Di susun guna memenuhi tugas individu mata kuliah Fiqh Perbandingan Mazhab
Semester VI (Enam)
DI SUSUN
NIM: 0301162146
2018
KATA PENGANTAR
Disamping itu, pada hari ini juga saya sebagai penyusun CBR ini masih
diberikan kesempatan oleh Allah ‘Azza wa Jalla untuk menyelesaikan tugas
penyusunan CBR ini. Dan dengan CBR inipun nantinya Allah berikan saya
nikmat dapat memberikan kesesuain dan kemudahan dalam memahami isi dari
CBR yang terdapat di karya ilmiah ini.
i
DAFTAR ISI
PUASA RAMADHAN
A. Hukumnya ...........................................................................................................1
B. Keutamaan Bulan Ramadhan Dan Keistimewaan Beramal Padanya .................2
C. Ancaman Bagi Yang Tidak Puasa Di Bulan Ramadhan .....................................3
D. Menetapkan Bulan ..............................................................................................3
E. Perbedaan Tempat Terbit Bulan .........................................................................4
F. Rukun Puasa........................................................................................................5
G. Atas Siapa Diwajibkan ........................................................................................6
H. Orang Yang Diberi Keringanan Berbuka Dan Wajib Membayar Fidyah ...........6
I. Orang Yang Diberi Keringanan Berbuka Dan Wajib Mengqadha .....................7
J. Manakah Yang Lebih Utama, Berpuasa Atau Berbuka ......................................8
ii
PUASA RAMADHAN
A. HUKUMNYA
َب َعلَى الَّذِينَ ِم ْن قَ ْب ِل ُك ْم لَعَلَّ ُك ْم تَتَّقُون َ يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ُك ِت
ِّ ِ ب َعلَ ْي ُك ُم
َ الصيَا ُم َك َما ُك ِت
َّ ش ِهدَ ِم ْن ُك ُم ال
ش ْه َر ِ َاس َو َب ِِّينَات ِمنَ ْال ُهدَى َو ْالفُ ْرق
َ ان فَ َم ْن ِ ضانَ الَّذِي أ ُ ْن ِز َل فِي ِه ْالقُ ْرآنُ ُهدًى ِلل َّن
َ ش ْه ُر َر َمَ
َّ ُ سفَر فَ ِعدَّة ِم ْن أَيَّام أُخ ََر ي ُِريد
َللاُ بِ ُك ُم ْاليُس َْر َوال ي ُِريد ُ بِ ُك ُم ْالعُس َْر َو ِلت ُ ْك ِملُوا َ ص ْمهُ َو َم ْن َكانَ َم ِريضًا أ َ ْو َعلَى ُ َفَ ْلي
َّ ْال ِعدَّة َ َو ِلت ُ َكبِ ُِّروا
ََللاَ َعلَى َما َهدَا ُك ْم َولَعَلَّ ُك ْم ت َ ْش ُك ُرون
Artinya: “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang
di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia
dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak
dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat
tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barang
siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya
berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran
bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu
bersyukur.” (QS. Al-Baqarah: 185)
1
“Didirikan Islam atas lima dasar, yaitu: mengaku bahwa tidak ada Tuhan yang
berhak disembah melainkan Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah,
mendirikan shalat, membayar zakat, berpuasa pada bulan ramadhan dan naik
haji.”
Dan pada hadis Thalhah bin ‘Ubaidillah tersebut bahwa seorang laki-laki
bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam:
“Ya Rasulullah, katakanlah kepadaku puasa yang diwajibkan Allah atas diriku!”
Nabi menjawab, “Puasa Ramadhan” Bertanya kembali laki-laki tersebut,
“Apakah ada lagi yang wajib atasku?” Rasulullah menjawab, “Tidak, kecuali
anda berpuasa sunnah.”
Dan umat Islam telah ijma’ atau sekata atas wajibnya puasa Ramadhan,
dan bahwa Ia merupakan salah-satu diantara rukun Islam. Hal itu dapat diketahui
dari ajaran agama secara daruri denga tak usah dipikirkan lagi, hingga orang yang
mengingingkarinya berarti kafir dan murtat dari Islam.
Sedangkan pada pembahasan ini, Penulis buku Fiqh Sunnah ini setidaknya
menuliskan ada 5 keutamaan bulan ramadhan, dan beliau tidak mengupas
mengenai perbedaan pendapat diantara mazhab mengenai hal tersebut.
2. Pada bulan itu ditutup pintu-pintu neraka dan dibukakan pintu-pintu surga
serta setan-setan dibelenggu.2
1
HR. Ahmad, Nasa’i dan Baihaqi.
2
HR. Ahmad dan Nasa’i dan sanadnya baik.
3
HR. Muslim.
4
HR. Ahmad, Baihaqi dengan sanad yang baik.
5
HR. Ahmad dan Ash-Habus Sunnah.
2
C. ANCAMAN BAGI YANG TIDAK PUASA DI BULAN RAMADHAN
D. MENETAPKAN BULAN
Dalam menetapkan awal dan akhir bulan ramadhan, Syaikh Sayyid Syabiq
mengemukakan 2 dalil yang menjadi landasan penetapan awal dan akhir bulan
ramadhan tersebut. Dan didalam penetapan bulan ramadhan itu juga terjadi
perselisihan pendapat diantara ‘Ulama.
ام ِه
ِ ص َي َ َّصا َمهُ َوأ َ َم َر الن
ِ اس ِب َ َ أَنِِّى َرأَ ْيتُهُ ف-صلى هللا عليه وسلم- َِللا ُ اس ْال ِهَلَ َل فَأ َ ْخ َب ْرتُ َر
َّ سو َل ُ َّت ََرا َءى الن
2. Diterima dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:
َغ َّم َعلَ ْي ُك ْم فَأ َ ْك ِملُوا ث َ ََلثِين ُ صو ُموا ِل ُرؤْ يَتِ ِه َوأ َ ْف ِط ُروا ِل ُرؤْ يَتِ ِه َوا ْن
ُ س ُكوا لَ َها فَإ ِ ْن ُ
3
Adapun hilal Syawal, maka dapat diterima dengan menghitung bilangan
Ramadhan cukup tiga puluh hari, dan tidak dapat diterima dengan kesaksian
hanya seorang laki-laki saja. Demikian pendapat umumnya fuqaha.
سأَلَنِي َ َ ف،ش ْه ِر َّ آخ ِر ال ِ ث ُ َّم قَ ِد ْمتُ ال َمدِينَةَ فِي، فَ َرأَ ْينَا ال ِه ََل َل لَ ْيلَةَ ال ُج ُمعَ ِة،ش ِام َّ ضانَ َوأَنَا بِال
َ ي ه ََِل ُل َر َم َّ ََوا ْست ُ ِه َّل َعل
أَأ َ ْنتَ َرأَ ْيتَهُ لَ ْيلَةَ ال ُج ُم َع ِة؟: فَقَا َل، فَقُ ْلتُ َرأ َ ْينَاهُ َل ْيلَةَ ال ُج ُم َع ِة،َ َمتَى َرأَ ْيت ُ ُم ال ِه ََلل: فَقَا َل،َ ث ُ َّم ذَك ََر ال ِه ََلل،ا ْبنُ َعبَّاس
َصو ُم َحتَّى نُ ْك ِم َل ث َ ََلثِين َّ لَ ِك ْن َرأ َ ْينَاهُ لَ ْيلَةَ ال: قَا َل،ُام ُم َعا ِو َية
ُ َ فَ ََل نَزَ ا ُل ن،ِس ْبت َ صَ َو،صا ُموا َ َو،اس ُ َّ َرآهُ الن: ُفَقُ ْلت
س َّل َم َّ صلَّى
َ َللاُ َعلَ ْي ِه َو ُ َه َكذَا «أَ َم َرنَا َر، َال: قَا َل،ام ِه
َّ سو ُل
َ َِللا ِ ص َي ِ أ َ َال تَ ْكت َ ِفي ِب ُرؤْ َي ِة ُم َعا ِو َيةَ َو: ُ فَقُ ْلت،ُ أ َ ْو ن ََراه،َي ْو ًما
“Saya pergi ke Syam, dan sewaktu-waktu saya berada disana muncullah hilal
Ramadhan, dan saya saksikan sendiri hilal itu pada malam Jum’at. Kemudian
pada akhir bulan, saya datang kembali ke Madinah dan ditanyai oleh Ibnu Abbas
–kemudian teringat olehnya hilal- katanya:
“Apakah tuan-tuan melihat hilal?”, “Kelihatan oleh saya malam Jum’at” ujar
saya. “Apakah anda sendiri melihatnya?” tanya Ibnu Abbas pula. “Benar”, ujar
saya, “Juga dilihat oleh orang banyak, hingga mereka berpuasa, termasuk
diantaranya adalah Mu’awiyah.”
4
Ibnu Abbas berkata, “Tetapi saya melihatnya malam sabtu”, “Hingga saya akan
terus berpuasa sampai cukup tiga puluh hari, entah kalau kelihatan sebelumnya.”
Saya kemudian bertanya, “Tidakkah cukup menurut anda pengelihatan dan
berpuasanya Mu’awiyah?” “Tidak” ujarnya, “Begitulah yang dititahkan oleh
Rasulullah kepada saya.”10
F. RUKUN PUASA
1. Menahan diri segala yang membatalkan puasa, semenjak terbit fajar hingga
terbenam matahari
ض ِمنَ ْال َخي ِْط األس َْو ِد ُ َللاُ لَ ُك ْم َو ُكلُوا َوا ْش َربُوا َحتَّى َيت َ َبيَّنَ لَ ُك ُم ْال َخ ْي
ُ َط األ ْبي َ فَاآلنَ بَا ِش ُروه َُّن َوا ْبتَغُوا َما َكت
َّ َب
ام إِلَى اللَّ ْي ِل ِّ ِ ِمنَ ْالفَجْ ِر ث ُ َّم أَتِ ُّموا
َ َالصي
Artinya: “Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah
ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu
benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah
puasa itu sampai (datang) malam.” (QS. Al-Baqarah: 187)
الزكَاة َ َوذَلِكَ ِدينُ ْالقَيِِّ َم ِة َّ صينَ لَهُ ال ِدِّينَ ُحنَفَا َء َويُ ِقي ُموا ال
َّ صَلة َ َويُؤْ تُوا َّ َو َما أ ُ ِم ُروا إِال ِليَ ْعبُد ُوا
ِ َللاَ ُم ْخ ِل
10
HR. Ahmad, Muslim dan Tirmidzi. Kata Tirmidzi: “Hadis ini hasan lagi shahih dan
gharib, dan menurut para ulama mengamalkan hadis ini berarti bahwa bagi tiap-tiap negeri itu
berlaku rukyat atau pengelihatan masing-masing.
5
Sayyid Syabiq kemudian mengatakan bahwa berniat itu hendaklah
sebelum fajar, pada setiap malam bulan Ramadhan. Berdasarkan hadis Hafsah,
katanya: “Telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam”
Maka tidak wajib puasa atas orang kafir, orang gila, anak-anak, orang
sakit, musafir, perempuan dalam behaidh atau nifas, begitupun orang yang sudah
tua, perempuan hamil atau menyusukan anak.
6
َ سفَر فَ ِعدَّة ِم ْن أَيَّام أُخ ََر َو َعلَى الَّذِينَ ي ُِطيقُونَهُ فِدْيَة
طعَا ُم ِم ْس ِكين َ أَيَّا ًما َم ْعد ُودَات فَ َم ْن َكانَ ِم ْن ُك ْم َم ِريضًا أ َ ْو َعلَى
ُ َع َخي ًْرا فَ ُه َو َخيْر لَهُ َوأ َ ْن ت
َصو ُموا َخيْر لَ ُك ْم إِ ْن ُك ْنت ُ ْم ت َ ْعلَ ُمون َ َ فَ َم ْن ت
َ ط َّو
Artinya: “(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barang siapa di
antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka
(wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari
yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka
tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin.
Barang siapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah
yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 184)
Kata Ibnu Abbas: “Ayat ini tidaklah dinasakh atau dihapuskan, maksudnya
ialah bagi orang tua lanjut usia, baik laki-laki maupun wanita yang telah tidak
sanggup berpuasa, hendaklah memberi makan seorang miskin untuk setiap hari
mereka tidak berpuasa itu. Menurut madzhab Malik dan Ibnu Hazmin mereka
tidak perlu mengqadha, tidak pula membayar fidyah.
Menurut golongan Hanafi, Abu ‘Ubaid dan Abu Tsaur, mereka hanya
mewajibkan mengqadha saja, dan tidak membayar fidyah. Sedangkan menurut
Ahmad dan Syafi’i, jika mereka berbuka disebabkan kekhawatiran terhadap
keselamatan anak saja, mereka wajib mengqadha dan membayar fidyah. Tetapi
bila yang mereka khawatirkan ialah keselamatan diri mereka sendiri, atau
keselamatan diri serta keselamatan anak mereka, maka mereka hanya wajib
mengqadha saja.
7
سفَر فَ ِعدَّة ِم ْن أَيَّام أُخ ََر
َ فَ َم ْن َكانَ ِم ْن ُك ْم َم ِريضًا أ َ ْو َعلَى
Artinya: “Maka barang siapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam
perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari
yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.” (QS. Al-Baqarah: 184)
Dan sakit yang menyebabkan bolehnya berbuka itu ialah sakit berat yang
bertambah parah jika berpuasa, atau dikhawatirkan akan bertambah lambat
sembuhnya. Hal ini dapat diketahui berdasarkan pegalaman, nasihat dari dokter
ahli atau dugaan keras.
Sebaliknya menurut Ahmad, berbuka lebih afdhal. Dan berkata Umar bin
Abdul Aziz: “Yang lebih afdhal adalah yang lebih mudah. Maka orang yang lebih
mudah baginya berpuasa ketika itu, dan sulit baginya akan mengqadha kemudian
hari, maka lebih utama ia berpuasa.” Syaukani membenarkan pendapat ini.
“Pada bulan Ramadhan, saya mendatangi Anas bin Malik, yang rupanya hendak
mengadakan perjalanan. Kendaraannya sudah siap, dan ia sudah mengenakan
pakian musafir. Tiba-tiba ia meminta disediakan makanan, lalu makan. Maka
8
tanyaku kepadanya: “Apakah ini sunnah?” Ia menjawab, “Memang sunnah”,
lalu ia berangkat dengan kendaraannya.”13
Sumber:
13
Dalam sanadnya terdapat ‘Ubaid bin Ja’far seorang yang lemah.