Anda di halaman 1dari 18

FIQIH IBADAH

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Sholat Fardhu

Doseb pengampu :

Septia Novarisa, MH

Disusun oleh :

BANU REJA

FAKULTAS TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) AL-AZHAAR KOTA LUBUKLINGGAU

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya
saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini dengan judul makalah tentang shalat.
Telah menjadi tekad saya sejak awal untuk menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya. Oleh
karena itu, saya mengerjakan makalah ini dengan sungguh-sungguh dan memberikan berbagai
informasi tentang maraton dan atletik yang saya ambil dari berbagai sumber.
Makalah ini berjudul makalah tentang shalat di dalamnya membahas tentang shalat. Sebagai
makhluk yang lemah dan tak sempurna, saya mengharapkan kritik dan saran demi kemajuan makalah
ini. Saya mohon maaf apabila terdapat banyak kesalahan dan kekurangan dalam menyelesaikan
makalah ini.

Belitibaru 17 maret 2023

Banu reja
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang.................................................................................................1

B. Rumusan Masalah............................................................................................1

C. Tujuan Masalah...............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2

A. Pengertian Shalat fardhu..................................................................................2

B. Syarat Sah Sholat.............................................................................................5

C. Waktu dan Tatacara sholat...............................................................................5

D. Bacaan dalam Shalat........................................................................................7

E. Landasan hukum dari sholat............................................................................7

BAB III PENUTUP...............................................................................................14

A. Kesimpulan....................................................................................................14

BAB III PENUTUP...............................................................................................15


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Shalat merupakan salah satu kewajiban bagi kaum muslimin yang sudah baligh berakal, dan
harus dikerjakan bagi seorang mukmin dalam keadaan bagaimanapun.
Ibadah merupakan suatu kewajiban bagi umat manusia terhadap tuhannya dan dengan ibadah
manusia akan mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan di Dunia dan di Akhirat nanti. Bentuk dan
jenis Ibadah sangat bermacam-macam, seperti Shalat, puasa, naik haji, membaca Al Qur’an, jihad dan
lainnya.
Shalat yang wajib harus didirikan dalam sehari semalam sebanyak lima kali, berjumlah 17
raka’at. Shalat tersebut wajib dilaksanakan oleh muslim baligh tanpa terkecuali baik dalam keadaan
sehat mapun sakit, dalam keadaan susah maupun senang, lapang ataupun sempit.Selain shalat wajib
yang lima ada juga shalat sunat.
Shalat merupkan rukun Islam yang kedua setelah syahadat. Islam didirikan atas lima sendi
(tiang) salah satunya adalah shalat, sehingga barang siapa yang mendirikan shalat, maka dia telah
mendirikan agama, dan barang siapa yang meninggalkan shalat, maka ia meruntuhkan agama (Islam)
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud Shalat fardhu ?
2. Bagaimana syarat-syaratShalat ?
3. Bagaimana waktu & tata cara sholat ?
4. Bagaimana Bacaan Dalam Sholat ?
5. Landasan hukum dari sholat
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Pengertian sholat fardu .
2. Untuk Mengetahui syarat-syarat Sholat .
3. Untuk Mengetahui Waktu & tata cara Sholat .
4. Untuk Mengetahui Bacaan Dalam Shalat.
5. Untuk Mengetahui Landasan hukum sholat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Shalat
1. Pengertian Shalat
Menurut bahasa shalat artinya adalah berdoa, sedangkan menurut istilah shalat adalah suatu
perbuatan serta perkataan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam sesuai dengan
persyaratkan yang ada.
Secara lahiriah shalat berarti beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan
diakhiri dengan salam, yang dengannya kita beribadah kepada Allah menurut syarat-syarat yang telah
ditentukan. Adapun secara hakikinya ialah” berhadapan hati (jiwa) kepada Allah, secara yang
mendatangkan takut kepada-Nya serta menumbuhkan didalam jiwa rasa kebesarannya dan
kesempurnaan kekuasaan-Nya”atau” mendahirkan hajat dan keperluan kita kepada Allah yang kita
sembah dengan perkataan dan pekerjaan atau dengan kedua-duanya.1

1
Zakiyah Daradjat, Ilmu Fiqh Jilid 1, PT Dana Bakti Wakaf, Yogyakarta, 1995, Hlm. 67
B. Syarat-syarat Sholat

1. Syarat wajib sholat maksudnya adalah syarat-syarat atau hal-hal yang menjadikan seseorang
diwajibkan melaksanakan sholat. Syarat wajib itu adalah:
a) Beragama Islam
b) Baligh
c) Suci dari haid dan nifas bagi perempuan
d) Berakal sehat
e) Telah sampai dakwah Islam kepadanya.
f) Melihat atau mendengar, bagi yang buta dan tuli sejak lahir tidak dituntut dengan hukum
karena ia tidak bisa belajar hukum Islam tersebut.
2. Syarat sah sholat, adalah sesuatu yang harus dipenuhi sebelum melakukan sholat sehingga
hukum sholat menjadi sah. Syarat sah tersebut adalah:
a) Suci dari hadas besar dan hadas kecil
b) Suci badan, pakaian dan tempat dari najis
c) Menutup aurat
d) Masuk waktu sholat
e) Menghadap kiblat
f) Mengetahui cara-cara mengerjakan sholat
g) Tidak melakukan sesuatu yang dapat membatalkan sholat.

C. Waktu sholat & Tata cara sholat/Rukun


1.Waktu dalam Shalat
Dari isyarat dalam Al-Quran serta keterangan yang lebih jelas dari hadits-hadits nabawi, para
ulama kemudian menyusun tulisan dan karya ilmiah untuk lebih jauh mendiskripsikan apa yang
mereka pahami dari nash-nash itu. Maka kita dapati deskripsi yang jauh lebih jelas dalam kitab-kitab
fiqih yang menjadi masterpiece para fuqoha. Diantaranya yang bisa disebutkan adalah :
keterangan yang jauh lebih spesifik tentang waktu-waktu shalat. Kesimpulan dari semua
keterangan itu adalah sebagai berikut :
1. Waktu Shalat Fajr (Shubuh)
Dimulai sejak terbitnya fajar shadiq hingga terbitnya matahari. Fajar dalam istilah bahasa arab
bukanlah matahari. Sehingga ketika disebutkan terbit fajar, bukanlah terbitnya matahari. Fajar adalah
cahaya putih agak terang yang menyebar di ufuk Timur yang muncul beberapa saat sebelum matahari
terbit.
Ada dua macam fajar, yaitu fajar kazib dan fajar shadiq. Fajar kazib adalah fajar yang
`bohong` sesuai dengan namanya. Maksudnya, pada saat dini hari menjelang pagi, ada cahaya agak
terang yang memanjang dan mengarah ke atas di tengah di langit. Bentuknya seperti ekor sirhan
(srigala), kemudian langit menjadi gelap kembali. Itulah fajar kazib.
Sedangkan fajar yang kedua adalah fajar shadiq, yaitu fajar yang benar-benar fajar yang
berupa cahaya putih agak terang yang menyebar di ufuk Timur yang muncul beberapa saat sebelum
matahari terbit. Fajar ini menandakan masuknya waktu shubuh.
Jadi ada dua kali fajar sebelum matahari terbit. Fajar yang pertama disebut dengan fajar kazib
dan fajar yang kedua disebut dengan fajar shadiq. Selang beberapa saat setelah fajar shadiq, barulah
terbit matahari yang menandakan habisnya waktu shubuh. Maka waktu antara fajar shadiq dan
terbitnya matahari itulah yang menjadi waktu untuk shalat shubuh.2
Di dalam hadits disebutkan tentang kedua fajar ini :
Fajar itu ada dua macam. Pertama, fajar yang mengharamkan makan dan menghalalkan shalat.
Kedua, fajar yang mengharamkan shalat (shalat Shubuh) dan menghalalkan makan.”. (HR. Ibnu
Khuzaemah dan Al-Hakim)
: ْ‫ َﻭﻓَﺠْ ٌﺮ ﺗَﺤْ ُﺮ ُﻡ ﻓِﻴ ِﻪ ﺍَﻟﺼَّﻼﺓُ – ﺃَﻱ‬, ُ‫ ﻓَﺠْ ٌﺮ ﻳُ َﺤﺮِّ ُﻡ ﺍَﻟﻄَّ َﻌﺎ َﻡ َﻭﺗَ ِﺤﻞُّ ﻓِﻴ ِﻪ ﺍَﻟﺼَّﻼﺓ‬: ‫ﺍﻥ‬
ِ ‫ﺎﻝ َﺭﺳُﻮ ُﻝ ﻪَّﻠﻟَﺍ ِ ( ﺹ ) ﺍَ ْﻟﻔَﺠْ ُﺮ ﻓَﺠْ َﺮ‬
َ َ‫ ﻗ‬: ‫ﺿ َﻲ ﻪَّﻠﻟَﺍ ُ َﻋ ْﻨﻬُ َﻤﺎ ﻗَﺎ َﻝ‬ ٍ ‫ﻋ َْﻦ ﺍِﺑ ِْﻦ َﻋﺒَّﺎ‬
ِ ‫ﺱ َﺭ‬
َ ‫ْﺢ – َﻭﻳَ ِﺤ َّﻞ ﻓِﻴ ِﻪ ﺍَﻟﻄَّ َﻌﺎ ُﻡ َﺭ َﻭﺍﻩُ ﺍِﺑْﻦُ ُﺧ َﺰ ْﻳ َﻤﺔَ َﻭ ْﺍﻟ َﺤﺎ ِﻛ ُﻢ َﻭ‬
ُ‫ﺻ َّﺤ َﺤﺎﻩ‬ ِ ‫ﺻﻼﺓُ ﺍَﻟﺼُّ ﺒ‬
َ
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda,”Fajar itu ada dua macam. Pertama, fajar yang mengharamkan makan dan menghalalkan
shalat. Kedua, fajar yang mengharamkan shalat (shalat Shubuh) dan menghalalkan makan.”. (HR.
Ibnu Khuzaemah dan Al-Hakim)
Batas akhir waktu shubuh adalah terbitnya matahari sebagaimana disebutkan dalam hadits
berikut ini.
ْ ‫ﺻﻼ ِﺓ ﺍَﻟﺼُّ ﺒْﺢ ِﻣ ْﻦ ﻃُﻠُﻮﻉ ﺍَ ْﻟﻔَﺠْ ِﺮ َﻣﺎ ﻟَ ْﻢ ﺗ‬
‫َﻄﻠُ ْﻊ ﺍَﻟ َّﺸ ْﻤﺲُ َﺭ َﻭﺍﻩُ ُﻣ ْﺴﻠِ ٌﻢ‬ ُ ‫ َﻭ َﻭ ْﻗ‬: ‫ﺎﻝ‬
َ ‫ﺖ‬ َّ ِ‫ﺿ َﻲ ﻪَّﻠﻟَﺍ ُ َﻋ ْﻨﻬُ َﻤﺎ ; ﺃَ َّﻥ ﻧَﺒ‬
َ َ‫ﻲ ﻪَّﻠﻟَﺍ ِ ( ﺹ ) ﻗ‬ ِ ‫ﻋ َْﻦ َﻋ ْﺒ ِﺪ ﻪَّﻠﻟَﺍ ِ ﺑ ِْﻦ َﻋ ْﻤ ِﺮ ٍﻭ َﺭ‬
ِ ِ
Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda,”Dan waktu shalat shubuh dari terbitnya fajar (shadiq) sampai sebelum terbitnya
matahari”. (HR. Muslim)
2. Waktu Shalat Zhuhur
Dimulai sejak matahari tepat berada di atas kepala namun sudah mulai agak condong ke arah
barat. Istilah yang sering digunakan dalam terjemahan bahasa Indonesia adalah tergelincirnya
matahari. Sebagai terjemahan bebas dari kata zawalus syamsi. Namun istilah ini seringkali
membingungkan karena kalau dikatakan bahwa `matahari tegelincir`, sebagian orang akan berkerut
keningnya, “Apa yang dimaksud dengan tergelincirnya matahari?”.
Zawalusy-syamsi adalah waktu di mana posisi matahari ada di atas kepala kita, namun sedikit
sudah mulai bergerak ke arah barat. Jadi tidak tepat di atas kepala.
Dan waktu untuk shalat zhuhur ini berakhir ketika panjang bayangan suatu benda menjadi
sama dengan panjang benda itu sendiri. Misalnya kita menancapkan tongkat yang tingginya 1 meter
2
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Penerjemah: Nor Hasanuddin, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006) hal 80
di bawah sinar matahari pada permukaan tanah yang rata. Bayangan tongkat itu semakin lama akan
semakin panjang seiring dengan semakin bergeraknya matahari ke arah barat. Begitu panjang
bayangannya mencapai 1 meter, maka pada saat itulah waktu Zhuhur berakhir dan masuklah waktu
shalat Ashar.
Ketika tongkat itu tidak punya bayangan baik di sebelah barat maupun sebelah timurnya,
maka itu menunjukkan bahwa matahari tepat berada di tengah langit. Waktu ini disebut dengan waktu
istiwa`. Pada saat itu, belum lagi masuk waktu zhuhur. Begitu muncul bayangan tongkat di sebelah
timur karena posisi matahari bergerak ke arah barat, maka saat itu dikatakan zawalus-syamsi atau
matahari tergelincir`. Dan saat itulah masuk waktu zhuhur.3
Namun hukumnya mustahab bila sedikit diundurkan bila siang sedang panas-panasnya,
dengan tujuan agar memudahkan dan bisa menambah khusyu’
Dalilnya adalah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berikut ini :
َّ ‫ﺍﻟﺤﺮُّ ﺃَﺑ َْﺮ َﺩ ﺑِﺎﻟ‬
‫ﺼﻼَ ِﺓ ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ‬ َ ‫ﺼﻼَ ِﺓ َﻭﺇِ َﺫﺍ ﺍ ْﺷﺘَ َّﺪ‬
َّ ‫ َﻛﺎﻥَ ﺍﻟﻨَّﺒِ ّﻲ ( ﺹ ) ﺇِ َﺫﺍ ﺍ ْﺷﺘَ َّﺪ ﺍﻟﺒَﺮْ ُﺩ ﺑَ َّﻜ َﺮ ﺑِﺎﻟ‬: ‫ﺎﻝ‬ ٍ َ‫ﻋ َْﻦ ﺃَﻧ‬
َ َ‫ﺲ ﻗ‬
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
bila dingin sedang menyengat, menyegerakan shalat. Tapi bila panas sedang menyengat, beliau
mengundurkan shalat. (HR. Bukhari)
3. Waktu Shalat Ashar
Waktu shalat Ashar dimulai tepat ketika waktu shalat Zhuhur sudah habis, yaitu semenjak
panjang bayangan suatu benda menjadi sama panjangnya dengan panjang benda itu sendiri. Dan
selesainya waktu shalat Ashar ketika matahari tenggelam di ufuk barat. Dalil yang menujukkan hal
itu antara lain hadits berikut ini :4
ْ ‫ َﻣ ْﻦ ﺃَ ْﺩﺭَﻙَ ِﻣ ْﻦ ﺍَﻟﺼُّ ﺒْﺢ َﺭ ْﻛ َﻌﺔً ﻗَ ْﺒ ِﻞ ﺃَ ْﻥ ﺗ‬: ‫ُﻮﻝ ﻪَّﻠﻟَﺍ ِ ( ﺹ ) ﻗَﺎ َﻝ‬
‫ َﻭ َﻣ ْﻦ ﺃَ ْﺩﺭَﻙَ َﺭ ْﻛ َﻌﺔً ِﻣ ْﻦ‬, ‫َﻄﻠُ َﻊ ﺍَﻟ َّﺸ ْﻤﺲُ ﻓَﻘَ ْﺪ ﺃَ ْﺩﺭَﻙَ ﺍَﻟﺼُّ ْﺒ َﺢ‬ َ ‫َﻭﻋ َْﻦ ﺃَﺑِﻲ ﻫ َُﺮﻳ َْﺮﺓَ ( ﺭ ) ﺃَ َّﻥ َﺭﺳ‬
ِ
ٌ َ‫ُﺏ ﺍَﻟ َّﺸ ْﻤﺲُ ﻓَﻘَ ْﺪ ﺃَ ْﺩﺭَﻙَ ﺍَ ْﻟ َﻌﺼْ َﺮ ُﻣﺘَّﻔ‬
‫ﻖ َﻋﻠَ ْﻴ ِﻪ‬ َ ‫ﺍَ ْﻟ َﻌﺼْ ِﺮ ﻗَﺒ َْﻞ ﺃَ ْﻥ ﺗَ ْﻐﺮ‬
Dari Abi Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,”Orang yang mendapatkan satu rakaat dari shalat shubuh sebelum tebit
matahari, maka dia termasuk orang yang mendapatkan shalat shubuh. Dan orang yang
mendapatkan satu rakaat shalat Ashar sebelum matahari terbenam, maka dia termasuk mendapatkan
shalat Ashar”. (HR. Muttafaq ‘alaihi).
Namun jumhur ulama mengatakan bahwa dimakruhkan melakukan shalat Ashar tatkala sinar
matahari sudah mulai menguning yang menandakan sebentar lagi akan terbenam. Sebab ada hadits
nabi yang menyebutkan bahwa shalat di waktu itu adalah shalatnya orang munafiq.
َ‫َﺖ ﺑَ ْﻴﻦَ ﻗَﺮْ ﻧَﻲ ﺍﻟ َّﺸ ْﻴﻄَﺎﻥَ ﻗَﺎ َﻡ ﻓَﻨَﻘَ َﺮﻫَﺎ ﺃَﺭْ ﺑَﻌًﺎ ﻻ‬ َ ‫ﻖ ﻳ َﺠﻠِﺲُ ﻳَﺮْ ﻗُﺐُ ﺍﻟ َّﺸ ْﻤ‬
ْ ‫ﺲ َﺣﺘَّﻰ ﺇِ َﺫﺍ ﻛَﺎﻧ‬ ِ ِ‫ﺻﻼَﺓُ ﺍﻟ ُﻤﻨَﺎﻓ‬ َ ‫ ﺗِ ْﻠ‬: ‫ُﻮﻝ ﻪﻠﻟﺍِ ( ﺹ ) ﻳَﻘُﻮ ُﻝ‬
َ ‫ﻚ‬ ُ ‫ ﺳ َِﻤﻌ‬: ‫ﺎﻝ‬
َ ‫ْﺖ َﺭﺳ‬ ٍ َ‫ﻋ َْﻦ ﺃَﻧ‬
َ َ‫ﺲ ﻗ‬
‫ ﻭﺍﺑﻦ ﻣﺎﺟﺔ‬، ‫ ﺇﻻ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ‬، ‫ﻳَ ْﺬ ُﻛ ُﺮ ﻪﻠﻟﺍَ ﺇِﻻَّ ﻗَﻠِ ْﻴﻼً ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺠﻤﺎﻋﺔ‬
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata,”Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,”…Itu adalah shalatnya orang munafik yang duduk menghadap matahari hingga
3
Ibid hal 82
4
Hamid ,Abdul. Beni HMd Saebani, Fiqh Ibadah, (Bandung: Pustaka Setia, 2009) hal 59
saat matahari berada di antara dua tanduk syetan, dia berdiri dan membungkuk 4 kali, tidak
menyebut nama Allah kecuali sedikit”. (HR. Jamaah kecuali Bukhari dan Ibnu Majah).
Bahkan ada hadits yang menyebutkan bahwa waktu Ashar sudah berakhir sebelum matahari
terbenam, yaitu pada saat sinar matahari mulai menguning di ufuk barat sebelum terbenam.
‫ﺖ ﺍَ ْﻟ َﻌﺼْ ِﺮ َﻣﺎ ﻟَ ْﻢ ﺗَﺼْ ﻔَ َّﺮ ﺍَﻟ َّﺸ ْﻤﺲُ َﺭ َﻭﺍﻩُ ُﻣ ْﺴﻠِ ٌﻢ‬ َّ ِ‫ﺿ َﻲ ﻪَّﻠﻟَﺍ ُ َﻋ ْﻨﻬُ َﻤﺎ ; ﺃَ َّﻥ ﻧَﺒ‬
َ َ‫ﻲ ﻪَّﻠﻟَﺍ ِ ( ﺹ ) ﻗ‬
ُ ‫ َﻭ َﻭ ْﻗ‬: ‫ﺎﻝ‬ ِ ‫ﻋ َْﻦ َﻋ ْﺒ ِﺪ ﻪَّﻠﻟَﺍ ِ ﺑ ِْﻦ َﻋ ْﻤ ِﺮ ٍﻭ َﺭ‬
Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda,”Dan waktu shalat Ashar sebelum matahari menguning”.(HR. Muslim)
Shalat Ashar adalah shalat wustha menurut sebagian besar ulama. Dasarnya adalah hadits
Aisah ra.
‫ﻌﺼﺮ‬
ِ ‫ﺻﻼَﺓُ ْﺍﻟ‬
َ ‫ﺼﻼَﺓُ ْﺍﻟ ُﻮ ْﺳﻄَﻰ‬
َّ ‫ﺼﻼَ ِﺓ ْﺍﻟ ُﻮ ْﺳﻄَﻰ – ﻭﺍﻟ‬ ِ ‫ﺼﻠَ َﻮﺍ‬
َّ ‫ﺕ ﻭﺍﻟ‬ ْ ُ‫ َﺣﺎﻓِﻈ‬: ‫ُﻮﻝ ﻪﻠﻟﺍ ( ﺹ ) ﻗَﺎ َﻝ‬
َّ ‫ﻮﺍ َﻋﻠَﻰ ﺍﻟ‬ َ ‫ﺿ َﻲ ﻪَّﻠﻟَﺍ ُ َﻋ ْﻨﻬَﺎ ﺃَ َّﻥ َﺭﺳ‬
ِ ‫ﻋ َْﻦ ﻋَﺎﺋِ َﺸﺔَ َﺭ‬
Dari Aisah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaca
ayat :”Peliharalah shalat-shalatmu dan shalat Wustha”. Dan shalat Wustha adalah shalat Ashar.
(HR. Abu Daud dan Tirmizy dan dishahihkannya)
Dari Ibnu Mas`ud dan Samurah radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda,”Shalat Wustha adalah shalat Ashar”. (HR. Tirmizy)
Namun masalah ini memang termasuk dalam masalah yang diperselisihkan para ulama. Asy-
Syaukani dalam kitab Nailul Authar jilid 1 halaman 311 menyebutkan ada 16 pendapat yang berbeda
tentang makna shalat Wustha. Salah satunya adalah pendapat jumhur ulama yang mengatakan bahwa
shalat Wustha adalah shalat ashar. Sedangkan Imam Malik berpendapat bahwa shalat itu adalah
shalat shubuh.5
4. Waktu Shalat Maghrib
Dimulai sejak terbenamnya matahari dan hal ini sudah menjadi ijma` (kesepakatan) para
ulama. Yaitu sejak hilangnya semua bulatan matahari di telan bumi. Dan berakhir hingga hilangnya
syafaq (mega merah). Dalilnya adalah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :
ِ ‫ﺻﻼ ِﺓ ﺍَ ْﻟ َﻤ ْﻐ ِﺮ‬
ُ َ‫ﺏ َﻣﺎ ﻟَ ْﻢ ﻳَ ِﻐﺐْ ﺍَﻟ َّﺸﻔ‬
‫ﻖ َﺭ َﻭﺍﻩُ ُﻣ ْﺴﻠِ ٌﻢ‬ ُ ‫ َﻭ َﻭ ْﻗ‬: ‫ﺎﻝ‬
َ ‫ﺖ‬ َّ ِ‫ﺿ َﻲ ﻪَّﻠﻟَﺍ ُ َﻋ ْﻨﻬُ َﻤﺎ ; ﺃَ َّﻥ ﻧَﺒ‬
َ َ‫ﻲ ﻪَّﻠﻟَﺍ ِ ( ﺹ ) ﻗ‬ ِ ‫ﻋ َْﻦ َﻋ ْﺒ ِﺪ ﻪَّﻠﻟَﺍ ِ ﺑ ِْﻦ َﻋ ْﻤ ِﺮ ٍﻭ َﺭ‬
Dari Abdullah bin Amar radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda,”Waktu Maghrib sampai hilangnya shafaq (mega)”. (HR. Muslim).
Syafaq menurut para ulama seperti Al-Hanabilah dan As-Syafi`iyah adalah mega yang
berwarna kemerahan setelah terbenamnya matahari di ufuk barat. Sedangkan Abu Hanifah
berpendapt bahwa syafaq adalah warna keputihan yang berada di ufuk barat dan masih ada meski
mega yang berwarna merah telah hilang. Dalil beliau adalah :
Dari Abi Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda,”Dan akhir waktu Maghrib adalah hingga langit menjadi hitam”. (HR. Tirmizy)
Namun menurut kitab Nashbur-rayah bahwa hadits ini sanadnya tidak shahih.
5. Waktu Shalat Isya`
5
Ibid hal 70
Dimulai sejak berakhirnya waktu maghrib sepanjang malam hingga dini hari tatkala fajar
shadiq terbit. Dasarnya adalah ketetapan dari nash yang menyebutkan bahwa setiap waktu shalat itu
memanjang dari berakhirnya waktu shalat sebelumnya hingga masuknya waktu shalat berikutnya,
kecuali shalat shubuh.
‫ﺖ ﺍﻷُ ْﺧ َﺮﻯ ” ﺃَ ْﺧ َﺮ َﺟﻪُ ُﻣ ْﺴﻠِﻢ‬ ِّ ‫ ﺇِﻧَّ َﻤﺎ ﺍَﻟﺘَّ ْﻔ ِﺮﻳﻂُ ﺃَ ْﻥ ﻳُﺆ‬: ‫ﻋ َْﻦ ﺃَﺑِﻲ ﻗَﺘَﺎ َﺩﺓَ ( ﺭ ) ﺃَ َّﻥ َﺭﺳُﻮ َﻝ ﻪَّﻠﻟَﺍ ِ ( ﺹ ) ﻗَﺎ َﻝ‬
ُ ‫َﺧ َﺮ ﺍﻟﺼَّﻼﺓَ َﺣﺘَّﻰ ﻳَ ْﺪ ُﺧ َﻞ َﻭ ْﻗ‬
Dari Abi Qatadah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda,”Tidaklah tidur itu menjadi tafrith, namun tafrith itu bagi orang yang belum shalat hingga
datang waktu shalat berikutnya”. (HR. Muslim)
Sedangkan waktu mukhtar (pilihan) untuk shalat `Isya` adalah sejak masuk waktu hingga 1/3
malam atau tengah malam. Atas dasar hadits berikut ini.
‫ ﺇِﻧَّﻪُ ﻟَ َﻮ ْﻗﺘُﻬَﺎ ﻟَﻮْ ﻻ ﺃَ ْﻥ‬: ” ‫ﺼﻠَّﻰ َﻭﻗَﺎ َﻝ‬ َ ‫ ﺃَ ْﻋﺘَ َﻢ َﺭﺳُﻮ ُﻝ ﻪَّﻠﻟَﺍ ِ ( ﺹ ) َﺫﺍﺕَ ﻟَ ْﻴﻠَ ٍﺔ ﺑِ ْﺎﻟ َﻌﺸَﺎﺀِ َﺣﺘَّﻰ َﺫﻫ‬: ‫ﺖ‬
َ َ‫ ﻓ‬, ‫َﺐ ﻋَﺎ َّﻣﺔُ ﺍَﻟﻠَّ ْﻴ ِﻞ ﺛُ َّﻢ َﺧ َﺮ َﺝ‬ ْ َ‫ﺿ َﻲ ﻪَّﻠﻟَﺍ ُ َﻋ ْﻨﻬَﺎ ﻗَﺎﻟ‬
ِ ‫ﻋ َْﻦ ﻋَﺎﺋِ َﺸﺔَ َﺭ‬
‫ﻖ َﻋﻠَﻰ ﺃُ َّﻣﺘِﻲ َﺭ َﻭﺍﻩُ ُﻣ ْﺴﻠِ ٌﻢ‬َّ ‫ﺃَ ُﺷ‬
Dari Aisah radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
mengakhirkan / menunda shalat Isya` hingga leat tengah malam, kemudian beliau keluar dan
melakukan shalat. Lantas beliau bersabda,”Seaungguhnya itu adalah waktunya, seandainya aku
tidak memberatkan umatku.”. (HR. Muslim)
َ ‫ َﻭ َﻛﺎﻥَ َﻳ ْﻜ َﺮﻩُ ﺍَﻟﻨَّﻮْ َﻡ ﻗَ ْﺒﻠَﻬَﺎ َﻭ ْﺍﻟ َﺤ ِﺪ‬, ²ِ‫َﺧ َﺮ ِﻣ ْﻦ ﺍَ ْﻟ ِﻌﺸَﺎﺀ‬
ٌ َ‫ﻳﺚ ﺑَ ْﻌ َﺪﻫَﺎ ُﻣﺘَّﻔ‬
‫ﻖ َﻋﻠَ ْﻴ ِﻪ‬ ِّ ‫ َﻭ َﻛﺎﻥَ ﻳَ ْﺴﺘ َِﺤﺐُّ ﺃَ ْﻥ ﻳُﺆ‬: ‫ﺎﻝ‬
َ َ‫َﻭﻋ َْﻦ ﺃَﺑِﻲ ﺑَﺮْ ﺯَ ﺓَ ﺍﻻ ْﺳﻠَ ِﻤ ِّﻲ ﻗ‬
Dari Abi Bazrah Al-Aslami berkata,”Dan Rasulullah suka menunda shalat Isya’, tidak suka
tidur sebelumnya dan tidak suka mengobrol sesudahnya. (HR. Muttafaq ‘alaihi)
Dan waktu Isya’ kadang-kadang, bila beliau shallallahu ‘alaihi wasallam melihat mereka (para
shahabat) telah berkumpul, maka dipercepat. Namun bila beliau melihat mereka berlambat-lambat,
maka beliau undurkan. (HR. Bukhari Muslim)
2.Tata cara sholat / Rukun sholat
Shalat mempunyai rukun-rukun yang harus dilakukan sesuai dengan aturan dan ketentuannya,
sehingga apabila tertinggal salah satu darinya, maka hakikat shalat tersebut tidak mungkin tercapai
dan shalat itu pun dianggap tidak sah menurut syara.

1. Niat.
Hal ini berdasarkan kepada firman Allah SWT:
‫صلَوة ََويُْؤ تُواالزَ كَوة ََو َذلِكَ ِديْنُ القَيِّ َم ِة‬ ِ ِ‫َو َمااُوْ ِمرُوااِاّل َلِيُ ْعبُدُواهللا ُم ْخل‬
َّ ‫ص ْينَ لَهُ ال ِّد ْينَ ُخنَفَآ َء َويُقِ ْي ُمواال‬
Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat
dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus”. (Al-Bayyinah: 98).
2. Takbiratul ihram.
Hal ini berdasarkan hadist dari Ali RA berikut ini:
‫ وتحليلها‬،‫ وتحريمها التكبير‬،‫ مفتاح الصالة الطهور‬:‫عن علي أن النبي صلى هللا عليه وسلم قال‬
)‫التسليم (رواه الدارم‬
Artinya: “Dari Ali RA, Nabi Muhammad SAW bersabda, kunci shalat bersuci, pembukaannya
membaca takbir dan penutupannya adalah membaca salam”. (H.R. Ad-Darimi).
Takbiratul ihram ini hanya dapat dilakukan dengan membaca lafadz Allahu Akbar.
3. Berdiri Pada Saat Mengerjakan Shalat Fardhu.
Hukum berdiri ketika mengerjakan shalat fardhu adalah wajib. Hal ini berdasarkan sabda
Rasulullah SAW: Yang artinya: Dari Imran bin Husain RA berkata, aku menderita penyakit ambien,
lalu aku bertanya kepada Nabi SAW mengenai cara mengerjakan shalat yang harus aku lakukan, Nabi
SAW bersabda: “ Shalatlah dalam keadaan berdiri, jika engkau tidak mampu, melaksanakan dalam
keadaan duduk, jika engkau tidak mampu melakukannya, maka kerjakanlah dalam keadaan
berbaring”. (H.R. Bukhari).6
4. Membaca al-Fatihah.
Ada beberapa hadits shahih yang menyatakan kewajiban membaca surat al-Fatihah pada
setiap rakaat, baik pada saat mengerjakan shalat fardhu maupun shalat sunnah. Diantaranya:
‫عن عبادة بن الصامت يبلغ به النبي صلى هللا عليه وسلم ال صالة لمن لم يقرأ بفاتحة ا‬
)‫لكتاب (رواه مسلم‬
Artinya: Dari Ubadah bin Shamit RA, Nabi SAW bersabda, “Tidak sah shalat seseorang yang tidak
membaca surah Fatihatul Kitab”. (H.R. Musl
Dalam Mazhab Syafi`i, basmallah merupakan satu ayat dari pada surah al-Fatihah, maka
membaca bismillah hukumnya adalah wajib.
5. Ruku’.

6
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, Sinar Baru Algensindo, Bandung, 2012, Hlm. 70
Kefardhuanya telah diakui secara ijma`, berdasarkan firman Allah SWT:
َ ‫يََأيُّهَاالَّ ِذ ْينَ أ َمنُوااَرْ َكعُوا َوا ْس ُجد‬
َ‫ُواوا ْعبُدُوا َربَّ ُك ْم وا ْف َعلُواال َخي َْرلَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُوْ ن‬
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah tuhanmu dan
berbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan. (al-Hajj: 77).
Ruku’ dikatakan sempurna, jika dilakukan dengan cara membungkukkan tubuh, dimana kedua
tangan dapat mencapai dan memegang kedua lutut.
6. Sujud dua kali setiap raka'at.
Anggota-anggota sujud adalah kening, hidung, kedua telapak tangan, kedua lutut dan kedua
telapak kaki.
7. Duduk antara dua sujud.
8. Membaca tasyahud akhir.
9. Duduk pada tasyahud akhir.
10. Shalawat kepada Nabi SAW setelah tasyahud akhir.
11. Duduk diwaktu membaca shalawat.
12. Memberi salam.
13. Tertib.7

D. BACAAN DALAM SHOLAT

-Takbiratul Ihram-

ALLAHU AKBAR
Artitnya:
Allah Maha Besar

- Bacaan Do’a Iftitah -

7
Ibid hal 74
ALLAHU AKBAR, KABIERAW WALHAMDULILLAHI KATSIERA. WASUBHANALLAHI BUKRATAW WA-
ASHILA.
WAJJAHTU WAJHIA LILLADZIE FATHARAS SAMAWATI WAL ARDLA HANIEFAN MUSLIMAWWAMA
ANAMINAL MUSYRIEKIEN. INNA SHALATI WANUSUKI WAMAHYAYA WAMAMATI LILLAHI
RABBIL’ALAMIEN. LASYARAKIEKA LAHU WABIDZALIKA UMIRTU WA ANA MINAL MUSLIMIEN.
Artinya :
Maha besar Allah, segala puji bagi Allah sebanyak-banyaknya. Maha Suci Allah pagi dan sore.
Saya menghadapkan muka saya kepada Tuhan pencipta langit dan bumi dengan rendah hati dan
sejujur-jujurnya sebagai seorang muslim, bukan sebagai seorang musyrik. Sesungguhnya shalatku,
ibadahku, hidup dan matiku bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam. Tiada sekutu bagiNya. Begitulah saya
diperintah, dan saya sebahagian dari orang islam.

- Surat Al Fatihah -

BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIM.
ALHAMDU LILLAHI-ROBBIL ‘ALAMIN. ARRAHMA NIRRAHIM. MALIKI YAUMIDDIN. IYYAKA NA’BUDU
WAIYYA-KANASTA’IN IHDINASH-SHIRA-THAL MUSTAQIM, SHIRATHALLADZINA AN’AMTA’ALAIHIM
GHAIRIL MAGHDHUBI ‘ALAIHIM. WALADL DLAALLIIN, AMIN
Artinya :
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah,
Tuhan seru sekalian alam. Yang pengasih dan penyayang. Yang menguasai hari kemudian. Pada-Mulah
aku menyembah, dan kepada-Mulah aku meminta pertolongan. Tunjukilah kami ke jalan yang lurus.
Bagaikan jalannya orang-orang yang telah Engkau beri ni’mat. Bukan jalan mereka yang pernah Engkau
murkai,atau jalannya orang-orang yang sesat.
-Membaca Surat Al-Quran-
Bagi yang sholat sendirian atau menjadi imam setelah membaca alfatiha di sunahkan membaca surat Al-
Quran

- Ruku -

SUBHAANA RABBIYAL ADZIIMI WABIHAMDIHII ( 3 kali )


Artinya :
Mahasuci Allah Maha Agung serta memujilah aku kepadaNya.

- I’tidal -

SAMI’ALLAAHU LIMAN HAMIDAH.


Artinya :
Allah mendengar orang yang memujiNya.

Pada waktu berdiri tegak ( I’tidal ) terus membaca :

RABBANAA LAKAL HAMDU MIL USSAMAWAATI WAMI UL ARDLI WAMIL UMAA SYI’TA MIN SYAI’IN
BA’DU
Artinya :
Ya Allah Tuhan kami! Bagi-Mu segala puji, sepenuh langit dan bumi, dan sepenuh barang yang Kau
kehendaki sesudah itu
- Sujud -

SUBHAANA RABBIYAL A’LAA WABIHAMDIHII ( 3 kali )


Artinya :
Maha Suci Allah, serta memujilah aku kepada-Nya.

- Duduk diantara dua sujud -

RABBIGHFIRLII WARHAMNII WAJBURNII WARFA’NII WARZUQNII WAHDINII WA’AAFINI


WA’FUANNII.

Artinya :
Ya Allah, ampunilah dosaku, belas kasihanilah aku dan cukupkanlah segala kekurangan dan angkatlah
derajat kami dan berilah rizqi kepadaku, dan berilah aku petunjuk dan berilah kesehatan kepadaku dan
berilah ampunan kepadaku.

- Tahiyat awal -

ATTAHIYYATUL MUBARAKAATUSH SHOLAWAATUTH THAYYIBATU LILLAAH, ASSALAAMU’ALAIKA


AYYUHAN NABIYYU WARAHMATULLAAHI WABARAKAATUH, ASSALAAMU’ALAINA WA’ALAA
‘IBAADILLAAHISH SHOOLIHIIN. ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLALLAAH, WAASYHADU ANNA
MUHAMMADAN RASUULULLAAH. ALLAHHUMMA SHOLLI ‘ALAA SAIDINA MUHAMMAD WA ‘ALA
AALIHI SAIDINA MUHAMMAD.
Artinya :
Ya Allah, segala penghormatan, keberkahan, sholawat dan kebaikan hanya milik-Mu ya Allah,- Wahai
Nabi selamat sejahatera semoga tercurah kepada Engkau wahai Nabi Muhammad, – semoga juga
Rahmat Allah dan Berkah-Nya pun tercurah kepadamu wahai Nabii,- Semoga salam sejahtera tercurah
kepada kami dan hamba-hamba-Mu yang sholeh. – Ya Allah aku bersumpah dan berjanji bahwa tiada
ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau ya Allah, dan aku bersumpah dan berjanji
sesungguhnya Nabi Muhammad adalah utusan-Mu Ya Allah. – Ya Allah, limpahkan shalawat-Mu kepada
Nabi Muhammad dan limpahkan juga shalawat kepada keluarga Nabi Muhammad.
- Tahiyat akhir -

Setelah baca seperti tahiyat awal dilanjutkan dengan


...KAMAA SHOLAITA ‘ALA SAIDINA IBRAHIIM WA ‘ALA AALIHI SAIDINA IBRAHIIM, WA BAARIK ‘ALA
SAIDINA MUHAMMAD WA ‘ALA AALIHI SAIDINA MUHAMMAD, KAMAA BAARAKTA ‘ALA SAIDINA
IBRAHIIM WA ‘ALA AALIHI SAIDINA IBRAHIIM, FIL ALAMINA INNAKA HAMIIDUM MAJIID.
Artinya :
…sebagaimana Engkau telah limpahkan shalawat kepada Nabi Ibrahim dan juga kepada keluarga Nabi
Ibrahim, dan berkatilah Ya Allah Nabi Muhammad dan berkatilah juga keluarga Nabi Muhammad,
sebagaimana Engkau telah memberkati Nabi Ibrahim dan juga kepada keluarga Nabi Ibrahim,
Sesungguhnya Engkau Ya Allah Maha Terpuji lagi Maha Mulia.

- Salam -

ASSALAAMU’ALAIKUM WARAHMATULLAAHI.
Artinya :
Keselamatan dan rahmat Allah semoga tetap pada kamu sekalian.

E. Dalil-dalil / Landasan Hukum Sholat

Kewajiban atau perintah untuk mendirikan sholat sebagaimana dalam firman Allah SWT dan
dalam beberapa hadits berikut ini :

) ٤٥ : ‫ (سورة العنكبوت‬...‫آء َوالْ ُمْن َك ِر‬ َْ َ َّ ‫الصالََة اِ َّن‬


ِ ‫الصالََة َتْنهى ع ِن الْ َفحش‬ َّ ‫َواَقِ ِم‬
“Dan dirikanlah sholat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar.” [QS
Al-Ankabut: 45]

‫الصلوةَ لِ ِذ ْك ِر ْي‬ ِ
ّ ‫َو اَق ِم‬
…. dirikanlah sholat untuk mengingat-Ku. [QS. Thaahaa : 14]

‫ت َعلَى اْملْؤ ِمنِنْي َ كِتَابًا َم ْو ُق ْوتًا‬ َّ ‫ اِ َّن‬،‫الصلو َة‬


ْ َ‫الصلو َة َكان‬ َّ ‫فَاَقِْي ُموا‬
ُ
Maka dirikanlah sholat, sesungguhnya sholat itu adalah kewajiban yang telah ditentukan waktunya
atas orang-orang yang beriman. [QS. An-Nisaa' : 103]
ِ ‫ َشهاد ِة اَ ْن الَ اِله اِالَّ اهلل و اَ َّن حُم َّم ًدا رسو ُل‬:‫س‬ ِ ِ ِ
‫ َو‬،‫اهلل‬ ُْ َ َ َ ُ َ َ َ ٍ ْ‫ بُيِن َ اْ ِال ْسالَ ُم َعلَى مَخ‬:‫ قَ َال َر ُس ْو ُل اهلل ص‬:‫َع ْن َعْبد اهلل بْ ِن عُ َمَر قَ َال‬
ِ ‫تو‬ ِ ِ َّ ‫ و اِيت ِاء‬،‫الصالَِة‬ ِ
‫ ىف نيل االوطار‬،‫ امحد و البخارى و مسلم‬.‫ضا َن‬ َ ‫ص ْوم َر َم‬ َ َ ‫ َو َح ّج اْ َلبْي‬،‫الز َكاة‬ َْ َ َّ ‫اقَ ِام‬
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Islam itu terdiri atas lima rukun.
Mengakui bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan sesungguhnya Muhammad itu adalah utusan
Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat, hajji ke Baitullah dan puasa Ramadhan.” [HR. Ahmad,
Bukhari dan Muslim, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 333]

Begitu pula semua kaum muslim telah sepakat bahwa Allah SWT telah mewajibkan sholat lima
waktu kepada mereka dalam sehari semalam. Sholat tidak diwajibkan kepada orang-orang gila dan
kafir. Golongan yang menyatakan bahwa mereka adalah sebagai orang-orang kafir, berdasarkan
hadits Jabir, bahwa Rasulullah bersabda :

“Yang membedakan antara seorang muslim dengan seorang kafir adalah karena meninggalkan
sholat”.(HR. Jamaah)

Sebagaiman juga mereka berdalil dengan hadits Ubadah bin Shamit, yaitu:

“Saya mendengar Rasulullah saw bersabda , ada lima sholat yang telah Allah SWT wajibkan kepada
hambanya, barang siapa yang menepatinya dan tidak meninggalkan sedikitpun karena
menyepelekannya, maka niscaya Allah telah memiliki janji untuk memasukan dirinya ke dalam
surganya. Dan barang siapa yang tidak menepati, maka Allah tidak memiliki kepadanya, jika dia
berkehendak dia menyiksanya dan jika berkehendak dia mengampuninya”.(HR. Ahmad).

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Sholat merupakan kewajiban setiap muslim,karena hal ini di syariatkan oleh Allah SWT.
Terlepas dari perbedaan pendapat mengenai prakteknya, hal ini tidak menjadi masalah karena di
dalam al-qur'an sendiri tidak ada ayat yang menjelaskan secara terperinci mengenai praktek sholat.
Tugas dari seorang muslim hanyalah melaksnakan sholat dari mulai baligh sampai napas terakhir,
semua perbedaan mengenai praktek sholat semua pendapat bisa dikatan benar karena masing-masing
memilki dasar dan pendafaatnya masing-masing dan tentunnya berdasarkan ijtihad yang panjang.

Setiap perintah Allah yang di berikan kepada kaum muslimin tentunya memiliki kaidah untuk
kaum muslimin sendiri, seperti halnya umat islam di perintahkan untuk melaksanakan sholat, salah
satu paidahnya yakni supaya umat islam selalu mengingat tuhannya dan bisa meminta karunianya dan
manfaat yang lainnya yakni bisa mendapkan ampunan dari Allah SWT.

Anda mungkin juga menyukai