Anda di halaman 1dari 20

KUMPULAN MATERI KULTUM

DALAM KEGIATAN
DAI MUDA BERKHIDMAD (DMB) 2023
1. 5 Keutamaan di Bulan Ramadhan

Bulan Ramadhan menjadi waktu yang dinantikan semua umat Muslim. Pada bulan
Ramadhan kita menjalankan puasa satu bulan lamanya dan mengerjakan ibadah-ibadah
lainnya seperti tarawih. Puasa Ramadhan hukumnya wajib. Allah SWT berfirman dalam surat
Al-Baqarah ayat 183:

َ‫ب َعلَى الَّ ِذينَ ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُون‬ َ ِ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ُكت‬
َ ِ‫ب َعلَ ْي ُك ُم الصِّ يَا ُم َك َما ُكت‬

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,"

Dari Thalhah bin Ubaidillah ra bahwa seseorang datang kepada Nabi SAW dan bertanya, "Ya
Rasulullah, katakan padaku apa yang Allah wajibkan kepadaku tentang puasa?" Beliau
menjawab, "Puasa Ramadhan". "Apakah ada lagi selain itu?". Beliau menjawab, "Tidak,
kecuali puasa sunnah". (HR. Bukhari dan Muslim).

1. Penuh keberkahan
Di bulan Ramadhan akan dipenuhi dengan keberkahan. Sebagaimana hadits dari Abu
Hurairah ra berkata, Rasulullah SAW bersabda: "Telah datang kepada kalian bulan
Ramadhan, bulan penuh keberkahan. Allah SWT telah mewajibkan kepada kalian berpuasa di
dalamnya, di bulan itu pintu-pintu langit akan dibuka dan pintu-pintu neraka akan ditutup, di
bulan itu setan-setan akan diikat, di bulan itu ada malam yang lebih baik daripada seribu
bulan, barangsiapa terhalang mendapatkan kebaikannya maka sungguh ia telah terhalang."
(HR. An-Nasai)

2. Diampuni dosa
Dosa-dosa yang telah lalu juga akan diampuni sebagaimana yang disebutkan dalam hadits ini.
"Siapa yang puasa Ramadhan dengan iman dan ihtisab, telah diampuni dosanya yang telah
lalu. Dan siapa yang bangun malam Qadar dengan iman dan ihtisab, telah diampuni dosanya
yang telah lalu." (HR. Bukhari Muslim).

Selain itu, dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Sholat lima waktu dan
Jum'at ke Jum'at berikutnya, Ramadhan, ke Ramadhan berikutnya menghapus dosa
(seseorang) di antara waktu tersebut selama ia menjauhi dosa-dosa besar." (HR. Muslim).

3. Pahala dilipatgandakan
Ibadah yang dilakukan oleh setiap muslim yang berpuasa akan dilipatgandakan. "Setiap
amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh
kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah SWT berfirman (yang artinya)
"Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan
membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku." (HR.
Muslim).

4. Mendapat dua kebahagiaan


"Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia
berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya." (HR. Muslim).

5. Dibukanya pintu surga


Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Jika telah datang bulan Ramadhan
maka pintu-pintu surga akan dibuka, pintu-pintu neraka akan ditutup dan setan-setan akan
dibelenggu dengan rantai." (HR. Bukhari dan Muslim).

2. Keutamaan Puasa Ramadhan


*Bulan pengampunan dosa

Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah, sebab ini menjadi kesempatan manusia untuk
bertaubat dan meminta ampun atas semua kesalahan yang pernah dilakukan. Berpuasa di
bulan Ramadhan dapat menghapuskan segala dosa-dosa di masa lalu. Ini juga sesuai dengan
sabda Rasulullah SAW.

ِ‫ضانَ إ ْي َما نًا َواحْ تِ َسابًا ُغفِ َر لَهُ َما تَقَ َّد َم ِم ْن َذ ْنبِه‬ َ ‫َم ْن‬
َ ‫صا َم َر َم‬
Artinya: “Barangsiapa berpuasa dibulan Ramadhan karena Iman dan mengharap pahala dari
Allah maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR Bukhari dan Muslim)

*Pahala berlipat ganda


Segala ibadah dan amal kebaikan yang dilakukan selama bulan Ramadhan akan diganjar
dengan pahala yang berlipat ganda oleh Allah SWT. Misalnya, orang yang melaksanakan
ibadah umrah pada bulan Ramadhan sama dengan pahala haji seperti sabda Rasulullah.

َ ‫فَِإ َّن ُع ْم َرةَ فِ ْي َر َم‬


‫ضانَ َك َح َّج ٍة‬
Artinya: “Sesungguhnya umrah dibulan Ramadhan sama dengan pahala haji.” (HR Bukhari)

Selain itu, sedekah yang dilakukan di bulan ramadhan juga merupakan sedekah yang paling
baik di mata Allah.

َ ‫ص َدقَةٌ فَ ْي َر َم‬
َ‫ضان‬ َ ‫ال‬ َ ‫ص َدقَ ِة أ ْف‬
َ َ‫ضلُ؟ ق‬ َّ ‫أيُّ ال‬
Artinya: “Rasulullah SAW pemah ditanya; Sedekah apakah yang paling mulia? Beliau
menjawab: “Yaitu sedekah dibulan Ramadhan.” (HR Tirmidzi)

*Terkabulnya doa

2
Bulan Ramadhan menjadi kesempatan bagi manusia untuk banyak berdoa dan memohon
pertolongan kepada Allah SWT. Sebab, doa-doa yang dipanjatkan selama bulan ramadhan
lebih mustajab dari hari-hari biasanya. Hal ini juga sesuai dengan hadis Rasulullah SAW:
ْ ‫ت ؛ َد ْع َوةُ الصَّاِئ ِم َو َد ْع َوةُ ْال ُم َسافِ ِر َو َد ْع َوةُ ْال َم‬
‫ظلُوْ ِم‬ ٍ ‫ت ُم ْستَ َجابَا‬ ُ ‫ثَاَل‬
ٍ ‫ث َد َع َوا‬
Artinya: “Ada tiga macam doa yang mustajab, yaitu doa orang yang sedang puasa, doa
musafir dan doa orang yang teraniaya.” (HR Baihaqi)

*Lailatul Qadar
Keutamaan bulan Ramadhan selanjutnya adalah adanya satu malam yang penuh dengan
kemuliaan di akhir malam-malam Ramadhan, yaitu malam Lailatul Qadar. Malam ini
dikatakan Rasulullah SAW lebih baik daripada seribu bulan, karena bertepatan dengan waktu
diturunkannya Al Quran.

‫ق فَ ْي ِه أب َْوابُ ْال َج ِحي ِْم‬


ُ َ‫صيَا َمهُ تُ ْفتَ ُح فَ ْي ِه أب َْوابُ ْال َجنَّ ِة َويُ ْغل‬ َ ‫ك ا ْفت ََر‬
ِ ‫ض هللاُ َعلَ ْي ُك ْم‬ َ ‫قَ ْد َجا َء ُك ْم َر َم‬
Žٌ ‫ضانُ َش ْه ٌر ُمبَا َر‬
ٍ‫ف َشهْر‬ ِ ‫َوتُ َغ ًّل فَ ْيهَ ال َّشيَاطَيْنُ فَ ْي ِه لَ ْيلَةٌ خَ ْي ٌر ِم ْن ْأل‬
Artinya: “Telah datang Bulan Ramadhan, bulan penuh berkah, maka Allah mewajibkan
kalian untuk berpuasa pada bulan itu, saat itu pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka
ditutup, para setan diikat dan pada bulan itu pula terdapat satu malam yang nilainya lebih
baik dari seribu bulan.” (HR. Ahmad)

*Mendapatkan syafaat
Ibadah puasa yang dilengkapi dan membaca Al Quran selama Ramadhan juga mempunyai
keistimewaannya sendiri. Orang yang berpuasa di siang hari dan membaca Al Quran di
malam hari akan mendapatkan syafaat di hari kiamat sesuai dengan sabda Rasulullah:

Žِ َ‫صيَا ُم أيْ َربِّ َمنَ ْعتُهُُ الطَّ َعا َم َوال َّشهَ َواتَ بِالنَّه‬
‫ار فَ َشفِّ ْعنِى فَ ْي ِه‬ ِّ ‫اَلصُّ يَا ُم َو ْالقُرْ آنُ يَ ْشفَ َعا ِن لِ ْل َع ْب ِد يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة يَقُوْ ُل اَل‬
ِ‫ال فَيُ َشفِّ َعان‬ َ َ‫ فِ ْي ِه ق‬Ž‫َويَقُوْ ُل ْالقُرْ آنُ َمنَ ْعتُهُ النَّوْ َم بِالَّي ِْل فَ َشفِّ ْعنِي‬
Artinya: “Puasa dan Al-Qur’an akan memberikan syafaat seorang hamba pada hari kiamat.
Puasa berkata: “Ya Rabbi, aku mencegahnya dari makan dan minum di siang hari”, ِAl-Qur’
an juga berkata: “Aku mencegahnya dari tidur di malam hari, maka kami mohon syafaat buat
dia.” Beliau bersabda: “Maka keduanya dibolehkan memberi syafaat.” (HR Ahmad)

3. Keutamaan Shalat Tarawih

Keutamaan Shalat Tarawih Shalat tarawih memiliki beberapa keutamaan. Yang pertama,
umat Islam yang mengerjakannya akan diampuni terkait dosa masa lalu. Yang kedua, salat
tarawih adalah salat sunah yang juga dikerjakan oleh Nabi Muhammad semasa hidup beliau.
Yang ketiga, yang mengerjakan shalat tarawih berjamaah akan mendapatkan pahala seperti
mengerjakan shalat semalam suntuk. Yang keempat, shalat tarawih yang dikerjakan pada
malam lailatul qadar akan membuat dosa-dosa pelakunya diampuni Allah. Diampuni Dosa
Terdahulu Diriwayatkan, bahwa Rasulullah bersabda, "Barangsiapa ibadah (tarawih) di bulan

3
Ramadhan seraya beriman dan ikhlas, maka diampuni baginya dosa yang telah lampau," (HR
al-Bukhari, Muslim, dan lainnya).

Mengenai dosa yang dimaksud dalam hadits di atas, terjadi perbedaan pandangan di
kalangan ulama. Syekh Muhammad bin Ahmad al-Ramli dalam buku Nihayah al-Muhtaj
seperti dilansir laman NU Online, mengungkapkan, menurut Al-Imam al-Haramain ('Abdul
Malik bin 'Abdillah bin Yusuf atau Al-Juwaini) yang dimaksud tersebut adalah dosa-dosa
kecil, bukan dosa-dosa besar.

Sementara itu, bagi Ibnu al-Mundzir, hadis tersebut adalah perkataan umum, dengan
harapan diampuninya seluruh dosa-dosa orang yang menggelar salat tarawih, baik yang
termasuk dosa kecil maupun dosa yang besar. Terlepas dari perbedaan pandangan tersebut,
melaksanakan salat tarawih tetap menjadi kesunahan. Dilakukan oleh Rasulullah Keutamaan
lainnya adalah salat tarawih ini juga dikerjakan oleh Nabi Muhammad saw. Seperti dikutip
dari laman Suara Muhammadiyah, diriwayatkan dari Ibnu Syihab, Urwah menyampaikan
kepadanya bahwa Aisyah telah melaporkan jika Rasulullah pada suatu malam (pada bulan
Ramadhan) berangkat ke masjid dan mendirikan shalat di sana. Kemudian orang banyak
mengikuti beliau.

Keesokan harinya orang bercerita tentang salat Rasulullah itu sehingga jamaah semakin
banyak. Keesokan harinya orang juga bercerita lagi sehingga pada malam keempat jamaah
tidak lagi tertampung di masjid. Paginya, setelah selesai shalat subuh, Nabi berkata, "amma
ba’du. Sesungguhnya aku tahu kemampuan kalian. Akan tetapi aku ragu bila shalat tarawih
itu diwajibkan atas kalian, dan kalian tidak mengerjakannya," (H.R. Al-Bukhari dan Muslim).
Meskipun shalat tarawih adalah amalan sunah, dan tidak wajib, shalat tersebut memiliki
keistimewaan tersendiri bagi Nabi Muhammad lantaran beliau mengerjakannya.

Oleh karenanya sudah seyogyanya umat Islam juga melaksanakan shalat tersebut. Shalat
Tarawih Berjamaah Seperti Shalat Semalam Penuh Diriwayatkan dari jalur Abu Dzar, Nabi
bersabda, "Siapa yang shalat bersama imam sampai ia selesai, maka ditulis untuknya pahala
qiyam satu malam penuh.” (H.R. Ahmad, Tirmidzi). Hadits ini menjadi dasar pengerjaan
shalat tarawih secara berjamaah. Dalam masa pandemi virus Corona (COVID-19), ketika di
daerah rawan, ada kekhawatiran tertular virus jika beribadah di masjid, shalat tarawih dapat
dikerjakan di rumah sekaligus mempererat kehangatan keluarga.

Shalat Tarawih pada Lailatul Qadar Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad bersabda,
"Barang siapa qiyam pada lailatul qadar dengan keimanan dan mengharapkan pahala dari
Allah maka akan diampuni semua dosanya yang terdahulu.” (HR Bukhari dan Muslim).
Kapan Lailatul Qadar adalah rahasia Allah. Seorang muslim ketika tiba bulan Ramadhan,
dianjurkan untuk meningkatkan ibadahnya. Terutama dalam 10 hari terakhir bulan tersebut,
kala lailatul qadar datang. Diriwayatkan, Aisyah menuturkan, "Ketika memasuki 10 akhir
Ramadhan, Nabi mengencangkan sarung, mengisi malam dengan ibadah, dan
membangunkan keluarganya untuk ikut ibadah" (H.R. al-Bukhari)

4
4. Malam Keutamaan lailatul Qadar

➢ Malam Turunnya Alquran

Salah satu keutamaan malam lailatul qadar yaitu di malam tersebut Allah menurunkan
Alquran. Hal ini terdapat pada firman Allah dalam surah Al-Qadr Ayat 1-5.

ِ ‫ لَ ْيلَةُ ْالقَ ْد ِر َخ ْي ٌر ِم ْن َأ ْل‬,‫ َو َما َأ ْد َرا َكا َأنَ َما لَ ْيلَةُ ْالقَ ْد ِر‬،‫ِإ ْنّزَ ْلنَاهُ فِي لَ ْيلَ ِة ْالقَ ْد ِر‬
‫ تَنَ َّز ُل ْال َماَل ِئ َكةُ َوالرُّ و ُح فِيهَا بِِإ ْذ ِن َربِّ ِه ْم ِم ْن‬،‫ف َشه ٍْر‬
ِ‫طلَ ِع ْالفَجْ ر‬ ْ ‫ َساَل ٌم ِه َي َحتَّ ٰى َم‬،‫ُك ِّل َأ ْم ٍر‬

"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan


tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari
seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin
Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai
terbit fajar."

Alquran merupakan kitab suci paling mulia dan abadi. Bahkan keabadiaannya telah
dijamin oleh Allah sampai hari kiamat. Di dalamnya terdapat penjelasan serta
petunjuk bagi umat Muslim.

➢ Lebih Baik dari Seribu Bulan

Lailatul qadar adalah malam terpenting yang terjadi pada bulan Ramadan dan disebut
sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan.

Para ulama pun berpendapat bahwa siapa pun yang beramal saleh pada malam qadar,
maka dirinya memperoleh pahala setara dengan melakukannya selama seribu bulan.

Sedangkan pendapat lain seperti dilansir NU Online, menurut perhitungan Syekh


Abdul Halim Mahmud, seribu bulan (alfu syahrin) setara dengan 83 tahun 4 bulan atau
umur standar manusia.

Beliau menulis, "Seribu bulan adalah delapan puluh tiga tahun empat bulan. Itu
merupakan standar umum umur manusia. Lailatul qadar (alfu syahrin) lebih baik dari
umur manusia; dari umur setiap manusia, baik umur manusia di masa lalu maupun
umur manusia di masa mendatang. Intinya, lailatul qadar lebih baik dari (usia)
zaman." (Syekh Abdul Halim Mahmud, Syahr Ramadan, h. 21).

➢ Turunnya Para Malaikat

Keutamaan malam lailatul qadar lainnya yaitu para malaikat turun ke bumi.
Pernyataan ini ada dalam QS Al-Qadr ayat 4 yang artinya:

"Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya
untuk mengatur segala urusan."

5
Menurut Al-Imam Al-Qurthubi, setiap lapis langit dari sidratul muntaha, para
malaikat turun ke bumi untuk mengaminkan doa-doa umat Islam yang dipanjatkan di
malam itu sampai terbit fajar.

➢ Keselamatan

Masih lanjutan dari penjelasan QS Al-Qadr, di malam qadar Allah tidak menetapkan
sesuatu melainkan hanya keselamatan yang menyertai hingga terbit fajar atau waktu
subuh.

"Maksud malam itu berarti setan tidak bisa melakukan perbuatan jahat dan
keburukan," tulis Sarwat.

➢ Istimewa bagi Umat Muhammad SAW

Keistimewaan malam lailatul qadar ini hanya berlaku bagi golongan pengikut nabi
Muhammad SAW, berdasarkan hadis yang diriwayatkan Al-Imam Malik dalam Al-
Muwaththa:

"Rasulullah diperlihatkan umur-umur manusia sebelumnya yang relatif panjang sesuai


dengan kehendak Allah, sampai (akhirnya) usia-usia umatnya semakin pendek
(sehingga) mereka tidak bisa beramal lebih lama sebagaimana umat-umat sebelum
mereka beramal karena panjangnya usia mereka. Maka Allah memberikan Rasulullah
lailatul qadar yang lebih baik dari seribu bulan." (HR.Malik).

5. Bagaimana Berinteraksi dengan Al-Qur’an di Bulan Ramadhan

Bulan Ramadhan adalah bulan Al-Qur’an, karena pada bulan inilah Allah menurunkannya
kepada manusia, sebagai petunjuk bagi mereka dalam mengarungi kehidupan dunia. Allah
berfirman:

ِ َ‫ت ِّمنَ ْالهُد َٰى َو ْالفُرْ ق‬ ‫ُأ‬


‫ان‬ ِ َّ‫نز َل فِي ِه ْالقُرْ آنُ هُدًى لِّلن‬
ٍ ‫اس َوبَيِّنَا‬ ِ ‫ضانَ الَّ ِذي‬
َ ‫َش ْه ُر َر َم‬

Bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan Al Quran sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda antara yang haq dan yang
bathil. (QS. al-Baqarah: 185). Karenanya, pada bulan yang mulia ini kita dianjurkan banyak
berinteraksi dengan al-Qur’an, meneladani Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, para
sahabat serta orang-orang shaleh terdahulu.

Dan cara berinteraksi dengan al-Qur’an dengan dua cara, yaitu:


Pertama, dengan banyak membacanya. Mu’adz bin Jabal radliyallaahu anhu menceritakan,
“Seorang laki-laki mendatangi Rasulullah shallallahu alaihi wasallam kemudian bertanya:

6
‘Siapakah orang yang berpuasa yang paling banyak pahalanya?’ Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam menjawab:
‫ك َوتَ َعالَى ِذ ْكرًا‬ َ َ‫َأ ْكثَ ُرهُ ْم هَّلِل ِ تَب‬
َ ‫ار‬
‘Mereka yang paling banyak dzikirnya kepada Allah.’” (HR. Ahmad: 15061)

Para ulama telah menjelaskan bahwa dzikir yang paling utama secara mutlak adalah
membaca al-Quran. Oleh sebab itu, memperbanyak membaca al-Quran di bulan ini termasuk
amalan yang sangat dianjurkan. Bahkan, Malaikat Jibril selalu datang setiap malam
Ramadhan untuk mengecek dan membacakan al-Qur’an kepada Nabi shallallahu alaihi
wasallam.
Kedua, dengan mengamalkan dan merenungi kandungannya karena tujuan utama
diturunkannya al-Qur’an adalah sebagai petunjuk bagi umat manusia. Bagaimana seseorang
akan mendapat petunjuk jika ia tidak mau merenungi dan mengamalkan kandungan al-
Qur'an. Allah berfirman:
ِ ‫ك لِّيَ َّدبَّرُوا آيَاتِ ِه َولِيَتَ َذ َّك َر ُأولُو اَأْل ْلبَا‬
‫ب‬ ٌ ‫ار‬ َ ‫ِكتَابٌ َأنزَ ْلنَاهُ ِإلَ ْي‬
َ َ‫ك ُمب‬
Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka
memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai
fikiran. (QS. Shad: 29)

Abu Abdirrahman as-Sulami rahimahullah menceritakan: “Dahulu para sahabat Nabi


mengajarkan kami al-Qur’an, semisal Utsman bin Affan, Abdullah bin Mas’ud dan yang
lainnya, mereka jika belajar sepuluh ayat, tidak pindah hingga mengamalkannya. Mereka
belajar dan mengamalkan al-Qur’an bersamaan.” (Syarh Muqaddimah Tafsir hal. 22)

Oleh sebab itu, di bulan Ramadhan yang mulia ini perbanyaklah berinteraksi dengan
al-Qur’an dengan banyak membacanya serta mentadabburi ayat-ayatnya agar kita dapat
mendulang pahala besar dalam ibadah puasa serta selalu mendapat petunjuk dalam
mengarungi kehidupan dunia.

6. Keutamaan Sedekah di Bulan Ramadhan

Semakin banyak seorang muslim sedekah di bulan Ramadhan, maka akan Allah ganti
pahala yang berkali-kali lipat dan rezeki yang lebih. Sedekah pada bulan suci Ramadhan
dapat kita lakukan dengan cara membagikan sejumlah takjil kepada sesama umat muslim
yang berpuasa. Perlu diingat bahwa sedekah adalah sumber kekayaan. Allah SWT telah
menjanjikan kepada seluruh umat muslim bahwa sedekah tidak akan membuat miskin
ataupun berkurangnya harta, malahan sedekah akan membuat seorang umat muslim itu
menjadi kaya.
Karena itu wajibnya orang muslim tidaklah pelit kepada sesama, dan banyak-banyak
melakukan sedekah di bulan suci Ramadhan maupun di lain waktu. Sedekah di bulan
Ramadhan dapat dilakukan dengan membagikan takjil kepada orang-orang yang
membutuhkan, menyumbang kepada kotak amal masjid, memberikan sebagian harta kepada
kaum miskin dan dhuafa, serta memberikan kebahagiaan kepada orang lain.

7
1. Sedekah juga mampu menghapuskan dosa
Rasulullah SAW bersabda, ” Sedekah itu dapat menghapus dosa sebagaimana air itu
memadamkan api“. (H.R. At-Tirmidzi)
Semakin banyak kita bersedekah, insya Allah semakin banyak pula dosa-dosa kita akan
diampuni oleh Allah SWT.

2. Sedekah membuat kaya atau mendapatkan keberkahan harta


Banyak orang yang ingin bersedekah namun hatinya bimbang karena takut kehilangan
hartanya. Padahal, Allah SWT berfirman, “Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka
Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya” (QS. Saba’ : 39).
Jika manusia bersedekah, maka Allah SWT akan menggantinya. Allah tentunya akan
memberikan apa yang terbaik kepada hamba-Nya, kita sebagai manusia hanya perlu
mengimaninya.

3. Terdapat pintu surga yang diperuntukkan bagi orang-orang yang gemar sedekah
“Orang memberikan menyumbangkan dua harta di jalan Allah, maka ia akan dipanggil oleh
salah satu dari pintu surga: “Wahai hamba Allah, kemarilah untuk menuju kenikmatan”. Jika
ia berasal dari golongan orang-orang yang suka mendirikan shalat, ia akan dipanggil dari
pintu shalat, yang berasal dari kalangan mujahid, maka akan dipanggil dari pintu jihad, jika ia
berasal dari golongan yang gemar bersedekah akan dipanggil dari pintu sedekah.” (HR.
Bukhari no.3666, Muslim no. 1027).

4. Sedekah dapat memberikan ketenangan hati


Allah SWT berfirman dalam kitab suci Al-Qur’an:
Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian
datang kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata (dengan penyesalan), “Ya
Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)ku sedikit waktu lagi, maka aku
dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang shalih.”( QS. Al-Munafiqun : 10).
Orang-orang yang tidak bersedekah akan merasakan penyesalan karena tidak bersedekah di
kehidupannya. Sementara orang-orang yang bersedekah tidak merasakan penyesalan karena
sudah berbuat kebaikan.

7. Ciri-Ciri Orang yang Bertakwa Part I

Setiap perintah Allah SWT yang kita kerjakan selalu memiliki tujuan akhir, yaitu
untuk membentuk insan-insan yang bertakwa. Maknanya, manusia yang siap taat untuk
menjalankan perintah dan meninggalkan larangan-Nya. Dengan ketakwaan itu, seseorang
mendapatkan jaminan ampunan dan surga-Nya.

Di antaranya, perintah untuk bertakwa kepada Allah SWT :


(QS al-Baqarah [2]: 21), memenuhi janji (QS al-Baqarah [2]: 63), penegakan hukum qishash
(QS al-Baqarah [2]: 179), menjalankan ibadah puasa Ramadhan (QS al-Baqarah [2]: 183),
istiqomah di jalan Islam (QS al-An’am [6]: 153), dan berpegang teguh kepada kebenaran (QS

8
al-Araf [7]: 171). Ujung ayat-ayat tersebut berbunyi, "La’allakum tattaqun…" (agar kalian
menjadi orang-orang yang bertakwa).
Dalam Alquran, telah disebutkan karakteristik yang selalu melekat dalam diri manusia
yang bertakwa :

Pertama, dalam surah al-Baqarah [2] ayat 3-4. Yaitu, manusia yang beriman kepada yang
ghaib, mendirikan shalat, menafkahkan sebagian rezeki yang telah dianugerahkan kepadanya,
beriman kepada kitab suci Alquran dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelumnya, serta
yang meyakini adanya kehidupan akhirat.

Kedua, dalam surah al-Baqarah [2] ayat 177. Orang yang bertakwa adalah yang beriman
kepada Allah, Hari Akhir, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan Rasul-Nya.
Kemudian, dia memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, musafir yang memerlukan pertolongan, dan orang yang meminta-minta.
Orang yang bertakwa juga memerdekakan hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan
zakat. Selain itu, orang yang bertakwa selalu menepati janjinya dan bersabar dalam
kesempitan, penderitaan, dan peperangan.

Ketiga, dalam surah Ali Imran [3] ayat 134-135. Yaitu, orang-orang yang menafkahkan
hartanya di waktu lapang maupun sempit, menahan amarahnya, memaafkan kesalahan orang
lain, dan apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri segera ingat
kepada Allah, lalu memohon ampun kepada-Nya.

Dalam Alquran, juga telah disebutkan balasan yang dijanjikan oleh Allah bagi orang-
orang yang bertakwa.
Pertama, jaminan ampunan dan mendapatkan surga. Allah SWT berfirman, “Mereka itu
balasannya adalah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-
sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang
beramal.” (QS Ali Imran [3]: 146).

Kedua, diberikan baginya jalan keluar dari berbagai permasalahan hidup. Allah SWT
berfirman, “Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya
jalan keluar.” (QS at-Thalaq [65]: 2).

Ketiga, diberikan jaminan rezeki dari arah yang tidak terduga sebelumnya. Allah SWT
berfirman, “Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS at-
Thalaq [65]: 3).

Keempat, akan dihapuskan dosa-dosanya dan diberikan pahala yang berlipat. Allah SWT
berfirman, “Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus
kesalahan-kesalahannya dan akan melipatgandakan pahala baginya.” (QS at-Thalaq [65]: 5).
Semoga Allah membimbing kita untuk menjadi manusia-manusia yang bertakwa. Amin.

9
8. Ciri-Ciri Orang yang Bertakwa Part II

Adapun ciri-ciri orang yang bertakwa menurut Al-Qur’an adalah sebagai berikut :
Pertama, Jika disebut nama Allah maka hatinya akan bergetar dan berusaha agar ilmu
Allah tidak lepas dari syaraf memorinya. Serta jika dibacakan ayat Al-Qur’an, maka
bergejolak hatinya untuk segera melaksanakannya (Al-Anfal ayat 2). “Sesungguhnya orang-
orang yang beriman adalah mereka yang ketika disebut nama Allah gemetarlah hati mereka,
dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka dan hanya kepada Rabb
mereka lah mereka bertawakkal.
Kedua, Senantiasa bertawakal, yaitu kerja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah,
diiringi dengan doa. (Ali Imran ayat 120, Al-Maidah ayat 12, Al-Anfal ayat 2, At-Taubah
ayat 52, Ibrahim ayat 11, Al-Mujadalah ayat 10, dan At-Taghabun ayat 13).
Ketiga, Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu menjaga pelaksanaannya (al-
anfal: 3 dan al- Mu’minun: 2,7. yaitu orang-orang yang mendirikan shalat dan menafkahkan
sebagian dari rezeki yang kami berikan kepada mereka. (al-anfal:3) Sesungguhnya
beruntunglah orang-orang yang beriman.(al-Mu’minun:1) yaitu orang-orang yang khusyu’
dalam shalatnya (Al-Mu’minun:2).
Keempat, Menghindari dari perkataan yang tidak bermanfaat (al-mu’minun;3) dan
orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna.
Kelima, Menafkahkan rezeki yang diterimanya (Al-anfal:3 dan Al-Mu’minun:4) dan
orang-orang yang menunaikan zakat.
Keenam, Menjaga kehormatannya dan menjaga kemaluannya
Ketujuh, Memelihara amanah dan menepati janji (Al-Mu’minun:8) dan orang-orang
yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.
Kedelapan, Berjihad di jalan allah dan suka menolong (Al-anfal:74) dan orang-orang
yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan allah, dan orang-orang yang memberi
tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah
orang-orang yang benar-benar beriman. mereka memperoleh ampunan dan rezeki (nikmat)
yang mulia.

9. Keutamaan Zakat Fitrah

Mensucikan harta dan meningkatkan nilai keimanan. Secara bahasa zakat bermakna
suci atau bersih. Mengeluarkan zakat artinya mensucikan harta kekayaan dunia yang kita
punya. Mensucikan harta akan menjauhkan kita dari segala sifat kikir yang berasal dari dalam
hati yakni sifat selalu menyimpan dan menimbun harta tanpa berniat sekalipun untuk berinfak
dan bersedekah.
Di dalam harta yang kita punya terdapat hak-hak orang miskin yang harus dipenuhi
lewat membayar zakat. Berzakat akan membuat harta yang kita punya menjadi berkah untuk
kehidupan. Selain itu, membayar zakat juga mengangkat derajat keimanan seseorang
sekaligus membantu sesama saudara yang membutuhkan. Karena berzakat adalah salah satu
rukun Islam yang harus dipenuhi sebagai hamba Allah SWT.

10
Berzakat tidak akan membuat rugi siapapun. Memberi dengan ikhlas atas harta yang
kita miliki pada saudara yang lebih membutuhkan tidak akan membuat kita kehilangan
kebahagiaan, justru Allah SWT akan memberi keberkahan dalam hidupnya baik di dunia
maupun di akhirat.
Membayar zakat fitrah juga mendekatkan diri kita pada Allah SWT. Nabi Muhammad SAW
bersabda,
“Dua malaikat turun setiap pagi. Yang satu berkata: ‘Ya Allah, berikan orang yang
mengeluarkan sesuatu, sebagai ganti dari apa yang ia keluarkan. Dan yang lainnya berkata:‘
Ya Allah, berikan penghancuran kepada orang-orang yang kikir.” (Hadits Riwayat: Al-
Bukhari)
Kamu perlu tahu, apapun yang kamu keluarkan dengan niat beramal dan ikhlas, akan kembali
padamu, mungkin bukan dalam bentuk yang sama tapi yakinlah Allah SWT mempersiapkan
balasan yang setimpal untuk setiap amalan.

Fastabiqul khoirot, Berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Berzakat dapat melatih


umat muslim untuk ikhlas. Jika dilakukan dengan ikhlas dan tanpa paksaan dan pamrih
sedikitpun maka zakat yang dikeluarkan bisa menjadi media untuk melatih diri menjadi
pribadi yang ikhlas dan tulus dalam melakukan kebajikan.
Membayar zakat tidak akan membuat hartamu berkurang, malah kamu akan mendapatkan
ketenangan hati dan jiwa dalam menjalani kehidupan.
Buat kamu yang mampu secara finansial untuk menyisihkan hartanya zakat menjadi
kewajiban yang harus dipenuhi. Baik kamu yang sudah bekerja maupun yang masih mencari
pekerjaan, membantu sesama yang lebih membutuhkan jadi amalan yang mulai dan atas izin
Allah SWT, setiap jalan kebaikanmu akan diberi kemudahan.

10. Adab-Adab Berpuasa

1. Memelihara ucapan
Pelihara lidah dari perkataan sia-sia, berbohong, mencaci maki, berbicara kotor dan riya'
selama berpuasa. Selain itu, hindari juga ucapan-ucapan yang bisa menimbulkan
permusuhan.

"Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan zur (dusta, umpat, fitnah, segenap
perkataan yang mendatangkan kemarahan Allah dan bersengketa membuat onar) dan tetap
melakukannya serta ia bersikap jahil, maka Allah tidak akan menghiraukan ia meninggalkan
makanan dan minumannya." (HR Bukhari)

2. Jaga pandangan dan perbanyak dzikir


Selama berpuasa, dianjurkan juga untuk selalu memejamkan mata dan menahan pandangan
dari segala sesuatu yang tercela dan dibenci oleh agama. Supaya hati tidak lalai, jangan lupa
perbanyak dzikir.

3. Pelihara pendengaran

11
Selain pandangan, jaga juga pendengaran dari hal-hal yang dilarang dan dibenci oleh Allah
SWT. Jika demikian, puasa yang didapat hanya sekedar menahan haus dan lapar saja, Bun.

4. Hindari makanan yang haram


Pelihara seluruh anggota tubuh yang lain juga dari dosa, termasuk memakan makanan yang
subhat dan haram. Jaga supaya setiap makanan dan minuman yang dikonsumsi tetap halal
dan didapat dari cara yang halal pula

5. Tidak makan terlalu kenyang saat berbuka puasa


"Adalah Rasulullah SAW berbuka dengan kurma basah sebelum salat Maghrib, jika tidak ada
itu, maka beliau berbuka dengan kurma kering, dan jika tidak ada kurma kering, beliau
berbuka dengan beberapa teguk air." (HR Abu Dawud dan Nasa'i)

11. Hal-Hal yang Membatalkan Puasa

1. Makan dan minum


Orang yang sengaja makan dan minum, sebenarnya ia telah membatalkan puasanya. Karena
puasa itu artinya menahan salah satunya makan dan minum. Namun, berbeda cerita jika
makan dan minum dilakukan dalam keadaan lupa.
Rasulullah SAW bersabda:

Dari Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Siapa lupa ketika puasa lalu dia
makan atau minum, maka teruskan saja puasanya. Karena sesungguhnya Allah telah
memberinya makan dan minum." (HR. Bukhari dan Muslim).

2. Sengaja muntah
Menyengajakan muntah bisa juga membatalkan puasa. Namun muntah itu tidak membuat
puasanya batal, jika ia muntah karena terpaksa atau karena dorongan dalam diri sebab sakit
yang tidak ia sengaja.

Nabi SAW mengatakan: "Orang yang muntah tidak perlu mengqadha tetapi orang yang
sengaja muntah wajib mengqadha". (HR. Abu Daud, Tirmidzy, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan
Al Hakim).

3. Berhubungan badan atau (jima')


Berhubungan badan meskipun tidak menyebabkan keluarnya air mani juga membatalkan
puasa. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 187:

ُ َ‫ُأ ِح َّل لَ ُك ْم لَ ْيلَةَ الصِّ يَ ِام ال َّرف‬


َ Žَ‫ ُك ْم فَت‬Ž‫انُونَ َأ ْنفُ َس‬ŽŽَ‫ث ِإلَ ٰى نِ َساِئ ُك ْم ۚ ه َُّن لِبَاسٌ لَ ُك ْم َوَأ ْنتُ ْم لِبَاسٌ لَه َُّن ۗ َعلِ َم هَّللا ُ َأنَّ ُك ْم ُك ْنتُ ْم ت َْخت‬
‫ا‬ŽŽَ‫اب َعلَ ْي ُك ْم َو َعف‬Ž
ۖ ‫ ِر‬Ž ْ‫ َو ِد ِمنَ ْالفَج‬Ž ‫ ِط اَأْل ْس‬Ž ‫َب هَّللا ُ لَ ُك ْم ۚ َو ُكلُوا َوا ْش َربُوا َحتَّ ٰى يَتَبَيَّنَ لَ ُك ُم ْال َخ ْيطُ اَأْل ْبيَضُ ِمنَ ْالخَ ْي‬ َ ‫َع ْن ُك ْم ۖ فَاآْل نَ بَا ِشرُوه َُّن َوا ْبتَ ُغوا َما َكت‬
ٰ
َ ِ‫ َذل‬Ž‫ا ۗ َك‬Žَ‫ دُو ُد هَّللا ِ فَاَل تَ ْق َربُوه‬Žُ‫صيَا َم ِإلَى اللَّ ْي ِل ۚ َواَل تُبَا ِشرُوه َُّن َوَأ ْنتُ ْم عَا ِكفُونَ فِي ْال َم َسا ِج ِد ۗ تِ ْلكَ ح‬ ِّ ‫ثُ َّم َأتِ ُّموا ال‬
ِ َّ‫ ِه لِلن‬Žِ‫ك يُبَيِّنُ هَّللا ُ آيَات‬
‫اس‬
َ‫لَ َعلَّهُ ْم يَتَّقُون‬

12
Artinya: "Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri
kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah
mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni
kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa
yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang
putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang)
malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid.
Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa."

4. Sengaja mengeluarkan sperma


Keluarnya air mani atau sperma dengan sengaja dapat membatalkan puasa. Seperti orang
yang berciuman dengan pasangan langsung terangsang dan keluar air mani bisa membatalkan
puasa.

Namun jika keluar sperma karena mimpi basah di siang hari maka puasanya tidak batal.

5. Memasukkan sesuatu ke rongga mulut


Salah satu hal yang membatalkan puasa adalah memasukkan segala sesuatu ke rongga mulut,
hidung, telinga, dan kemaluan.

6. Keluar darah haid dan nifas


Hal-hal yang membatalkan puasa bagi wanita adalah keluarnya darah haid dan nifas. Wanita
yang sedang puasa ketika siang hari tiba-tiba keluar darah haidnya maka puasanya batal.

Rasulullah SAW bersabda:


"Dari Abi Said Al-Khudri ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Bukankah bila
wanita mendapat haid dia tidak boleh shalat dan puasa." (HR. Muttafaq 'alaih).

12. Anjuran/tata cara i'tikaf

Saat menjalankan puasa ramadhan , seorang Muslim dianjurkan untuk


menyempurnakannya dengan amalan lain seperti itikaf. Amalan ini begitu dianjurkan
Rasulullah SAW dan telah dijalankan oleh kaum Muslimin sejak dulu.

“Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam beri'tikaf pada sepuluh hari yang akhir dari Ramadhan
hingga wafatnya kemudian isteri- isteri beliau pun beri'tikaf setelah kepergian beliau." (HR.
Bukhari no. 2026 dan Muslim no. 1172).

Secara bahasa, memiliki arti menetap pada sesuatu. Sedangkan secara istilah, i'tikaf diartikan
sebagai kegiatan menetap di masjid untuk beribadah kepada Allah yang dilakukan dengan
tata cara yang khusus. Ketika akan beritikaf, seorang Muslim hendaknya memperhatikan
beberapa ketentuannya yang meliputi rukun, syarat, dan itikaf. Mengutip buku Sukses

13
Berburu Lailatul Qadar oleh Muhammad Adam Hussein, hukum itikaf adalah sunah tapi bisa
menjadi wajib apabila dinazarkan. I'tikaf bisa dilakukan kapan pun, namun lebih utama jika
dilakukan pada 10 malam terakhir Ramadhan.

Rukun mengerjakan i'tikaf ada empat yaitu niat, berdiam diri di masjid sekurang-kurangnya
selama tuma'ninah shalat, dilakukan di masjid, dan orang yang beri’tikaf. Sedangkan syarat
yang harus dipenuhi meliputi beragama Islam, berakal sehat, dan bebas dari hadas besar.

Adapun tata cara i'tikaf yang dianjurkan adalah sebagai berikut:


1. Membaca niat didalam hati
Nawaitu an a’takifa fii hadzal masjidi lillahi ta’ala. Yang artinya, “Aku berniat i’tikaf di
masjid ini karena Allah.”

2. Berdiam diri di masjid


Itikaf tidak sah jika dilakukan selain di masjid. Sebagaimana dijelaskan secara tersirat dalam
Surat Al-baqarah ayat 187 yang artinya:
“(tetapi) janganlah kamu campuri mereka sedang kamu beri'tikaf dalam masjid”

3. Bagi perempuan, harus mendapat izin dan didampingi suami atau orangtua
Anjuran i'tikaf tidak hanya diperuntukkan bagi laki-laki, namun juga perempuan. Mengutip
buku Muslimah Career oleh Mia Siti Aminah, syarat bagi perempuan yang hendak
melakukan i'tikaf adalah mendapatkan izin dan didampingi oleh mahramnya, bisa suami
ataupun orangtuanya.

4. Melakukan amalan-amalan yang mendatangkan pahala


Mengutip buku I'tikaf Penting dan Perlu oleh Dr. Ahmad Abdurrazaq, saat melakukan itikaf
hendaknya seorang Muslim melakukan amalan-amalan yang dapat mendatangkan pahala
seperti shalat, membaca Alquran, berdzikir, dll.

13. Keutamaan memberi buka puasa

Bulan Ramadhan identik dengan bulan penuh berbagi. Dalam HR Tirmidzi


disebutkan Nabi Muhammad SAW bersabda, "Siapa memberi makan orang yang berpuasa,
maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang
yang berpuasa itu sedikit pun".

"Hadis ini adalah hadis shahih dan terkenal. Banyak diperdengarkan oleh para Ustadz
maupun Kiai menjelang waktu berbuka. Semangat dari kegiatan ini adalah untuk berbagi,"
kata dia saat dihubungi Republika, Rabu (14/4).

Di luar bulan Ramadhan, ia menyebut berbagi makanan merupakan hal yang utama dan
ibadah yang paling bagus. Maka, keistimewaan berbagi makanan kepada mereka yang
berpuasa dan dalam kondisi lapar ini juga memiliki keutamaan tersendiri.

14
Ustaz Bobby menjelaskan berbagi makanan ini bisa dilakukan kepada siapapun, baik kepada
fakir dhuafa yatim atau orang kaya sekalipun. Kalau dilihat dari surah al-Balad ayat 10-14,
keutamaan utama ibadah adalah berbagi makanan kepada orang-orang yang kelaparan.

"Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan (kebajikan dan kejahatan). Tetapi dia
tidak menempuh jalan yang mendaki dan sukar. Dan tahukah kamu apakah jalan yang
mendaki dan sukar itu? (Yaitu) melepaskan perbudakan (hamba sahaya), atau memberi
makanan pada hari terjadi kelaparan" (QS al-Balad : 10-14).

"Dalam ayat tersebut, Allah SWT memberi tahu bahwa memberi makan kepada orang-orang
yang kelaparan termasuk saat puasa, menjadi amalan yang akan mengantarkan pada pintu
surga," ujarnya.

Dai muda ini menyebut makanan yang dibagikan ini tidak ada ketentuan khusus. Meskipun
yang dimiliki hanya air atau satu butir kurma, hal ini sah saja. Hal ini karena tujuan utama
dari membagikan makanan adalah berbagi kepada yang membutuhkan.

Terakhir, ia menyebut Nabi Muhammad SAW pernah berpesan kepada istrinya, jika hendak
memasak sayur maka memperbanyak airnya. Dengan demikian, ia bisa membagikan
makanan ini kepada banyak orang, meski isinya sedikit.

Dalam HR Muslim, disebut Rasulullah SAW pernah berpesan, "Jika suatu kali engkau
memasak sayur, maka perbanyaklah kuahnya, kemudian perhatikanlah tetanggamu, dan
berikanlah mereka sebagiannya dengan cara yang pantas".

14. Menjaga lisan saat berpuasa

Rasulullah SAW bersabda, salah satu anggota badan yang banyak menyebabkan
manusia celaka dan binasa hingga masuk neraka adalah lidah. (HR. Tirmidzi). Beliau
menyebutkan ada banyak kejahatan lisan. Oleh karena itu Beliau berpesan, hendaklah
seseorang mampu mengendalikan lidah. Pepatah Arab berbunyi, keselamatan manusia
banyak ditentukan oleh kemampuan dirinya mengendalikan lidah. Sehingga Nabi
Muhammad SAW bersabda, berkatalah kamu yang benar dan baik. Jika kamu tidak bisa
berkata benar dan baik, maka lebih baik diam. (Dari Abu Hurairah RA, RA Bukhari).
Semakin banyak bicara, semakin banyak peluang kepada dosa.

Walaupun begitu, Islam mengajarkan, lisan dapat pula memuliakan seorang manusia.
Yaitu disebutkan dalam Alquran Surat Al Fushilat ayat 33, siapa lagi orang yang lebih baik
lisannya selain yang selalu mengajak kepada kebaikan? Di dalam Alquran, Allah beberapa
kali melarang beberapa perbuatan lisan, misalnya saja dalam Surat Al-Hujurat ayat 11, antara
lain memperolok-olok, sebab bisa jadi orang yang diperolok-olok lebih mulia di sisi Allah
daripada kita; menghina orang lain; memanggil dengan panggilan-panggilan yang

15
menyakitkan perasaan; dan bergunjing. Inilah beberapa contoh dosa lidah. Namun Islam
menyediakan beragam ‘aktivitas lidah’ agar lisan kita bermanfaat, ada doa, dzikir, shalawat,
dan nasehat,

Pada umumnya, ucapan seseorang merupakan cerminan kualitas dirinya. Kualitas diri
yang baik mestinya menjadikan lisan kita hanya mengucapkan hal-hal baik. Begitu juga
sebaliknya. Puasa Ramadhan ini seyogyanya juga dilengkapi dengan perbaikan lidah. Yang
membatalkan puasa memang makan dan minum, namun lisan dapat menghapuskan pahala
puasa kita banyak disebabkan oleh lidah: menggunjing, berbohong, caci-maki, sehingga
puasa kita hanya menghasilkan lapar dan dahaga.

Seorang muslim hanya berbicara jika membawa manfaat. Bicaranya tidak


menyakitkan dan merugikan orang lain. Islam memperbolehkan kita bercanda yang baik,
salah satunya untuk mengakrabkan hubungan. Dengan begini, maka bercanda kita adalah
bercanda yang baik. Tapi jika candaan kita berbau penghinaan terhadap fisik, misalnya, ini
tidak diperbolehkan. Karena itu merupakan ciptaan Allah SWT. Humor mestinya datang dari
kecerdasan kita, bahkan kalau bisa menjadi media kritik, nasehat, dan perintah. Sehingga
pihak yang dituju tidak merasa digurui, tidak tersinggung, dan tidak merasa diperintah.

Marilah kita perbanyak tadarus, dzikir, dan doa, untuk meminimalisir peluang kita
melakukan kejahatan lisan. Kesimpulannya, Ramadhan harus juga jadi ajang pembuktian
pengendalian lisan kita, yaitu hanya bicara yang manfaat, bicara yang benar, dan bicara yang
baik saja.

15. Ramadhan Bulan Bertaubat

Pada bulan Ramadhan, para hamba Allah kembali kepda Rabb mereka. Mereka
meninggalkan dosa-dosa. Hal ini disebabkan oleh dua hal.
Pertama: Ke-Pemurahan dan ke-pemaafan Allah terhadap hambaNya pada bulan yang mulia
ini. Sampai-sampai disebutkan dalam hadits shahih bahwa setiap malam ada yang dibebaskan
dari neraka (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Kedua: Karena para setan dibelenggu dan dirantai jika datang Ramadhan. Pintu-pintu neraka
ditutup, pintu surga dibuka, sehingga para hamba Allah dekat dengan Rabb mereka. Ibadah
menjadi mudah dikerjakan.

Bulan Ramadhan merupakan kesempatan emas bagi seorang hamba Allah untuk
bertaubat. Kalau dia tidak bertaubat pada bulan ini, kapan lagi dia akan bertaubat? Taubat
memiliki enam syarat yang harus dipenuhi agar menjadi taubat yang benar dan tulus, kita
sebutkan secara ringkas.

1. Ikhlas kepada Allah Ta’ala. Dimana taubat tersebut dilakukan semata-mata karena
mengharapkan wajah Allah, tidak boleh dicampuri oleh maksud (kepentingan) duniawi.

16
2. Taubat tersebut dilakukan pada waktu yang memungkinkan untuk dikabulkannya taubat,
yaitu sebelum matahari terbit dari arah barat dan sebelum nyawa sampai di kerongkongan,
karena Allah akan menerima taubat seorang hamba selama dia belum ghar-ghaah (sekarat).

3. Meninggalkan dosa, dan tidak benar jika seorang hamba mengaku bertaubat tetapi ia tetap
dalam kemaksiatannya.

4. Menyesali dosa yang telah lalu. Betapa banyak orang yang bertaubat hatinya tidak
menyesal sama sekali. Oleh sebab itu ada hadits shahih dari nabi Shallallahu ‘alaihi
wasallam, “Sesal itu adalah taubat.”(HR Ibnu Majah dan Hakim).

5. Ber’azam (tekad) untuk tidak mengulangi dosa.

6. Jika suatu dosa berhubungan dengan hak makhluk maka wajib mengembalikan hak
tersebut kepada pemiliknya, meminta kehalalan dari mereka, berupa harta atau kehormatan
atau yang lainnya.
Marilah kita menjadi hamba yang siap menjemput Ramadhan siap untuk berubah, Mudah-
mudahan Allah mengampuni dosa kita dan mengumpulkan kita kelak dengan hamba-
hambanya yang Shalih.

16. Enam Hal Yang Bisa Merusak Pahala Puasa

Puasa tidak ringan untuk dilakukan. Ada banyak godaan dan tantangan selama berpuasa.
Terkadang pun entah disengaja atau tidak, beberapa orang melakukan hal yang mengurangi
pahala puasa. Bahkan, perkara itu pun bisa menyebabkan puasa seseorang tidak sah atau
batal. Selain itu, diperintahkan pula umat Muslim untuk menghindari perbuatan yang bisa
mengurangi pahala puasa.

Berikut adalah 6 hal yang bisa membatalkan pahala puasa berdasarkan sabda nabi dan 1 hal
yang bisa membatalkan pahala puasa berdasarkan ijtima’ ulama’:

➢ Marah dan Berbicara Kotor


Emosi memang bisa muncul secara mendadak, tapi ini sebenarnya dapat dikontrol terutama
ketika sedang berpuasa.
Dalam Islam, marah dan emosi berlebihan adalah pertanda bahwa seseorang tidak bisa
menahan hawa nafsunya.
Bahkan, satu dari sekian banyak golongan orang yang tidak disukai Allah SWT dan Nabi
Muhammad SAW adalah mereka yang sering marah-marah.
Marah bisa mengurangi pahala puasa, apalagi jika disertai dengan kata-kata kasar dan kotor.
Maka, sia-sialah puasa yang dikerjakan pada hari itu.

➢ Berbohong

17
Sudah dapat dipastikan, barangsiapa yang suka berbohong tentu akan mendapatkan dosa,
dalam kondisi apapun itu.
Selain berbohong, perbuatan memfitnah, mengadu domba, mengolok-olok antar sesama
manusia, dan bertindak untuk sesuatu yang dilarang agama pastilah tergolong dosa.
Perbuatan tersebut pun menjadi perkara yang menghapus pahala puasa Ramadan, bahkan bisa
membatalkan puasa yang dikerjakan.
"Puasa adalah pelindung. Jika salah satu dari kamu berpuasa, maka kamu tidak boleh berkata
dengan perkataan keji dan sok bodoh. Dan jika ada yang mengajak perang atau mencaci maki
kepadamu, maka katakanlah, 'Aku sedang berpuasa, aku sedang berpuasa'." (HR. Muslim)

➢ Tidur Sepanjang Hari


Di bulan puasa Ramadhan, tidur merupakan ibadah. Namun lain hal jika kamu tidur
sepanjang hari, maka itu bisa mengurangi pahala puasa.
Durasi tidur yang dianjurkan ketika berpuasa adalah kurang lebih 5-15 menit. Tujuannya,
untuk menghindari hal yang mengurangi pahala puasa dan membatalkan puasa.

➢ Melihat dengan Syahwat


Perilaku yang termasuk syahwat (hawa nafsu) bukan hanya ketika melihat lawan jenis secara
langsung, tapi juga saat kamu memandang lawan jenis dari smartphone melalui gambar atau
video. Jika hal itu sengaja dilakukan, maka pahala puasa akan berkurang. Karena itulah, pada
saat berpuasa dianjurkan untuk senantiasa menjaga pandangan.

➢ Ghibah atau Bergosip


Pada saat nongkrong, bukan tidak mungkin kamu akan bergosip atau bergunjing (ghibah). Ini
termasuk perbuatan yang dilarang Allah SWT. Selain itu, ghibah termasuk salah satu
perbuatan yang menghapus pahala puasa. Nabi Muhammad SAW menjelaskan maksud
ghibah dengan sabdanya, "(ghibah adalah) engkau ceritakan tentang saudaramu, yang
sekiranya ia mendengar ia tidak rela."

Lebih bahaya lagi, apabila isi gunjingan itu melebihi keadaan yang sebenarnya atau
mengada-ada, maka itu disebut fitnah. Larangan bergosip (ghibah) bagi umat Muslim tak
hanya pada bulan Ramadhan saja, tapi juga setiap waktu di bulan-bulan lainnya. Senada
dengan sabda Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari dan Imam
Muslim. "Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dusta dan beramal dengannya, maka
Allah tidak butuh ketika dia meninggalkan makannya dan minumnya."

➢ Berduaan dengan Bukan Mahram


Dalam ajaran Islam disebutkan, satu dari sekian banyak perbuatan yang tergolong
mendekati zina adalah berduaan dengan bukan muhrim, termasuk pacaran. Zina jelas
terlarang dalam Islam, sebagaimana firman Allah, "Dan janganlah kamu mendekati zina;
sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji; dan suatu jalan yang buruk." (Q.S Al
Isra": 32). Memang pada praktiknya di lingkungan sekitar kita, tidak semua orang yang
berpacaran pasti berzina.

18
Namun terlepas dari itu, tidak berlebihan pula jika dikatakan bahwa pacaran termasuk
mendekati perbuatan zina. Hal itu karena pacaran identik dengan dua orang (lawan jenis)
yang menjalin hubungan kasih tanpa ikatan pernikahan yang sah secara agama maupun
hukum negara. Berhubungan suami istri yang muhrim saja tidak boleh di bulan Ramadhan,
apalagi yang bukan muhrim. Dalam beberapa pendapat, pacaran saat puasa Ramadhan tidak
menghasilkan pahala sebagaimana ibadah puasa orang lain pada umumnya. Itu disebabkan
orang tersebut berpuasa namun masih rajin berbuat maksiat. Ibadah puasa yang ia lakukan
pun tidak ada keistimewaannya.

"Betapa banyak orang yang berpuasa, namun yang dia dapatkan dari puasanya hanya lapar
dan dahaga." (HR. Ahmad 8856, Ibn Hibban 3481, Ibnu Khuzaimah 1997 dan sanadnya
dishahihkan Al-A’zami).
Bilamana keenam hal yang telah dikemukakan di atas dapat kita hindari dalam melaksanakan
ibadah puasa, Insya Allah nilai pahala puasa kita pasti meningkat. Lebih baik dari tahun yang
lalu dan mudah-mudahan bisa mencapai derajat puasa khusus, Amin.

17. Hikmah Puasa

Diriwayatkan, Rasulullah Muhammad Saw. bersabda " ... Orang yang berpuasa
mempunyai 2 kegembiraan; satu kegembiraan ketika berbuka dan kegembiraan ketika
bertemu Rabb-nya". Hikmah hadits ini diuraikan dalam Futuhat al-Makiyyah karya Ibnu
Arabi.
Puasa adalah ibadah istimewa. Dalam Ihya Ulumuddin karya Abu Hamid Al-Ghazali,
disebutkan bahwa puasa adalah seperempat iman, dengan dasar sabda Nabi "puasa itu
setengah sabar" dan "sabar itu setengah dari iman".
Selain itu diriwayatkan Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda, "Tidak ada kebaikan yang
dikerjakan anak Adam kecuali akan ditulis untuknya 10 kebaikan hingga 700 kali lipat. Allah
-Azza wa Jalla- berfirman, 'Kecuali puasa, maka sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku
akan membalasnya.'." (H.R. Ibnu Majah 3813).

Dalam puasa, seseorang menahan lapar dan haus, juga dari hal-hal yang
membatalkan, sejak fajar shadiq (waktu subuh) hingga matahari terbenam (maghrib). Selain
itu, sepanjang berpuasa, seorang muslim juga menghindari perbuatan yang dapat merusak
pahala. Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda, "Barangsiapa tidak meninggalkan kata-
kata kotor dan mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dia meninggalkan makanan dan
minuman" (H.R. Ibnu Majah 1679) Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Nabi saw. bersabda,
"Apabila salah seorang dari kalian berpuasa di suatu hari, maka janganlah ia berkata-kata
kotor (fa la yarfuts) dan berbuat kesia-siaan (wa la yajhal). Bila ada seseorang yang mencaci
atau menyerangnya, maka hendaklah ia berkata, 'Sesungguhnya saya sedang berpuasa.'."
(H.R. Muslim 1941).

Dalam puasa, yang dituntut adalah kesabaran. Manusia berlepas dari hakikatnya
selama berada di dunia, yaitu makan dan minum. Ia melakukan hal itu semata-mata karena

19
mematuhi syariat Allah. Dalam Futuhat al-Makkiyyah Jilid 4 (2019, 127-128), Ibnu Arabi
melukiskan betapa istimewanya seseorang yang berpuasa, karena pada sesungguhnya
kesabaran yang ada dalam puasa adalah pengekangan bagi jiwa. Manusia rela melakukan
pengekangan itu atas perintah-Nya, sehingga ia mendapatkan ganjaran istimewa pula,
"sesungguhnya puasa itu milik-Ku dan Akulah yang akan membalasnya".

Nabi saw. bersabda, "Orang yang berpuasa memiliki 2 kebahagiaan. Kegembiraan


saat berbuka dan dan kegembiraan saat bertemu dengan Rabb-nya." Kegembiraan jenis
pertama, kegembiraan saat berbuka adalah kegembiraan untuk ruh hewaninya. Setelah
mengekang makan dan minum, maka berbuka adalah waktu untuk kembali kepada hakikat
kehidupan duniawi. Namun, ada kegembiraan lain yang lebih tinggi, yaitu kegembiraan saat
bertemu Rabb-nya. Menurut Ibnu Arabi, ini adalah kegembiraan untuk jiwa rasional manusia
(an-nafs an-natiqah), yakni sisi lembut Rabbaninya (al latifah ar-rabbaniyyah). Puasa
memberinya pertemuan dengan Allah, yakni musyahadah dan penyaksian.
Semoga Materi tentang hikmah Puasa ini bisa menambah semangat kita untuk mengerjakan
puasa, semoga nantinya amal ibadah puasa kita diterima disisi Allah SWT dan kita tergolong
sebagai hamba-hambanya yang suci. Aamiin.

20

Anda mungkin juga menyukai