Disusun Oleh:
AENA
NIM. 1804130052
KRISMIATI
NIM. 18041300
KATA PENGANTAR
Dalam penulisan makalah kali ini, Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan, maka saran dan kritik yang membangun dari semua
pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan selanjutnya.
Hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua urusan dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan para
pembaca pada umumnya, semoga Allah meridhoi dan dicatat sebagai ibadah disisi-
Nya, aamiin.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL..............................................................................................i
KARA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................................
C. Tujuan Penulisan............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Kaidah Asasiyah.............................................................................................
B. Dasar Dasar Kaidah dan Aplikasi Kaidah .....................................................
C. Pengecualian Kaidah Kaidah.........................................................................
D. Kaidah Fikiah Tentang Niat ………………………………………………
BAB III SIMPULAN
A. Simpulan........................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pengertian ini ada dua terminologi yang perlu dijelaskan
terlebih dahulu, yaitu qawaid dan fiqhiyah. Kata qawaid merupakan bentuk jama'
dari kata qaidah, dalam istilah bahasa Indonesia dikenal dengan kata 'kaidah'
yang berarti aturan atau patokan, dalam tinjauan terminologi kaidah mempuyai
beberapa arti. Menurut Musthafa az-Zarqa, Qowaidul Fiqhyah ialah : dasar-dasar
fiqih yang bersifat umum dan bersifat ringkas berbentuk undang-undang yang
berisi hukum-hukum syara’ yang umum terhadap berbagai peristiwa hukum yang
termasuk dalam ruang lingkup kaidah tersebut Kaidah asasi atau yang dikenal
dengan al-Qawa’id al-Kubra merupakan penyederhanaan (penjelasan yang lebih
detail) dari kaidah inti tersebut.
Adapun kaidah asasi ini adalah kaidah fikih yang tingkat kesahihannya
diakui oleh seluruh aliran hukum islam. Kaidah tersebut adalah: األ ُمو ُر بِمقاص ِد هَا
“Segala perkara tergantung kepada niatnya”. Kaidah ini merupakan kaidah asasi
yang pertama. Dan kaidah ini menjelaskan tentang niat. Niat di kalangan ulama-
ulama Syafi’iyah diartikan dengan, bermaksud untuk melakukan sesuatu yang
disertai dengan pelaksanaanya.
Niat sangat penting dalam menentukan kualitas ataupun makna
perbuatan seseorang, apakah seseorang itu melakukan suatu perbuatan dengan
niat ibadah kepada Allah ataukah dia melakukan perbuatan tersebut bukan
dengan niat ibadah kepada Allah, tetapi semata-mata karena nafsu atau
kebiasaan. Misalnya seperti, niat untuk menikah, apabila menikah itu dilakukan
karena menghindari dari perbuatan zina maka hal itu halal untuk dilakukan,
tetapi jika hal itu dilakukan hanya semata-mata untuk menyiksa dan menyakiti
istrinya, maka hal itu haram untuk dilakukan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Qaidah Asasiyah?
2. Apa itu Dasar-dasar Kaidah dan Aplikasi Kaidah?
3. Apa itu Pengecualian Kaidah Kaidah
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui Apa Qaidah Asasiyah
2. Mengetahui Apa Dasar-dasar Kaidah dan Aplikasi Kaidah
3. Mengetahui Apa Pengecualian Kaidah Kaidah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Qaidah Asasiyah
Kaidah Pertama ورO“ بمقاصدها األمSetiap perbuatan tergantung pada niatnya.
Asal dari kaidah itu adalah sabda Nabi: انمااألعمال بالنياتArtinya : Sesungguhnya
semua amal tergantung niyatnya. Hadith ini menegaskan tentang urgensi niat
dalam setiap amal perbuatan manusia.1
Menurut al-Suyuti hadist tersebut merupakan hadith shahih yang
mashhur. Al-Suyuti mengutip pendapat al-Shafi’i bahwa hadis tentang niat
ini berlaku untuk 70 bidang dalam bab-bab fiqh. Kaidah pertama “بمقاصدها
األمور.“Lafaz} األمورdalam kaidah ini merupakan bentuk jama' dari lafaz} األمر
yang artinya “perbuatan” atau “tingkah”, baik perintah berbuat atau berucap.
Karena dalam kaidah itu berbentuk jama’ ( األمور,(maka yang dimaksud adalah
perbuatan dalam arti gerakan anggota tubuh dan juga perkataan. 2
Jika yang dimaksud kaidah tersebut dalam pengertian ini, maka yang
dimaksud adalah perbuatan yang nyata (empiris).3 Menurut Muhammad
Azam, bahwa lafaz} “Amr” dalam kaidah tersebut menunjukkan arti yang
umum, mencakup semua amal perbuatan yang bersifat duniawi dan sekaligus
ukhrawi. Begitu juga lafaz} “maqasidiha” juga menunjukkan keumumannya,
karena suatu tujuan dari sebuah amal perbuatan dapat menyangkut sesuatu
yang dapat diharapkan pahalanya dan yang tidak didapatkan pahalanya.
Sedangkan definisi global dari kaidah tersebut sebagaimana yang
dikemukan oleh ‘Imad ‘Ali Jum‘ah, adalah hukum-hukum shari‘at dalam
1
. Ahmad Muhammad Asy-Syafii,ushul fiqh al-Islami, iskandariyah muassasah tsaqofah al-
Jamiiyah.1983. hal.4.
2
Fathurrahman djami,filsafat hukum Islam: bagian pertama, logos wacana ilmu, Jakarta hal 47-48Ibid
hal 48
setiap transaksi urusan manusia bergantung pada tujuan dan niatnya, karena
terkadang seseorang melakukan sebuah perbuatan dengan tujuan yang
ditentukan, sehingga atas perbuatan tersebut hukum ditentukan. 3 Terkadang
juga seseorang melakukan satu perbuatan dengan tujuan lain, maka atas
perbuatannya tersebut dikenai hukum lain.
B. Dasar-dasar Kaidah dan Aplikasi Kaidah
1. Ayat-ayat al-Qur’an
Artinya : “Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati
di muka bumi ini tempat hijrah yang Luas dan rizki yang banyak.
Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah
dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke
tempat yang dituju), Maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah.
Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
2. Hadis
فهجرته الى هللا, فمن كانت هجرته الى هللا ورسوله, وانما لكل امرئ مانوى,انما األعمال بالنيات
ومن كانت الى دنيا يصيبها اوامرأة ينكحها فهجرته الى ما هاجر اليه,ورسوله
Sesungguhnya setiap perbuatan bergantung niat, dan setiap sesuatu hanya
didapatkan sesuai apa yang diniatinya, orang yang perginya diniati hanya
kepada Allah dan Rasul-Nya, maka ia mendapatkan pahala pergi karena
Allah dan Rasul-Nya, dan bagi orang yang perginya diniati karena dunia
(harta benda) yang ingin dicapai, maka ia akan mendapatkannya, atau
diniati karena wanita, untuk menikahinya, maka perginya sesuai dengan
tujuannya.
3. Aplikasi Kaidah
a. Memungut barang temuan untuk mengamankannya. Ia tidak
menanggung kerusakan dengan bertambah atau berkurangnya barang
3
. Muhammad Hasby Assidiqy falsafah hukum Islam Bulan Bintang Jakarta 1993, hal 23 24
temuan tersebut, jika tujuan dia mengambilnya untuk menjaganya dan
akan mengembalikan kepada pemiliknya. Dihukumi ghas}ab dan dia
harus menanggung kerusakannya jika dia memungut barang temuan
tersebut dengan maksud untuk memilikinya.
b. Akad jual beli mengunakan fi‘il mudhari’ dengan maksud zaman hal
bukan istiqbal, seperti perkataan “ “ )فرسي أبيعك البائع بكذاaku jual kudaku
padamu dengan harga sekian)” kemudian si mukha>tab (orang yang di
ajak ngobrol) menerimanya maka akadnya jadi, akan tetapi apabila
yang dimaksud fi‘il mudha>ri’ mustaqbal maka akadnya tidak jadi.
c. Jika sipemburu mengangkat jaringnya dengan tujuan untuk
mengeringkannya atau membereskannya kemudain ada seekor burung
nyangkut, maka burung itu bagi orang yang menemukannya, akan
tetapi jika si pemburu mengangkat jaringnya dengan tujuan berburu,
maka burung tersebut untuk yang punya jaring jika orang lain
mengambilnya hukumnya ghas}ab.
d. Kaidah Turunan Kaidah al-umuru bimaqasidiha merupakan kaidah
universal, yang berkembang dan membentuk beberapa kaidah furu’
(cabang):
a) Kaidah dalam masalah transaksi. العبرة في العقود بالمقاصد والمعاني ال با
أللفاظ والمباني. “Yang diperhitungkan dalam transaksi adalah tujuan
dan makna bukan kata-kata dan bentuknya.”
b) Kaidah dalam masalah sumpah. النية في اليمين تخصص اللفظ العام وال تعمم
اصOOالخ. “Niat dalam sumpah dapat mengkhususkan lafaz} yang
umum dan tidak menjadikan umum lafaz yang khusus.” Selain
kaidah furu’ di atas, kaidah universal al-umuru bimaqasidiha
memiliki kaidah turunan yang disebut dengan kaidah parikular,
bahkan sebagaian ulama membentuk kaidah yang saling berbeda
dalam bentuk redaksi dan titik tekannya.
Seperti yang diklasifikasi oleh Muhammad Azam berikut:
1. Hukum syar’i yang termuat dalam ketentuan hukum yang mayoritas, dapat
difahami darinya hukum-hukum yang berada dalam cakupannya
Kaidah ini termasuk salah satu kaidah yang sangat penting dalam
kajian fikih Islam. Yang menjadi landasan hukum dari kaidah ini adalah hadis
Nabi SAW
4
. Al-Raghib Al-Isfahani, Al-Mufradat fi Garibi Al-Qur’an, Tahqiq Muhammad Sayyid Kailani (Mesir:
Mushtafa Al-Babiy Al-Halabiy, 1961).
5
Armaya Azmi, “Penerapan Kaidah Fikih Tentang Niat ‘Al-Umūru bi Maqāṣidihā’ Dalam Kasus Hukum
Tindak Pidana Pembunuhan,” TAQNIN: Jurnal Syariah dan Hukum 1, no. 2 (December 6, 2019): HLM.
62-63, http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/taqnin/article/view/6360.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kaidah Fikih adalah adalah rumusan dasar hukum yang disusun dalam
kata-kata yang ringkas tapi memuat cakupan dalil-dalil hukum yang luas
untuk menjawab suatu permasalahan hukum. kaidah berasal dari bahasa Arab
yaitu Qa’idah yang berarti asas, dasar atau pondasi.
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Hasby Assidiqy falsafah hukum Islam Bulan Bintang Jakarta 1993,