Anda di halaman 1dari 58

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PADA KELUARGA Tn.

W DENGAN
KELUHAN UTAMA REMATIK DI DESA KOLAM KANAN KECAMATAN
WANARAYA KABUPATEN BARITO KUALA

DISUSUN OLEH :
Riyan

Reza

15149011283

Pratama ,S.Kep

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


PROGRAM PROFESI NERS A
BANJARMASIN, 2016

LAPORAN PENDAHULUAN
1.1

Konsep Lansia
1.1.1

Pengertian Lansia
Masa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara 65-75
tahun (Potter & Perry, 2005). Lansia (Lanjut Usia) adalah fase
menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang di mulai dengan
adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di ketahui,
ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan
reproduksi dan melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah,
seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki
selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusia yang
normal, siapa orangnya, tentu telah siap menerima keadaan baru
dalam setiap fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan
kondisi lingkunganya (Darmojo, 2004 dalam Psychologymania,
2013).

1.1.2

Proses Menua
Proses Menua merupakan suatu yang fisiologis, yang akan di alami
oleh setiap orang. Lansia atau lanjut usia adalah seseorang yang
mencapai usia 60 tahun ke atas ( UU No. 13. Tahun 1998, BAB I
Pasal 1 ayat 2).
Proses menua merupakan suatu proses yang wajar, bersifat alami
dan pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai umur
panjang. Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan

kemampuan

jaringan

untuk

memperbaiki

diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga


tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan
yang diderita (Nugroho, 2000).

Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku


yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat
mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu
(Stanley and Patricia, 2006)
1.1.3

Teori-Teori Proses Penuaan


Teori-teori yang menjelaskan bagaimana dan mengapa proses
menua itu terjadi biasanya dikelompokkan dalam dua kelompok
besar, yaitu teori biologis (fisiologis) dan psikologis (Stanley,
2006).
1.1.3.1 Teori Biologis
a. Teori Genetika
Menurut teori ini menua terjadi sebagai akibat dari
perubahan biokimia yang diprogam oleh molekulmolekul/DNA dan setiap sel pada saatnya akan
mengalami mutasi.
b. Teori Wear and Tear
Teori wear and tear (dipakai dan rusak) mengusulkan
bahwa akumulasi sampah metabolik atau zat nutrisi
dapat merusak sintesis DNA, sehingga mendorong
malfungsi organ tubuh. Radikal bebas adalah contoh
dari produk sampah metabolisme yang menyebabkan
kerusakan ketika akumulasi terjadi.
c. Teori Imunitas
Teori imunitas menggambarkan suatu kemunduran
dalam sistem imun yang berhubungan dengan penuaan.
Ketika orang bertambah tua, proses metabolisme tubuh
mengalami perubahan dan mengeluarkan zat tertentu
yang tidak dapat diterima oleh jaringan tubuh lainnya.
Hal ini yang menyebabkan pertahanan mereka terhadap
organisme asing mengalami penurunan

d. Teori Neuroendokrin
Para ahli mengemukakan bahwa penuaan terjadi oleh
karena adanya suatu perlambatan dalam sekresi hormon
tertentu yang mempunyai suatu dampak pada reaksi
yang diatur oleh sistem saraf.
e. Riwayat Lingkungan
Menurut teori ini, faktor-faktor di dalam lingkungan
misalnya karsinogen, cahaya matahari, trauma dan
infeksi dapat membawa perubahan dalam proses
penuaan. Walaupun dampak dari lingkungan diketahui
dapat mempercepat penuaan, namun dampak tersebut
merupakan dampak sekunder dan bukan faktor utama
dalam penuaan.
1.1.3.2 Teori Sosial
a. Teori Aktifitas
Lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan
ikut banyak dalam kegiatan social
b. Teori Pembebasan
Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur
angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya.
Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia
menurun, baik secara kwalitas maupun kwantitas.
Sehingga terjadi kehilangan ganda yakni :
1. Kehilangan peran
2. Hambatan kontrol social
3. Berkurangnya komitmen
c. Teori Kesinambungan
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam
siklus kehidupan lansia. Dengan demikian pengalaman
hidup

seseorang

pada

usatu

saat

merupakan

gambarannya kelak pada saat ini menjadi lansia.

Pokok-pokok dari teori kesinambungan adalah :


1. Lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau
harus aktif dalam proses penuaan, akan tetapi
didasarkan pada pengalamannya di masa lalu, dipilih
peran

apa

yang

harus

dipertahankan

atau

dihilangkan
2. Peran lansia yang hilang tak perlu diganti
3. Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai cara
adaptasi.
d. Teori Interaksi Sosial (Social Exchange Theory).
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia
bertindak pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar
hal-hal yang dihargai masyarakat. Mauss

(1954),

Homans (1961) dan Blau (1964) mengemukakan


bahwa

interaksi

sosial

didasarkan

atas

hukum

pertukaran barang dan jasa, sedangkan pakar lain


Simmons (1945) mengemukakan bahwa kemampuan
lansia untuk terus menjalin interaksi sosial merupakan
kunci untuk mempertahankan status sosialnya untuk
melakukan tukar menukar.
Pokok-pokok Social Exchanger Theory sebagai berikut:
1. Masyarakat terdiri atas aktor-aktor sosial yang
berupaya mencapai tujuannya masing-masing.
2. Dalam upaya tersebut terjadi interaksi sosial yang
memerlukan biaya dan waktu.
3. Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai seorang
aktor akan mengeluarkan biaya.
4. Aktor senantiasa berusaha mencari keuntungan dan
mencegah terjadinya kerugian.
5. Hanya

interaksi

yang

dipertahankan olehnya.

ekonomis

saja

yang

e. Teori Penarikan Diri (Disengagament Theory)


Cumming dan Henry ( 1961) mengemukakan bahwa
kemiskinan yang diderita lansia dan menurunnya
derajat kesehatan mengakibatkan seseorang lansia
secara perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan
sekitarnya. Selain hal tersebut, dari pihak masyarakat
juga mempersiapkan kondisi agar para lansia menarik
diri. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lansia
menurun baik secara kualitas maupun secara kuantitas.
Pokok-pokok disenggagement theory adalah :
1. Pada pria, kehilangan peran utama hidup terjadi
pada masa pensiun. Pada wanita terjadi pada masa
peran dalam keluarga berkurang misalnya saat anak
menginjak

dewasa

dan

meninggalkan

rumah

untukbelajar dan menikah.


2. Lansia danmasyarakat menarik manfaat dari hal ini,
karena lansia dapat merasakan bahwa tekanan sosial
berkurang sedangkan kaum muda memperoleh kerja
yang lebih luas.
3. Tiga aspek utama dalam teori ini adalah :
a)Proses menarik diri terjadi sepanjang hidup
b)Proses tak dapat dihindari
c) Hal ini diterima lansia dan masyarakat
f. Teori Aktivitas (Activity theory)
Teori ini dikembangkan oleh Palmore (1965) dan
Lemon et al. (1972) yang mengatakan bahwa penuaan
yang

sukses

tergantung

dari

bagaimana

lansia

merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas dan


mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin.

Pokok-pokok teori aktivitas adalah :


1. Moral dan kepuasan berkaitan dengan interaksi
sosial dan keterlibatan sepenuhnya dari lansia di
masyarakat.
2. Kehilangan peran akan menghilangkan kepuasan
seorang lansia.
g. Teori Perkembangan (Development Theory)
Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa
yang telah dialami oleh lansia pada saat muda hingga
dewasa, dengan demikian perlu dipahami teori Freud,
Buhler, Jung dan Erikson. Sigmund Freud meneliti
tentang psikoanalisa dan perubahan psikososial anak
dan balita . Erikson (1930) membagi kehidupan
menjadi 8 fase dan lansia perlu menemukan integritas
diri melawan keputusasaan (ego integrity versus
despair).
Havighurst dan Duvall menguraikan tujuh jenis tugas
perkembangan (development tasks) selama hidup yang
harus dilaksanakan oleh lansia yaitu ;
1. Penyesuaian terhadap penurunan fisik dan psikis
2. Penyesuaian

terhadap

pensiun

dan

penurunan

pendapatan
3. Menemukan makna kehidupan
4. Mempertahankan

pengaturan

hidup

yang

memuaskan
5. Menemukan kepuasan dalam hidup berkeluarga
6. Penyesuaian diri terhadap kenyataan akan meninggal
dunia
7. Menerima dirinya sebagai calon lansia
Joan Birchenall RN, Med dan Mary E Streight RN
(1973) menekankan perlunya mempelajari psikologi

perkembangan guna mengerti perubahan emosi dan


sosial seseorang selama fase kehidupannya.
Pokok-pokok dalam development theory adalah :
1. Masa tua merupakan saat lansia merumuskan
seluruh masa kehidupannya
2. Masa tua merupakan masa penyesuaian diri terhadap
kenyataan sosial yang baru yaitu pensiun dan atau
menduda atau menjanda.
3. Lansia harus menyesuaaikan diri akibat perannya
yang berakhir dalam keluarga, kehilangan identitas
dan hubungan sosialnya akibat pensiun, ditinggal
mati oleh pasangan hidup dan teman-temannya.
h. Teori Stratifikasi Usia (Age Stratification Theory)
Wiley (1971), menyusun stratifikasi lansia berdasarkan
usia kronologis yang menggambarkan serta membentuk
adanya perbedaan kapasitas peran, kewajiban, serta hak
mereka berdasarkan usia. Dua elemen penting dari
model stratifikasi usia tersebut adalah struktur dan
prosesnya.
Pokok-pokok dari teori ini adalah :
1. Arti usia dan posisi kelompok usia bagi masyarakat
2. Terdapatnya transisi yang dialami oleh kelompok
3. Terdapatnya mekanisme pengalokasian peran di
antara penduduk.
1.1.3.3 Teori Psikologis
a. Teori Kepribadian
Teori

kepribadian

menyebutkan

aspek-aspek

pertumbuhan psikologis tanpa menggambarkan harapan


atau tugas spesifik lansia. Teori ini menyatakan bahwa

perubahan yang terjadi pada lansia sangat dipengaruhi


oleh tipe personality yang dimilikinya
b. Teori Tugas Perkembangan
Hasil penelitian Erickson menguraikan bahwa tugas
perkembangan adalah aktivitas dan tantangan yang
harus dipenuhi oleh seseorang pada tahap-tahap
spesifik dalam hidupnya untuk mencapai penuaan yang
sukses. Erickson menguraikan tugas utama lansia
adalah mampu melihat kehidupan seseorang sebagai
kehidupan yang dijalani dengan integrita.
c. Teori Disengagement
Teori disengagement (teori pemutusan hubungan)
menggambarkan proses penarikan diri oleh lansia dari
peran bermasyarakat dan tanggung jawabnya.
d. Teori Aktivitas
Teori ini berpendapat bahwa jalan menuju penuaan
yang sukses adalah dengan cara tetap aktif. Pentingnya
tetap aktif secara sosial sebagai alat untuk penyesuaian
diri yang sehat untuk lansia.
e. Teori Kontinuitas
Teori ini juga dikenal dengan teori perkembangan.
Teori ini menekankan pada kemampuan koping
individu sebelumnya dan kepribadian sebagai dasar
untuk memprediksi bagaimana seseorang akan dapat
menyesuaikan diri terhadap perubahan akibat penuaan.
1.1.4

Tugas Perkembangan Lansia


Menurut Patricia Gonce Morton dkk, 2011 tugas perkembangan
keluarga yaitu:
1) Memutuskan dimana dan bagaimana akan menjalani hidup
selama sisa umurnya.

2) Memelihara hubungan yang suportif, intim dan memuaskan


dengan pasangan hidupnya, keluarga, dan teman.
3) Memelihara lingkungan rumah yang adekuat dan memuaskan
terkait dengan status kesehatan dan ekonomi
4) Menyiapkan pendapatan yang memadai
5) Memelihara tingkat kesehatan yang maksimal
6) Mendapatkan

perawatan

kesehatan

dan

gigi

yang

komprehensif
7) Memelihara kebersihan diri
8) Menjaga komunikasi dan kontak yang adekuat dengan
keluarga dan teman
9) Memelihara keterlibatan social, sipil dan politisi
10) Memulai hobi baru (selain kegiatan sebelumnya) yang
meningkatkan status
11) Mengakui dan merasakan bahwa ia dibutuhkan
12) Menemukan arti hidup setelah pension dan saat menghadapi
penyakit diri dan pasangan hidup dan kematian pasangan hidup
dan orang yang disayangi; menyesuaikan diri dengan orang
yang disayangi
13) Membangun filosofi hidup yang bermakna dan menemukan
kenyamanan dalam filosofi atau agama
1.1.5

Batasan Lanjut Usia


Menurut

Organisasi

Kesehatan

Dunia

WHO

dalam

Psychologymania, 2013 batasan lanjut usia meliputi :


1) Usia pertengahan (middle age) adalah kolompok usia 45-59
tahun.
2) Lanjut usia (elderly) antara usia 60-74 tahun.
3) Lanjut usia tua (old) antara 75-90 tahun.
4) Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun

1.1.6 Patway Proses Menua


Proses menua

Fase 1 subklinik

Fase 2 transisi

Fase 3 klinik

Usia 25-35 penurunan hormon testoteron,


Usia 35-45,
Usia
growt
45
penurunan
hormon
produksi hormon
hormon sudah
25
berkurang hingga akh
Penurunan hormon 25

Polusi udara, diet yang tak sehat dan stress

Peningkatan radikal

Kerusakan sel-sel DNA (sel-sel tubuh)

uh mulai terganggu spti:penglihatan menurun,rambut beruban, stamina&energi berkurang,wanita (

Penyakit degeneratif (DM,osteoporosis,hipertensi,penyakit jantung koroner

1.1.7 Tanda dan Gejala


Tanda dan Gejala menurut Patricia Gonce Morton dkk, 2011 yaitu:
1.1.7.1 Perubahan Organik
a. Jumlah jaringan ikat dan kolagen meningkat.

b. Unsur seluler pada sistem saraf, otot, dan organ vital


lainnya menghilang.
c. Jumlah sel yang berfungsi normal menurun
d. Jumlah lemak meningkat.
e. Penggunaan oksigen menurun.
f. Selama istirahat, jumlah darah yang dipompakan
menurun.
g. Jumlah udara yang diekspirasi paru lebih sedikit.
h. Ekskresi hormon menurun.
i. Aktivitas sensorik dan persepsi menurun
j. Penyerapan lemak, protein, dan karbohidrat menurun.
k. Lumen arteri menebal
1.1.7.2 Sistem Persarafan
Tanda:
a. Penurunan jumlah neuron dan peningkatan ukuran dan
jumlah sel neuroglial.
b. Penurunan syaraf dan serabut syaraf.
c. Atrofi otak dan peningkatan ruang mati dalam kranim
d. Penebalan leptomeninges di medulla spinalis.
Gejala:
a. Peningkatan

risiko

masalah

neurologis;

cedera

serebrovaskuler, parkinsonisme.
b. Konduksi serabut saraf melintasi sinaps makin lambat
c. Penurunan ingatan jangka-pendek derajad sedang
d. Gangguan pola gaya berjalan; kaki dilebarkan, langkah
pendek, dan menekukke depan
e. Peningkatan risiko hemoragi sebelum muncul gejala
1.1.7.3 Sistem Pendengaran.
Tanda :
a. Hilangnya neuron auditorius

b. Kehilangan pendengaran dari frekuensi tinggi ke


frekuensi rendah
c. Peningkatan serumen
d. Angiosklerosis telinga
Gejala
a. Penurunan ketajaman pendengaran dan isolasi social
(khususnya, penurunan kemampuan untuk mendengar
konsonan)
b. Sulit mendengar, khususnya bila ada suara latar belakang
yang mengganggu, atau bila percakapan cepat.
c. Impaksi

serumen

dapat

menyebabkan

kehilangan

pendengaran.
1.1.7.4 Sistem Penglihatan
Tanda :
a. Penurunan fungsi sel batang dan sel kerucut
b. Penumpukan pigmen.
c. Penurunan kecepatan gerakan mata.
d. Atrofi otot silier.
e. Peningkatan ukuran lensa dan penguningan lensa
f. Penurunan sekresi air mata.
Gejala :
a. Penurunan ketajaman penglihatan,lapang penglihatan,
dan adaptasi terhadap terang/gelap.
b. Peningkatan

kepekaan

terhadap

cahaya

yang

menyilaukan
c. Peningkatan insiden glaucoma
d. Gangguan persepsi kedalaman dengan peningkatan
kejadian jatuh
e. Kurang dapat membedakan warna biru, hijau,dan violet
f. Peningkatan kekeringandan iritasi mata.

1.1.7.5 Sistem Kardiovaskuler


Tanda :
a. Atrofi serat otot yang melapisi endokardium
b. Aterosklerosis pembuluh darah
c. Peningkatan tekanan darah sistolik.
d. Penurunan komplian ventrikel kiri.
e. Penurunan jumlah sel pacemaker
f. Penurunan kepekaan terhadap baroreseptor.
Gejala:
a. Peningkatan tekanan darah
b. Peningkatan penekanan pada kontraksi atrium dengan
S4 terdengar
c. Peningkatan aritmia
d. Peningkatan resiko hipotensi pada perubahan posisi
e. Menuver valsava dapat menyebabkan penurunan
tekanan darah
f. Penurunan toleransi
1.1.7.6 Sistem Respirasi
Tanda:
a. Penurunan elastisitas jaringan paru.
b. Kalsifikasi dinding dada.
c. Atrofi silia.
d. Penurunan kekuatan otot pernafasan.
e. Penurunan tekanan parsial oksigen arteri (PaO2).
Gejala:
a. Penurunan efisiensi pertukaran ventilasi
b. Peningkatan kerentanan terhadap infeksi dan atelektasis
c. Peningkatan resiko aspirasi
d. Penurunan respons ventilasi terhadap hipoksia dan
hiperkapnia
e. Peningkatan kepekaan terhadap narkotik

1.1.7.7 Sistem Gastrointestinal


Tanda:
a. Penurunan ukuran hati.
b. Penurunan tonus otot pada usus.
c. Pengosongan esophagus makin lambat
d. Penurunan sekresi asam lambung.
e. Atrofi lapisan mukosa
Gejala:
a. Perubahan asupan akibat penurunan nafsu makan
b. Ketidaknyamanan setelah makan karena jalannya
makanan melambat
c. Penurunan penyerapan kalsium dan besi
d. Peningkatan resiko konstipasi, spasme esophagus, dan
penyakit divertikuler
1.1.7.8 Sistem Reproduksi
Tanda:
a. Atrofi dan fibrosis dinding serviks dan uterus
b. Penurunan elastisitas vagina dan lubrikasi
c. Penurunan hormone dan oosit.
d. Involusi jaringan kelenjar mamae.
e. Poliferasi jaringan stroma dan glandular
Gejala :
a. Kekeringan vagina dan rasa terbakar dan nyeri saat
koitus
b. Penurunan volume cairan semina dan kekuatan
ejakulasi
c. Penurunan elevasi testis
d. Hipertrofi prostat
e. Jaringan ikat payudara digantikan dengan jaringan
lemak, sehingga pemeriksaan payudara lebih mudah
dilakukan

1.1.7.9 Sistem Perkemihan


Tanda:
a. Penurunan masa ginjal
b. Tidak ada glomerulus
c. Penurunan jumlah nefron yang berfungsi
d. Perubahan dinding pembuluh darah kecil
e. Penurunan tonus otot kandung kemih
Gejala:
a. Penurunan GFR
b. Penurunan kemampuan penghematan natrium
c. Peningkatan BUN
d. Penurunan aliran darah ginjal
e. Penurunan kapasitas kandung kemih dan peningkatan
urin residual
f. Peningkatan urgensi
1.1.7.10 Sistem Endokrin
Tanda:
a. Penurunan testosterone, hormone pertumbuhan, insulin,
androgen, aldosteron, hormone tiroid
b. Penurunan termoregulasi
c. Penurunan respons demam
d. Peningkatan nodularitas dan fibrosis pada tiroid
e. Penurunan laju metabolic basal
Gejala:
a. Penurunan kemampuan untuk menoleransi stressor
seperti pembedahan
b. Penurunan berkeringat dan menggigil dan pengaturan
suhu
c. Penurunan respons insulin, toleransi glukosa
d. Penurunan kepekaan tubulus ginjal terhadap hormone
antidiuretik

e. Penambahan berat badan


f. Peningkatan insiden penyakit tiroid
1.1.7.11 Sistem Kulit Integumen
Tanda:
a. Hilangnya ketebalan dermis dan epidermis
b. Pendataran papilla
c. Atrofi kelenjar keringat
d. Penurunan vaskularisasi
e. Cross-link kolagen
f. Tidak adanya lemak sub kutan
g. Penurunan melanosit
h. Penurunan poliferasi dan fibroblas
Gejala:
a. Penipisan kulit dan rentan sekali robek
b. Kekeringan dan pruritus
c. Penurunan keringat dan kemampuan mengatur panas
tubuh
d. Peningkatan kerutan dan kelemahan kulit
e. Tidak adanya bantalan lemak yang melindungi tulang
dan menyebabkan timbulnya nyeri
f. Penyembuhan luka makin lama
1.1.7.12 Sistem Muskuloskletal
Tanda:
a. Penurunan massa otot
b. Penurunan aktivitas myosin adenosine tripospat
c. Perburukan dan kekeringan pada kartilago sendi
d. Penurunan massa tulang dan aktivitas osteoblast
Gejala:
a. Penurunan kekuatan otot
b. Penurunan densitas tulang
c. Penurunan tinggi badan

d.

Nyeri dan kekakuan pada sendi

e. Peningkatan risiko fraktur


f. Perubahan cara berjalan dan postur
1.1.8

Pemeriksaan Penunjang
Menurut Stanley dan Patricia, 2011 Pemeriksaan laboatorium rutin
yang perlu diperiksa pada pasien lansia untuk mendeteki dini
gangguan kesehatan yang sering dijumpai pada pasien lansia yang
belum diketahui adanya gangguan / penyakit tertentu (penyakit
degeneratif) yaitu :
1) Pemerikasaan hematologi rutin
2) Urin rutin
3) Glukosa
4) Profil lipid
5) Alkalin pospat
6) Fungsi hati
7) Fungsi ginjal
8) Fungsi tiroid
9) Pemeriksaan feses rutin

1.2

Konsep Asuhan Keperawatan


Perawat mengkaji perubahan pada perkembanga fisiologis, kognitif dan
perilaku sosial pada lansia.
1.2.1

Pengkajian fisik
a. Stratus gizi
IMT = Kg BB
(TB)2

normal laki laki = 18 -25


wanita = 17 23

b. Intake cairan dalam 24 jam


c. Kondisi kulit
d. Kondisi bibir, mukosa mulut, gigi
e. Riwayat pengobatan, alkhohol, zat adiktif lainnya

f. Evaluasi kemampuan penglihatan, pendengaran dan mobilitas


g. Keluhan yang berhubungan dengan nutrisi : gangguan sistem
digestif, nafsu makan, makanan yang disukai dan tidak disukai,
rasa dan aroma.
h. Kebiasaan waktu makan (2 3 X sehari, snak dlll)
1.2.2

Perubahan fisiologis
a. Perubahan fisik penuaan normal yang perlu dikaji :
Sistem
Integumen

Warna kulit

Temuan Normal
Pigmentasi berbintik/bernoda
diarea yang terpajan sinar
matahari,

pucat

meskipun

Kelembaban
Suhu

tidak anemia
Kering, kondisi bersisik
Ektremitas
lebih
dingin,

Tekstur

penurunan perspirasi
Penurunan elastisitas, kerutan,

Distribusi

kondisi berlipat, kendur


Penurunan jumlah lemak pada

lemak

ekstremitas,

Rambut
Kuku
Kepala

jumlah diabdomen
Penipisan rambut
Penurunan laju pertumbuhan
Tulang nasal, wajah menajam,

dan Kepala

leher
Mata

& angular
Penurunan
penglihatan,
adaptasi

Telinga

peningkatan

ketajaman
akomodasi,
dalam

gelap,

sensivitas terhadpa cahaya


Penurunan menbedakan nada,
berkurangnya reflek ringan,

Mulut, faring
Leher
Thorax

dan

pendengaran kurang
Penurunan pengecapan, aropi
papilla ujung lateral lidah
Kelenjar tiroid nodular
Peningkatan
diameter

paru

antero- posterior, peningkatan


rigitas dada, peningkatan RR
dengan penurunan ekspansi
paru, peningkatan resistensi

Sisi jantung &

jalan nafas
Peningkatan

Vaskuler

perubahan DJJ saat istirahat,

sistolik,

nadi perifer mudah dipalpasi,


ekstremitas bawah dingin
Berkurangnnya
jaringan

Payudara

payudara,

kondisi

Sistem

menggantung dan mengendur


Penurunan sekresi keljar

pencernaan

saliva,

Sistem

Wanita

digestif, konstppasi
Penurunan estrogen, ukuran

Pria

uterus, atropi vagina


Penurunan testosteron, jumlah

reproduksi

peristatik,

enzim

Sistem

sperma, testis
Penurunan
filtrasi

perkemihan

nokturia, penurunan kapasitas


kandung
Wanita

inkontenensia
Inkontenensia

renal,
kemih,

urgensi

&

stress, penurunan tonus otot


Pria

perineal
Sering berkemih dan retensi

Sistem

urine
Penurunan masa & kekuatan

muskoloskleta

otot, demineralisasi tulang,

pemendekan

fosa

karena

penyempitan

rongga

intravertebral,

penurunan

mobilitas sendi, rentang gerak

Sistem

Penurunan

Neurologis

penurunan

laju

reflek,

kemampuan

berespon terhadap stimulus


ganda, insomia, periode tidur
singkat
b. Pengkajian status fungsional :
Pengkajian status fungsional adalah suatu pengukuran kemampuan
seseorang untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari hari
secara mandiri.Indeks Katz adalah alat yang secara luas digunakan
untuk menentukan hasil tindakan dan prognosis pada lansia dan
penyakit kronis. Format ini menggambarkan tingkat fungsional
klien dan mengukur efek tindakan yang diharapkan untuk
memperbaiki fungsi. Indeks ini merentang kekuatan pelaksanaan
dalam 6 fungsi : mandi, berpakaian, toileting, berpindah, kontinen
dan makan.
c. Tingkat Kemandirian Lansia :
A : kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar
mandi, berpakaian dan mandi
B : kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari hari,
kecuali satu dari fungsi tambahan
C : kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari hari,
kecuali mandi dan satu fungsi tambahan
D : kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari hari,
kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan
E : kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari hari,
kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi
tambahan
F : kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari hari,
kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil

G : Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut


d. Perubahan Kognitif
Kebanyakan trauma psikologis dan emosi pada masa lanisa
muncul akibat kesalahan konsep karena lansia mengalami
kerusakan kognitif. Akan tetapi perubahan struktur dan fisiologi
yang terjadi pada otak selama penuaan tidak mempengaruhi
kemampuan adaptif & fungsi secara nyata (ebersole &hess, 1994)
Pengkajian status kognitif :
1. SPMSQ (short portable mental status quetionnaire) Digunakan
untuk mendeteksi adanya dan tingkat kerusakan intelektual
terdiri dari 10 hal yang menilai orientasi, memori dalam
hubungan dengan kemampuan perawatan diri, memori jauh
dan kemamkuan matematis.
2. MMSE (mini mental state exam) Menguji aspek kognitif dari
fungsi mental, orientasi, registrasi,perhatian dank kalkulasi,
mengingat kembali dan bahasa. Nilai kemungkinan paliong
tinggi adalaha 30, dengan nialu 21 atau kurang biasanya
indikasi

adanya

kerusakan

kognitif

yang

memerlukan

penyelidikan leboh lanjut.


3. Inventaris Depresi Bec Berisi 13 hal yang menggambarkan
berbagai gejal dan sikap yang behubungan dengan depresi.
Setiap hal direntang dengan menggunakan skala 4 poin untuk
menandakan intensitas gejala
e. Perubahan psikososial
Lansia harus beradaptasi pada perubahan psikososial yang terjadi
pada penuaan. Meskipun perubahan tersebut bervariasi, tetapi
beberapa perubahan biasa terjadi pada mayoritas lansia.
1. Pengkajian Sosial
Hubungan lansia dengan keluarga memerankan peran sentral
pada seluruh tingkat kesehatan dan kesejahteraan lansia. Alat

skrining singkat yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi


social lansia adalah APGAR Keluarga. Instrument disesuaikan
untuk digunakan pada klien yang mempunyai hubungan social
lebih intim dengan teman-temannya atau dengan keluarga.
Nilai < 3 menandakan disfungsi keluarga sangat tinggi, nilai
4 6 disfungsi keluarga sedang.
A : Adaptation
P : Partnership
G :Growth
A :Affection
R : Resolve
2. Keamanan Rumah Perawat wajib mengobservasi lingkungan
rumah lansia untuk menjamin tidak adanya bahaya yang akan
menempatkan lansia pada resiko cidera. Faktor lingkungan
yang harus diperhatikan :
a) Penerangan adekuat di tangga, jalan masuk & pada malam
hari
b) Jalan bersih
c) Pengaturan dapur dan kamar mandi tepat
d) Alas kaki stabil dan anti slip
e) Kain anti licin atau keset
f) Pegangan kokoh pada tangga / kamar mandi
1.2.3

Patofisiologi Masalah Keperawatan

1.2.4

Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d asupan nutrisi
yang tidak adekuat akibat anoreksia.
2. Resiko tinggi infeksi b.d penurunan asupan kalori dan protein
3. Kerusakan mobilitas fisik b/d deformitas skleletal,, nyeri,
intoleransi aktifitas.
4. Nyeri b. d proses inflamasi, destruksi sendi.
5. Resiko cedera (dislokasi sendi) b.d otot hilang kekuatannya,
rasa nyeri sendi.

1.2.5

Rencana Asuhan Keperawatan


1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d asupan nutris
kurang adekuat akibat anoreksia
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara adekuat
Kriteria :

a. Meningkatkan masukan oral


b. Menunjukkan peningkatan BB
Intervensi
Rasional
a. Buat tujuan BB ideal dan a. Nutrisi yang adekuat
kebutuhan nutrisi harian

menghindari

yang adekuat

malnutrisi

b. Timbang setiap hari ,

BB

laboratorium

nutrisi
pentingnya

nutrisi yang adekuat


d. Ajarkan

penyedap

rasa (seperti bumbu)


makan

bersama

orang lain
f. Pertahankan

pemahaman
benar

memotivasi
untuk

akan
klien

masukan

d. Aroma yang enak akan


membangkitkan selera
makan

kebersihan

e. Dengan

makan

mulut yang baik (sikat

bersama sama secara

gigi) sebelum dan sesudah

psikologis

mengunyah makanan

meningkatakan selera

g. Anjurkan makan dengan


porsi

yang

kecil

tapi

sering
yang

makan
f. Situasi
bersih

h. Instruksikan

individu
mengalami

penurunan nafsu makan


untuk :
Makan-makan

mulut

yang

meningkatkan

kenyamanan
g. Mengurangi perasaan
tegang pada lambung
h. Meningkatkan asupan

kering

saat bangun tidur

c. Dengan

masukan

nutrinya

e. Beri dorongan individu


untuk

dan

yang

individu

menggunakan

b. Deteksi dini perubahan

pantau hasil pemeriksaan


c. Jelaskan

adanya

Hindari makanan yang

makanan

terlalu

manis,

berminyak

Minum

sedikit-sdikit

melalui sedotan

Makan kapan saja bila


dapat toleransi

Makan

dalam

porsi

kecil rendah lemak dan


makan sering
2. Resiko tinggi infeksi b/d penurunan asupan kalori dan protein
Tujuan : Klien akan memperlihatkan kemampuan terhindar
dari tanda-tanda infeksi
Kriteria : tanda-tanda peradangan tidak ditemukan : panas,
bengkak, nyeri, merah,gangguan fungsi
Intervensi
Rasional
a. Kaji tanda-tanda radang a. Mendeteksi dini untuk
umum secara teratur

mencegah

terjadinya

radang
b. Ajarkan tentang perlunya b. Mencegah

terjadinya

menjaga kebersihan diri

infeksi

dan lingkungan

akibatlingkungan

dan

kebersihan

diri

c. Tingkatkan

kemampuan

asupan nutris TKTP


d. Perhatikan

yangkurang sehat

penggunaan c. Meningkatkan

kadar

obat-obat jangka panjang

protein

yang dapat menyebabkan

sehingga

imunosupresi

meningkatkankemampu
an

dalamtubuh

kekebalan

dalam

tubuh
d. Menurunkan

resiko

terjadinya infeksi
3. Kerusakan mobilitas fisik b.d deformitas skeletal, nyeri
Tujuan : klien dapat mobilisasi dengan adekuat
Kriteria

Mendemontrasikan

tehnik/perilaku

yang

memungkinkan melakukan aktifitas


Intervensi
Rasional
a. Evaluasi
pemantauan a. Tingkat
tingkat

inflamasi/rasa

sakit
b. Bantu

tergantung

dari

perkembangan /resolusi
dengan

rentang

gerak aktif/pasif
c. Ubah

aktifitas

posisi

dari proses inflamasi


b. Mempertahankan

dengan

sering dengan personal


cukup

fungsi sendi, kekuatan


otot
c. Menghilangkan tekanan

d. Berikan lingkungan yang


nyaman misaal alat bantu

pada

jaringan

dan

meningkatkan sirkulasi
d. Menghindari cedera

4. Nyeri ( akut/kronis) b.d proses inflamasi, destruksi sendi


Tujuan : Menunjukkan nyeri berkurang/hilang
Kriteria : terlihat rileks , dapat tidur dan berpartisipasi dala
aktifitas
Intervensi
Rasional
a. Kaji keluhan nyeri, catat a. Membantu
lokasi
intensitas.

nyeri
Catat

dan
faktor

menentukan
managemen nyeri

yang mempercepat tanda b. Pada

penyakit

tanda nyeri

baring

b. Biarkan klien mengambil


posisi yang nyaman pada

dalam

tirah

diperlukan

berat
sangat
untuk

membatasi nyeri

waktu istirahat ataupun c. Panas

meningkatkan

tidur

relaksasi

otot

dan

c. Anjurkan klien mandi air

mobilitas, menurunkan

hangat , sediakan waslap

rasa sakit dan kekakuan

untuk kompres sendi

sendi.

d. Berikan masase lembut


e. Kolaborasi

d. Meningkatkan

pemberian

relaksasi/mengurangi

obat-obatan

seperti

ketegangan otot

aspirin,

ibuprofen, e. Sebagai anti inflamasi

naproksin,

piroksikam,

fenoprofen

dan

efek

analgesik

ringan

dalam

mengurangi kekakuan.
5. Resiko cedera b.d hilangnya kekuatan otot, rasa nyeri
Tujuan : klien terhindar dari cedera
Kriteria : klien berada pada perilaku yang aman dan
lingkungan yang nyaman
Intervensi :
a. Kaji tingkat kekuatan otot
b. Kaji tingkat pergerakan pasif
c. Beri alat bantu sesui kebutuhan
d. Ciptakan lingkungan yang aman (lantai tidak licin)
e. Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan yang tidak bisa
dilakukan secara mandiri
1.3

Konsep Hipertensi
2.3.1

Definisi
Hipertensi menurut Caraspot merupakan peningkatan tekanan
sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan
diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg (Kodim Nasrin, 2003 ).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten
dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas

90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai


tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg.
(Smeltzer, 2001).
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan Diastolic sedikitnya 90 mmHg.
Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit
jantung,tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit syaraf,
ginjla dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin
besar resikonya. (Price A.,2015)
1.3.2

Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan:
1) Hipertensi Primer (esensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui
penyebabnya. Faktor yang mempengaruhinya yaitu: genetik,
lingkungan,hiperaktifitas

saraf

simpatis

sistem

renin,

angiotensin dan peningkatan Na+ Ca intraseluler. Faktor-faktor


yang meningkatkan resiko : obesitas, merokok, alkohol, dan
polisitemia.
2) Hipertensi Sekunder
Penyebab yaitu : penggunaan estrogen, penyakit ginjal,
sindrom cushing dan hipertensi yang berhubungan degan
kehamilan.
Hipertensi pada lanjut usia dibedakan atas :
1) Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari
140 mmHg dan tekanan Diastolik sama atau lebih besar dari 90
mmHg.
2) Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih
besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari
90 mmHg.

1.3.3

Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi menurut WHO
1.

Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama


dengan 140 mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90
mmHg

2. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141149 mmHg dan diastolik 91-94 mmHg
3. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar
atau sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau
sama dengan 95mmHg.
Klasifikasi menurut The Joint National Committee on the Detection
and Treatment of Hipertension
1. Diastolik
a.

< 85 mmHg

: Tekanan darah normal

b. 85 99

: Tekanan darah normal tinggi

c.

: Hipertensi ringan

90 -104

d. 105 114

: Hipertensi sedang

e.

: Hipertensi berat

>115

2. Sistolik (dengan tekanan diastolik 90 mmHg)


a.

< 140 mmHg

b.

140 159

: Tekanan darah normal


: Hipertensi sistolik perbatasan

terisolasi
c.

> 160

: Hipertensi sistolik teriisolasi

Krisis hipertensi adalah Suatu keadaan peningkatan tekanan darah


yang mendadak (sistole 180 mmHg dan/atau diastole 120
mmHg),

pada

penderita

hipertensi,

yg

membutuhkan

penanggulangan segera yang ditandai oleh tekanan darah yang


sangat tinggi dengan kemungkinan timbulnya atau telah terjadi
kelainan organ target (otak, mata (retina), ginjal, jantung, dan
pembuluh darah).
Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat
naiknya tekanan darah. Dibagi menjadi dua:
1) Hipertensi Emergensi
Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera
dengan obat antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan
organ target akut atau progresif target akut atau progresif.
Kenaikan TD mendadak yg disertai kerusakan organ target yang
progresif dan di perlukan tindakan penurunan TD yg segera
dalam kurun waktu menit/jam.
2) Hipertensi urgensi
Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang
bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan organ
target progresif bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau
kerusakan organ target progresif dan tekanan darah perlu
diturunkan

dalam

beberapa

jam.

Penurunan

TD

harus

dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam (penurunan tekanan


darah dapat dilaksanakan lebih lambat (dalam hitungan jam
sampai hari).
1.3.4

Manifestasi klinis
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri
oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial
tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.

2. Gejala yang lazim


Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai
hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam
kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai
kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien
yang menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing
Lemas, kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis,
Kesadaran menurun
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :
a. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg 2.
b. Sakit kepala
c. Pusing / migraine
d. Rasa berat ditengkuk
e. Penyempitan pembuluh darah
f. Sukar tidur
g. Lemah dan lelah
h. Nokturia
i. Azotemia
j. Sulit bernafas saat beraktivitas
1.3.5

Patofisiologi dan Pathway


Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke
bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis
ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke
bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan

ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap


rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal
juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi.
Medulla

adrenal

mensekresi

epinefrin,

yang

menyebabkan

vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid


lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke
ginjal,

menyebabkan

pelepasan

rennin.

Renin

merangsang

pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi


angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan
structural

dan

fungsional

pada

system

pembuluh

perifer

bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada


usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos
pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta
dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi
volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup)
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan
perifer (Smeltzer, 2001).

Pada

usia

lanjut perlu

diperhatikan kemungkinan

adanya

hipertensi palsu disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga


tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang
diteruskan ke sel jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan
tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada ginjal, maka akan
mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan
Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen
II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah,
sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat
meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkan retensi
natrium. Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan
darah. Dengan peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan
kerusakan pada organ-organ seperti jantung. ( Suyono, Slamet.
1996 ).

Pathway

1.3.6

Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan
dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah
140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :

a. Terapi tanpa Obat Terapi tanpa obat digunakan sebagai


tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif
pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi:
1) Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5

2)
3)
4)
5)

gr/hr
Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
Penurunan berat badan
Penurunan asupan etanol
Menghentikan merokok
Latihan Fisik

Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang
dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang
mempunyai empat prinsip yaitu: Macam olah raga yaitu
isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang
dan lain-lain. Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 %
dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal
yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20
25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan
i.

sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu


Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi

meliputi :
1) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk
menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan
tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk
gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
2) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan
untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara

melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam


tubuh menjadi rileks Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan

pasien

tentang

penyakit

hipertensi

dan

pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan


hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
b. Terapi obat
1.3.7

Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :
1) Pemeriksaan yang segera seperti :
Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji
hubungan

dari

sel-sel

terhadap

volume

cairan

(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko

seperti: hipokoagulabilitas, anemia.


Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi

tentang perfusi / fungsi ginjal.


Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes
pencetus
pengeluaran

hipertensi)
Kadar

dapat

Melitus

diakibatkan

ketokolamin

adalah
oleh

(meningkatkan

hipertensi).
Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan
adanya aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek

samping terapi diuretik.


Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum

dapat menyebabkan hipertensi


Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar
dapat

mengindikasikan

pencetus

untuk/

adanya

pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )


Pemeriksaan
tiroid
:
Hipertiroidisme
dapat

menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi


Kadar aldosteron urin/serum : untuk
aldosteronisme primer (penyebab)

mengkaji

Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan

disfungsi ginjal dan ada DM.


Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi

faktor resiko hipertensi


Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan

hiperadrenalisme
EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat
adanya hipertrofi ventrikel kiri ataupun gangguan
koroner dengan menunjukan pola regangan, dimana
luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda

dini penyakit jantung hipertensi.


Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu
setelah pengobatan terlaksana) untuk menunjukan
destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran

jantung.
2) Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan
hasil pemeriksaan yang pertama ) :
IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi

seperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal / ureter.


CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti:

Batu ginjal,perbaikan ginjal.


Menyingkirkan
kemungkinan

neurologi: Spinal tab, CAT scan.


(USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan
sesuai kondisi klinis pasien

1.4

Konsep dasar asuhan keperawatan


1.4.1

Pengkajian
a. Aktivitas / istirahat
Gejala :
Kelemahan
Letih
Napas pendek

tindakan

bedah

Gaya hidup monoton

Tanda :

Frekuensi jantung meningkat


Perubahan irama jantung
Takipnea

b. Sirkulasi
Gejala :

Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung

koroner / katup, penyakit serebrovaskuler


Tanda :

Kenaikan TD
Nadi : denyutan jelas
Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia
Bunyi jantung : murmur
Distensi vena jugularis
Ekstermitas : perubahan warna kulit, suhu

dingin

( vasokontriksi perifer ), pengisian kapiler mungkin lambat


c. Integritas Ego
Gejala: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi,
euphoria, marah, faktor stress multiple ( hubungsn, keuangan,
pekerjaan )
Tanda :
Letupan suasana hati
Gelisah
Penyempitan kontinue perhatian
Tangisan yang meledak
otot muka tegang ( khususnya sekitar mata )
Peningkatan pola bicara
d. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi,
obstruksi, riwayat penyakit ginjal )
e. Makanan / Cairan
Gejala :
Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan

tinggi garam, lemak dan kolesterol


Mual
Muntah

Riwayat penggunaan diuretik


Tanda :
BB normal atau obesitas
Edema
Kongesti vena
Peningkatan JVP
Glikosuri
f. Neurosensori
Gejala :
Keluhan pusing / pening, sakit kepala
Episode kebas
Kelemahan pada satu sisi tubuh
Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )
Episode epistaksis
Tanda :
Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir
atau memori ( ingatan )
Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman
Perubahan retinal optik
g. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala :
nyeri hilang timbul pada tungkai
sakit kepala oksipital berat
nyeri abdomen
h. Pernapasan
Gejala :
Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas
Takipnea
Ortopnea
Dispnea nocturnal proksimal
Batuk dengan atau tanpa sputum
Riwayat merokok
Tanda :
Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan
Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi )
Sianosis
i. Keamanan
Gejala
: Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda
: Episode parestesia unilateral transien

1.4.2

Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan
dengan

peningkatan

afterload,

vasokonstriksi,

hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard


2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan

kelemahan,

ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.


3. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral
4. Cemas berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya
hipertensi yang diderita klien
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang proses penyakit
1.4.3

Rencana Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan
konduksi elektrikal, penurunan kontraktilitas miokardia.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x
shift di resiko penurunan curah jantung tidak terjadi
Kriteria hasil :
Mempertahankan/meningkatkan curah jantung adekuat
yang dibuktikan oleh TD/nadi dalam rentang normal,
haluaran urin adekuat, nadi teraba sama, status mental
biasa.
Menunjukkan penurunan frekuensi/tak adanya disritmia.
Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan kerja
miokardia.
Intervensi :
1) Raba nadi (radial, femoral, dorsalis pedis) catat frekuensi,
keteraturan, amplitudo dan simetris.
2) Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, irama. Catat
adanya denyut jantung ekstra, penurunan nadi.

3) Pantau

tanda

vital

dan

kaji

keadekuatan

curah

jantung/perfusi jaringan.
4) Tentukan tipe disritmia dan catat irama : takikardi;
bradikardi; disritmia atrial; disritmia ventrikel; blok
jantung
5) Berikan lingkungan tenang. Kaji alasan untuk membatasi
aktivitas selama fase akut.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antar

suplai

oksigen,

kelemahan

umum,

tirah

baring

lama/imobilisasi.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x
shift di harapkan klien dapat bertoleransi dengan aktivitas
Tujuan/kriteria hasil :
Klien akan berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan.
Memenuhi perawatan diri sendiri.
Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat
diukur, dibuktikan oleh menurunnya kelemahan dan
kelelahan
Intervensi :
1) Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas,
khususnya bila klien menggunakan vasodilator, diuretic
dan penyekat beta.
2) Catat respons kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat
takikardi, disritmia, dipsnea, berkeringat dan pucat.
3) Evaluasi peningkatan intoleransi aktivitas.
4) Implementasi

program

rehabilitasi

jantung/aktivitas

(kolaborsi).
3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan peningkatan
tekanan vaskuler serebral

Tujuan keperawatan : setelah dilakukan tindakan keperawatan


selama 1 x shift rasa nyaman terpenuhi setelah diberikan
perawatan dan pengobatan.
Kriteria hasil :
melaporkan rasa nyerinya berkurang
Intervensi keperawatan :
1) Kaji terhadap nyeri dengan skala 0-5.
Rasional : pasien melaporkan nyeri biasanya diatas tingkat
cedera.
2) Bantu pasien dalam identifikasi faktor pencetus.
Rasional : nyeri dipengaruhi oleh; kecemasan, ketegangan,
suhu, distensi kandung kemih dan berbaring lama.
3) Berikan tindakan kenyamanan.
Rasional : memberikan rasa nayaman dengan cara membantu
mengontrol nyeri.
4) Dorong pasien menggunakan tehnik relaksasi.
Rasional : memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan
rasa kontrol.
5) Berikan obat antinyeri sesuai pesanan.
Rasional : untuk menghilangkan nyeri otot atau untuk
menghilangkan kecemasan dan meningkatkan istirahat.

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PADA KELUARGA Ny.R DENGAN


KELUHAN UTAMA HIPERTENSI DI DESA KOLAM KANAN
KECAMATAN WANARAYA KABUPATEN BARITO KUALA
2.1

Pengkajian
2.1.1

Identitas
a. Identitas klien
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Agama
Pendidikan Terakhir
Pekerjaan
Suku Bangsa
Alamat Rumah

:
:
:
:
:
:
:
:

Ny.R
65 Tahun
Perempuan
Islam
SD
Tani
Jawa
Desa Kolam kanan RT. 11

b. Identitas keluarga tempat klien tinggal


Nama
Alamat
Hubungan Keluarga

2.1.2

: Tn. S
: Desa Kolam kanan RT. 11
: Anak

Keluhan utama
Nyeri kepala, sakit bahu.

2.1.3

Riwayat penyakit sekarang


Klien mengeluh sakit kepala 4 hari, klien mengatakan nyeri
seperti tertekan benda berat di kepalanya,nyeri bertambah ketika di
bawa beraktivitas, skala nyeri 5 (skala 1-10), nyeri hilang timbul,
klien juga mengatakan badannya sakit terutama di bagian bahu dan
menjalar ke lengan, klien mengatakan ia pernah periksa kolesterol
1 bulan yang lalu dan kolesterolnya tinggi, klien juga mengeluh
matanya sakit dan nyeri 1 tahun.

2.1.4

Riwayat penyakit dahulu


Klien memiliki riwayat hipertensi, kolesterol dan juga katarak,
klien tidak memiliki penyakit asma, diabetes melitus dan penyakit
jantung.

2.1.5

Riwayat Penyakit keluarga


Klien mengatakan di keluarganya ada riwayat hipertensi, tetapi
tidak ada riwayat asma, diabetes melitus dan penyakit jantung.
Genogram

: Laki-laki

: Ikatan pernikahan

: Perempuan

: Tinggal serumah

: Meninggal

2.1.6

Pola kebiasaan sehari-hari


Tipe/Jenis Kegiatan

Waktu yang digunakan untuk setiap kegiatan

Bertani

Biasanya di pagi hari bila tidak hujan dari


pukul 08.00 WITA - 12.00 WITA kerja di

sawah.
Apabila istirahat dan tidak ada perkerjaan

Membaca buku

biasanya klien membaca buku/kitab Ilmu


Fiqih sambil duduk santai di ruang tamu.
2.2

Pemeriksaan Fisik
2.2.1

Keadaan umum
Kesadaran

: composmentis

GCS

: E4 V5 M6

TTV

:
a. Tekanan darah : 160/90 mmHg

2.2.2

b. Nadi

: 92x/menit

c. Temperatur

: 36,4C

d. Respirasi

: 17x/menit

Pemeriksaan Review of system


1) B1 (Breathing)
Pergerakan dada simetris, napas normal, bunyi napas ronkhi
sebelah kiri, ekspansi dinding dada normal, tidak ada lesi, tidak
ada nyeri tekan,tidak ada tarikan dinding dada, vermitus raba
antara kiri dan kanan seimbang, tidak ada sesak napas
2) B2 ( Bleeding)
Tidak terdapat lesi ataupun jejas, tidak ada distensi vena
jugularis, tidak ada pembesaran jantung, bunyi jantung S1 dan
S2 tunggal, denyut apeks teraba di ICS ke V, tidak ada
murmur, tekanan darah 160/90 mmHg.
3) B3 (Brain)
Tingkat kesadaran composmentis, tidak ada disorientasi
tempat, waktu dan orang, reaksi pupil terhadap cahaya positif,
tidak ada dilatasi pupil, konjuntiva tidak anemis.
4) B4 ( Bledder)

Tidak ada distensi kandung kemih, klien mengatakan urinenya


berwarna kuning jernih, BAK 2-4 kali sehari, klien tidak
terpasang kateter.
5) B5 ( Bowel)
Klien mengatakan nafsu makannya menurun, klien makan 3
kali sehari dengan porsi sedang dan klien hanya menghabiskan
separo, klien mengatakan tidak pernah menimbang berat
badannya, klien mengatakan kadang kadang merasa mual,
turgor kulit baik, CRT < 2 detik.
6) B6 ( Bone)
Klien beraktivitas dengan bantuan orang lain, skala aktivitas 2
(skala 1-4), skala kekuatan otot klien 5 (skala 1-5).
2.3

Pola Fungsi kesehatan


2.3.1

Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat


Klien mengatakan kesehatan itu adalah hal yang berharga. Klien
beraktivitas hanya di rumah saja karena klien mengatakan tidak
kuat berjalan jauh dan beristirahat pada siang hari. Klien
mengatakan memelihara kesehatanya dengan menjalani pola hidup
sehat dengan menjaga makananannya. Klien mengatakan jika sakit
akan membeli obat di warung terlebih dahulu, jika penyakit tidak
sembuh, klien akan pergi berobat ke puskesmas dengan diantar
oleh anaknya.

2.3.2

Pola Nutrisi
Klien mengatakan makan dan minum dengan baik, klien hanya
menghabiskan separo makanan dalam porsi sedang, klien
mengatakan

ada kesulitan menelan makanan karena terganggu

dengan sariawan di lidahnya, klien mengatakan makan 3x dalam

sehari, klien mengatakan nafsu makannya menurun, klien


mengatakan menyukai makanan yang pedas, klien mengatakan
apabila telat makan ia akan merasa mual.
2.3.3

Pola eliminasi
Klien mengatakan tidak ada masalah dengan BAB dan BAK, klien
mengatakan BAK dalam sehari 2-4 kali dalam sehari, klien
mengatakan BAB nya normal 1 kali sehari.

2.3.4

Pola Tidur dan Istirahat


1) Pola Aktivitas dan istirahat
Klien mengatakan hanya beraktivitas di rumah, klien
mengatakan tidak kuat jika berjalan jauh, klien mengatakan
tidur malam selama 5-6 jam, klien mengatakan tidur siang
selama 1 jam.
Pengkajian Indeks KARZ
No
1
2

Bathing
Dressing

(menaruh,

memakai

dan

mengambil,

Mandiri

menanggalkan

pakaian sendiri serta menalikan


3

sepatu sendiri)
Toileting(pergi ke toilet, duduk

sendiri di kloset, memakai pakaian


dalam, membersihkan kotoran)
4

Transferring(berpindah dari dan ke

tempat tidur, dari dank e tempat


5

duduk)
Continence(dapat

mengontrol

BAB/BAK)
Feeding(mengambil makanan dari

piring

atau

yang

lainnya

mmasukkan ke dalam mulut)

dan

Di bantu

Total Mandiri

Kategori penilaian
1) Indeks Katz A : mandiri untuk 6 aktivitas
2) Indeks Katz B : mandiri untuk 5 aktivitas
3) Indeks Katz C : mandiri, kecuali bathing dan satu fungsi
lain
4) Indeks Katz D : mandiri, kecuali bathing, dressing dan 1
fungsi lain
5) Indeks Katz E : mandiri, kecuali bathing, dressing,
toileting dan satu fungsi lain
6) Indeks Katz F : mandiri, kecuali bathing, dressing,
toileting, transferring dan satu fungsi lain
7) Indeks Katz G : tergantung pada orang lain untuk 6
aktivitas
Indeks Katz klien adalah A karena mandiri untuk ke 6
aktivitas.
2) Pola hubungan dan peran
Hubungan klien dengan anggota keluarga baik, hubungan klien
dengan tetangga dan masyarakat baik, klien tidak dapat
menjalankan perannya sebagai ibu rumah tangga karena
penglihatan klien yang berkurang.
3) Pola sensori dan kognitif
Keluhan
kesehatan,gejala
yang
dirasakan klien dalam 3 bulan
No
terakhir berkaitan dengan fungsifungsi
1
Fungsi penglihatan
a. Penglihatan kabur
b. Mata berair
c. Nyeri pada mata
2

Fungsi pendengaran
a. Pendengaran berkurang
b. Telinga berdenging
Fungsi paru (pernafasan)

Selalu

Serin
g

Jaran
g

Tidak
pernah

a. Batuk lama
b. Sesak nafas
c. Berdahak/riak
4

Fungsi jantung
a. Jantung berdebar-debar
b. Cepat lelah
c. Pusing
d. Nyeri/pegal daerah tengkuk

Fungsi pencernaan
a. Mual/muntah
b. Nyeri ulu hati
c. Makan dan minum banyak
d. Perubahan kebiasaan BAB (diare
atau sembelit)
Fungsi pergerakkan
a. Nyeri kaki saat berjalan
b. Nyeri pinggang atau tulang belakang
c. Nyeri sendi/bengkak

Fungsi persarafan
a. Lumpuh/kelemahan kaki atau tangan
b. Kehilangan rasa
c. Gemeter
Fungsi saluran perkemihan
a. BAK banyak
b. Sering BAK malam hari
c. Tidak mampu mengontrol
malam hari

BAK

Kategori penilaian
a. Tidak pernah

:0

b. Jarang

:1

c. Sering

:2

d. Selalu

:3

Analisa data:
Nilai 24 : tidak ada masalah kesehatan kronis
s/d masalah keseahtan kronis ringan
(nilai 17)
Nilai 24 : masalah kesehatan kronis sedang s/d
berat

Skor 28 sehingga dapat di simpulkan masalah kesehatan kronis


sedang.

The short portable mental status quesionnaire (SPMQ)


No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

PERTAYAAN
Tanggal berapa hari ini
Hari apakah hari ini
Apakah nama tempat ini
Berapa no.tlpn rumah anda
Berapa usia anda
Kapan anda lahir (tgl/Bln/Thn)
Siapakah nama presiden sekarang
Siapakah nama presiden sebelumnya
Siapa nama ibu anda
5+6 adalah

KETERANGAN :
0-2 KESALAHAN
2-4 Kesalahan
5-7 Kesalahan
7-10 Kesalahan

YA

JAWABAN
TIDAK
Tidak

Ya
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Ya

: Baik
: Gangguan Ringan
: Gangguan sedang
: Gangguan berat

The short portable mental status quesionnaire (SPMQ) pada


Ny.R menunjukan ada 4 kesalahan sehingga dapat disimpulkan
bahwa mengalami gangguan ringan.

4) Pola persepsi dan konsep diri


Klien mengatakan bahwa diaselalu bersyukur dengan apa yang
di milikinya, meski klien mengatakan kesehatanya sekarang
tidak seperti dulu, tetapi klien selalu mensyukuri apa yang ada
pada dirinya dan memanfaatkannya sebaik mungkin.
5) Pola seksual dan reproduksi
Klien berjenis kelamin perempuan dan tidak ada keluhan
terhadap organ genitalia.
6) Pola mekanisme /penanggulangan stress dan koping

Klien mengatakan jika ia merasa stres akan suatu masalah,


maka

ia

akan

bermusyawarah

memilih
dengan

berdoa
anggota

dan

berdzikir

keluarga

agar

serta
dapat

memecahkan masalah bersama.


7) Pola tata nilai dan kepercayaan serta spiritual
Klien beragama islam, klien melaksanakan shalat 5 waktu
sesuai dengan waktu yang telah di tentukan, klien juga
mengikuti pengajian jika pengajian itu berjarak dekat dengan
rumahnya. Klien sering mengisi waktu dengan bertasbih dan
berdoa.

2.4
No.
1

Analisa data
Data
DS :
Klien mengatakan nyeri kepala
4 hari.
Klien mengatakan pusing terasa
berat saat klien beraktifitas. terlalu
lama melakukan aktivitas, ada
sesuatu yang dipikirkan.
P : Saat berkerja
Q : tertekan benda berat
R : Di daerah kepala
S : 5 (dari 0-10)
T: Hilang timbul

Kemungkinan
Penyebab
Proses menua

Penurunan fungsi
organ tubuh

Proses penyakit
hipertensi

Sakit kepala, pusing

Nyeri

Masalah
Gangguan
Rasa
Nyaman Nyeri

DO :
TD :160/90 mmHg
Nadi : 92 x/menit
Respirasi : 17x/menit
Klien menunjukan bagian tubuh
yang nyeri yaitu pada kepala dan
tekuk leher
Tampak klien memegang jarinya
yang kesemutan
Tampak klien menahan nyeri
kepala.
2
DS:
Klien mengatakan tidak mengerti
tentang
penyakit
hipertensi,
penyebab dan tanda gejala, serta
pengobatannya,
Klien juga menanyakan makanan
pantangan
bagi
penderita
hipertensi
DO:
Klien tampak bertanya tentang
hipertensi, makanan pantangan
dan cara pengobatan hipertensi,

2.5

Proses menua

Penurunan daya
ingat

Kurang terpapar
informasi

Kurang pengetahuan
tentang hipertensi

Kurang
pengetahuan
tentang hipertensi

Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit.
2. Kurang terpapar informasi mengenai penyakit berhubungan dengan
Kurang pengetahuan tentang penyakit hipertensi

2.6

Rencana Asuhan Keperawatan Lansia


No
.
1

Diagnosa keperawatan
Nyeri Akut berhubungan
dengan proses penyakit, di
tandai dengan:
DS :
Klien mengatakan nyeri
kepala 4 hari.
Klien mengatakan pusing
terasa berat saat klien
beraktifitas. terlalu lama
melakukan aktivitas, ada
sesuatu yang dipikirkan.
P : Saat berkerja
Q : tertekan benda berat
R : Di daerah kepala
S : 5 (dari 0-10)
T: Hilang timbul
DO :
TD :160/90 mmHg
Nadi : 92 x/menit
Respirasi : 17x/menit
Klien
menunjukan
bagian tubuh yang nyeri
yaitu pada kepala dan

Tujuan
TUM :
Nyeri hilang dan
teatasi:

Kriteria hasil

Rencana keperawatan

Setelah dilakukan 1. Kaji keluhan nyeri, catat 1.


intervensi
hasil
lokasi dan intensitas (skala
yang diharapkan:
0 10). Catat faktor-faktor
yang mempercepat dan
Klien
TUK :
tanda-tanda rasa sakit non
melaporkan
Rasa
nyeri
verbal
rasa
nyeri
berkurang/
2.
Anjurkan klien untuk mandi 2.
berkurang
teratasi.
air hangat, kompres sendi Klien
dapat
sendi yang sakit dengan
beraktifitas
kompres hangat
tanpa
rasa
3. Ajarkan teknik relaksasi 3.
nyeri.
dan distraksi

Rasional
Membantu
dalam
menentukan kebutuhan
managemen nyeri dan
keefektifan program

Panas
meningkatkan
relaksasi
otot
dan
mobilitas, menurunkan
rasa sakit.
Meningkatkan relaksasi,
memberikan
rasa
kontrol dan mungkin
meningkatkan
kemampuan koping.

4. Anjurkan
klien
utnuk 4. Memudahkan
untuk
memeriksaa kesehatannya
ikut serta dalam terapi
ke puskesmas atau tenaga
dan
mengurangi
kesehatan lainnya agar
tegangan otot / spasme.
medapatkan
terapi
pengobatan yang tepat

tekuk leher
Tampak klien memegang
jarinya yang kesemutan
Tampak klien menahan
nyeri kepala.

Kurang terpapar informasi


mengenai
penyakit
berhubungan
dengan
Kurang pengethuan tentang
Hipertensi
ditandai dengan:
Klien mengatakan tidak
mengerti
tentang
penyakit
Hipertensi,
penyebab dan tanda
gejala,
serta
pengobatannya,
Klien juga menanyakan
makanan pantangan bagi
penderita hipertensi
Klien tampak bertanya
tentang
hipertensi,
makanan pantangan dan
cara
pengobatan
hipertensi

TUM :
Pengetahuan
klien
tentang
hipertnsi
adekuat

TUK :
Pengetahuan
klien bertambah

Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat pengetahuan 1. Untuk


mengetahui
intervensi
4x
klien
seberapa
jauh
kunjungan
pemahaman
klien
diharapkan:
tentang penyakitnya
2. Berikan
pendidikan 2. Menambah pengetahuan
Klien
kesehatan tentang cara
pasien tentang penyakit
mengatakan
penyakit
Hipertensi,
yang dideritanya
paham
penyebab dan tanda gejala,
mengenai
serta pengobatannya dan
penyakitnya
makanan pantangan bagi
penderita Hipertensi.
3. Evaluasi
tingkat 3. Mengetahui sejauh mana
pengetahuan klien
klien memahami tentang
penyakit
yang
dideritanya

2.7

Implementasi dan Evaluasi

No Hari/Tanggal
1
Sabtu,
03

DX

Implementasi

Evaluasi

1. Mengkaji keluhan nyeri, catat lokasi dan


intensitas (skala 0 10). Catat faktor-faktor
yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit
non verbal.

1. Klien mengatakan kepalanya nyeri


- klien mengatakan nyeri bertambah ketika beraktivitas.
- klien nampak meringis
- klien nampak memegang kepalanya
- skala nyeri :
P : Saat beraktivitas
Q : tertekan benda berat
R : Di daerah kepala
S : 5 (dari 0-10)
T: Hilang timbul

2. Mengukur tanda-tanda vital klien

2. TTV
TD :160/90 mmHg
Nadi : 92 x/menit
Respirasi : 17x/menit

II

1. Mengkaji tingkat pengetahuan klien tentang


penyakit yang dideritanya

1. Mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi


seperti menarik nafas dalam, lakukan pijatan
ringan pada daerah yang sakit.
1. Memberikan informasi tentang penyakit

1. Klien mengetahui tentang penyakitnya, klien


mengatakan tidak mengetahui penyebab dan makanan
yang harus di hindari agar tekanan darahnya tidak naik.
2. Klien mengatakan mengerti tentang teknik distraksi dan
relaksasi.

Oktober 2016
16.00 WITA

Senin,

05

Oktober 2016
16.10 WITA

II

1. Klien mengatakan mengerti mengenai penyebab dan

Kamis,

08

Oktober 2016
16.35 WITA

II
4

Sabtu,

10

Oktober 2016
16.35 WITA

II
5

Senin,

11

hipertensi
1. Menganjurkan klien untuk beristirahat,
dan berdiskusi tentang kondisi kesehatan
klien
2. Mengukur tanda-tanda vital klien

1. Memberikan informasi tentang penyakit 1. Klien mengatakan mengerti tentang penyebab penyakit
hipertensi
hipertensi.
1. Menganjurkan klien utnuk memeriksa 1. Klien mengatakan ia ingin pergi kepuskesmas, tetapi
kesehatannya ke puskesmas atau tenaga
kendalanya tidak ada yang mengantar, klien mengatakan
kesehatan lainnya agar medapatkan terapi
kadang ia ke puskesmas di antar oleh anaknya.
pengobatan yang tepat
1. Menganjurkan klien untuk minum obat sesuai 1. Klien mengatakan mengerti tentang aturan meminum
anjuran dokter
obat.

1. Menganjurkan klien untuk beristirahat, dan


berdiskusi tentang kondisi kesehatan klien
2. Mengukur tanda-tanda vital klien.

1. Klien mengatakan ia merasa sakit kepalanya agak


berkurang jika di bawa beristirahat.
2. TTV
TD :140/80 mmHg
Nadi : 83 x/menit
Respirasi : 20x/menit

II

1. Menganjurkan klien membatasi makan-makan


asin.

1. Klien mengatakan sekarang ia sudah membatasi


makanan yang asin dan memilih mengolah makanan
dengan di rebus.

Oktober 2016
15.00 WITA

Rabu,

12

Oktober 2016
15.00 WITA

tanda serta gejala hipertensi


1. Klien mengatakan ia merasa sakit kepalanya agak
berkurang jika di bawa beristirahat.
2. TTV
TD :150/90 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Respirasi : 20x/menit

Jumat,

14

1. Menganjurkan klien untuk beristirahat, dan


berdiskusi tentang kondisi kesehatan klien
2. Mengukur tanda-tanda vital klien

1. Penkes Mengenai tentang nutrisi lansia

Oktober 2016
14.10 WITA

1. Klien mengatakan sakit kepalanya berkurang


2. TTV
TD :140/70 mmHg
Nadi : 85 x/menit
Respirasi : 21x/menit

Anda mungkin juga menyukai