Anda di halaman 1dari 4

RAMADHAN

Senin, 02 Agustus 2021 07:00 WIB

Panduan Lengkap Puasa Ramadhan: Dalil, Tata Cara, dan Ketentuannya


Muhamad Abror

Dalam perhitungan kalender Hijriah, bulan Ramadhan merupakan bulan ke-9. Pada bulan ini umat
Muslim yang sudah baligh, mampu, sehat dan bukan dalam dalam keadaan bepergian jauh (jarak
82 km), wajib untuk melakukan puasa selama satu bulan penuh.

Menurut Syekh Hasan bin Ahmad al-Kaff, alasan penamaan ‘Ramadhan’ pada bulan ini karena dulu
saat penamaannya bertepatan dengan cuaca yang sangat panas. ‘Ramadhan’ sendiri berasal dari kata
‫َّر‬
‫( ال ْمَضاُء‬al-ramdhâ’) yang artinya sangat panas. Ada juga yang mengatakan, kata ‘panas’ itu
diidentikkan dengan pembakaran (pengampunan) dosa, karena ampunan Allah terbuka lebar pada
bulan tersebut. (Hasan al-Kaff, Al-Taqrîrât al-Sadîdah, h. 433)

Dalil Puasa Ramadhan

Terkait dalil kewajiban berpuasa, sudah Allah swt tegaskan dalam firman-Nya,

‫َٰٓي َأ ُّي َها ٱَّلِذيَن َءاَمُنوْا ُكِتَب َعَلۡيُكُم ٱلِّص َياُم َك َما ُكِتَب َعَلى ٱَّلِذيَن ِمن َقۡبِلُكۡم َلَعَّل ُكۡم َّتَتُقوَن‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah [2]: 183)

Rasulullah ‫ ﷺ‬juga bersabda,

‫ َشَهاَدِة َأ ْن لَا ِإ ٰلَه ِإ َّل ا اللُه َوَأ َّن ُم َّمَح ًدا َرُسْوُل اللِه ِإَو َقاِم الَّص لَاِة ِإَو ْيَتاِء الَّزَكاِة َوَحِّج اْلَبْيِت َوَصْوِم َرَمَضاَن‬: ‫ُبِنَي ْالِإ ْس لَاُم َعَلى َخْمٍس‬
‫)(َرَواُه الُبَخاِرُّي َوُمْسِلٌم‬

“ ( )
Artinya: “Islam dibangun di atas lima perkara: (1) bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah
melainkan Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah; (2) menunaikan
shalat; (3) menunaikan zakat; (4) menunaikan haji ke Baitullah; dan (5) berpuasa Ramadhan”
(HR al-Bukhari dan Muslim).

Baca juga: Bagaimana Puasa Umat Sebelum Nabi Muhammad?

Keutamaan Puasa Ramadhan

Sebagai bulan paling mulia, melakukan puasa Ramadhan pada bulan itu memiliki banyak sekali
keutamaan. Berikut adalah beberapa di antaranya:

1. Diangkatnya derajat
Salah satu keutamaan yang diperoleh bagi orang yang melaksanakan puasa Ramadhan adalah
derajatnya di sisi Allah swt. akan diangkat. Terkait ini, Syekh ‘Izzuddin (w. 1181 M) mengutip
salah satu hadits Nabi yang berbunyi,

‫اْلَجِة َوُغِّلَقْت َأ ْبَواُب الَّن اِر َوُصِّفَدِت الَّش َياِطْيَن‬


‫ِإ َذا َجا َرَمَضاَن ُفِتَحْت َأ ْبَواُب َّن‬
‫َء‬

Artinya: “Ketika Ramadhan tiba, dibukalah pintu-pintu surga, ditutuplah pintu-pintu neraka dan
setan pun dibelenggu” (HR Imam Muslim).
Menurut Syekh ‘Izuddin, maksud dibukanya pintu surga adalah pada bulan Ramadhan ada banyak
amal ibadah yang menyebabkan dibukanya pintu surga. Sementara maksud dikuncinya pintu
neraka adalah karena pada bulan tersebut sedikit perbuatan maksiat yang menyebabkan dikuncinya
pintu neraka. Sedangkan maksud setan dibelenggu karena saat kondisi berpuasa, setan tidak
menggoda manusia untuk bermaksiat (‘Izzuddin, Maqâshidush Shaum, h. 12).
2. Sebagai kontrol syahwat
Keutamaan lain dari berpuasa adalah mampu mengontrol syahwat. Ketika syahwat berhasil
dikontrol, akan terhindar dari godaan setan karena syahwat merupakan pintu masuk utamanya.
Jika setan tidak menggoda, akan terhindar hari perbuatan maksiat. Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:

‫َّن‬ ‫َّص‬ ‫ ِإَف َّن ُه َأ َغُّض‬، ‫َيا َمْعَشَر الَّش َباِب َمِن اْس َتَطاَع اْلَبا َة َفْلَيَتَزَّو ْج‬
‫ ِإَف ُه َلُه ِوَجاٌء‬، ‫ َوَمْن َلْم َيْسَتِطْع َفَعَلْيِه ِبال ْوِم‬، ‫ َوَأ ْح َصُن ِلْلَفْرِج‬،‫ِلْلَبَصِر‬ ‫َء‬

Artinya: “Wahai para pemuda, barangsiapa yang mampu untuk menikah, maka menikahlah.
Sesungguhnya menikah lebih bisa menundukkan pandangan dan lebih mudah menjaga kemaluan.
Barangsiapa yang belum mampu menikah, maka berpuasalah, sesungguhnya puasa itu adalah
penekan syahwatnya” (HR Imam Ahmad dan Imam al-Bukhari).
Menurut Imam al-Ghazali (w. 1111 M), sumber utama perbuatan maksiat adalah hawa nafsu.
Sementara ‘bahan bakar’ nafsu itu sendiri adalah makanan. Saat seseorang berpuasa, secara
otomatis konsumsi makanan dalam tubuh berkurang. Dengan begitu, ia mampu menundukkan
hawa nafsu dan mencegah diri dari perbuatan maksiat. (Al-Ghazali, Ihyâ ‘Ulûmiddîn, juz 3, h. 35).
3. Dilipatgandakan pahala

Dalam kalkulasi pahala, setiap amal ibadah akan dibalas sebesar 10, kali lipat 700 kali lipat, sampai
besaran yang Allah kehendaki. Berbeda dengan puasa. Menurut Imam Al-Qruthubi (w. 1273 M),
saking besar pahala yang diperoleh orang yang berpuasa di bulan Ramadhan, sampai-sampai hanya
Allah yang tahu besarannya. Sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah ‫ﷺ‬:

‫ُكُّل َعَمِل اْبِن آَدَم ُيَضاَعُف اْل َحَسَنُة َعْشُر َأ ْمَثاِلَها ِإ َلى َسْبِعِماَئِة ِضْعٍف َقاَل الَّل ُه َعَّز َوَجَّل ِإ لَّا الَّص ْوَم ِإَف َّن ُه ِلى َوَأ َنا َأ ْجِزى ِبِه‬

Artinya, “Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan
sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah ta’ala berfirman (yang artinya),
‘Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan
membalasnya” (HR Muslim) (Hasan al-Musysyat, Is’âfu Ahlil Îmân, h. 34).
Bahkan, menurut Syekh Utsman Syakir dalam dengan mengutip Abul Hasan menjelaskan, setiap
ibadah akan dibalas surga oleh Allah. Berbeda dengan puasa, pahalanya adalah langsung bersua
dengan Allah di akhirat nanti, tanpa ada penghalang (hijâb) apapun. Dalam klasifikasi pahala, level
pahala tertinggi adalah berjumpa dengan Allah kelak. (Utsman Syakhir, Durratun Nâshihîn, h. 13).

Baca juga: Syarat Wajib dan Rukun Puasa Ramadhan

Waktu Puasa Ramadhan

Puasa Ramadhan dilaksanakan selama satu bulan penuh pada bulan Ramadhan. Dalam hal ini,
penentuan kapan memasuki dan kapan berakhirnya bulan Ramadhan diputuskan oleh pemerintah
melalui Kementrian Agama dengan menggunakan metode ru’yah (aktivitas mengamati visibilitas
hilal, penampakan bulan sabit yang tampak pertama kali setelah terjadinya ijtimak) dan hisab
(perhitungan secara matematis dan astronomis untuk menentukan posisi bulan).

Untuk durasinya, sama seperti puasa pada umumnya, yaitu dari mulai terbit fajar sampai
terbenamnya matahari. Selama durasi tersebut ia mesti mencegah dari hal-hal yang membatalkan
puasa sebagaimana puasa-puasa lain.

Baca juga: Delapan Hal yang Membatalkan Puasa

Lafal Niat Puasa Ramadhan

Bagi orang yang hendak melaksanakan puasa Ramadhan, ia wajib untuk berniat puasa. Terhitung
sejak matahari terbenam sampai terbit fajar. Berikut adalah lafal niatnya:

‫َنَوْيُت َصْوَم َغٍد َعْن َأ َداِء َفْرِض َشْهِر َرَمَضاِن ٰهِذِه الَّس َنِة ِلّٰلِه َتَعاَلى‬

Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i fardli syahri Ramadlâni hâdzihis sanati lillâhi ta‘âlâ
Artinya, “Aku berniat puasa esok hari demi menunaikan kewajiban bulan Ramadhan tahun ini
karena Allah ta’âlâ.”
Menurut mazhab Syafi’i, niat puasa Ramadhan wajib dilakukan pada setiap malamnya. Artinya, satu
niat untuk satu kali berpuasa. Sementara menurut Imam Malik, diperbolehkan satu kali niat puasa
untuk satu bulan puasa penuh bulan Ramadhan. Oleh karena itu kita disunnahkan berniat untuk
satu bulan penuh pada malam pertama Ramadhan, dengan tetap niat untuk puasa-puasa berikutnya.
Supaya andaikan nanti lupa niat, maka niat pada malam pertama itu bisa mencukupi. (Qalyubi,
Hâsyiyah Qalyûbî, juz 5, h. 365).
Berikut adalah lafal niat untuk satu bulan penuh, sebagaimana dijelaskan oleh KH A Idris Marzuki
(w. 2014 M) dalam kitab Sabîl al-Hudâ:

‫َنَوْيُت َصْوَم َجِمْيِع َشْهِر َرَمَضاِن ٰهِذِه الَّس َنِة َتْق ِلْيًدا ِلْلِإ َماِم َماِلٍك َفْرًضا ِلّٰلِه َتَعاَلى‬

Nawaitu shauma jamî’i syahri ramadlâni hadzihissanati taqlîdan lil imâm mâlikin fardlan lillâhi ta’âlâ.
 


Artinya: “Saya berniat puasa selama satu bulan Ramadhan tahun ini dengan mengikuti Imam Malik,
fardhu karena Allah ta’âlâ.” (KH A Idris Marzuki, Sabîl al-Hudâ, h. 51).

Konsekuensi jika Meninggalkan Puasa Ramadhan

Ada konsekuensi bagi orang yang meninggalkan puasa Ramadhan. Syekh Salim bin Sumair dalam
Safînah an-Najâh menjelaskan, adakalanya wajib qadlha sekaligus bayar fidyah, yaitu bagi orang
yang tidak berpuasa karena kekhawatiran pada selain dirinya (seperti ibu menyusui yang khawatir
terhadap kesehatan bayinya) dan orang yang memiliki tanggungan qadha puasa Ramadhan, tetapi
belum diqadha sampai datang bulan Ramadhan berikutnya.
 

Adakalanya hanya wajib qadha, hal ini banyak terjadi seperti orang sakit ayan, orang yang
melakukan perjalanan jauh, lupa niat pada waktu malam, dan lain-lain. Adakalanya hanya wajib
membayar fidyah tanpa qadha, yaitu orang tua renta. Adakalanya tidak wajib qadha dan tidak wajib
fidyah, yaitu orang gila yang tidak sengaja gilanya. (Salim bin Sumair, Safînah an-Najâh, h. 114)

Baca: Panduan Lengkap Membayar Fidyah Puasa: Cara, Niat, Takaran, hingga Penyaluran

Wallâhu a’lam.

Ustadz Muhamad Abror, pengasuh Madrasah Baca Kitab, Alumnus Pesantren KHAS Kempek Cirebon,
Mahasantri Ma’had Aly Sa’idusshiddiqiyah 

Baca selengkapnya artikel-artikel seputar Ramadhan di kanal "Ramadhan" NU Online 

Ramadhan Puasa imsak

Anda mungkin juga menyukai