Anda di halaman 1dari 36

KETIKA

RAMADHAN
MENYAPA
UNTAIAN NASIHAT
MENJELANG BULAN RAMADHAN

Penulis:
Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Abbad al-Badr

Penerjemah:
Ustadz Abu Rozin Bagus Jamroji, Lc.

Layout & Cover:


DSK Media Partner

Penerbit:

Yayasan Imam Muslim Al-Atsariy


Jalan Padang Padi, Kaliombo – Kediri – Jawa Timur
PENGANTAR PENERBIT


Segala puji hanya bagi Allah, yang telah memberikan nikmat ke-
pada kita berupa Islam dan Iman serta nikmat berupa umur yang
.dengannya kita bisa melewati masa demi masa
Para pembaca sekalian, tidak terasa sebentar lagi kita akan me-
masuki bulan Ramadhan, bulan yang penuh dengan keberkahan dan
.itu terjadi hanya satu bulan saja di antara dua belas bulan yang ada
Untuk itu, kami menerbitkan terjemahan sebuah buku yang di-
tulis oleh Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Abbad al-Badr
hafizhahullahu ta’ala. Buku ini sebagai nasihat bagi kita semua di da-
.lam memasuki bulan Ramadhan yang tinggal menghitung hari lagi
Buku ini penerbit beri judul “Ketika Ramadhan Menyapa”. Kami
beri judul menyapa, karena sapaan merupakan aktivitas yang sa-
ngat singkat dan cepat, sebagaimana bulan Ramadhan adalah bu-
lan yang sangat singkat dan cepat. Maka bagaimanakah keadaan
?Anda di dalam menyambut sapaan Ramadhan
Akankah Anda menyambut sapaannya dengan hangat dan suka
cita? Artinya, Anda sambut Ramadhan dengan kegiatan yang posi-
.tif dan kegembiraan yang sangat untuk bertemu dengan Ramadhan
Ataukah Anda menyambut sapaannya dengan memalingkan mu-
ka dan acuh tak acuh? Artinya, Anda sambut Ramadhan dengan mu-
ka yang masam, Anda tidak mempedulikan Ramadhan dan Anda
anggap Ramadhan sebagaimana bulan-bulan seperti biasanya yang
Anda lalui.
Di dalam kitab terjemahan ini, penerbit membuat subbab (yang
di dalam kitab aslinya tidak ada) agar memudahkan para pembaca.
Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi
penyempurnaan kitab-kitab selanjutnya.

Penerbit
Yayasan Imam Muslim al-Atsariy
Kediri – Jawa Timur

1 Sya’ban 1439 H (16 April 2018)


MUQADDIMAH


ُ ُ ََ َْ ُ ََُ ُُ َْ ََْ ُُ َ ََْ ُ ُ ََْ َ ‫إن ا ْ َ ْﻤ‬
‫ﷲ ِﻣ ْﻦ‬ ِ ِ ‫ﺎ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻮذ‬ ‫ﻌ‬ ‫و‬ ‫ﻪ‬
ِ ِ ‫إ‬ ‫ﻮب‬ ‫ﺘ‬ ‫و‬ ‫ه‬‫ﺮ‬ ‫ﻔ‬
ِ ‫ﻐ‬ ‫ﺘ‬ ‫ﺴ‬ ‫و‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻴﻨ‬ ‫ﻌ‬
ِ ‫ﺘ‬‫ﺴ‬ ‫و‬ ‫ه‬ ‫ﺪ‬‫ﻤ‬ ِ ِ َ ‫ﺪ‬ ِ
َ َ ُ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ َ ُ ْ ُ
‫اﷲ ﻓﻼ ِﻀﻞ ُ َوﻣ ْﻦ‬ ُ ‫ُ ور أ ﻔﺴﻨﺎ َو ِﻣ ْﻦ ﺳ ﺌﺎت أ ﻤﺎ َﺎ ﻣ ْﻦ ﻬﺪه‬
ِِ ِ ِ ِ ِ
ُ‫ﻚ َ ُ َوأَ ْﺷ َﻬﺪ‬ َ ْ َ َ َُ ْ َ ُ َٰ َ ْ َ ُ َ ْ َ َ ُ َ َ َ َ َ ْ ْ ُ
َ ِ َ ‫ﻳَﻀ ِﻠﻞ ﻓﻼ ﻫﺎ ِدي وأﺷُﻬﺪ أن ﻻ ِإ ِإﻻ اﷲ وﺣﺪه ﻻ‬
َ ‫ﺤﺎﺑﻪ أ ْ َﻌ‬ َ ْ ََ َْ َ ُ َ ُ ُ َ ُ ُ ْ َ ً َُ
ِ ِ ِ ‫أن ﻤﺪا ﺒﺪه َورﺳﻮ ﺻ اﷲ ﻋﻠﻴ ِﻪ َو آ ِ ِ َوأﺻ‬
َ ً َْ َ ََ
‫ﻴﻤﺎ ﻛ ِﺜ ًا‬ ‫وﺳﻠﻢ ﺴ ِﻠ‬
Sesungguhnya segala puji bagi Allah, kami memuji-Nya, memohon
pertolongan kepada-Nya, memohon ampunan kepada-Nya, bertau-
bat kepada-Nya. Dan kami berlindung kepada Allah dari keburukan
diri kami dan kejelekan amalan kami, barang siapa yang diberikan
petunjuk oleh-Nya maka tiada satu pun yang mampu menyesatkan-
nya, dan barang siapa yang disesatkan oleh-Nya maka tiada satu
pun yang mampu memberikan petunjuk padanya. Saya bersaksi bah-
wa tiada ilah/sembahan yang berhak disembah/diibadahi kecuali
Allah, yang tiada sekutu bagi-Nya, dan saya bersaksi bahwa Muham-
mad adalah hamba dan utusan-Nya. Semoga Allah mencurahkan
shalawat dan salam kepadanya, keluarganya, dan seluruh sahabat-
nya.
Adapun setelah itu:
Sesungguhnya berkumpul untuk berdiskusi tentang perkara-
perkara agama secara umum atau berdiskusi tentang musim-mu-
sim kebaikan yang akan dijumpai oleh orang-orang yang beriman,
tidaklah diragukan lagi itu adalah bagian dari perkara yang sangat
penting, yang selayaknya diberikan perhatian secara khusus dan is-
timewa.
Karena akan timbul darinya manfaat-manfaat yang mulia dan
kebaikan-kebaikan yang besar yang tidak mungkin terhitung jum-
lahnya.
Telah datang di dalam Shahih Muslim¹ bahwa sesungguhnya Na-
bi  pernah keluar menemui para sahabatnya ketika mere-
ka duduk-duduk di dalam masjid (dalam keadaan mereka) sedang
berdiskusi. Beliau  bertanya: “Apakah gerangan yang me-
nyebabkan kalian duduk-duduk di sini?”
Kami (para sahabat) menjawab: “Kami duduk di sini untuk berdis-
kusi tentang Islam dan kenikmatan yang Allah berikan kepada kami.”
Beliau  bertanya lagi: “Demi Allah, apakah kalian duduk
karena alasan ini?”
Kami menjawab: “Demi Allah, tidaklah kami duduk kecuali karena
alasan itu.”
Maka beliau  bersabda:
ُ ْ ََ ْ ََ ْ ُ َ ً َ ْ ُ ْ ُ ْ ْ َ ْ َ َْ َ َ َ
‫ وﻟ ِ ﻦ أﺗﺎ ِ ِﺟ ِ ﻞ‬،‫ﷲ ِإ ﻢ أﺳﺘﺤ ِﻠﻔ ﻢ ﻬﻤﺔ ﻟ ﻢ‬ ِ ‫»أ َﻣﺎ وا‬
ََُ َ َ ْ ُ َ ُ َ َ ََْ َ
.«‫ﻓﺄﺧ ِ أن اﷲ ﺒﺎ ِ ﺑِ ﻢ ﻼﺋِ ﺘﻪ‬
“Demi Allah, tidaklah aku menyumpah kalian karena menuduh kalian,
akan tetapi baru saja Jibril mendatangiku dan mengabarkan kepadaku
bahwa Allah membanggakan kalian di hadapan para malaikat-Nya.”
Hadits ini adalah suatu tanda yang agung bagi orang-orang yang
dimuliakan oleh Allah  dan bagi mereka yang diberi nikmat

1. Nomor (2701) dari haditsnya Mu’awiyah 


oleh Allah untuk menjaga waktunya dengan memanfaatkannya un-
tuk mengikuti majelis semacam ini di rumah-rumah Allah (masjid-
masjid) yang Allah  perintahkan agar berdzikir menyebut na-
ma-Nya di dalamnya.
Selayaknya seorang muslim menyabarkan dirinya dan membe-
rikan waktu khusus untuk menghadiri majelis semacam ini, sehing-
ga dia bisa mengambil faedah ilmu dan mengambil manfaat dari-
nya. Seandainya tidak demikian, maka ia akan melakukan kelalaian,
berpaling, dan tenggelam dalam urusan dunia yang tidak akan per-
nah selesai. Dia tidak akan pernah siap mengetahui kebaikan, pin-
tu-pintu kebaikan, jalan-jalan yang menghantarkan kepada kebaik-
an, dan jalan-jalan yang mengantarkan kepada keridhaan Allah
.
Di dalam majelis yang semacam ini terdapat bimbingan, mau’i-
zhah, peringatan, pembangkit semangat hati, dan juga bimbingan
pintu-pintu kebaikan. Majelis yang sangat bermanfaat bagi manu-
sia karena mereka bisa mengambil faedah yang besar darinya.
Adapun judul yang akan kita bicarakan pada kesempatan ini
adalah tentang “menyambut datangnya bulan Ramadhan”.
Sebagaimana telah kalian ketahui, sesungguhnya tinggal bebe-
rapa hari lagi kita akan memasuki bulan keberkahan. Kemudian ki-
ta akan berada pada hari-hari yang di dalamnya terdapat kebaikan
yang banyak, keutamaan-keutamaan yang besar, dan keberkahan
yang terus-menerus.
KETIKA BULAN RAMADHAN
TELAH TIBA

Bulan Ramadhan telah tiba. Kedatangan bulan Ramadhan bagi


kaum muslimin adalah perkara yang agung, peristiwa yang besar
di dalam hati mereka dikarenakan mereka sangat merindukan ke-
datangannya dan menanti-nanti kehadirannya. Orang yang beriman
bergembira dan berbahagia ketika Ramadhan mendekatinya dan sa-
ngat gembira sekali ketika telah berjumpa dengannya. Mereka ya-
kin ini adalah musim keberkahan, musim kebaikan yang banyak,
dan musim keistimewaan-keistimewaan yang agung, yang berbeda
dengan bulan-bulan lainnya.
Barang siapa yang dimuliakan Allah  berjumpa dengannya,
dipanjangkan usianya sampai kepada bulan Ramadhan, maka itu
adalah suatu karunia yang besar bagi seorang hamba. Dia akan ikut
serta bersama muslim yang lain untuk memanen kebaikan-kebaik-
an di bulan yang berkah, musim ketaatan dan keimanan, serta mu-
sim mendekatkan diri kepada ar-Rahman .
Sungguh telah datang di dalam hadits yang shahih bahwa Nabi
 memberikan kabar gembira kepada para sahabatnya de-
ngan datangnya bulan Ramadhan. Nabi  mengatakan ke-
pada sahabatnya:
َُ َ ْ ُ ْ‫اﷲ َﻋﻠَﻴ‬ ُ ‫ ا ْ َ َ َض‬،‫ﺎر ٌك‬ ُ َ ََ ْ ُ َ َ َْ
َ َ‫ َﺷ ْﻬ ٌﺮ ُﻣﺒ‬،‫ﺎن‬
،‫ﺎﻣﻪ‬ ‫ﻢ ِﺻﻴ‬ ِ ‫»ﻗﺪ ﺟﺎء ﻢ ر ﻀ‬
َُ َْ َ َ
ُ ‫ َو ُ ْﻐﻠ ُﻖ ﻴﻪ أﺑ ْ َﻮ‬،‫اب ا َﻨﺔ‬ ْ ُ ‫ُ ْﻔﺘَ ُﺢ ﻴﻪ أَﺑ ْ َﻮ‬
‫َو ﻐﻞ ِ ﻴ ِﻪ‬ ،‫ﻴﻢ‬
ِ ِ ‫ﺤ‬ ‫ا‬ ‫اب‬ ِ ِ ِ ِ ِ
ْ ََ َ َ ْ َ َْ َ ٌَ
.«‫ ﻘﺪ ُﺣ ِﺮ َم‬،‫ َﻣ ْﻦ ُﺣ ِﺮ َم ﺧ َﻫﺎ‬،‫ ِ ﻴ ِﻪ ِ ﻠﺔ ﺧ ٌ ِﻣ ْﻦ أﻟ ِﻒ ﺷﻬ ٍﺮ‬، ُ ‫ﺎﻃ‬ َ
ِ ‫ا ﺸﻴ‬
“Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang penuh berkah. Allah
memfardhukan/mewajibkan atas kalian puasa, (di dalamnya) dibuka
pintu-pintu surga, (di dalamnya) ditutup pintu-pintu neraka, serta (di
dalamnya) dibelenggu setan-setan. Di dalam bulan itu terdapat suatu
malam yang lebih baik daripada 1.000 bulan, barang siapa yang diha-
ramkan mendapatkannya maka sungguh dia terhalang dari mendapat-
kan kebaikan.”²
(Sabda Nabi  dalam hadits di atas:)
َ ُ َ َ َْ
«‫ﺎء ْﻢ َر َ َﻀﺎن‬ ‫»ﻗﺪ ﺟ‬
“Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan.”
Maksudnya ini adalah kabar gembira dan ucapan kegembiraan ba-
gi kalian. Kabar tentang perkara yang agung yang akan kalian da-
patkan. Sesungguhnya bulan Ramadhan telah datang kepada kali-
an, sedangkan kalian dalam kondisi sehat walafiat, aman, beriman,
dan Islam.
Maka bulan Ramadhan ini datang kepada kalian. Ia adalah ke-
sempatan yang mulia untuk mendekatkan diri kepada Allah, kesem-
patan untuk bermuhasabah, menjalankan ketaatan kepada Allah
, dan menjauhi perkara-perkara yang diharamkan oleh Allah
.
Kalimat ini menggerakkan hati manusia untuk merasakan be-
tapa berharganya bulan ini. Bulan ini memiliki kedudukan yang
agung, maka bersiap-siaplah untuk menyambutnya. Sambutlah de-
ngan sebaik-baik sambutan dan persiapkan dengan sebaik-baik per-
siapan.

2. Riwayat Ahmad (7138, 7991, 9497) an-Nasa’i (2106) dari haditsnya Abu
Hurairah 
Manusia saling memberikan kabar gembira dengan datangnya
perkara-perkara penting dan mulia agar mereka bersiap-siap dan
bersiaga.
Bulan Ramadhan adalah tamu yang mulia, utusan yang terhor-
mat bagi tiap-tiap diri orang yang beriman. Setiap orang yang ber-
iman bergembira dengan datangnya tamu yang mulia ini sebagai-
mana bergembiranya mereka ketika datang kepadanya tamu yang
paling mulia dan utusan yang sangat terhormat. Maka bagaimana
pendapatmu jika ada orang yang mulia yang memiliki sifat derma-
wan, suka memberi, suka berbagi ketika dia kedatangan seorang ta-
mu yang memiliki kedudukan yang mulia, memiliki derajat yang
tinggi, maka bagaimanakah dia akan menyambut tamu agungnya
ini? Bagaimanakah pula kegembiraan dia dengan datangnya tamu
yang agung ini? Dan bagaimanakah pula dia akan melayaninya?
Maka sabda Nabi :
َ ُ َ َ َْ
«‫ﺎء ْﻢ َر َ َﻀﺎن‬ ‫»ﻗﺪ ﺟ‬
“Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan.”
Maksudnya adalah: Bersiap-siaplah untuk menyambut tamu yang
mulia ini. Bersiap-siaplah untuk melayaninya dan menunaikan hak-
haknya. Persiapkanlah dirimu untuk melakukannya. Karena sesung-
guhnya dia datang dengan cepat dan akan pergi dengan cepat. Per-
siapkanlah dan siagakanlah diri kalian untuk menunaikan amalan-
amalan yang mulia, ketaatan-ketaatan yang sangat dianjurkan, dan
ibadah-ibadah yang apabila kalian berjumpa dengan Allah 
merasa senang dalam kondisi seperti itu (meninggal di atas ketaat-
an dan ibadah).
Maka sudah selayaknyalah bagi setiap muslim mempersiapkan
diri dengan sebaik-baiknya ketika menyambut datangnya bulan Ra-
madhan.
BEBERAPA KEADAAN MANUSIA
DI DALAM MENYAMBUT
BULAN RAMADHAN

Manusia ada beberapa jenis di dalam menyambut bulan Rama-


dhan, yaitu:
[ ] Ada sekelompok manusia yang menyambut bulan Ramadhan ini
dengan mendatangi pasar-pasar dan tempat-tempat perbelan-
jaan. Mereka membeli berbagai macam makanan, beraneka ra-
gam makanan ringan, dan makanan-makanan favorit mereka.
Mereka berlomba-lomba berbelanja dan membeli makanan-ma-
kanan dalam jumlah yang sangat banyak, seakan-akan mereka
menyambut suatu bulan untuk makan dan minum serta menik-
mati berbagai macam sajian. Mereka membeli secara berlebih,
sampai-sampai perbelanjaan dan pembelian makanan pada bu-
lan Ramadhan di sebagian besar keluarga melebihi kebutuhan
yang ada. Oleh sebab inilah, sebagian besar dari mereka teruta-
ma orang-orang yang berlebih-lebihan, akan kalian dapati per-
buatan yang sangat mubazir. Mereka meletakkan berbagai ma-
cam makanan di meja-meja makan dan tidaklah (makanan ter-
sebut) dimakan kecuali sebagian kecil saja. Inilah sebagian ma-
nusia ketika menyambut bulan Ramadhan.
[ ] Ada manusia yang lain yang apabila datang bulan Ramadhan,
mereka menyiapkan berbagai macam mainan, alat-alat hiburan,
dan alat untuk menghabiskan waktu di bulan Ramadhan. Mem-
persiapkan perkara-perkara yang menyibukkan diri mereka de-
ngan menghabiskan waktu yang mulia ini pada hal-hal yang ti-
dak ada manfaatnya. Bahkan di sebagian besar waktu mereka,
hal tersebut bisa merusak dan merugikannya. Betul-betul me-
reka persiapkan alat-alat ini sebelum datangnya bulan Rama-
dhan.
[ ] Ada sebagian manusia yang lain, diberi taufik oleh Allah , di-
pelihara, dan diliputi oleh pertolongan Allah . Mulailah
mereka menyiapkan dirinya menyambut bulan Ramadhan. Eng-
kau akan mendapati ada banyak program yang akan mereka tu-
naikan. Ada di benaknya program-program kebaikan yang ba-
nyak. Mulailah dia mengatur jadwal untuk membaca al-Qur’an,
berdzikir, shalat malam, membantu orang yang membutuhkan,
bekerja, dan duduk di majelis ilmu. Jadwal mereka padat dengan
berbagai macam kebaikan.
[ ] Ada sebagian manusia melihat bahwa Ramadhan ini sangatlah
sempit untuk diisi dengan program-program yang banyak, amal-
an-amalan dan bidang-bidang yang luas dalam berbagai ketaat-
an kepada Allah . Satu bulan sangatlah sempit dan tidak-
lah cukup untuk menunaikan berbagai macam jenis kebaikan
(yang mereka rencanakan).
[ ] Sebagian manusia menjadikan bulan Ramadhan seperti bulan-
bulan yang lain. Mereka melewati bulan Ramadhan sebagaima-
na bulan-bulan yang lain. Sampai-sampai Lailatul Qadar yang le-
bih baik dari 1.000 bulan mereka lewatkan begitu saja seperti
malam-malam yang lain. Inilah kerugian yang nyata, kelalaian
yang jelas, dan kesia-siaan waktu yang tidak selayaknya seorang
muslim melakukannya. Oleh sebab inilah, seharusnya seorang
muslim menyiapkan dengan baik ketika bulan Ramadhan akan
tiba dan menyiapkan dirinya untuk menjadi pemilik bulan yang
mulia ini dengan sebenar-benarnya.
BULAN RAMADHAN
KESEMPATAN UNTUK
MENJADI HAMBA YANG MULIA

Disebutkan di dalam Sunan at-Tirmidzi³ dari hadits Abu Hurai-


rah , dari Nabi , sesungguhnya beliau bersabda:
ْ ََُ َ َ ُ َ َ ُ َ َ ََ ْ َ ْ َ َ ُ َ َ َ َ
،‫ﺎﻃ و ﺮدة ا ِ ﻦ‬ ِ ‫»إِذا ن أول ﻠ ٍﺔ ِﻣﻦ ﺷﻬﺮ ر ﻀﺎن ﺻﻔﺪ ِت ا ﺸﻴ‬
َْ َ َ ْ ُ َ ْ َ ْ َ ُ َ ٌ َ َ ْ ْ َ ْ ِ ُ ْ َ َ ُ َ ْ َ ْ َ ُ َ
‫ ﻓﻠﻢ‬،‫ و ﺘﺤﺖ أﺑﻮاب ا ﻨ ِﺔ‬،‫ ﻓﻠﻢ ﻔﺘﺢ ِﻣﻨﻬﺎ ﺑﺎب‬،‫ﺎر‬ ِ ‫وﻏﻠﻘﺖ أﺑﻮاب ا‬
ْ َ ْ ْ ْ َ ْ ٌ َ‫ُ ْﻐﻠَ ْﻖ ﻣﻨْ َﻬﺎ ﺑ‬
، ْ ِ ‫ ﻳَﺎ ﺑَﺎ ِ َ ا أﻗ‬،‫ ﻳَﺎ ﺑَﺎ ِ َ ا َ ِ أﻗ ِﺒﻞ‬:‫ َو ُﻨَﺎ ِدي ُﻣﻨَﺎ ٍد‬،‫ﺎب‬ ِ
َ َ ُ َ َٰ َ ُ َُ َ َ
.«‫ﻠ ٍﺔ‬ ‫ وذ ِﻚ‬،‫ﺎر‬ ِ ‫و ِ ِ ﺘﻘﺎء ِﻣﻦ ا‬
“Pada awal masuk malam bulan Ramadhan setan-setan dibelenggu, dan
juga jin-jin yang jahat. Pintu-pintu neraka ditutup dan tidak ada satu
pun pintu neraka dibuka. Pintu-pintu surga dibuka dan tidak ada satu
pun pintu surga ditutup. Maka menyerulah seorang penyeru: ‘Wahai
yang menginginkan kebaikan, datanglah. Dan wahai yang mengingin-
kan keburukan, tinggalkanlah.’ Allah memiliki orang-orang yang dibe-
baskan dari neraka. Dan itu terjadi pada setiap malam di bulan Rama-
dhan.”

3. Nomor (682), Ibnu Majah (1642), dishahihkan oleh Syaikh al-Albani


Renungilah sabda Nabi :
ْ ْ َ َْ َ َ َ َ ُ
«‫ ﻳﺎ ﺑﺎ ِ ا ِ ! أﻗ ِﺒﻞ‬:‫»و ُﻨَﺎ ِدي ﻣﻨﺎ ٍد‬
َ
“Dan menyerulah seorang penyeru: ‘Wahai yang menginginkan kebaik-
an! Datanglah.’”
Maksudnya adalah hendaknya kamu menyambut musim kebaikan
dan ketaatan. Sambutlah dengan sambutan yang baik, bersemangat-
lah untuk mendapatkan kebaikan, dan waspadalah dari menyia-nyi-
akan dirimu dari kesempatan yang mulia ini. Ia adalah musim pa-
nen kebaikan, peluang yang menguntungkan, yang apabila pergi ti-
dak akan datang kembali.
(Dan sabda Nabi :)
َْ ْ
« ْ ِ ‫»ﻳَﺎ ﺑَﺎ ِ َ ا ! أﻗ‬
“‘Wahai yang menginginkan keburukan! Tinggalkanlah.’”
Maksudnya bahwa tidak selayaknya bagi orang yang menginginkan
keburukan menggerakkan dirinya untuk melakukan keburukan. Ti-
daklah layak membiarkan dirinya terus-menerus berbuat keburuk-
an, membiarkan dirinya di dalam kerusakan, dan terus-menerus di
dalam kesesatan di waktu yang mulia dan berkah ini.
Barang siapa yang jiwanya tidak bergerak untuk mendatangi
Allah , bertaubat, dan menyesal ketika datang kesempatan
yang mulia semacam ini, maka kapan lagi jiwanya akan bergerak?
Banyak sekali manusia yang terkalahkan dengan kesibukan, ter-
kalahkan dengan perkara yang menipu dan melalaikan. Itulah yang
menjadi beban dan batu besar yang menghalanginya dari taubat
dan kembali kepada Allah.
Mereka isi pagi hari dan sore harinya dengan berfoya-foya, ber-
lebih-lebihan dalam bermain, begadang, tidur-tiduran, malas-malas-
an, kezaliman, dan perbuatan dosa. Maka bulan Ramadhan adalah
kesempatan bagi orang-orang yang lalai semacam ini untuk mela-
kukan taubat nasuha, kembali kepada Allah. Jika jiwanya tidak ber-
gerak di musim yang mulia ini maka kapan akan bergerak!!! Dan ji-
ka seorang hamba tidak kembali kepada Allah pada bulan yang ber-
kah ini maka kapan dia akan kembali!!!
Sabda Nabi :
َ َ ُ َ َٰ َ ُ ََُ َ
«‫ﻠ ٍﺔ‬ ‫ وذ ِﻚ‬،‫ﺎر‬
ِ ‫»و ِ ِ ﺘﻘﺎء ِﻣﻦ ا‬
“Allah memiliki orang-orang yang dibebaskan dari neraka dan itu terja-
di di setiap malam.”
Maksudnya adalah sesungguhnya Allah  setiap malam di ma-
lam-malam bulan Ramadhan membebaskan manusia dari neraka ja-
hanam. Maka selayaknya seorang muslim (setelah mendapatkan be-
rita ini) jiwanya akan rindu untuk mendapatkan kemenangan yang
besar ini, yaitu dibebaskan dari siksa neraka—semoga Allah membe-
baskan kita dari siksa neraka—.
Terkadang, ada di suatu tempat diumumkan berbagai jenis per-
lombaan dan hadiah-hadiahnya yang akan dibagikan di setiap hari-
nya. Ada hadiah berupa uang 1.000 real atau lebih dari itu atau ku-
rang (dari itu), maka engkau pasti akan melihat kebanyakan orang
mengikuti perlombaan-perlombaan itu di setiap harinya. Setiap
orang pasti akan berusaha dan bersungguh-sungguh untuk menda-
patkan 1.000 real tersebut dan mereka sangat berharap akan men-
jadi pemenangnya.
Akan tetapi, ketika berhubungan dengan perkara akhirat dan
pahala di hari kiamat, maka sedikit keinginan mereka (untuk men-
dapatkannya). Lemah semangat dan harapan manusia untuk men-
dapatkan perkara yang mulia ini. Padahal selayaknya seorang mus-
lim ketika mendengar sabda Nabi :

«‫ﺎر‬ َ ُ ََُ َ
ِ ‫»و ِ ِ ﺘﻘﺎء ِﻣﻦ ا‬
“Allah memiliki orang-orang yang dibebaskan dari neraka”, dia berha-
rap dan bersungguh-sungguh untuk menjadi bagian dari orang-
orang yang dibebaskan tersebut. Dia akan berusaha dengan sung-
guh-sungguh dan memohon kepada Allah  untuk dibebaskan
dari neraka, kemudian bersegera kembali kepada Allah  untuk
mendapatkan janji yang mulia dan pahala yang besar ini.
BULAN RAMADHAN
BULAN KESABARAN

Telah datang di dalam hadits yang lain bahwa sesungguhnya


Nabi  menyifatkan bulan Ramadhan dengan bulan kesa-
baran.
Nabi  bersabda:
ْ ُ َ ْ َ ُ ْ َ َ َََ ْ ْ َ ُ َ
«‫ﺎم ﺷﻬ ِﺮ ا ﺼ ِ وﺛﻼﺛ ِﺔ ﻳﺎمٍ ِﻣﻦ ﺷﻬ ٍﺮ ِﺻﻴﺎم ا ﻫ ِﺮ‬ ‫»ﺻﻴ‬
ِ
“Puasa pada bulan kesabaran (Ramadhan) dan tiga hari di setiap bulan
adalah puasa sepanjang masa.”⁴
Beliau  menyifatkan bulan Ramadhan dengan bulan kesa-
baran. Maksudnya adalah seseorang memiliki kesempatan yang be-
sar pada bulan Ramadhan ini untuk melatih dirinya dan membia-
sakannya melakukan kesabaran dengan berbagai macam jenisnya,
yaitu:
[ ] sabar untuk melaksanakan ketaatan kepada Allah,
[ ] sabar untuk meninggalkan kemaksiatan kepada Allah, dan
[ ] sabar untuk menerima ketetapan-ketetapan Allah .
Maka bulan ini adalah musim kesabaran.
Allah  menyempurnakan pahala bagi orang-orang yang ber-
sabar tanpa ada batasnya. Bulan Ramadhan adalah kesempatan yang

4. Riwayat Ahmad (7567), an-Nasa’i (2408) dari haditsnya Abu Hurairah 


dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani
baik untuk melatih diri untuk bersabar. Seorang muslim mulai da-
ri awal Ramadhan membiasakan dirinya untuk senantiasa bersabar,
yaitu bersabar di dalam menunaikan ibadah, ketaatan, berdzikir,
mempelajari al-Qur’an, shalat, berpuasa, dan selainnya dari ibadah-
ibadah yang Allah  perintahkan.
Melatih dirinya untuk bersabar meninggalkan kemaksiatan ke-
pada Allah. Dengan meninggalkan perkara-perkara yang biasa dia
tunaikan (di hari-hari selain Ramadhan) seperti makan dan minum
di siang hari di bulan Ramadhan. Dia bersabar untuk melakukan itu
dalam rangka menunaikan ketaatan kepada Allah .
Jika seorang muslim mampu bersabar pada bulan puasa dan me-
nahan dirinya dari sesuatu yang Allah halalkan baginya (di hari-ha-
ri selain Ramadhan), yang diharamkan pada hari-hari Ramadhan,
maka hendaknya dia memahami bahwa Allah juga mengharamkan
perkara-perkara lain semasa hidupnya dan sepanjang umurnya. Dia
harus meninggalkan perkara haram tersebut dan menjaga dirinya
dari perkara haram karena takut siksaan Allah yang disediakan ba-
gi orang-orang yang menyelisihi perintah-Nya dan melanggar la-
rangan-Nya.
Pada bulan Ramadhan seorang muslim membiasakan dirinya
bersabar atas ketetapan Allah  yang menyakitkan. Maka ke-
tika seseorang meninggalkan makanan, minuman, yang jiwa sudah
terbiasa dengannya, menahan dirinya dari apa-apa yang Allah halal-
kan dari syahwat dan kelezatan-kelezatannya seperti berhubungan
suami istri dan yang menjadi penghantarnya. Semua ini akan mem-
bantu dirinya untuk mewujudkan kesabaran.
Seorang muslim akan hidup pada bulan mulia ini sebagai orang
yang sabar sampai berakhirnya bulan Ramadhan. Dia menjumpai
pelajaran yang agung pada kesabaran yang telah ditunaikan, dia ju-
ga akan terbiasa melakukan berbagai macam kebaikan. Pada akhir-
nya, perkara semacam ini tidak hanya terbiasa pada bulan ini saja,
akan tetapi keberkahan bulan ini dan kebaikannya akan kembali ke-
padanya sepanjang umur dan kehidupannya. Semuanya bisa terwu-
jud karena dia telah membiasakan dirinya untuk bersabar dan hi-
dup di atas kesabaran di musim ketaatan ini. Seandainya seorang
muslim tidak menghiasi dirinya dengan kesabaran pada bulan ini,
maka kapan lagi dia akan memulai bersabar?
Oleh karenanya, di antara perkara yang penting yang selayak-
nya diperhatikan oleh tiap-tiap muslim, yaitu membiasakan dirinya
pada bulan yang mulia ini untuk menunaikan kesabaran dengan
berbagai macam jenisnya, yaitu:
[ ] sabar untuk taat kepada Allah,
[ ] sabar untuk meninggalkan kemaksiatan kepada Allah, dan
[ ] sabar atas ketetapan-ketetapan Allah yang menyakitkan.
BULAN RAMADHAN
BULAN KEBERKAHAN

Telah datang di dalam hadits bahwa sesungguhnya Nabi


 menyifatkan bulan Ramadhan sebagai bulan keberkahan.
Beliau  bersabda:
َُ َ ْ ُ ََ َ َْ َ َ ُ ٌ ْ َ َ َ َ َ َ ْ َ ُ ُ ََ
‫ﺎﻣﻪ ِ ﻴ ِﻪ‬ ‫ ِا َض اﷲ ﻋﻠﻴ ﻢ ِﺻﻴ‬،‫ﺎر ٌك‬ ‫»أﺗﺎ ﻢ ﺷﻬﺮ ر ﻀﺎن ﺷﻬﺮ ﻣﺒ‬
.« ِ ‫ﺎﻃ‬ َ َُ َ ُ َ ُ
ِ ‫ َوﺗﺼﻔﺪ َﺮدة ا ﺸﻴ‬،‫ﺎر‬ ‫ا‬ ‫ا‬‫ﻮ‬َ ْ ‫ َو ُ َﻐﻠ ُﻖ أَﺑ‬،‫اب ا ْ َﻨ ِﺔ‬
ُ ‫ُ َﻔﺘ ُﺢ أَﺑ ْ َﻮ‬
ِ
“Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan bulan keberkahan, Allah
mewajibkan atas kalian puasa. Dibuka pintu-pintu surga, ditutup pin-
tu-pintu neraka, dan diikat setan-setan yang jahat.”⁵
Ini menjelaskan bahwa Nabi  menyifatkan bulan Ra-
madhan sebagai bulan yang diberkahi. Keberkahannya ada di seti-
ap waktu dari waktu-waktu bulan Ramadhan, mulai awal masuk-
nya sampai berakhirnya bulan Ramadhan. Setiap waktu dari wak-
tu-waktu Ramadhan adalah keberkahan, keberkahan yang besar, ke-
baikan-kebaikan yang menyeluruh, dan keutamaan-keutamaan yang
banyak.
Di antara keberkahan bulan ini adalah apa yang dikabarkan Na-
bi  di dalam hadits bahwa sesungguhnya pintu-pintu sur-

5. Riwayat an-Nasa’i (2106) dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih at-
Targhib wa at-Tarhib (999)
ga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan yang jahat
dibelenggu. Ini semua adalah keberkahan yang khusus pada bulan
ini yang tidak ada pada bulan-bulan yang lain, yaitu pintu-pintu sur-
ga semuanya dibuka, tidak ada satu pun yang tertutup. Demikian
juga pintu-pintu neraka semuanya tertutup, tidak ada satu pun yang
terbuka. Setan-setan yang jahat dibelenggu, maka tidak ada satu
pun di antara mereka yang bisa mengganggu manusia sebagaima-
na mereka mengganggu pada bulan-bulan yang lainnya.
Ini semuanya adalah keberkahan-keberkahan yang besar, yang
memberikan semangat, yang membangkitkan tekad dan menjadi-
kan manusia bergairah untuk menunaikan ketaatan kepada Allah
.
Kalaulah seandainya kita membicarakan kebaikan-kebaikan bu-
lan ini, keistimewaan-keistimewaannya, keutamaan-keutamaannya,
dan kedudukannya yang agung, maka akan membutuhkan pemba-
hasan yang panjang. Oleh karenanya kita cukupkan pembahasan
apa yang selayaknya kita tunaikan pada bulan Ramadhan dan ba-
gaimana kita menyambutnya. Maka kami sebutkan di hadapan pa-
ra pembaca yang mulia beberapa poin yang penting.
BAGAIMANA
KITA MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
DAN MENGISI BULAN RAMADHAN

Poin pertama:
Selayaknya kita bergembira dengan datangnya bulan Ramadhan.
Menjadikannya berada pada tempat yang tinggi dan memiliki ke-
dudukan yang mulia di dalam hati kita. Kita memuji Allah  atas
nikmat berjumpa dengan bulan Ramadhan. Betapa banyak manu-
sia yang berjumpa Ramadhan pada tahun lalu dan bulan-bulan se-
belum datangnya Ramadhan, akan tetapi dipanggil oleh Allah sebe-
lum datangnya Ramadhan. Karenanya mereka tidak bisa menemui
bulan yang mulia ini, padahal mereka sangat berharap berjumpa
dengannya. Kita tidak mengetahui, mungkin saja sebagian dari ki-
ta tidak menjumpai bulan Ramadhan ini atau sebagian kita hanya
berjumpa dengan Ramadhan beberapa hari saja. Oleh sebab inilah,
selayaknya seorang muslim bersemangat apabila dimuliakan oleh
Allah  berjumpa dengan bulan Ramadhan, bersemangat me-
muji Allah, dan bersyukur kepada-Nya atas nikmat berjumpa de-
ngan bulan Ramadhan.
Tidak diragukan lagi sesungguhnya pertemuanmu dengan bu-
lan Ramadhan dalam kondisi sehat walafiat, selamat, dan dalam
kondisi iman ini adalah nikmat yang sangat besar. Ini adalah karu-
nia yang agung, yang selayaknya engkau menghargainya dan me-
muliakannya.
Maka sebagai wujud rasa syukurmu atas nikmat dipertemukan
dengan bulan Ramadhan, engkau harus bersungguh-sungguh dan
bersemangat untuk menunaikan ketaatan kepada Allah—semoga
Allah mempertemukan engkau dengan bulan Ramadhan—. Berse-
mangatlah untuk menunaikan hak-hak Allah , di antaranya
puasa Ramadhan, shalat malam, mengerjakan ketaatan, mendekat-
kan diri kepada Allah , dan menjauhi perkara-perkara yang
diharamkan oleh Allah .
Sungguh diantara sunnah Nabi  apabila melihat hilal
yaitu bulan di awal-awal bulan, beliau berdoa:
َ ْ َ َ َ
‫ َر‬، ِ‫اﻹ ْﺳـﻼم‬‫و‬ ‫ﺔ‬ ‫ﻣ‬‫ـﻼ‬ ‫ﺴ‬ ‫ا‬‫و‬ َ ‫»ا َ ﻠ ُﻬـﻢ أَ ْﻫﻠﻠْ ُﻪ َﻋﻠَﻴْﻨَﺎ ﺑـﺎ ْ ُ ْﻤﻦ َو ْاﻹ‬
َ ،‫ﻳـﻤﺎن‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ َ
ِ ‫َور ﻚ ا‬
«‫ﷲ‬
“Ya Allah, jadikanlah hilal ini bagi kami membawa keamanan dan kei-
manan, membawa keselamatan dan keislaman. Sesungguhnya Rabb-ku
dan Rabb-mu (wahai bulan) adalah Allah.”⁶
Jika Allah  memuliakanmu dengan mempertemukanmu de-
ngan bulan yang mulia, maka tatkala melihat hilalnya, hendaklah
berdoa dengan doa yang semacam ini. Nabi  berdoa de-
ngan doa ini ketika melihat hilal di setiap bulan dan itu adalah doa
yang sangat agung. Engkau mengharap pada Rabb-mu  un-
tuk diberkahi pada bulan itu, juga agar Allah melimpahkan anuge-
rah kepadamu berupa keamanan dan keimanan, keselamatan dari
keburukan, serta diberikan kemampuan untuk menunaikan kewa-
jiban-kewajiban Islam yang diridhai oleh Allah  pada bulan
itu. Sungguh tidaklah diragukan lagi, pertemuanmu dengan bulan
Ramadhan adalah nikmat yang agung. Wajib bagimu bersyukur ke-
pada Allah  atas nikmat tersebut. Muliakanlah bulan terse-
but sesuai dengan kemuliaan yang ada padanya.

6. Riwayat at-Tirmidzi (3451), Ahmad (1397) dari haditsnya Thalhah bin


Ubaidullah 
Poin kedua:
Kemudian di antara perkara-perkara penting yang selayaknya
kita tunaikan ketika menyambut bulan Ramadhan yang berkah ini,
yaitu menyambutnya dengan bertaubat nasuha dari segala bentuk
dosa dan kesalahan. Setiap kita melakukan banyak kesalahan, tat-
kala menunaikan ketaatan sering kali kita jumpai ada kekurangan-
kekurangan, sifat berlebih-lebihan, sifat menyia-nyiakan, sifat me-
remehkan, dan ketidaksempurnaan di beberapa perkara. Sungguh
telah datang dalam hadits Nabi , beliau bersabda:
َ ْ َ ٌ َ ََ َ ُ
«‫ َوﺧ ُ ا َﻄﺎ ِ َ ا ﻮاﺑُﻮن‬،‫ﺎء‬ ‫» ﺑ ِ آدم ﺧﻄ‬
“Setiap anak manusia melakukan kesalahan dan sebaik-baik orang yang
bersalah adalah orang yang bertaubat.”⁷
Setiap anak manusia pasti pernah melakukan kesalahan dan ke-
kurangan, akan tetapi sebaik-baik orang yang salah adalah orang
yang bertaubat kepada Allah.
Bulan Ramadhan adalah waktu yang mulia untuk bertaubat ke-
pada Allah . Betapa banyak manusia yang berlebih-lebihan di
dalam urusannya, menyia-nyiakan ketaatan kepada Rabb-nya, dan
melakukan perkara-perkara mungkar di hari-hari yang dilaluinya.
Ketika masuk Ramadhan (bulan yang agung) tergeraklah hati me-
reka untuk menunaikan kebaikan dan merasakan pentingnya keta-
atan kembali kepada Allah. Mereka mendapati di dalam hatinya pe-
nyesalan karena menyia-nyiakan ketaatan kepada Allah dan bertau-
batlah mereka kepada Allah  dengan taubat nasuha.
Betapa banyak manusia melakukan taubat nasuha di bulan yang
mulia ini kemudian dia kembali melakukan perbuatan-perbuatan
kemaksiatan dan menyia-nyiakan ketaatan seperti yang telah me-
reka lakukan sebelumnya.

7. Diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi (2499), Ibnu Majah (4251), dari haditsnya
Anas , dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih at-Targhib
(3139)
Apabila orang-orang yang menyia-nyiakan waktu-waktu yang
mereka lalui lalu tidak tergerak hatinya bertaubat kepada Allah
 di musim ketaatan ini, maka kapan lagi hati mereka terge-
rak?! Apabila jiwanya tidak bergetar di bulan yang mulia ini, maka
kapan hatinya bisa bergetar?! Bulan Ramadhan adalah bulan yang
tepat untuk bertaubat kepada Allah . Hendaknya kita menyam-
but bulan Ramadhan dengan taubat nasuha dari segala bentuk do-
sa dan kesalahan.
Allah  tidak menerima taubat hamba-Nya kecuali taubat
nasuha. Taubat nasuha harus memenuhi tiga syarat berikut:
[ ] menyesal atas perbuatan dosa yang dilakukan,
[ ] bertekad untuk tidak mengulang yang telah dilakukan, dan
[ ] terlepas dari dosa tersebut secara keseluruhan.
Dengan tiga syarat inilah Allah  akan menerima taubat
seorang hamba. Yaitu tatkala dia bertaubat dengan meninggalkan
seluruh dosa, bertekad di dalam hatinya yang paling dalam untuk
tidak mengulangi selama-lamanya, serta dia juga menyesal dengan
penuh penyesalan atas terjerumusnya dia ke dalam perbuatan dosa.
Apabila terpenuhi taubat dengan syarat-syarat tersebut, maka
taubatnya diterima Allah. Para ahli ilmu menambahkan syarat yang
keempat: apabila dosa berhubungan dengan hak manusia yang la-
in, seperti mengambil harta mereka atau melampaui batas hak yang
lain, maka disyaratkan dengan syarat yang keempat yaitu mengem-
balikan hak kepada pemiliknya atau meminta kehalalannya. Semo-
ga Allah memberikan taufik kepada kita (memudahkan kita) semu-
anya untuk taubat nasuha dari segala dosa dan kesalahan.
Kemudian,

Poin ketiga:
Di antara perkara yang penting yang selayaknya kita perhatikan
pada bulan Ramadhan adalah menjaga kualitas puasa, yaitu kewa-
jiban yang ada pada bulan ini. Manusia bertingkat-tingkat dalam
kualitas berpuasa, mereka tidak dalam satu tingkatan kualitas, mes-
kipun mereka semuanya sama-sama menahan dirinya dari makan
dan minum dan segala hal yang membatalkan puasa dari terbitnya
fajar sampai terbenamnya matahari. Akan tetapi, mereka berting-
kat-tingkat di dalam menyempurnakan dan menuntaskan puasa Ra-
madhan.
Nabi  pernah ditanya: “Puasanya siapa yang pahala-
nya paling besar?” Beliau menjawab:
ً ْ ْ ُ َُْ َ
«‫ﷲ ِذﻛﺮا‬
ِ ‫»أ ﻫﻢ‬
“Yang paling banyak berdzikir kepada Allah.”⁸
Telah diketahui bahwa sesungguhnya orang yang berpuasa ber-
tingkat-tingkat di dalam berdzikir kepada Allah  dan mem-
pelajari al-Qur’an serta dalam menjaga ketaatan.
Sebagian manusia begadang di malam hari menghabiskan wak-
tu-waktu mereka dengan perbuatan yang sia-sia. Kemudian, ketika
datang shalat Fajar/Shubuh dia masih tertidur dengan lelapnya dan
mungkin saja sebagian dari mereka shalat Zhuhur dan shalat Ashar
tidak tepat waktunya!
Manusia bertingkat-tingkat di dalam kualitas puasanya. Dengan
sebab ini, selayaknya seorang muslim betul-betul bersemangat un-
tuk menyempurnakan puasanya dengan berdzikir kepada Allah, ta-
at kepada Allah, menjaga bacaan al-Qur’an, duduk di majelis ilmu,
duduk di masjid-masjid Allah untuk berdzikir dan bersungguh-sung-
guh menundukkan nafsunya dalam menunaikan ketaatan-ketaatan
itu.

Poin keempat:
Di antara perkara penting, bahkan ini adalah yang terpenting
untuk diperhatikan, hendaklah seorang yang berpuasa mewujud-
kan sabda Nabi :

8. Riwayat Ahmad (15614) ath-Thabrani dalam Kitab Doa dan dalam Kitab
Mu’jamul Kabir (16812)
ََ ََ َ ُ ْ َ َ ََ َ َ ْ َ
«‫ﻳﻤﻨًﺎ َواﺣ ِ َﺴﺒًﺎ ﻏ ِﻔ َﺮ ُ َﻣﺎ ﻘﺪ َم ِﻣ ْﻦ ذﻧ ِﺒ ِﻪ‬
َ ‫ﺎن إ‬
ِ ‫»ﻣﻦ ﺻﺎم ر ﻀ‬
“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan dengan keimanan dan meng-
harap pahala maka diampuni dosanya yang telah berlalu.”⁹
Selayaknya bagi seorang muslim berpuasa karena panggilan ke-
imanan dan mengharapkan pahala Allah. Dia berpuasa bukan kare-
na adat kebiasaan yang sedang berlangsung, maksudnya tatkala dia
dapati keluarganya, saudara-saudaranya, teman-temannya berpua-
sa maka dia ikut berpuasa. Dia berpuasa bukan karena takut dice-
la manusia atau dikatakan orang yang tidak berpuasa, bukan pula
karena riya’ terhadap manusia, bukan pula mengharap pujian dan
sanjungan mereka. Dia berpuasa bukan karena tujuan-tujuan dunia
ini. Dia berpuasa hanyalah karena panggilan keimanan dan harap-
an terhadap pahala yang disediakan oleh Allah. Beriman terhadap
perintah Allah dan beriman dengan janji-janji Allah  bagi
orang-orang yang berpuasa. Dia ingat bahwa Allah  akan
memberikan pahala yang sempurna tiada terhitung. Dia beriman
bahwasanya Allah  memfardhukan/mewajibkan puasa ter-
sebut kepada hamba-Nya.
Dia berpuasa berharap dengan puasa yang dia lakukan tersebut
untuk menjalankan ketaatan pada Allah  di bulan yang mu-
lia ini serta berharap pahala dan balasan yang besar di sisi Allah
.
Orang-orang yang berpuasa mereka akan mendapatkan pahala
yang besar dan ganjaran yang banyak di sisi Allah , telah da-
tang di dalam hadits qudsi, sesungguhnya Allah berfirman:
ْ َ َََ ُ َ َ
«‫»ا ﺼﻴﺎم ِ وأﻧﺎ أﺟ ِﺰي ﺑِ ِﻪ‬
“Puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya.”¹⁰

9. Riwayat al-Bukhari (37, 1875), Muslim (1268) dari haditsnya Abu Hurairah

10. Riwayat al-Bukhari (1761), Muslim (1151) dari haditsnya Abu Hurairah 
Hadits ini menjelaskan besarnya pahala orang yang berpuasa
dan agungnya ganjaran yang ada di sisi Allah , maka selayak-
nya bagi seorang muslim untuk menjaga kualitas puasanya.
Di dalam hadits yang lain Nabi  bersabda:
َ ْ ً َ ْ ً َ ََ ََ
«‫ َوﻓ ْﺮ َﺣﺔ ِﻋﻨ َﺪ ِﻟﻘﺎ ِء َر ِﻪ‬،ِ‫ ﻓ ْﺮ َﺣﺔ ِﻋﻨ َﺪ ﻓِ ْﻄ ِﺮه‬،‫ﺎن‬
ِ ‫» ِﻠﺼﺎﺋِ ِﻢ ﻓﺮﺣﺘ‬
“Bagi orang yang berpuasa memiliki dua kegembiraan, kegembiraan ke-
tika dia berbuka dan kegembiraan ketika berjumpa dengan Rabb-nya.”¹¹
Orang yang berpuasa akan sangat gembira ketika berjumpa de-
ngan Allah  pada hari kiamat karena sesungguhnya Allah 
telah menyiapkan bagi mereka pahala yang besar dan ganjaran yang
banyak. Bahkan Allah  mengistimewakan mereka dengan
pintu khusus ke dalam surga yang disebut dengan Pintu ar-Rayyan
sebagaimana telah dikabarkan di dalam hadits yang shahih oleh Na-
bi .¹²
Wajib bagi orang seorang muslim untuk memperhatikan perka-
ra ini dari awal sampai berakhirnya bulan Ramadhan. Berpuasa ka-
rena panggilan keimanan dan mengharapkan pahala dari Allah. Ya-
itu beriman kepada Allah, dengan meyakini bahwa Allah 
mewajibkan puasa tersebut kepada kita, dan berharap kepada Allah
 untuk memperoleh pahala dan ganjaran darinya.

Poin kelima:
Di antara perkara yang penting yang selayaknya diperhatikan
oleh orang yang beriman pada bulan Ramadhan adalah berusaha
untuk mendapatkan derajat taqwa kepada Allah . Ini adalah tu-
juan dari disyariatkannya puasa sebagaimana Allah  berfirman:

‫ﱡﱓﱔﱕﱖﱗﱘﱙﱚﱛﱜﱝ‬

11. Riwayat al-Bukhari (1771), Muslim (1945) dari haditsnya Abu Hurairah 
12. Riwayat al-Bukhari (1896, 3257), Muslim (1152) dari haditsnya Sahl bin Sa’d

‫ﱞﱟﱠﱡﱠ‬
“Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kalian berpuasa se-
bagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian ber-
taqwa.” (Q.S. Al-Baqarah [2]:183)
Dengan berpuasa dan menunaikan ibadah ini, seorang muslim
menempuh suatu jalan yang agung, jalan yang diberkahi yang meng-
antarkan dia kepada derajat ketaqwaan. Puasa adalah kesempatan
bagimu untuk membekali dirimu dengan bekal ketaqwaan dan men-
jadikan dirimu menjadi orang yang bertaqwa.
Taqwa adalah: “Engkau melakukan ketaatan kepada Allah di atas
cahaya Allah, mengharapkan pahala dari-Nya, meninggalkan mak-
siat terhadap Allah di atas cahaya-Nya karena takut akan azab-Nya.”
Berhentilah sejenak untuk memikirkan: Bagaimana puasa bisa
mewujudkan ketaqwaan bagi seorang hamba dan bisa membekali
hamba dengan bekal ketaqwaan?
Seorang muslim selama setahun penuh dia terbiasa dengan per-
kara yang dia sukai seperti sarapan di waktu pagi hari, makan di
waktu siang hari, minum dengan berbagai macam minuman, se-
hingga hari-harinya terbiasa dengan perkara-perkara itu. Akan te-
tapi, kebiasaan-kebiasaan ini pada waktu masuk bulan Ramadhan
dia tinggalkan semuanya. Tidaklah dia meninggalkan perkara terse-
but karena sesuatu hal kecuali hanya untuk mendapatkan pahala
dari Allah . Inilah hakikat dari sebuah ketaqwaan. Engkau
akan menjumpai orang yang berpuasa menahan dirinya dari makan
dan minum yang ada di hadapannya meskipun dia sendirian, tidak
ada seorang pun yang melihatnya, itu semua dilakukan karena ta-
at kepada Allah .
Inilah yang terjadi pada diri seorang muslim di siang hari di bu-
lan Ramadhan. Selayaknya itu bisa tumbuh di dalam kehidupannya
selama-lamanya, yaitu dalam kehidupannya diliputi ketaatan kepa-
da perintah Allah  dan menjauhi larangan Allah .
Sungguh engkau mampu menahan diri pada siang hari di bulan
Ramadhan dari makan dan minum untuk menunaikan ketaatan ke-
pada Allah! Selayaknya bagimu mampu meninggalkan segala perka-
ra yang diharamkan Allah kepadamu di setiap waktu yang kau la-
lui. Seakan-akan seluruh bulan yang kau lalui adalah bulan Rama-
dhan. Dzat (Allah ) yang wajib engkau taati pada bulan Ra-
madhan, wajib pula engkau taati pada bulan-bulan yang lainnya. Se-
andainya engkau mampu menguasai dirimu, mencegah dirimu da-
ri perbuatan kemaksiatan, dan mampu meninggalkan perkara-per-
kara yang terbiasa engkau tunaikan di siang (selain pada Ramadhan)
karena taat kepada Allah , maka selayaknya engkau mampu pu-
la membiasakan dirimu untuk menunaikan perkara yang baik ter-
sebut di setiap waktu dan keadaan.
Sesungguhnya menahan dari makan dan minum serta seluruh
perkara yang membatalkan puasa di bulan Ramadhan—yaitu yang
hukumnya wajib—ditunaikan dari terbitnya fajar sampai terbenam-
nya matahari saja. Adapun menahan diri dari perkara-perkara yang
haram ditunaikan sepanjang usia manusia.
Hendaknya engkau bersungguh-sungguh dan berusaha keras
untuk meninggalkan perkara-perkara haram ketika dalam kondisi
berpuasa. Dan tatkala engkau berbuat dosa, melampaui batas, atau
terjerumus pada perbuatan yang sia-sia pada kondisi puasa terse-
but, maka bersegeralah bertaubat kepada Allah .
Hendaknya kita perhatikan, bagaimana kita mampu menjadikan
puasa Ramadhan untuk mewujudkan ketaqwaan kepada Allah
??? Yaitu dengan menahan dari perkara-perkara yang terbi-
asa dilakukan (selain pada bulan Ramadhan) untuk menunaikan ke-
taatan kepada Allah , sementara mengapa tidak mampu me-
ninggalkan perkara-perkara yang Allah  haramkan di seti-
ap waktu-waktu lain yang dia lalui? Ada salah seorang salaf/terda-
hulu (yang shalih) ditanya tentang kondisi manusia yang mampu
beribadah kepada Allah  pada bulan Ramadhan, menunaikan ke-
wajiban-kewajiban mereka serta mampu menjaga kewajiban-kewa-
jiban di bulan Ramadhan, tetapi ketika keluar dari bulan Ramadhan
tidak mampu lagi menunaikan dan bahkan menyia-nyiakan kewa-
jiban-kewajiban itu. Maka seorang salaf tersebut menjawab:
َ َ ُ ْ َ َ َْ َ ْ
‫اﷲ إﻻ ِ َر َ َﻀﺎن‬
َ ‫ﻮن‬ ‫ﺑِ ﺲ اﻟﻘﻮمِ ﻻ ﻌ ِﺮﻓ‬
“Sejelek-jeleknya manusia tidak mengenal Allah kecuali di bulan Rama-
dhan.”¹³
Maka wajib bagi seorang muslim senantiasa merasa diawasi oleh
Allah, menjaga ketaatannya kepada Allah pada bulan Ramadhan dan
juga bulan lainnya. Inilah makna firman Allah :

‫ﱡﱓﱔﱕﱖﱗﱘﱙﱚﱛﱜﱝ‬
‫ﱞﱟﱠﱡﱠ‬
“Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan puasa atas kalian seba-
gaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian men-
jadi orang yang bertaqwa.” (Q.S. Al-Baqarah [2]:183)
Maksudnya adalah kalian akan mendapatkan ketaqwaan kepa-
da Allah  di bulan yang mulia ini, ketika engkau mampu men-
jaga kewajiban-kewajiban dan ketaatan kepada Allah. Maka bulan
Ramadhan adalah kesempatan yang besar dan berharga untuk mem-
bekali diri kita dengan bekal taqwa. Allah  berfirman:

‫ﱡ ﱙ ﱚ ﱛ ﱜ ﱝﱞ ﱟ ﱠ ﱡ ﱢ ﱠ‬
“Dan ambillah bekal, maka sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah ke-
taqwaan dan bertaqwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang berpi-
kir.” (Q.S. Al-Baqarah [2]:197)

13. Lihat Kitab Tha’ifah al-Ma’arif halaman 396


Allah  berfirman:

‫ﱡﱱﱲﱳﱴﱵﱠ‬
“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian adalah yang paling
bertaqwa.” (Q.S. Al-Hujurat [49]:13)
Pada kesempatan kita yang berharga ini, hendaknya kita man-
faatkan untuk mengambil bekal ketaqwaan, hingga kita keluar da-
ri madrasah Ramadhan menjadi manusia-manusia yang bertaqwa
kepada Allah , terbiasa menjaga ketaatan kepada Allah, serta
terbiasa menunaikan segala bentuk perintah-Nya .
Sesungguhnya engkau akan sangat takjub kepada kebanyakan
manusia, apabila masuk bulan Ramadhan mereka memenuhi mas-
jid-masjid dan menjaga shalat-shalat mereka. Kemudian jika keluar
dari bulan Ramadhan mereka meninggalkan itu semuanya atau se-
bagian besar dari apa yang ditunaikan di bulan Ramadhan. Engkau
jumpai orang yang shalat Shubuh tidak mencapai satu shaf ketika
Ramadhan berlalu, padahal tatkala di bulan Ramadhan jumlah shaf
pada shalat Shubuh mencapai dua atau tiga shaf!!! Ke manakah me-
reka? Apakah mereka dahulunya orang-orang yang telah mening-
gal kemudian hidup kembali di bulan Ramadhan? Ataukah mereka
bepergian jauh kemudian datang pada bulan Ramadhan? Atau apa
yang sebenarnya terjadi pada diri mereka? Apakah mereka hanya
menunaikan shalat Shubuh dengan berjama’ah di bulan Ramadhan
saja? Mengapa mereka tidak menjaga ibadah-ibadah di bulan-bulan
yang lainnya?
Oleh sebab inilah, kami katakan: “Kesempatan bagi orang yang
dimuliakan Allah (pada bulan Ramadhan) yang diberikan kenikmat-
an berupa kemampuan menjaga shalat, kenikmatan berupa terge-
rak jiwanya untuk melakukan ketaatan dan peribadahan, serta me-
rasakan kelezatan ibadah di bulan Ramadhan untuk menjadikan ke-
nikmatan tersebut tetap ada di seluruh waktu-waktu yang lainnya,
sebagai bentuk buah dari bulan yang penuh berkah ini, serta untuk
mewujudkan apa yang terdapat dalam ayat yang mulia:
‫ﱡﱖﱗﱘﱙﱚﱛﱜﱝﱞﱟ‬
‫ﱠﱡﱠ‬
“Diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-
orang sebelum kalian agar kalian menjadi orang-orang yang bertaq-
wa.” (Q.S. Al-Baqarah [2]:183)
Maksudnya agar kalian bertaqwa kepada Allah , dengan ja-
lan menunaikan ketaatan kepada Allah dan melaksanakan berbagai
macam ibadah di dalam waktu yang mulia ini.
Oleh sebab inilah, maka puasa adalah madrasah pendidikan ter-
baik dan berkah yang mampu meluluskan orang-orang yang beri-
man dan bertaqwa. Dan mampu membekali orang-orang yang ber-
iman dengan bekal yang besar yang senantiasa bersamanya di se-
luruh kehidupannya dan di seluruh hari-hari yang dia lalui. Akan
tetapi, banyak sekali manusia yang tidak mengambil manfaat dari
madrasah ini—madrasah bulan puasa—. Mereka melaluinya, tetapi
kondisi mereka seperti murid yang bandel di madrasahnya, dia lu-
lus akan tetapi tidak mengambil manfaat darinya.
Berbeda dengan kondisi orang yang beriman ketika masuk mad-
rasah Ramadhan ini, mereka sungguh-sungguh dan semangat tat-
kala melaluinya. Pada akhirnya, mereka mampu mengambil pela-
jaran keimanan, pelajaran ilmiah yang senantiasa bersama dirinya
di seluruh waktu yang dia lalui.
Aku sebutkan sebuah contoh dari pelajaran Ramadhan sebagai
tambahan dari pelajaran-pelajaran yang sebelumnya kita sebutkan:
Barang siapa yang terbiasa merokok dan memakan sesuatu yang
membahayakan yang tiada manfaatnya sama sekali, engkau dapati
mereka mampu meninggalkannya dengan sempurna pada bulan Ra-
madhan mulai dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari.
Dia mampu menjauhinya sejauh-jauhnya padahal sangat terbiasa
dengan perbuatan itu, akan tetapi dia hanya mampu meninggalkan-
nya di siang hari di bulan Romadhon. Padahal ini adalah kesempat-
an yang baik baginya untuk meninggalkan perbuatannya secara
sempurna. Kebanyakan orang-orang yang terbiasa merokok apabi-
la dinasihati untuk meninggalkannya mereka beralasan tidak mam-
pu meninggalkannya. Tidaklah dia mampu meninggalkan perbuat-
annya itu mulai dari awal hari di bulan Ramadhan, mulai terbitnya
fajar hingga terbenamnya matahari? Maka ini adalah suatu pelajar-
an yang sangat berharga bahwa sebenarnya dia mampu meninggal-
kan rokok ini selama-lamanya dan tidak merokok secara total.
Sebagaimana engkau juga akan merasa heran kepada sebagian
dari manusia ketika mereka berbuka dengan menghisap rokok! Dia
berpuasa dengan meninggalkan perkara-perkara mubah karena ta-
at kepada Allah. Kemudian ketika seorang muadzin mengumandang-
kan adzan maghrib—sebagai penanda waktu dibolehkan berbuka—dia
berbuka dengan bermaksiat kepada Allah. Sebagian dari mereka ke-
tika menunaikan shalat Maghrib membuatmu tersiksa dengan bau
rokok yang tidak sedap. Sebagian dari mereka bersantai-santai da-
lam perbuatannya ini dan baru mematikan batang rokoknya keti-
ka ada di depan pintu masjid! Dia keluar dari rumahnya menuju
masjid sambil merokok sampai berada di depan pintu masjid, ke-
mudian masuk di dalam masjid membawa bau yang tidak sedap se-
hingga bisa menyiksa orang orang yang shalat dan juga para malai-
kat di tempat ibadah dan ketaatan!
Sungguh mengherankan orang-orang yang semacam ini. Di si-
ang harinya mampu meninggalkan makan dan minum karena taat
kepada Allah, kemudian ketika adzan maghrib tiba mereka segera
bermaksiat kepada Allah. Sesungguhnya merokok adalah perbuat-
an maksiat, perbuatan dosa, dan perbuatan yang haram. Orang yang
merokok terancam di hadapan Allah  dan akan ditanya ten-
tang perbuatannya tersebut. Dalil-dalil pengharaman rokok sangat-
lah banyak sekali yang telah dijelaskan oleh para ulama.
Bulan Ramadhan adalah kesempatan yang berharga bagi para
pecandu rokok dan setiap orang yang berlebih-lebihan atau orang
yang menyia-nyiakan berbagai macam bentuk ibadah untuk meng-
ambil pelajaran dari musim yang mulia ini.
Poin keenam:
Di antara perkara yang penting yang selayaknya dicermati ada-
lah perhatian dengan kitab Allah  (al-Qur’an). Sebagian dari ke-
istimewaan Ramadhan adalah sesungguhnya al-Qur’an diturunkan
pada bulan tersebut. Sebagaimana firman Allah :

‫ﱡﲇﲈﲉﲊﲋﲌﲍﲎﲏﲐ‬
‫ﲑﲒﱠ‬
“Bulan Ramadhan yang Allah turunkan dalam bulan tersebut al-Qur’an
sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan petunjuk dan pembe-
da.” (Q.S. Al-Baqarah [2]:185)
Pada bulan ini al-Qur’an diturunkan. Dahulu Malaikat Jibril 
mendatangi Nabi  pada bulan Ramadhan mengajarinya al-
Qur’an. Nabi  membaca al-Qur’an di hadapan Malaikat Jib-
ril .
Wajib bagi seorang muslim untuk perhatian terhadap al-Qur’an
pada bulan yang mulia ini, bulan Ramadhan adalah bulan al-Qur’an.
Sebagian dari orang-orang shalih terdahulu apabila masuk bulan
Ramadhan meninggalkan sebagian besar dari aktivitasnya dan ber-
kata: “Bulan Ramadhan adalah bulan membaca al-Qur’an dan bulan
memberikan makanan.” Mereka betul-betul perhatian terhadap al-
Qur’an, ada sebagian mengkhatamkan al-Qur’an setiap hari, sebagi-
an mengkhatamkan al-Qur’an setiap tiga hari, sebagian meng-
khatamkan al-Qur’an setiap sepekan sekali, dan sebagian meng-
khatamkan al-Qur’an setiap 10 hari sekali.
Sebagian dari manusia yang masuk bulan Ramadhan dan kelu-
ar bulan Ramadhan tidak membuka mushaf sama sekali kecuali ha-
nya sekali atau dua kali atau tiga kali saja! Akan tetapi, dia menu-
naikan perkara-perkara yang lainnya, melihat dan menyaksikannya
sampai perkara-perkara itu telah menguasai hatinya.
PENUTUP

Demikianlah beberapa pesan yang aku berharap kepada Allah


 agar bermanfaat bagi diriku dan juga bagi kalian dan semoga
Allah mencatatnya di timbangan kebaikan kebaikan kita dan men-
jadikan ini semuanya pembela kita bukan yang memusuhi kita.
Semoga kita semuanya dipertemukan dengan bulan Ramadhan
yang mulia. Semoga Allah menolong kita semuanya untuk bisa me-
nunaikan puasa, shalat, dan kebaikan-kebaikan di setiap waktu yang
kita lalui dengan ikhlas karena Allah  sesuai dengan petunjuk-
nya Rasulullah .
Semoga Allah memperbaiki urusan agama kita yang ia adalah
pegangan kita, memperbaiki urusan dunia kita yang ia adalah tem-
pat hidup kita, memperbaiki urusan akhirat kita yang ia adalah tem-
pat kembali kita, dan menjadikan kehidupan ini sebagai tambahan
kebaikan bagi kita, dan kematian sebagai tempat istirahat kita da-
ri segala keburukan. Sesungguhnya Allah  sebaik-baik Dzat
yang diminta dan sebaik-baik Dzat yang kita berharap kepada-Nya.
Allah-lah yang Maha Mengetahui. Shalawat dan salam semoga
tercurah kepada Nabi kita Muhammad dan keluarganya dan selu-
ruh para sahabatnya.

Anda mungkin juga menyukai