Anda di halaman 1dari 34

ISTIQOMAH DIJALAN ALLAH SEBAGAI BUKTI KETAQWAAN DIRI

Oleh : Choirul Anwar,SH. S.Pd.I,M.Pd.I

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah Jika dikaitkan dengan tujuan puasa


bulan Ramadan yaitu menjadi insan yang bertakwa maka kesucian jiwa yang
hakiki pada momen perayaan ini adalah takwa kepada Allah SWT. Orang
yang bertakwa adalah orang yang taat kepada Allah SWT dan mau
meninggalkan maksiat karena takut akan siksa-Nya.
Setiap muslim belum bisa dikatakan sebagai orang yang takwa jika
belum menjalankan kewajiban dan menunaikan ibadah sunnah seperti yang
dicontohkan Rasulullah. Seseorang yang bertakwa kepada akan selalu
mendapatkan petunjuk serta hidayah dari Allah SWT. Sedangkan, bagi
orang-orang zalim, tidak akan mendapatkan apapun selain kerugian. Hal ini
sebagaimana yang tercantum dalam surah Al Israa’: 82

‫ارا‬
ً ‫س‬َ ‫َونُن َِز ُل مِنَ ۡالـقُ ۡر ٰا ِن َما ه َُو ِشفَا ٓ ٌء او َرحۡ َمةٌ ل ِۡـل ُم ۡؤ ِمن ِۡينَ ۙ َو ََل يَ ِز ۡي ُد الظّٰ ِلم ِۡينَ ا اَِل َخ‬
“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah
kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.”
Allahu akbar Allahu akbar Allahu akbar Walillaahil hamd Ma’asyiral
Muslimin Rahimakumullah Ditegaskan lagi bahwa tujuan puasa bulan
Ramadan yaitu menjadi insan yang bertakwa. Ada banyak ayat dalam Al-
Quran yang mengungkapkan ciri orang bertakwa. Maka dalam kesempatan
yang berbahagia ini akan kami sampaikan ciri orang bertakwa yang relevan
dengan aktivitas amalan pada saat bulan Ramadan.
Ciri yang pertama yaitu sabar, Salah satu hikmah puasa adalah
melatih kesabaran. Orang yang sabar maka akan mendapatkan pahala yang
tiada batas. Dalam Al Qur’an surah Az-Zumar ayat 10 Allah berfirman
,
َ ِ‫صابِ ُرونَ أَج َْرهُ ْم بِغَ ْي ِر ح‬
‫ساب‬ ‫إِنا َما ي َُوفاى ال ا‬
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan
pahala mereka tanpa batas.” (Imam Ibnu Rajab al-Hanbali, Lathâ’if al-Ma’ârif
fî mâ li Mawâsîm al-‘Âm min al-Wadhâ’if, 2002, h. 207)
Maka amaliah Ramadan yang relevan dengan ciri ketakwaan adalah
berpuasa enam hari di bulan syawal. Amaliah ini sebagai estaveta utama
dalam ibadah bulan Ramadan yaitu menahan lapar dan dahaga serta
melatih kesabaran. Maka setelah Idul Fitri hendaklah kita segera
menyambungnya dengan berpuasa enam hari di bulan Syawal. Puasa ini
memiliki keutaamaan khusus yakni seakan berpuasa selama setahun penuh
sebagaimana sabda Rasulullah SAW
,
ِ ‫ضانَ ث ُ ام أَتْبَ َعهُ ِستًّا م ِْن ش اَوال كَانَ ك‬
‫َصيَ ِام ال اد ْه ِر‬ َ ‫ام َر َم‬
َ ‫ص‬َ ‫َم ْن‬
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadan kemudian berpuasa enam
hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR.
Muslim).
Ciri yang kedua yaitu menjaga sholat. Sholat merupakan prioritas
utama indikator ketakwaan seseorang. Lebih bernilai lagi jika sholat
dilaksanakan dengan berjamaah dan penuh kekhusyuan. Dalam surah al-
Baqoroh ayat 3 Allah menegaskan indikasi orang bertakwa
, َ‫ص ٰلوةَ َو ِم اما َرزَ ْق ٰن ُه ْم ُي ْن ِفقُ ْون‬ ِ ‫الا ِذيْنَ يُؤْ ِمنُ ْونَ ِب ْالغَ ْي‬
‫ب َو ُي ِق ْي ُم ْونَ ال ا‬
“(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, melaksanakan
salat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada
mereka.”
Oleh karena itu, rutinitas sholat jamaah yang kita jalankan saat
bulan Ramadan harus istiqomah kita tekuni pasca Idul Fitri, bahkan harus
lebih semangat lagi. Dengan demikian maka hikmah ibadah sholat akan
tertransformasikan dalam kehiupan sehar-hari. Sebagaimana kita mafhumi
bersama bahwa sholat itu mencegah perbuatan keji dan munkar, penghapus
kesalahan dan dosa, dan menguatkan jiwa saat menghadapi cobaan
kehidupan.
Ciri yang ketiga yaitu gemar bersedekah. Sedekah merupakan
bentuk amal ibadah yang berperan penting dalam menciptakan
kesejahteraan umat, menjalin persaudaraan, dan mewujudkan toleransi
dalam kehidupan bermasyarakat. Ekses sedekah tidak hanya dirasakan oleh
pelakunya tapi juga orang lain. Setiap harta yang diinfakkan atau
disedekahkan Allah SWT akan menggantikannya dengan yang lebih baik
kelak.
ّٰ ‫َو َم ۤا اَ ۡنف َۡقتُمۡ م ِۡن ش َۡىء فَ ُه َو ي ُۡخ ِلفُ ٗه ۚ َوه َُو خ َۡي ُر‬
Sebagaimana firman Allah SWT, َ‫الر ِزق ِۡين‬
“Apapun harta yang kalian infakkan, maka Allah pasti akan
menggantikannya, dan Dia adalah sebaik-baik pemberi rezeki”. (QS. Saba:
39).
Dalam surah al-Baqoroh di atas disebutkan bahwa ciri orang yang
bertakwa adalah menginfakkan sebagian rezekinya. Saat bulan Ramadan
infaq dan sedekah merupaka amal yang sangat baik ketika selama
Ramadan. Di bulan mulia itu begitu banyak orang-orang yang berinfak untuk
pembangunan masjid, pondok pesantren penghafal Qur’an, para fakir
miskin, kegiatan dakwah dan pendidikan serta kegiatan-kegiatan lainnya
yang bernilai pahala jariyah. Tentu hal ini harus kita tingkatkan pasca Idul
Fitri.
Allahu akbar Allahu akbar Allahu akbar Walillaahil hamd Ma’asyiral
Muslimin Rahimakumullah
Ciri yang keempat yaitu gemar tadarrus Al-Quran. Dalam kitab
Tanbihul Ghafilin karya Abu Laits al-Samarqandi ciri orang yang bertakwa
adalah yang lisannya tidak pernah digunakan untuk berkata bohong dan
gunjing. Lisannya fokus dzikir, baca qur’an, diskusi ilmu, dan hal baik
lainnya. Selaras dengan itu dalam surah al-Mukminun ayat 3 Allah
berfirman, َ‫َوالا ِذيْن‬

ۙ َ‫ع ِن اللا ْغ ِو ُم ْع ِرض ُْون‬


َ ‫هُ ْم‬
“dan orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan)
yang tidak berguna.” Bulan Ramadan identik dengan bulan Qur’an hal itu
karena di bulan Ramadan Al Qur’an diturunkan yang dikenal dengan nuzulul
quran. Kita melihat kaum muslimin bersemangat untuk selalu membaca,
menghafal dan mentadaburi nilai-nilai Al Qur’an di bulan Ramadan. Maka
untuk meraih insan muttaqin tentu kita harus istiqomah tadarus Al-Quran
pasca bulan Ramadan. Ciri yang kelima yaitu senantiasa melakukan
kebaikan. Syaikh Wahid bin Abdussalam Baaly dalam bukunya Merasih
Keajaiban di Tengah Malam menguraikan, Allah SWT mensifati orang-orang
yang bertakwa dengan senantiasa melakukan kebaikan. Salah satu
kebaikan yang dilakukan adalah mendirikan shalat malam. Allah SWT
berfirman dalam Alquran surat Adz-Dzariyat ayat 15-16 yang artinya,
”Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di taman-taman surga
dan mata air-mata air, sambil mengambil apa-apa yang diberikan kepada
mereka oleh Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia
adalah orang-orang yang berbuat kebaikan.” Lebih lanjut Surat
18 menegaskan:
َ‫كَانُ ْوا قَ ِلي ًًْل مِنَ الا ْي ِل َما يَ ْه َجعُ ْون‬
”Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam hari dan di akhir-akhir
malam, mereka memohon ampunan kepada Allah SWT.”
Di bulan Ramadan, selain sholat tarawih kita dilatih untuk istiqomah
melaksanakan iitikaf dengan amaliah qiyamul lail atau sholat malam.
Pada malam hari di bulan Ramadan, banyak umat Muslim yang
bersemangat untuk melaksanakan salat malam. Begitu banyak keutamaan
ibadah ini di antaranya Rasulullah SAW, ‫صًلَة ُ اللا ْي ِل‬ َ ‫صًلَةِ بَ ْع َد الف َِري‬
َ : ‫ض ِة‬ َ ‫أ ْف‬
‫ض ُل ال ا‬
“Sebaik-baik salat setelah salat wajib adalah salat malam.” (HR.
Muslim)
Sungguh besar pahala dan hikmah qiaumul lail dan kita telah digladi
atau dilatih selama bulan Ramadan. Maka dalam rangka ikhtiar meraih
predikat insan muttaqin, kita berusaha istiqomah menjalankan qiyamul lail
pasca Idul Fitri. Demikianlah khotbah ini, semoga dapat kita hikmati
bersama. Mudah-mudahan kita dapat menjadi pribadi yang istiqomah dalam
menggapai ketakwaan kepada Allah SWT. Kita juga mari berdoa agar
wabah ini segera berakhir dan Indonesia kembali hidup nyaman dan damai
amin ya rabbal alamin.
Menjalani kehidupan sehari-hari dalam hal ibadah,
memang harus dilakukan secara istiqomah.
Istiqomah sendiri merupakan keutamaan dalam Islam yang
merupakan bukti dari kesungguhan seorang muslim dalam
beribadah.
Meski pada kenyataannya tidak mudah, tapi kamu perlu
berusaha dengan mengetahui 5 cara istiqomah di jalan
Allah. Berikut

1. Meluruskan niat tanpa menyimpang


Segala bentuk kebaikan dan ibadah memang harus
dilakukan dengan istiqomah.
Salah satunya adalah meluruskan niat tanpa menyimpang
dan tidak meninggalkan seluruh bentuk larangannya.
Saat memiliki niat yang lurus dan hanya mengharapkan
ridha Allah SWT, maka seseorang akan lebih mudah
menjalankan ibadahnya.
Sesungguhnya setiap amalan hanyalah tergantung
dengan niat-niatnya dan setiap orang hanya akan
mendapatkan apa yang dia niatkan, maka barangsiapa yang
hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya
kepada Allah dan Rasul-Nya dan barangsiapa yang hijrahnya
karena dunia yang hendak dia raih atau karena wanita yang
hendak dia nikahi maka hijrahnya kepada apa yang dia hijrah
kepadanya”. (HSR.Bukhary-Muslim
dari ‘UmarbinKhoththob Radhiallahu ‘Anhu)

2. Membaca Al-Qur'an setiap hari


Sebenarnya, belajar membaca Al-Qur'an adalah sebagai
salah satu cara menunjukkan kecintaan seorang
muslim terhadap kaidah Islam.
Sedangkan membaca Al-Qur’an secara rutin, ini dapat
membantu seorang muslim istiqomah saat menjalankan
ibadah di jalan Allah SWT.
Sebagaimana Al-Qur’an bisa meneguhkan hati seorang
muslim, sehingga ia tidak mudah tergoyahkan oleh hal-hal
yang mampu merusak imannya.
Hal ini tertuang dari sabda Rasullulah:
3. Meningkatkan kualitas ibadah sedikit
demi sedikit
Untuk kamu yang ingin istiqomah di jalan Allah, caranya
dengan menjalankan salat secara sedikit demi sedikit.
Meski melaksanakannya memerlukan persiapan dalam
lahir maupun batin, namun jika dilakukan semata-mata
karena Allah maka membuat ibadah kamu jadi lebih
berkualitas.
Sebagai seorang muslim yang baik, tentunya kamu akan
senantiasa meluangkan waktu untuk meningkatkan
kuantitas dan kualitas ibadah itu sendiri bukan?

4. Senantiasa berzikir dan berdoa


kepada Allah
Bahwa manfaat zikir dapat membantu memperlancar aliran
rezeki seseorang.
Namun selain itu, keistimewaan berzikir di mana Allah juga
akan memberi seseorang hidayah.
Oleh karenanya, agar istiqomah di jalan Allah yakni dengan
senantiasa berzikir dan berdoa kepada Allah.
Adapun keutamaan berzikir sesuai dengan firman
Allah dinyatakan jelas dalam surat Ara-ra’d pada ayat 28:
“Orang orang yang beriman akan memiliki hati yanag tenang
dan tenteram jika selalau ingta denagn Allah SWT, maka
ingatlah karena hanya dengan mengingatnya Allah-lah,
hatimu menjadi tenteram.”

5. Bergaul dengan orang-orang saleh


Sesungguhnya, sangat beruntung menjadi orang saleh.
Betapa tidak, pada hari perhitungan nanti seorang mukmin
yang sholeh dapat memberikan syafaat pada saudaranya.
Oleh karenanya, jika ingin selalu istiqomah dalam
beribadah maka banyaklah bergaul dengan orang saleh.
Saat kamu di kelilingi orang-orang sholeh, mereka bisa
menjadi kawan saat beribadah dan senantiasa menjaga
kamu dalam kebaikan. Hal ini disebutkan dalam hadits:
"Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan, mereka
menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang
mungkar dan bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai
kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh.’‘ (QS
AliImran-3:114).

llah SWT juga berfirman dalam surat Hud ayat 112,


"Maka istiqomahlah (tetaplah kamu pada jalan yang benar),
sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah
taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas.
Sesungguhnya Dia Maha melihat apa yang kamu kerjakan."

Keutamaan Istiqomah
Dalam sebuah ayat di dalam Al-Qur’an, Allah berfirman bahwa
seorang muslim yang tetap memaknai dan mengamalkan arti
istiqomah di jalan-Nya, maka akan selalu dilapangkan rezekinya oleh
Allah SWT.

Hal ini tertulis di dalam Surat Al-Jin ayat 16 yang artinya:

“Dan bahwasannya jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu
(agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada
mereka air yang segar (rezeki yang melimpah).”

Keutamaan yang kedua adalah diberikan rasa aman dan diangkat


segala kesedihan. Allah akan memberikan rasa aman dan damai bagi
mereka yang selalu istiqomah di jalan-Nya. Hal ini sesuai dengan
Alqur’an Surat Fushilat ayat 30.

Bila sudah memahami dan mengamalkan betul arti istiqomah, maka


jaminan surga baginya. Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-
Ahqaf ayat 13-14 yang artinya:

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami ialah


Allah”, kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita.
Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya;
sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.”

‫صير‬
ِ ‫ُون َب‬
َ ‫مل‬َ ‫ما َت ْع‬
َ ‫ك َولَا َت ْط َغ ْوا ِإن َُّه ِب‬
َ ‫م َع‬
َ ‫اب‬
َ ‫ن َت‬
ْ ‫م‬ َ ‫ما ُأ ِم ْر‬
َ ‫ت َو‬ َ َ‫ِم ك‬
ْ ‫اس َتق‬
ْ ‫َف‬
Maka istiqamahlah kamu (Muhammad) di jalan yang benar,
sebagaimana telah diperintahkan kepadamu dan juga kepada orang
yang bertaubat bersamamu, dan janganlah kamu melampaui batas.
Sungguh, Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. – (Q.S Hud: 112)

Di antara salaf, ada yang bernama Bisyr pernah menyatakan,

‫سنَةَ كُلا َها‬


‫صا ِل َح الاذِي يَتَعَبا ُد َو يَ ْجت َ ِه ُد ال ا‬
‫ضانَ إِ ان ال ا‬ َ ‫س القَ ْو ُم َلَ يَ ْع ِرفُ ْونَ هللاَ َحقًّا إَِلا فِي‬
َ ‫ش ْه ِر َر َم‬ َ ْ‫بِئ‬

“Sejelek-jelek kaum adalah yang mengenal Allah di


bulan Ramadhan saja. Ingat, orang yang shalih yang sejati adalah
yang beribadah dengan sungguh-sungguh sepanjang tahun.”
(Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 390)

Bagaimana kita bisa istiqamah dalam beramal bada Ramadhan?

Pertama: Perbanyak doa minta istiqamah seperti,

َ ‫ت قَ ْلبِى‬
َ‫علَى دِينِك‬ ِ ‫ب ا ْلقُلُو‬
ْ ِ‫ب ثَب‬ َ ‫يَا ُمقَ ِل‬

“Ya muqollibal qulub tsabbit qolbi ‘alaa diinik (Wahai Dzat yang
Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-
Mu).” (HR. Tirmidzi, no. 2140; Ibnu Majah, no. 3834. Al-Hafizh Abu
Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Kedua: Kumpul dengan teman-teman yang shalih yang


mengantarkan pada kebaikan.

ُ‫سكَ َم َع الاذِينَ َي ْدعُونَ َربا ُه ْم ِبا ْلغَ َدا ِة َوا ْل َع ِشي ِ ي ُِريدُونَ َوجْ َهه‬
َ ‫ص ِب ْر نَ ْف‬
ْ ‫َوا‬

“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang


menyeru Rabbnya di pagi dan senja hari dengan mengharap
wajah-Nya.” (QS. Al-Kahfi: 28). Dalam ayat ini ada perintah untuk
berteman dengan orang shalih.
Karena berkumpul dengan orang shalih, hati akan menjadi tenang.
Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata,

ْ ‫ن‬
َ ‫َظ ُر ال ُمؤْ ِم ِن إِلَى ال ُمؤْ ِم ِن يَ ْجلُو القَ ْل‬
‫ب‬

“Pandangan seorang mukmin kepada mukmin yang lain akan


mengilapkan hati.” (Siyar A’lam An- Nubala’, 8: 435).

Di antara cara agar bertemu dengan orang-orang shaleh adalah


tetap menjaga shalat lima waktu di masjid. Menghadiri pengajian-
pengajian yang diadakan di masjid. Pengajian-pengajian yang di
dalamnya dibahas Alquran dan hadits-hadits Rasulullah.

Ketiga: Beribadah yang ajeg walau sedikit, sebagaimana sabda


Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

‫َّللا تَعَالَى أ َد َْو ُم َها َوإِ ْن قَ ال‬


ِ ‫أ َ َحبُّ األ َ ْع َما ِل إِلَى ا‬

“Amalan yang paling dicintai di sisi Allah Ta’ala adalah amalan


yang kontinu walau jumlahnya sedikit.” (HR. Bukhari, no. 5861 dan
Muslim, no. 782, 783). Aisyah setiap kali beramal, ia konsekuen
untuk menjaga amalannya rutin.

Kita bisa menjaga terus amalan kita di bulan Ramadhan seperti


shalat malam dan baca Al-Qur’an. Walau nanti intensitasnya
berkurang yang penting bisa rutin dijaga.

Marilah kita tutup khutbah ied kali ini dengan doa, moga Allah
perkenankan setiap doa-doa kita di hari yang penuh berbahagia
ini.

ِ ‫ت األ َ ْحيَاءِ ِم ْن ُه ْم َواأل َ ْم َوا‬


‫ت‬ ِ ‫الل ُه ام ا ْغف ِْر ِل ْل ُم ْس ِل ِميْنَ َوالم ْس ِل َما‬
ِ ‫ت َوالمؤْ ِمنِيْنَ َوالمؤْ مِ نَا‬

،‫ور‬ ِ ُّ‫ت ِإلَى الن‬ ِ ‫ظلُ َما‬ُّ ‫ َون َِجنَا ِمنَ ال‬،‫س ُب َل الس َاًل ِم‬ ْ َ ‫ َوأ‬،‫ف َبيْنَ ُق ُلو ِبنَا‬
ُ ‫ َوا ْه ِدنَا‬،‫ص ِل ْح َذاتَ َب ْي ِننَا‬ ْ ‫ال ال ُه ام أ َ ِل‬
،‫اجنَا‬ َ ُ
ِ ‫ َوأ ْز َو‬،‫ َوقُلوبِنَا‬،‫ارنَا‬ َ َ
َ ‫ َوأ ْب‬،‫ار ْك لَنَا فِي أ ْس َما ِعنَا‬
ِ ‫ص‬ ِ َ‫ َوب‬، َ‫طن‬ َ َ‫ظ َه َر ِم ْن َها َو َما ب‬
َ ‫ش َما‬ َ ِ‫َو َجنِ ْبنَا ا ْلفَ َواح‬
َ‫ قَا ِبلِين‬، َ‫علَيْك‬ َ ‫ َوا ْج َع ْلنَا شَاك ِِرينَ ِلنِ َعمِكَ ُمثْنِينَ ِب َها‬،‫الرحِ ي ُم‬‫علَ ْينَا ِإناكَ أ َ ْنتَ الت ا اوابُ ا‬ َ ْ‫ َوتُب‬،‫َوذُ ِريااتِنَا‬
َ
‫عل ْينَا‬ َ
َ ‫ َوأتِمِ ْم َها‬،‫ل َها‬ َ
ِ ‫عذَا‬
‫ب اآلخِ َر‬ َ ‫ى ال ُّد ْنيَا َو‬
ِ ‫مِن خِ ْز‬ ِ ‫عاقِبَتَنَا فِى األ ُ ُم‬
ْ ‫ور كُ ِل َها َوأ َ ِج ْرنَا‬ َ ‫اللا ُه ام أ َ ْحس ِْن‬

َ‫ضان‬َ ‫ضانَ اللا ُه ام تَقَب ْال أ َ ْع َملَنَا فِي َر َم‬


َ ‫ضانَ اللا ُه ام ت َ َقبا ْل أ َ ْع َم َلنَا فِي َر َم‬
َ ‫اللا ُه ام تَقَبا ْل أ َ ْع َملَنَا فِي َر َم‬
ِ ‫اب النا‬
‫ار‬ َ ‫سنَةً َوقِنَا‬
َ َ‫عذ‬ َ ‫سنَةً َوفِي ْاآلخِ َرةِ َح‬ َ ‫َربانَا آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح‬

‫هللا مِ ناا َو ِم ْن ُكم‬


ُ ‫هللا ِمناا َو ِم ْنكُم تَقَبا َل‬
ُ ‫هللا ِمناا َو ِم ْنكُم تَقَبا َل‬
ُ ‫تَقَبا َل‬
َ‫ساكُ ْم ِمنَ العَائِ ِديْنَ َوالفَائ ِِزيْن‬ َ ‫ع‬ َ َ‫ِع ْي ُدكُ ْم ُمب‬
َ ‫اركٌ َو‬
‫عام َوأ َ ْنت ُ ْم ِب َخيْر‬
َ ‫ل‬ُّ ُ ‫ك‬

‫سان ِإلَى َي ْو ِم الديْن‬ َ ‫علَى آ ِل ِه َو‬


َ ْ‫ص ْح ِب ِه و َ َم ْن ت َ ِب َع ُه ْم ِبإِح‬ َ ‫علَى نَ ِب ِينَا ُم َح امد َو‬ ُ ‫صلاى‬
َ ‫هللا‬ َ ‫و‬.
َ
َ ْ
َ‫ب العَالمِ يْن‬ ْ َ
ِ ‫َوآخِ ُر َدع َْوانَا أ ِن ال َح ْم ُد هلل َر‬

Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan secara umum kepada


kita hamba-hamba-Nya untuk terus menjaga iman dan istiqamah dalam
kehidupan ini.

Allah menyatakan di dalam ayat:

۟ ‫وا َوأَ ْبش ُِر‬


‫وا بِ ْال َجنا ِة الاتِى‬ ۟ ُ‫علَ ْي ِه ُم ْال َم ٰلٓئِ َكةُ أَ اَل تَخَاف‬
۟ ُ‫وا َو ََل تَحْزَ ن‬ ۟ ‫وا َربُّنَا اللّٰـهُ ث ُ ام ا ْستَ ٰق ُم‬
َ ‫وا تَتَن اَز ُل‬ ۟ ُ‫ِإ ان الاذِينَ قَال‬

َ ‫ُكنت ُ ْم تُو‬
َ‫عدُون‬
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan
kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka
malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu
takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan
jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. (Q.S. Fushshilat [41]: 30).

Imam Al-Baidhawi menyebut bahwa meneguhkan pendirian atau


istiqamah pada ayat tersebut mengandung makna teguh pendirian (tsabat)
dalam iman, ikhlash dalam amal dan menunaikan seluruh hal yang menjadi
kewajibannya.
Al-Qadhiy ‘Iyadh menambahkan, istiqamah bermakna mentauhidkan
Allah, beriman kepada-Nya, berusaha semaksimal mungkin tidak
menyimpang dari tauhidullah dan terus menjalankan kethaatan kepada-Nya
hingga mati dalam keadaan seperti itu.

Jadi, istiqamah adalah suatu usaha menempuh jalan yang lurus


(shiratal mustaqim) tanpa berbelok ke kanan dan ke kiri, tanpa menambah
atau mengurangi, tanpa mempersulit atau menyepelekan, dengan
mengikhlaskan amal hanya untuk Allah, bagi Allah dan karena Allah, dan
menjalankan kethaatan kepada Allah itu sesuai yang Allah syariatkan, baik
dalam keyakinan, ucapan maupun perbuatan, serta tetaplah dalam keadaan
thaat tersebut.

Allah pun menegaskan di dalam ayat:

َ ‫فَا ْستَ ِق ْم َك َمآأُم ِْرتَ َومن ت‬


ْ ‫َاب َمعَكَ َوَلَت‬
‫َطغ َْوا‬
Artinya: “Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana
diperintahkan kepadamu dan orang yang telah taubat beserta kamu dan
janganlah kamu melampaui batas.” (Q.S. Hud [11]: 112).

Hadirin yang dirahmati Allah,

Dalam memegang teguh iman dan istiqamah, memang syaitan


selalu menggoda kita agar berbelok, berkurang, bermaksiat dan mengkufuri
Allah. Godaan syaitan selalu saja mencoba memalingkan manusia dari
istiqamah di jalan Allah, dari perjuangan menegakkan kalimatullah, dari
menjaga persatuan dan kesatuan umat Islam.
Allah telah menyebutkan janji syaitan untuk menyesatkan manusia
selamanya, dan ini menjadi kewaspadaan bagi kita orang-orang beriman.

َ ‫} ث ُ ام َلَ ِت َي ان ُهم ِم ْن َبي ِْن أَ ْيدِي ِه ْم َوم ِْن خ َْل ِف ِه ْم َو‬16{ ‫ِيم‬
‫ع ْن‬ َ ‫طكَ ْال ُم ْستَق‬ ِ ‫قَا َل فَ ِب َمآأَ ْغ َو ْيتَنِي أل َ ْق ُعد اَن لَ ُه ْم‬
َ ‫ص َرا‬
17{ َ‫ش َمآئِ ِل ِه ْم َوَلَت َِج ُد أَ ْكثَ َرهُ ْم شَاك ِِرين‬ َ ‫}أَ ْي َمانِ ِه ْم َو‬
َ ‫ع ْن‬
Artinya: Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya
tersesat, saya benar-benar akan (menghalanggi) mereka dari jalan Engkau
yang lurus,— Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari
belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan
mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)”. (Q.S. Al A’raf[7]: 16-17).

Sehubungan dengan ayat ini, Imam Qatadah menjelaskan bahwa


syaitan akan datang kepada manusia dari depan mereka adalah dengan
mengabarkan bahwa tidak ada hari kebangkitan, surga dan neraka. Dari
belakang mereka, dengan menghias perkara dunia dan mengajak manusia
kepadanya. Dari kanan mereka, dengan membuat mereka menunda-nunda
kebaikan dan dari kiri mereka dengan menghias kejahatan dan maksiat,
mengajak manusia kepadanya dan memerintahkannya. Ia akan datang dari
semua arah selain dari atas, karena ia tidak sanggup menghalangi
seseorang dari rahmat Allah.

Ibnu Abbas menambahkan, yakni syaitan akan membuat samar


urusan agama dengan mendatangkan syubhat, serta membuat manusia
senang kepada maksiat, fitnah dan syahwat.

Begitulah kaum Muslimin semuanya,

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pun menyebutkan sebuah


nasihat dalam sabdanya :
‫ ت ُ ْس ِل ُم َو تَ َذ ُر ِد ْينَكَ َو ِديْنَ آ َبائِكَ َو‬: ‫اْل ْسًلَ ِم فَقَا َل‬ ِْ ‫ق‬ ِ ‫ط ِر ْي‬َ ‫طانَ قَ َع َد َِلب ِْن آد ََم ِبطُ ُرقِ ِه فَقَ َع َد لَهُ ِب‬
َ ‫ش ْي‬
‫ِإ ان ال ا‬
‫س َما َءكَ َو ِإنا َما َمثَ ُل‬ َ ‫ضكَ َو‬ َ ‫اج ُر َو تَ َدعُ أَ ْر‬ ِ ‫ ت ُ َه‬: ‫ق ْال ِهج َْرةِ فَقَا َل‬ َ ِ‫صاهُ فَأ َ ْسلَ َم ث ُ ام قَعَ َد لَهُ ب‬
ِ ‫ط ِر ْي‬ َ َ‫آبَاءِ آبَائِكَ ؟ فَع‬
‫ ت ُ َجا ِه ُد فَ ُه َو ُج ْه ُد ال ان ْف ِس َو‬: ‫ق ْال ِج َها ِد فَقَا َل‬ َ ‫صا ُه فَ َها َج َر ث ُ ام َق َع َد َلهُ ِب‬
ِ ‫ط ِر ْي‬ َ ‫ط ْو ِل ! فَ َع‬ ُّ ‫اج ِر َك َمثَ ِل ْالف ََر ِس فِي ال‬ ِ ‫ْال ُم َه‬
َ‫علَى هللاِ أَ ْن يُ ْدخِ لَهُ ْال َجناة‬ َ َ‫س ُم ْال َما ُل ؟ فَع‬
َ ‫صاهُ فَ َجا َه َد فَ َم ْن فَعَ َل ذَلِكَ كَانَ َحقًّا‬ َ ‫ْال َما ِل فَتُقَاتِ ُل فَت ُ ْقتَ ُل فَت ُ ْن َك ُح ْال َم ْرأَة ُ َو يُ ْق‬
ُ‫صتْهُ دَاباتُه‬ َ َ‫علَى هللاِ أَ ْن ُي ْدخِ لَهُ ْال َجناةَ َو ِإ ْن َوق‬
َ ‫علَى هللاِ أَ ْن ُي ْدخِ لَهُ ْال َجناةَ َو ِإ ْن غ ََرقَ كَانَ َحقًّا‬ َ ‫َو َم ْن قُ ِت َل كَانَ َحقًّا‬
َ‫علَى هللاِ أَ ْن يُ ْدخِ لَهُ ْال َجناة‬
َ ‫كَانَ َحقًّا‬.
Artinya: “Sesungguhnya syaitan duduk pada anak Adam di semua
jalannya. Syaitan duduk di jalan Islam dan berkata, “Apakah kamu akan
masuk Islam sehingga kamu meninggalkan agamamu sebelumnya, agama
bapakmu, dan agama nenek moyangmu?” Ia (anak Adam) itu tidak mau
menaati syaitan dan akhitnya tetap masuk Islam. Lalu syaitan duduk di jalan
hijrah dan berkata, “Apakah kamu akan berhijrah dan meninggalkan tanah
airmu, padahal orang yang berhijrah itu seperti kuda yang menempuh
perjalan panjang?” Ia tidak mau menaati syaitan dan tetap berhijrah. Lalu
syaitan duduk di jalan jihad dan berkata: “Apakah kamu akan berijhad yang
melelahkan jiwa dan mengorbankan harta, kamu berperang dan bisa
terbunuh sehingga isterimu dinikahi orang dan hartamu dibagi-bagikan?”
Namun ia tidak mau menaati syaitan dan tetap berjihad. Orang yang
melakukan demikian, Allah akan memasukkannya ke surga, orang yang
terbunuh (dalam jihad), Allah akan memasukkannya ke surga dan jika ia
tenggelam, Allah akan memasukkannya ke surga, dan jika ia terlempar oleh
binatang tunggangannya (sehingga meninggal), maka Allah akan
memasukkanya ke surga.” (H.R. Ahmad, Nasa’i dan Ibnu Hibban).

Oleh karena itulah, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi


Wasallam senantiasa membaca doa pada pagi dan sore hari, meminta
kepada Allah perlindungan-Nya, di antaranya dengan doa:
,‫ َوأَ ْهلِي‬,‫اي‬ َ َ‫ َو ُد ْني‬,‫اَلخِ َرةِ اَللا ُه ام إِنِي أَ ْسأَلُكَ ْالعَ ْف َو َو اَ ْلعَافِيَةَ فِي دِينِي‬
َ ْ ‫اَللا ُه ام إِنِي أَ ْسأَلُكَ اَ ْلعَافِيَةَ فِي ال ُّد ْنيَا َو‬
‫ع ْن‬
َ ‫ َو‬,‫ع ْن َيمِينِي‬ َ ‫ َو‬,‫ َوم ِْن خ َْل ِفي‬,‫ي‬ ‫َظنِي م ِْن َبي ِْن َي َد ا‬ ْ ‫ اَللا ُه ام ا ْحف‬,‫عاتِي‬ َ ‫ َوآم ِْن َر ْو‬,‫ع ْو َراتِي‬ َ ‫ اَللا ُه ام ا ْست ُ ْر‬,‫َو َمالِي‬
‫ظ َمتِكَ أَ ْن أ ُ ْغتَا َل م ِْن تَ ْحتِي‬
َ َ‫ َوأَعُوذُ بِع‬,‫ َوم ِْن فَ ْوقِي‬,‫ِش َمالِي‬
Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku meminta ‘afiyat (penjagaan)
kepada-Mu di dunia dan akhirat. Ya Allah, sesungguhnya aku meminta
kepada-Mu maaf dan ‘afiyat baik dalam agamaku, duniaku, keluargaku dan
hartaku. Ya Allah, tutupilah cacatku, tenangkanlah rasa takutku. Ya Allah,
jagalah aku dari depan dan belakangku, dari kanan dan kiriku serta dari
atasku. Aku berlindung dengan keagungan-Mu agar jangan sampai ada
yang menghantamku secara tiba-tiba dari bawahku.” (H.R. Abu Dawud,
Nasa’i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Hakim).

Untuk itu, marilah ketika kita merasakan dalam keadaan berpaling


dari syariat Allah, maka syaitan akan segera mendorong kita untuk
bermalas-malasan sampai akhirnya kita meninggalkan kewajiban dan
bahkan melakukan perkara yang haram.

Syaitan pun akan terus membuat kita lalai, sehingga putuslah


hubungannya dengan Allah, seperti meninggalkan shalat berjama’ah,
membaca Al-Quran, berdoa, meninggalkan amanah, dan jihad di jalan-Nya.
Hingga akhirnya syaitan pun meninggalkan kita dalam keadaan binasa di
hadapan Allah Sang Pencipta alam semesta. Na’udzubillahi min dzalika.

Marilah hadirin yang berbahagia,

Kita tetap jaga iman dan istiqamah kita dalam menunaikan ibadah
dan kewajiban kita semua, tetap istiqamah di jalan yang lurus, di jalan Allah.
Sebagaimana Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
‫صاكُ ْم بِ ِه لَعَلاكُ ْم‬
‫سبِي ِل ِه ذَا ِلكُ ْم َو ا‬ َ ‫سبُ َل فَتَف اَرقَ بِكُ ْم‬
َ ‫ع ْن‬ ِ ‫َوأَ ان َهذَا‬
ُّ ‫ص َراطِ ي ُم ْستَقِي ًما فَاتابِعُوهُ َوَلَتَتابِعُوا ال‬
َ‫تَتاقُون‬
Artinya: “Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku
yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan
(yang lain), karena jalan-jalan itu menceraiberaikan kamu dari jalan-Nya.
Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.” (Q.S. Al-An’am
[6]: 153).

ُ‫ فَا ْستَ ْغف ُِر ْوهُ؛ إِناه‬،‫ َو ِل َج ِمي ِْع ال ُم ْس ِل ِميْنَ م ِْن كُ ِل ذَ ْنب‬،‫ َوأَ ْستَ ْغف ُِرهُ العَظِ ي َْم ال َج ِل ْي َل ِل ْي َولَكُ ْم‬،‫أَقُ ْو ُل قَ ْولِي َهذَا‬
َ ‫ه َُو الغَفُ ْو ُر‬
‫الرحِ ْي ُم‬

Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah


memerintahkan kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬dan seluruh orang-
orang beriman agar bersikap istiqomah dalam firman-Nya:

‫صير‬
ِ ‫ُون َب‬
َ ‫مل‬َ ‫ما َت ْع‬
َ ‫ك َولَا َت ْط َغ ْوا ۚ ِإن َُّه ِب‬
َ ‫م َع‬
َ ‫اب‬
َ ‫ن َت‬
ْ ‫م‬ َ ‫ما ُأ ِم ْر‬
َ ‫ت َو‬ َ ‫ك‬
َ ‫ِم‬
ْ ‫اس َتق‬
ْ ‫َف‬

“Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana


diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat
beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas.
Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu
kerjakan. [Hud: 112]
Saat menjelaskan ayat ini, Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi
mengatakan,

Makna firman Allah : (‫ك‬


َ ‫م َع‬
َ ‫اب‬
َ ‫من َت‬ َ ‫مآ ُأ ِم ۡر‬
َ ‫ت َو‬ َ َ‫ِم ك‬
ۡ ‫ٱس َتق‬
ۡ ‫ ) َف‬oleh
karena itu, kamu dan orang-orang beriman yang
bersamamu hendaklah bersikap istiqomah seperti yang
telah diperintahkan oleh Rabb-mu dalam kitab-Nya,
beraqidahlah dengan dengan keyakinan yang benar,
lakukanlah amal-amal yang shalih, tinggalkan kebatilan,
jauhilah amal-amal yang buruk. Bila demikian yang kamu
lakukan maka balasan untuk kalian adalah balasan yang
baik pada hari kiamat.

Firman-Nya : (ْۚ‫)ولَا َت ۡط َغ ۡوا‬


َ janganlah kalian melampaui batas
yang telah ditetapkan baik dalam masalah aqidah,
perkataan, maupun perbuatan.

Firman-Nya : (‫صير‬
ِ ‫ُون َب‬
َ ‫مل‬َ ‫ما َت ۡع‬
َ ‫َّه ِب‬
‫“ ) ِإن ُۥ‬Sesungguhnya Dia Maha
Melihat apa yang kalian kerjakan.”, peringatan dari
perbuatan melampaui batas, serta ancaman bagi orang-
orang yang menyimpang dari jalan yang lurus.

Pelajaran dari ayat tersebut adalah

• Wajib bersikap istiqomah di atas agama Allah dalam


hal aqidah, ibadah, hukum, dan adab.
• Haram bersikap ghuluw (berlebih-lebihan) dan
melampaui batas yang Allah tetapkan dalam syariat-
Nya.
Allah Ta’ala berfirman dalam surat yang lain yang
memerintahkan istiqomah,

ْ ‫م إِ ََٰله ََٰوحِ د َف‬ َ َّ ‫ى إِل‬ َ ‫ل إِن‬


ِ‫ِيم ٰٓوا۟ إِل َْيه‬
ُ ‫ٱس َتق‬ ْ ‫َّمآ إِ ََٰل ُه ُك‬
َ ‫َى أن‬ َٰٰٓ ‫وح‬
َ ‫م ُي‬ْ ‫م ْث ُل ُك‬
ِّ ِ ‫َّمآ أ َنا۠ َبشَر‬
َ ْ ‫ُق‬
‫ِين‬
َ ‫ش ِرك‬ ْ ‫ْم‬
ُ ‫وه ۗ َو َو ْيل ِِّلل‬ ُ ‫ٱس َت ْغف ُِر‬
ْ ‫َو‬
”Katakanlah: “Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia
seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan
kamu adalah Tuhan yang Maha Esa, maka tetaplah pada
jalan yang lurus menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun
kepada-Nya. Dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang
yang mempersekutukan-Nya.” [Fushilat: 6]
Saat menerangkan ayat tersebut Ibnu Rajab Al-Hanbali
rahimahullah mengatakan,”Ayat tersebut menunjukkan
bahwa pasti akan ada kekurangan di dalam istiqomah yang
diperintahkan di dalam ayat tersebut, lalu ia diharuskan
untuk beristighfar yang merupakan konsekuensi dari
taubat lalu kembali lagi istiqomah.”
Dari sini bisa diketahui bahwa pada hakikatnya seorang
muslim itu tidak akan mampu bersikap istiqomah secara
penuh atau 100 persen dalam seluruh jenis ketaatan. Selalu
ada kekurangan dalam melaksanakan ketaatan kepada
Allah. Hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh hadits al-
Hakam bin Hazn al-Kulafi bahwa Nabi ‫ ﷺ‬bersabda :

”Wahai manusia, sesungguhnya kalian tidak mampu


mengamalkan semua yang aku perintahkan kepada kalian,
namun berlaku luruslah dan berilah kabar gembira.” [Hadits
riwayat Abu Dawud (1096) dan Ahmad (17856). Dinilai
hasan oleh al-Albani dalam Irwaul Ghalil (616)]

Oleh karena kita disunnahkan untuk senantiasa beristighfar


dan bertaubat kepada Allah setiap hari sebanyak 70 hingga
100 kali sehari sebagaimana dilakukan oleh Rasulullah ‫ﷺ‬.
Bila perlu mungkin diperbanyak dari jumlah tersebut
mengingat beliau adalah orang yang makshum terjaga dari
dosa saja seperti itu teguhnya, apalagi kita yang memang
selalu melakukan dosa. Jadiperlu lebih banyak lagi.
ISTIQOMAH DIJALAN ALLAH SEBAGAI BUKTI KETAQWAAN DIRI
Oleh : Choirul Anwar,SH. S.Pd.I,M.Pd.I

Ma’asyirol Muslimin rahimakumullah,


Di dalam as Sunnah an Nabawiah juga terdapat perintah
kepada kaum Muslimin untuk bersikap istiqomah. Hal ini
sebagaimana dalam hadits Tsauban radhiyallahu ‘anhu, di
berkata,” Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,
‫ِظ‬
ُ ‫صلَا َة َولَا ُي َحاف‬
َّ ‫م ال‬ َ َّ َ‫َموا أ‬
ْ ‫ما ِل ُك‬
َ ‫ن َخ ْي َر أ ْع‬ ُ ‫اعل‬
ْ ‫صوا َو‬ُ ‫َن ُت ْح‬ ْ ‫ِيموا َول‬
ُ ‫اس َتق‬
ْ
‫م ْؤ ِمن‬ ‫ا‬ َّ ‫ل‬
ُ ِ ِ ُ ُ‫إ‬ ‫ء‬‫و‬ ‫ض‬ ‫ْو‬‫ل‬‫ا‬ ‫َى‬ ‫َعل‬

”Beristiqomahlah kalian, dan sekali-kali kalian tidak akan


dapat menghitungnya. Dan beramallah, sesungguhnya
amalan kalian yang paling utama adalah shalat, dan tidak
ada yang menjaga wudlu kecuali orang mukmin.” [Hadits
riwayat Ahmad (5/276) dan Ibnu Majah (277) dishahihkan
oleh Al-Albani dalam Shahih Ibni Majah no. 226]
Syaikh Abdul Qadir As-Saqqaf menjelaskan bahwa maksud
dari sabda Nabi ‫ِيموا‬
ُ ‫اس َتق‬
ْ ‫ ﷺ‬adalah perintah untuk bersikap
istiqomah di atas jalan yang lurus, jalan petunjuk yaitu
tegak di atas kalimat tauhid Laa ilaaha illallah dengan
memenuhi hak Allah, melaksanakan perintah-Nya dan
berhenti dari apa yang Allah larang serta ridha terhadap
apa saja yang berasal dari Allah.

Sedang yang dimaksud dengan Nabi ‫صوا‬ ُ ‫َن ُت ْح‬


ْ ‫( ﷺ َول‬dan
sekali-kali kalian tidak akan dapat menghitungnya) adalah
kalian tidak akan sanggup untuk menghitung dan
menyempurnakan setiap bentuk kebaikan dan ketaatan
dengan daya dan kekuatan kalian dan tidak pula dengan
kesungguhan dan kemampuan kalian.

Bahkan kalian tidak akan akan mampu melakukannya dan


memang sudah sepantasnya kalian tidak akan mampu
menanggungnya meskipun kalian mencurahkan segala
kesungguhan kalian.

Hal ini menuntut istiqomah harus diiringi dengan isti’anah


atau memohon pertolongan kepada Allah, bersangka baik
kepada-Nya dan takut kepada-Nya. Dalam hadits ini
terdapat pelajaran:

1. Agar bersikap istiqomah di atas jalan yang lurus


dengan memohon pertolongan kepada Allah.
2. Memelihara wudhu merupakan ciri khas orang
mukmin.
3. Memelihara shalat merupakan amal yang paling
utama serta menjadi tanda sikap istiqomah.
Hadits lainnya yang memerintahkan kaum muslimin untuk
bersikap istiqomah adalah

‫ل‬َ ‫س ْو‬ُ ‫ار‬ َ ْ ‫َع‬


َ ‫ْت َي‬
ُ ‫ ُقل‬:‫ل‬َ ‫هللا َع ْن ُه َقا‬
ُ ‫ي‬ َ ‫ض‬ِ ‫ان ْب ِن َع ْب ِد هللاِ َر‬
َ ‫س ْف َي‬ُ ‫م ٍرو‬ْ ‫ي َع‬
ْ ‫ن أ ِب‬
‫ت‬
ُ ‫آم ْن‬
َ ‫ل‬ ْ ‫“ق‬
ُ :‫ل‬ َ ‫ك؟ َقا‬َ ‫ل َع ْن ُه أَ َح َداً َغ ْي َر‬ُ َ‫سأ‬
ْ َ‫سلامِ َق ْولاً لاَ أ‬ ْ ‫ِي فِي ال ِإ‬ ْ ‫لل‬ ْ ‫هللاِ ُق‬
‫سلِم‬ ْ ‫م‬ُ ‫اه‬
ُ ‫ِم” َر َو‬
ْ ‫م اس َتق‬ َّ ‫باهللِ ُث‬

Dari Abu ‘Amr bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,


“Aku berkata,”Wahai Rasulullah! Katakanlah kepadaku suatu
perkataan dalam Islam yang aku tidak perlu bertanya
tentangnya kepada seorang pun selainmu.” Beliau
bersabda, ”Katakanlah: aku beriman kepada Allah,
kemudian istiqomahlah.” [Hadits riwayat Muslim, no. 37]
Pertanyaan yang diajukan oleh Sufyan bin Abdillah
radhiallahu ‘anhu adalah pertanyaan yang sangat penting
dengan susunan kalimat tanya yang sederhana dan ringkas.
Ini termasuk tanda kecerdasan Sufyan bin Abdillah dalam
mengajukan sebuah pertanyaan. Siapa yang memiliki
kemampuan bertanya yang bagus maka akan terbuka
baginya pemahaman terhadap berbagai masalah agama ini.

Jawaban Nabi ‫ ﷺ‬juga menunjukkan kapasitas Nabi ‫ ﷺ‬yang


begitu piawai dalam memberikan penjelasan yang ringkas,
jelas dan mengandung makna yang luas dan mendalam.
Kemampuan ini disebut dengan jawami’ul kalim. Allah
Ta’ala memberi keitimewaan kepada Nabi ‫ ﷺ‬dengan
kemampuan menyampaikan ilmu yang sangat hebat
semacam ini.
Iman dan istiqomah merupakan dua persoalan mendasar
dan sangat agung. Dua hal itu mengumpulkan seluruh
kebaikan. Kebaikan hamba, petunjuknya, dan taufiknya di
dunia dan akhirat merujuk kepada dua hal tersebut. Iman
dan amal shaleh membuahkan berbagai kebaikan,
kemenangan dan keberuntungan di akhirat.
Pengertian Istiqomah
Jamaah rahimakumullah,
Bila istiqomah itu perkara agung yang diperintahkan
kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬dan seluruh umatnya lantas apakah
yang dimaksud dengan istiqomah itu? Para ulama sejak dari
zaman sahabat sudah beragam pendapatnya tentang
pengertian istiqomah.

Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu mengatakan


bahwa istiqomah adalah tidak menyekutukan Allah dengan
sesuatu apa pun.

Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma mengatakan


bahwa istiqomah itu berdiri tegak di atas persaksian Laa
ilaaha illallah ( tiada sesembahan yang benar untuk
disembah kecuali Allah). dalam riwayat yang lain beliau juga
berkata bahwa istiqomah berarti orang yang terus menerus
menjalankan kewajiban dari Allah. Kemudian mengikhlaskan
agama dan amalnya untuk Allah Ta’ala.

Imam Ibnu Rajab Al Hanbali rahimahullah dalam kitabnya


Jami’ul Ulum wal Hikam mendefinisikan istiqomah dengan
menyatakan bahwa istiqomah adalah melewati shiratal
mustaqim (jalan yang lurus) yaitu agama Islam yang lurus
ini tanpa menyimpang dari jalan tersebut baik ke kanan
atau ke kiri.
Hal ini meliputi melakukan seluruh ketaatan baik yang
nampak maupun yang tersembunyi dan meninggalkan
seluruh hal yang dilarang. Dengan demikian istiqomah ini
mencakup seluruh bagian dari agama ini secara
keseluruhan

Jamaah rahimakumullah,
Bila demikian pengertian dari istiqomah, lantas apakah
urgensinya sehingga posisi istiqomah sedemikian
sentralnya dalam agama ini. Ia menempati level kedua
setelah iman. Ini menunjukkan bahwa istiqomah memang
posisinya urgen dalam agama ini.

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata di dalam kitabnya


Madarijus Salikin bahwa posisi istiqomah bagi keadaan
seseorang itu seperti posisi ruh bagi badan. Sebagaimana
badan jika tidak ada ruhnya berarti ia adalah mayit maka
demikian pula dengan keadaan seseorang tanpa istqamah
berarti dia rusak.

Jadi istiqomah itu merupakan batu pondasi bagi agama ini.


Seluruh amal shalih tanpa ada istiqomah tidak akan
meningkatkan kita untuk bisa memetik buah dari agama ini.
Sesungguhnya persoalan istiqomah dan kaitannya dengan
agama ini merupakan persoalan yang sangat serius.

Selama kita tidak bertekad untuk berhubungan dengan


Allah Ta’ala dengan jalan istiqomah di atas perintah-Nya
maka kita tidak akan pernah bisa memetik buah dari agama
ini sedikit pun.

‫ون‬
َ ‫م َي ْح َز ُن‬
ْ ‫ه‬
ُ ‫م َولَا‬
ْ ‫اموا َفلَا َخ ْوف َعل َْي ِه‬
ُ ‫اس َت َق‬
ْ ‫م‬َّ ‫ِين َقالُوا َر ُّب َنا ال َّل ُه ُث‬
َ ‫ن ا َّلذ‬
َّ ‫ِإ‬

”Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan


kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap istiqomah maka
tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada
(pula) berduka cita.” [ Al-Ahqaf: 13]

Cara Meraih istiqomah


Ma’asyirol Muslimin rahimakumullah,
Bila sedemikian urgen istiqomah bagi kita dalam meniti
jalan yang lurus ini, lantas, bagaimana cara kita agar bisa
meraih istiqomah di jalan kebenaran? Menurut Syaikh
Muhammad bin Shalih Al-Munajjid, sarana-sarana yang bisa
dilakukan seorang muslim agar bisa istiqomah di atas jalan
yang lurus adalah:

1. Berpegang teguh dengan al-quran.


Ini berdasarkan firman Allah Ta’ala,

ِ‫ت ِبه‬
َ ‫ِك ِل ُن َث ِِّب‬
َ ‫ك ََٰذل‬
َ ۚ ‫مل ًَة َواحِ َد ًة‬
ْ ‫آن ُج‬
ُ ‫ل َعل َْيهِ ال ُْق ْر‬
َ ‫ك َف ُروا ل َْولَا ُن ِّ ِز‬
َ ‫ِين‬ َ ‫ل ا َّلذ‬َ ‫َو َقا‬
ُ ‫ك ۖ َو َر َّت ْل َن‬
‫اه َت ْرتِيلًا‬ َ ‫اد‬
َ ‫ُف َؤ‬

”Berkatalah orang-orang yang kafir: “Mengapa Al Quran itu


tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?”; demikianlah
supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami
membacanya secara tartil (teratur dan benar).” [al-Furqan:
32]
2. Berpegang teguh kepada syariat allah dan
beramal shaleh
Ini berdasarkan firman Allah Ta’ala,

‫ُوه‬
ُ ‫ما َف َعل‬ َ ‫م‬ْ ‫ن د َِيا ِر ُك‬ ْ ‫اخ ُر ُجوا ِم‬ْ ‫م أَ ِو‬ َ ‫م أَ ِن ا ْق ُتلُوا أَ ْن ُف‬
ْ ‫س ُك‬
َ
ْ ‫َول َْو أنَّا كَ َت ْب َنا َعل َْي ِه‬
َ َ‫م َوأ‬
‫ش َّد‬ ْ ‫ان َخ ْي ًرا ل َُه‬
َ ‫ك‬ َ ‫ون ِبهِ َل‬
َ ‫وع ُظ‬ َ ‫ما ُي‬ َ ‫م َف َعلُوا‬
َ
ْ ‫م ۖ َول َْو أن َُّه‬ ْ ‫ِإلَّا َقلِيل ِم ْن ُه‬
‫َت ْث ِبي ًتا‬

”Dan sesungguhnya kalau Kami perintahkan kepada mereka:


“Bunuhlah dirimu atau keluarlah kamu dari kampungmu”,
niscaya mereka tidak akan melakukannya kecuali sebagian
kecil dari mereka. Dan sesungguhnya kalau mereka
melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka,
tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan
lebih menguatkan (iman mereka).” [An-Nisa’: 66]
3. Merenungi kisah-kisah para nabi dan
mengkajinya untuk diikuti dan diamalkan.
Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala,

ِ‫هذِه‬
ََٰ ‫ك فِي‬
َ ‫اء‬
َ ‫ك ۚ َو َج‬
َ ‫اد‬
َ ‫ت ِبهِ ُف َؤ‬
ُ ‫ما ُن َث ِِّب‬
َ ‫س ِل‬ ُّ ‫ن أَ ْن َبا ِء‬
ُ ‫الر‬ ْ ‫ك ِم‬ ُّ ‫َو ُكلًّا َن ُق‬
َ ‫ص َعل َْي‬
‫ِين‬
َ ‫ْم ْؤ ِمن‬
ُ ‫ى ِلل‬ َٰ ‫م ْوعِ َظة َو ِذكْ َر‬ َ ‫ق َو‬
ُّ ‫ا ْل َح‬

”Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan


kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami
teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang
kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi
orang-orang yang beriman.” [Hud: 120]
4. Berdoa
Di antara sifat hamba-hamba Allah yang beriman adalah
mereka menghadap kepada Allah dengan berdoa
memohon agar meneguhkan hati mereka:

َ ‫َّك أَ ْن‬
‫ت‬ َ ‫م ًة ۚ ِإن‬
َ ‫ك َر ْح‬
َ ‫ن ل َُد ْن‬
ْ ‫ب َل َنا ِم‬
ْ ‫ه‬
َ ‫ه َد ْي َت َنا َو‬
َ ‫ذ‬
ْ ‫ُوب َنا َب ْع َد ِإ‬
َ ‫َر َّب َنا لَا ُت ِز ْغ ُقل‬
‫َّاب‬
ُ ‫ال َْوه‬

”(Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau


jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah
Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah
kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya
Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)”. [Ali Imran: 8]
‫ام َنا‬ َ ْ ‫ُوت و ُج ُنودِهِ َقالُوا ر َّب َنا أَ ْف ِر ْغ َعل َْي َنا ص ْبرا و َث ِِّب‬
َ ‫ت أ ْق َد‬ َ ً َ َ َ َ ‫ما َب َر ُزوا ل َِجال‬ َّ ‫َو َل‬
‫ين‬
َ ‫ص ْر َنا َعلَى ا ْل َق ْومِ ا ْلكَا ِف ِر‬
ُ ‫َوا ْن‬

”Tatkala Jalut dan tentaranya telah nampak oleh mereka,


merekapun (Thalut dan tentaranya) berdoa: “Ya Tuhan kami,
tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah
pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang
kafir”. [Al-Baqarah: 250]
Imam At-Tirmidzi meriwayatkan sebuah hadits dari Anas bin
Malik radhiyallahu ;anhu secara marfu’ bahwa Rasulullah
memperbanyak berdoa:

‫ِك‬
َ ‫ت َق ْل ِبي َعلَى د ِْين‬
ْ ‫ب َث ِِّب‬
ِ ‫ِّب ال ُْقل ُْو‬
َ ‫م َق ِل‬
ُ ‫َيا‬
“Wahai (Dzat) yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah
hatiku atas agama-Mu” [Tuhfatul Ahwadzi, 6/349, dan
dalam Shahih Al Jami’ (4864)]
5. Dzikrullah
Ini merupakan sarana paling besar untuk meraih keteguhan
di atas agama Allah Ta’ala. Hal ini sebagaimana firman Allah
Ta’ala,

ْ ‫َع َّل ُك‬


‫م‬ َ ‫ِيرا ل‬ َّ
ً ‫م ِف َئ ًة َفاث ُْب ُتوا َواذْ ُك ُروا الل َه كَث‬
ْ ‫آم ُنوا ِإذَا َلقِي ُت‬ َ ‫َيا أَيُّ َها ا َّلذ‬
َ ‫ِين‬
‫ون‬
َ ‫ُت ْفل ُِح‬

”Hai orang-orang yang beriman. apabila kamu memerangi


pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah
(nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu
beruntung. [Al-Anfal: 45]
Dalam ayat ini disebutkan bahwa dzikrullah merupakan
salah satu sarana agar tetap teguh di jalan jihad dan
menang melawan musuh.

6. Bersama dengan orang-orang yang bisa


meneguhkan hati di atas kebenaran
Ada golongan manusia yang memiliki keistimewaan berupa
bisa membuat orang lain tetap teguh di atas agamanya. Hal
ini sebagaimana sabda Nabi ‫ﷺ‬,

‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه‬: ‫عن أنس بن مالك رضي هللا عنه قال‬
‫ِيق لِلشَّ ِّ ِر‬
َ ‫م َغال‬
َ ‫ْخ ْي ِر‬
َ ‫ِيح ِلل‬
َ ‫م َفات‬
َ ‫َّاس‬
ِ ‫ن الن‬
ْ ‫ن ِم‬
َّ ِ‫ إ‬: ‫وسلم‬
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu , dia
berkata,”Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,’Sesungguhnya di antara
manusia itu ada yang menjadi pembuka bagi kebaikan dan
penutup bagi keburukan…” [Hadits riwayat Ibnu Majah (237).
Al-Albani rahimahullah menyatakannya sebagai hadits
hasan di dalam Shahih Sunan Ibnu Majah (194)]
Mencari para ulama, orang-orang shalih, para dai dan
orang-orang mukmin serta senantiasa bersama mereka,
merupakan sarana yang sangat membantu untuk bersikap
teguh di atas al haq. Dalam sejarah Islam sudah terjadi
banyak fitnah kemudian Allah meneguhkan kaum Muslimin
dengan sejumlah tokoh mereka.

Di antara contohnya adalah sebagaimana dijelaskan oleh


Ibnu Al-Madini rahimahullah (salah satu ulama terkemuka
di bidang ilmu hadits) Allah memuliakan agama ini dengan
Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu saat terjadi
kemurtadan massal di masa kepemimpinannya dan juga
melalui Imam Ahmad pada saat terjadi fitnah (al-Quran
diyakini sebagai makhluk Allah).”

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menerangkan peran


Syaikhnya yaitu Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah
dalam meneguhkan hati,”Dahulu, bila kami sudah dicekam
rasa takut, prasangka kami menjadi buruk, bumi ini terasa
sempit bagi kami, kami mendatangi beliau.

Begitu kami melihatnya, lalu mendengar nasehat-


nasehatnya maka semua hal itu sirna seketika dari diri kami.
Keadaan berbalik menjadi lapang dada, kuat, yakin dan
tenang.

Maha Suci Allah yang telah mempersaksikan Surga-Nya


kepada hamba-hamba-Nya sebelum berjumpa dengan-Nya
dan membuka untuk mereka pintu-pintu surga di dunia ini,
dan mendatangkan kepada mereka ruh surga, anginnya
yang lembut dan keharumannya.

Hal itu menjadikan para hamba mencurahkan seluruh


kekuatannya untuk mencari surga dan berlomba menuju ke
surga.” [Al Wabil Ash-Shayyib hal. 97]

Buah istiqomah
Jamaah rahimakumullah,
Bila seorang muslim berhasil bersikap istiqomah sepanjang
hayatnya di dunia ini, maka dia pasti akan meraih apa yang
telah Allah Janjikan bagi orang – orang yang istiqomah di
jalan-Nya.

Allah Ta’ala berfirman,

‫ون‬
َ ‫م َي ْح َز ُن‬
ْ ‫ه‬
ُ ‫م َولَا‬
ْ ‫اموا َفلَا َخ ْوف َعل َْي ِه‬ ُ ‫اس َت َق‬
ْ ‫م‬َّ ‫ِين َقالُوا َربُّ َنا ال َّل ُه ُث‬
َ ‫ن ا َّلذ‬ َّ ِ‫إ‬
‫ُون‬
َ ‫مل‬ َ ‫ْج َّنةِ َخا ِلد‬ َ َ ‫ُأو ََٰلئ‬
َ ‫كا ُنوا َي ْع‬
َ ‫ما‬َ ‫اء ِب‬
ً ‫ِيها َج َز‬
َ ‫ِين ف‬ َ ‫اب ال‬ ُ ‫ص َح‬ ْ ‫ِك أ‬

”Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan


kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap istiqomah maka
tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada
(pula) berduka cita.
Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di
dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka
kerjakan. [Al-Ahqaf: 13-14]
‫ك ُة أَلَّا َت َخا ُفوا‬
َ ‫ْملَا ِئ‬
َ ‫م ال‬ ُ ‫ل َعل َْي ِه‬ ُ ‫اموا َت َت َن َّز‬ ُ ‫اس َت َق‬
ْ ‫م‬ َّ ‫ِين َقالُوا َر ُّب َنا ال َّل ُه ُث‬
َ ‫ن ا َّلذ‬ َّ ‫ِإ‬
َ َ ‫َولَا َت ْح َز ُنوا َوأَ ْبشِ ُروا ِبال‬
ِ‫م فِي ال َْح َياة‬ ْ ‫ون َن ْح ُن أ ْول َِيا ُؤ ُك‬ َ ‫وع ُد‬ َ ‫م ُت‬ ْ ‫ْج َّنةِ ا َّلتِي ُك ْن ُت‬
‫ون‬َ ‫ما َت َّد ُع‬َ ‫ِيها‬ َ ‫مف‬ ْ ‫م َو َل ُك‬ْ ‫س ُك‬ ُ ‫ش َت ِهي أَ ْن ُف‬ ْ ‫ما َت‬ َ ‫ِيها‬
َ ‫مف‬ ْ ‫ال ُّد ْن َيا َوفِي الْآخِ َرةِ ۖ َو َل ُك‬

”Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan


kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian
mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan
mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa
sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah
dijanjikan Allah kepadamu”.
Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia
dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu
inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang
kamu minta. [Fushilat: 30-31]
Berdasarkan tafsir dari kedua ayat di atas bisa disimpulkan
bahwa buah yang akan didapat oleh orang-orang mukmin
yang istiqomah hingga akhir hayatnya adalah:

1. Mereka dilindungi dari kegoncangan dan kengerian


Hari Kiamat.
2. Mereka juga tidak bersedih atas apa yang mereka
tinggalkan di belakang mereka bagian dunia yang
tidak mereka raih.
3. Malaikat akan turun kepada mereka saat mereka
sedang menghadapi kematian dan menguatkan
mereka dan jangan bersedih atas dunia yang mereka
tinggalkan.
4. Malaikat memberi kabar gembira dengan surga
kepada mereka.
5. Para malaikat menjadi penolong mereka di dunia dan
akhirat.
‫ن‬ َ ‫ما ف ِْيهِ ِم‬ َ ‫م ِب‬ْ ‫ِي َو ِإيَّا ُك‬
ْ ‫ َو َن َف َعن‬, ِ‫ظ ْيم‬ ِ ‫ْع‬
َ ‫آن ال‬ ِ ‫م فِي ال ُْق ْر‬ ْ ‫ِي َو َل ُك‬ ْ ‫هللا ل‬ ُ ‫ك‬ َ ‫ار‬ َ ‫َب‬
‫س ِم ْي ُع‬َّ ‫ه َو ال‬ ُ ‫م تِلاَ َو َت ُه ِإن َُّه‬
ْ ‫ي َو ِم ْن ُك‬ْ ِ‫ل ِم ِّن‬ َ ‫ َو َت َق َّب‬, ِ‫ْحك ِْيم‬ َ ‫ك ِر ال‬ْ ‫الآياتِ َوال ِِّذ‬ َ
،‫اس َت ْغف ُِر ْو ُه‬ْ ‫م َف‬ َ
ْ ‫ِي َو َل ُك‬ ْ ‫مل‬ َ ‫ظ ْي‬ِ ‫ْع‬َ ‫هللا ال‬
َ ‫اس َت ْغف ُِر‬ ْ ‫ه َذا َو‬ َ ‫ِي‬ ْ ‫ل َق ْول‬ ُ ‫ أ ُق ْو‬.‫م‬ ُ ‫ْعل ِْي‬ َ ‫ال‬
‫م‬
ُ ‫الرحِ ْي‬َّ ‫ه َو ال َْغ ُف ْو ُر‬ ُ ‫ِإن َُّه‬

Istiqomah adalah Karamah paling


agung
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Perlu diketahui bahwa karamah terbesar yang diraih oleh
seorang mukmin di dunia ini adalah bila dikaruniai
kemampuan untuk terus menerus bersikap istiqomah
hingga akhir hayatnya. Karamah terbesar seorang mukmin
bukan dengan mendapatkan hal-hal yang luar biasa seperti
bisa berjalan di atas air, tidak mempan dibakar dan
sebagainya.
Syaikhu Islam berkata,

“ ِ‫امة‬ َ
َ ‫ِستِ َق‬
ْ ‫م اْلا‬
ُ ‫ ل ُُز ْو‬: ِ‫امة‬
َ ‫م اْلكَ َر‬
ُ ‫” َفأ ْع َظ‬

”Karomah terbesar adalah terus menerus bersikap


istiqomah.” [madarijus salikin, Ibnu Qayyim, 2/106]

Syaikh Abu Ali Al- Jurjani rahimahullah berkata,

‫ب‬
ِ ‫م ْن َج َبلَة َعلَى َط َل‬
ُ ‫ك‬
َ ‫س‬
َ ‫ن َن ْف‬
َّ ‫امةِ َف ِإ‬َ ‫ك َر‬َ ‫امةِ لَا َطال ًِبا ِل ْل‬
َ ‫ِستِ َق‬
ْ ‫ن َطال ًِبا ِللْا‬ ْ ‫ُك‬
‫ام َة‬
َ ‫ِستِ َق‬
ْ ‫ك اْلا‬ َ ‫ُب ِم ْن‬
ُ ‫ك َي ْطل‬َ ُّ‫امةِ َو َرب‬َ ‫”اْلكَ َر‬

”Hendaklah kamu menjadi orang yang mencari istiqomah


bukan pencari karomah. Sesungguhnya jiwamu tergerak
untuk mencari karomah sementara Tuhanmu menuntut dari
sikap istiqomah.” [Majmu’ Al Fatawa 11/320]
Semoga Allah Ta’ala berkenan mengaruniakan kepada kita
semuanya sikap istiqomah di atas agama Islam dengan
senantiasa menjalankan perintah Allah dan menjauhi
larangan-Nya hingga akhir hayat kita.

Anda mungkin juga menyukai