segala aroma
keduniaan dalam menahan hawa nafsu. Seperti yang dikatakan Rasulullah
Saw,:
"Wahai pemuda/i, barang siapa yang telah memenuhi bekal, bersegeralah
kawin, sesungguhnya itu dapat menahan dari penglihatan dan menjaga
kemaluan. Dan barang siapa belum memenuhi maka berpuasalah,
sesungguhnya itu adalah penangkalnya".

C. Dasar/ Dalil tentang Puasa
Hukum puasa fardluAin atau tiap-tiap mukallad (baligh dan berakal). Dasar
Hukumnya adalah firman Allah:



Hay orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertaqwa. (Yaitu) dalam beberapa hari tertentu (Q.S Al Baqarah: 183-184)

4

[Surah Al-Baqarah, Ayat : 183]

Dan berdasarkan kepada firman Allah Taala :


Maksudnya : Oleh itu, sesiapa dari antara kamu yang menyaksikan anak
bulan Ramadan (atau mengetahuinya), maka hendaklah dia berpuasa bulan
itu.Oleh itu, sesiapa dari antara kamu yang menyaksikan anak bulan
Ramadan (atau mengetahuinya), maka hendaklah dia berpuasa bulan
itu.

[Surah Al-Baqarah, Ayat : 185]


Di dalam hadis pula disebut , Islam itu terbina di atas lima
perkara dan salah satu daripadanya ialah puasa pada bulan Ramadhan .
Oleh sebab itu telah bersepakat Ulama mengatakan puasa itu
hukumnya wajib keatas orang islam yang sudah akil baligh ( cukup
umur) dan berkuasa . Ia tidak diwajibkan kepada orang kafir atau
orang gila atau kanak-kanak yang belum baligh, tetapi hendaklah
dilatih untuk membiasakan diri mereka dengan puasa.
Puasa ada 2 macam, yaitu puasa wajib dan puasa sunnah.
Puasa wajib adalah puasa yang wajib dijalankan sebulan penuh pada
bulan Ramadhan, yang merupakan salah satu dari rukun islam. Puasa
yang dikategorikan wajib adalah puasa nadzar.
Sedangkan puasa sunnat ialah puasa yang dianjurkan atau sering
diamalkan oleh Nabi Muhammad SAW.





5

D. Kapan diwajibkan Ibadah Puasa
Penerapan waktu puasa Ramadhan dengan Hisab.

Puasa Ramadhan itu terkadang 30 hari dan bisa juga 29 hari. Untuk
menetapkannya ada 2 cara, yaitu Hisab dan Ruyat. Ilmu yang mendukung
pelaksanaan penetapan ilmu ini adalah ilmu falak, ilmu astronomi dan
kelengkapan teknologi moderen seperti planatorium dan teleskop.
A. Penetapan secara Hisab
Hisab artinya menghitung, yakni menentukan mulai hari puasa Ramadhan.
Penetapan awal Ramadhan dengan penghitungan ahli hisab ini dengan
syarat:
1. Apabila bulan tidak terlihat, maka bulan Syaban disempurnakan 30
hari.
2. Yang melakukan hisab itu ahli dalam bidang tersebut.
B. Penetapan dengan cara ruyat
Ruyat artinya penglihatan, yakni melihat bulan pada awal Ramadhan
setelah terbenamnya matahari pada tanggal 29 ahir bln Syaban. Dengan
pelaksanaannya perlu didukung oleh fasilitas yang memadai. Bahkan
menurut para ulama syarat untuk meyakinkan kebenaran melihat bulan perlu
saksi minimal 2 orang.

Penjelasan 2 metode utama yang digunakan di Indonesia untuk menentukan
awal bulan suci Ramadhan yaitu hisab dan rukyat yang yang digunakan umat Islam
dalam menentukan penanggalan Hijriyah. Keduanya dihitung berdasarkan peredaran
bulan yang mendasari sistem kalender Hijriyah. Metode hisab adalah
metode berdasarkan perhitungan ilmu pasti, yaitu rangkuman pencatatan perputaran
bulan dari hasil penglihatan peredaran bulan selama bertahun-tahun. Metode ini biasa
digunakan oleh kalangan ulama Muhamadiyah. Sementara metode yang biasanya
dipakai oleh kalangan ulama NU adalah metode rukyatul hilal,
yaitu metode pendinderaan secara langsung. Alat yang digunakan dalam metode
rukyat biasanya berupa teleskop pipa berdiameter 2 centimeter yang diarahkan ke
sudut perkiraan bulan sabit muda.
6

Dalam menentukan tanggal 1 Ramadhan, Rasulullah SAW memberikan konsep
dengan sabdanya:
Berpuasalah kamu sewaktu bulan terlihat (di bulan Ramadhan) dan berbukalah
kamu sewaktu bulan terlihat (di bulan Syawal). Maka jika ada yang menghalangi
(mendung) sehingga bulan tidak terlihat, hendaklah kamu sempurnakan bulan
Syaban 30 hari. (HR Al Bukhari).
Hadits ini tentu saja memakai hitungan (hisab). Hanya saja apa yang sudah
diperhitungkan, dibuktikan dahulu hitungannya itu, adakah sudah sesuai dengan
realita, yaitu bulan bisa dilihat atau memang belum bisa dilihat karena ada penghalang
atau barangkali terjadi pergeseran tata surya khususnya bulan sehingga posisinya di
luar perhitungan manusia, karena siapa tahu Allah SWT telah menggerser rotasi tata
surya yang sudah berjalan selama ini. Atau barangkali salah hitung karena manusia
tempat salah dan lupa. Kalau memang tidak bisa dibuktikan, maka genapkan hitungan
bulan Syaban menjadi 30 hari.
Hadits di atas didukung pula oleh beberapa hadits lainnya antara lain hadits riwayat
Abu Dawud, riwayat 5 ahli hadits, dan Darul Quthni. Dan cara ruyah di atas itulah
yang digunakan Rasul selama beliau menjalankan kewajiban puasa Ramadhan sejak
disyariatkan hingga wafatnya.
Selanjutnya, sebuah hadits dari Ibnu Umar RA bahwasannya Raslullah SAW
bersabda:
Apabila kamu melihat bulan (di bulan Ramadhan), maka berpuasalah; dan apabila
kamu melhat bulan (di bulan Syawal) maka berbukalah. Maka jika tertutup mendung
antara dirimu dan tempat bulan maka perkirakanlah bulan itu. (HR. Bukhari,
Muslim, Nasai dan Ibnu Majah).
Menurut sebagian ulama, antara lain Ibnu Syuraidi Mutarrif dan Ibnu
Qutaibah, bahwa yang dimaksud dengan kira-kira disini adalah dihitung menurut ilmu
falaq (ilmu bintang).
7

Perbedaan hasil penentuan awal puasa bulan Ramadhan maupun lebaran di
bulan Syawal tergantung pada berbagai faktor mulai lokasi tempat pengamatan, alat
dan metode yang diguakan serta faktor cuaca. Wilayah Indonesia terbentang dari
Sabang sampai Merauke, maka dari itulah tak heran jika terjadi perbedaan penentuan
waktu jatuhnya tanggal 1 Ramadhan. Tetapi hal ini kembali lagi pada keyakinan
masing-masing dari pemeluk agama Islam yang akan menjalankan ibadah Puasa.

E. Hukum Puasa
1. Wajib
Yaitu puasa pada bulan Ramadhan tiap-tiap tahun, puasa nadza dan puasa
kifarat.
2. Sunnah
yaitu puasa yang dianjurkan oleh Nabi, seperti puasa setiap hari senin dan
kamis, tiap tanggal 13,14 dan 15 pada tiap bulan Hijriyah, puasa pada
tanggal 9 Dzulhijjah dan sebagainya.
3. Makruh
yakni puasa seperti pada hari syak (ragu2) (yaitu tanggal 29 dan 30
Syaban)
4. Haram
Yaitu puasa yang dilaksanakan pada dua hari Raya yaitu Hari Raya Idul
Fithri dan Idul Adha dan 3 hari Tasyriq (tanggal 11,12 dan 13
Dzulhijjah.
Al-Quran Surah Al-Baqarah ayat 183, yang artinya berbunyi sebagai
berikut :
Wahai orang-orang yang beriman Diwajibkan atas kamu
berpuasa,sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa . (Q.S. al-Baqarah/2:183)
Dari arti di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Orang islam diwajibkan berpuasa.
b. Umat sebelum Nabi Muhammad saw. Juga diwajibkan puasa ,hanya
aturannya yang berbeda.
8

c. Tujuan diwajibkan berpuasa agar menjadi orang yang takwa .

Hadis Riwayat al-Bukhari nomor 7, yang artinya berbunyi sebagai berikut :
Islam itu dibangun di atas lima fondasi, yaitu bahwa tiada Tuhan selain
Allah, dan Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan salat, menunaikan
zakat, puasa pada bulan Ramadan, dan melaksanakan ibadah haji bagi
orang-orang yang mampu. (H.R.al-Bukhari: 7)
Hukum Berpuasa :
Wajib ke atas Setiap Muslim yang telah Baligh, Berakal dan Mampu
berpuasa.

Hukum Puasa Ramadhan
Berdasarkan Surah al-Baqarah (2) ayat 183-185, juga hadist di atas semua
umat Islam sepakat bahwa puasa ramadhan adalah salah satu rukun Islam.
Barangsiapa yang menginkarinya, ia kafir. Barangsiapa mempercayainya tetapi
tidak mengerjakan bukan karena alasan syari ia berdosa besar.














9

BAB III
KESIMPULAN

Puasa menurut bahasa berarti menahan diri dari melakukan sesuatu perbuatan.
Menurut istilah berarti menahan diri dari segala yang membatalkan puasa sejak terbit
fajar sampai terbenam matahari dengan disertai niat dan beberapa syarat.
Puasa Ramadan ialah puasa wajib yang dikerjakan di bulan Ramadan selama satu
bulan penuh . Hukumnya farduain atas tiap-tiap mukalaf ( balig dan berakal ) .
Orang yang di wajibkan melaksanakan ibadah puasa ialah apabila memenuhi syarat
,yaitu :
a. Islam
b. Mumayiz
c. Suci dari haid dan nifas
d. Dalam waktu yang di perbolehkan berpuasa.
Perintah puasa bukanlah untuk memberatkan kaum muslimin . Oleh karena itu, ada
ruksah (dispensasi ) bagi orang yang uzur sedang menghadapi keadaan tertentu .
Setiap tahun di bulan suci Ramadan Allah swt.memberikan kesempatan kepada umat
islam untuk menambah amal ibadahnya serta menebus dosa nya .

Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa puasa mempunyai manfaat-manfaat
yang tidak bisa kita ukur. Karenanya bersyukurlah orang-orang yang dapat
mengerjakan puasa. Sebagaimana Kamal bin Hammam berkata, "Puasa adalah rukun
Islam. di syariatkan Allah Swt karena keistimewaan dan manfaatnya seperti:
ketenangan jiwa dari menahan hawa nafsu, menolong dan menimbulkan sifat
menyayangi orang miskin, persamaan derajat baik itu faqir atau kaya



10


Daftar Pustaka
BUKU AGAMA ISLAM 1, PENERBIT : PT TIGA SERANGKAI PUSTAKA
MANDIRI .
BUKU AGAMA ISLAM 2, PENERBIT : YUDHISTIRA .

Anda mungkin juga menyukai