Oleh:
Rudiyanto
2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah Ta’ala. atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan
baik. Tim penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca tentang pelanggaran atau kesalahan apa saja yang biasa
terjadi dalam bahasa keseharian yang bisa kita pelajari salah satunya dari karya film.
Begitu pula atas limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT karuniai
kepada kami sehingga makalah ini dapat kami susun melalui beberapa sumber yakni
melalui kajian pustaka maupun melalui media internet.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini..
Harapan kami, informasi dan materi yang terdapat dalam makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah SWT.
Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu kami memohon kritik dan saran yang
membangun bagi perbaikan makalah kami selanjutnya.
Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan,
atau pun adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami
mohon maaf. Tim penulis menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar
bisa membuat karya makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER……………………………………………………………………
KATA PENGANTAR…………………………………………………….
DAFTAR ISI………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………..
B. Rumusan Masalah………………………………………………….
C. Tujuan………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kaidah
Kaidah ini menempati peran pokok dalam hukum islam. Sebab, seluruh
tindakan manusia bergantung pada niat dan maksudnya. Karenanya, para
ulama memberikan perhatian besar terhadap kaidah ini.
"Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah,
sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. barang siapa menghendaki
pahala dunia, niscaya kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang
siapa menghendaki pahala akhirat, kami berikan (pula) kepadanya pahala
akhirat itu. dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang
bersyukur.
انمااألعم__ال بالني__ات وانمالك__ل ام__رئ م__ا ن__وى فمن ك__انت هجرت__ه الى هللا ورس__وله فهجرت__ه الى هللا
ورسولهومن كانت هجرته للدنيايصيبهاال امرأة ينكحها فهجرته الى ما هجر اليه
"Setiap perbuatan itu bergantung kepada niat-niatnya dan bagi setiap orang
sesuai dengan niatnya. Barangsiapa berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya,
maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya dan barangsiapa hijrahnya karena
mengharapkan kepentingan dunia, maka ia akan mendapatkannya
danbarangsiapa berhijrah karena wanita, maka ia akan menikahinya, maka
hijrahnya kepada yang diniatkannya (HR. Bukhari Muslim dari 'Umar Ibn al-
Ήaṭṭâb).
انك لو تنفق نفقة تبتغي بها وجه هللا اال أجرت عليهاحتى ماتجعل فى فم امرأتك
من قتل لتكون كلمة هللا هي العليا فهو فى سبيل هللا عزوجل
"Barangsiapa berperang dengan maksud meninggikan kalimah Allah, maka dia
ada di jalan Allah" (HR. Bukhari dari Abu Musa).
من أتى فراشه وهو ينوي أن يقوم يصلي من الليل فغلبته عيناه حتى أصبح كتب له مانوى
"Barangsiapa yang tidur dan ia berniat akan shalat malam, kemudian dia
ketiduran sampai subuh, maka ditulis baginya pahala sesuai dengan niatnya"
(HR. al-Nasâi dari Abu Zâr).
"Niat seorang mukmin lebih baik daripada amalnya" (HR. Tabrani dari
Sahal bin Sa'id al-Sa'îdî).
4. ( اليلزم نية العبادة فى كل جزءانم__اتلزم فى جمل__ة مايفعلهtidak wajib niat ibâdah dalam
setiap bagian, tapi wajib niat dalam keseluruhan yang dikerjakan). Contoh:
untuk shalat cukup niat shalat, tidak berniat setiap perubahan rukunnya.
5. ( كل مفرضين فالتجزيهنانية واحدة اال الحج والعمرةsetiap dua kewajiban tidak boleh
dengan satu niat, kecuali ibadah haji dan 'umrah). Secara prinsip, setiap dua
kewajiban ibâdah atau lebih, masing-masing harus dilakukan dengan niat
tersendiri.
6. ( كــل ماكان له أصل فالينتقل عن أصله بمجرد النيةsetiap perbuatan asal atau pokok,
maka tidak bisa bepindah dari yang asal karena semata-mata niat). Contoh:
seseorang niat shalat zuhur, kemudian setelah satu raka'at, dia berpindah
kepada shalat tahiyyat al-masjid, maka batal shalat zuhurnya. Kasus ini
berbeda dengan orang yang sejak terbit fajar belum makan dan minum,
kemudian tengah hari berniat saum sunnah, maka sah saumnya, karena
sejak terbit fajar belum makan apa-apa.
7. مقاصد اللفظ على نية الالفظ اال فى موضع واحد وهواليمين عند القاضى فانهاعلى نية القاضى
Berdasarkan kaidah ini, maksud kata-kata seperti talak, hibah, naźar, shalat,
sedekah, dan seterusnya harus dikembalikan kepada niat orang yang
mengucapkan kata tersebut, apa yang dimaksud olehnya, apakah sedekah
itu maksudnya zakat, atau sedekah sunnah. Apakah shalat itu maksudnya
shalat fardhu atau shalat sunnah.
8. ( األيمان مبنية على األلف__اظ والمقاصدsumpah itu harus berdasarkan kata-kata dan
maksud). Khusus untuk sumpah ada kata-kata khusus yang digunakan,
yaitu "wallâhi" atau "demi Allah saya bersumpah" dan seterusnya. Dalam
hukum Islam, antara niat, cara, dan tujuan harus ada dalam garis lurus,
artinya niatnya harus iḣlâş, caranya harus benar dan baik, dan tujuannya
harus mulia untuk mencapai keridhaan Allah SWT.
9. ( الني_____ة فى اليمين تخص_____ص اللف_____ظ الع_____ام وال تعمم الخ_____اصniat dalam sumpah
mengkhususkan lafaz 'âm, tidak menjadikan 'âm lafaz yang ḣâs). Contoh:
orang bersumpah tidak akan berbicara dengan orang, tetapi yang dimaksud
adalah orang tertentu, yaitu Ahmad, maka sumpahnya hanya berlaku pada
Ahmad.
10. ( مااليشترط التعرض له جملة وتفصيالاذاعينه وأخط__أ لم يضرSesuatu amal yang dalam
pelaksanaannya tidak disyaratkan untuk dijelaskan/dipastikan niatnya, baik
secara garis besar ataupun secara terperinci, kemudian ditentukan dan
ternyata salah, maka kesalahan ini tidak membahayakan (sahnya amal).
Contoh: orang yang dalam niat shalatnya menegaskan tentang tempatnya
shalat, yaitu masjid atau di rumah, harinya shalat rabu atau kamis,
imamnya dalam satu shalat jama'ah Umar atau Ahmad, kemudian apa yang
ditentukan itu keliru maka shalatnya tetap sah, karena shalat telah
terlaksana dengan sempurna, sedangkan kekeliruan hanya pada hal-hal
yang tidak ada kaitannya dengan shalat.
11. (ومايش____ترط في____ه التع____رض فالخط____أ في____ه مبطلpada suatu amal yang dalam
pelaksanaannya di syaratkan kepastian/kejelasan niatnya, maka kesalahan
dalam memastikannya akan membatalkan amal).
12. ومايجب التعرض له جملة وال يشترط تعيينه تفصيالاذاعينه وأخطأ ضر
"Sesuatu amal yang diatnya harus dipastikan secara garis besar, tidak
secara terperinci, kemudian dipastikan secara terperinci dan ternyata salah,
maka membahayakan sahnya amal". Contoh shalat berjama'ah dengan niat
makmum pada Umar, kemudian ternyata yang menjadi imam adalah Ali,
maka tidak sah makmumnya.
Para fuqâha (ahli hukum Islam) memerinci masalah niat ini, baik dalam
bidang ibadah mahzah, seperti ţahârah (bersuci), wudû, tayammum, mandi
junub, shalat, qaşar, jama', wajib, sunnah, zakat, haji, saum, ataupun di dalam
mu'âmalah dalam arti luas atau ibadah gair mahzah, seperti pernikahan, talak,
wakaf, jual beli, hibah, wasiat, sewa menyewa, perwakilan, utang piutang, dan
akad-akad lainnya. Dalam fiqih jinâyah seperti kesengajaan, kondisi dipaksa
atau terpaksa dan lain sebagainya, sehingga Imam al-Suyûti mengatakan:
"Apabila Kau hitung masalah-masalah fiqih yang berhubungan dengan niat ini
tidak kurang dari sepertiga atau seperempatnya".
Rupanya yang paling penting dalam masalah niat ini bukan soal kuantitas
masalah fiqih yang ribuan atau bahkan puluhan ribu yang tersebar di dalam
kitab-kitab fiqih, akan tetapi kualitas kaidah ini memang mendasar dan tidak
banyak masalah-masalah fiqih yang di luar kaidah tersebut. Di antara
kekecualian kaidah di atas, antara lain:
3. Keluar dari shalat tidak diperlukan niat, karena niat diperlukan dalam
melakukan suatu perbuatan, bukan untuk meninggalkan suatu perbuatan.
BAB III
KESIMPULAN
niat adalah bermaksud di dalam hati dan wajib niat disertai dengan takbîrat
7. مقاصد اللفظ على نية الالفظ اال فى موضع واحد وهواليمين عند القاضى فانهاعلى نية
القاضى
Syafe’i Rachmat. Ilmu Ushul Fiqh, Cet. III. Bandung: Pustaka Setia, 2007.