Hari raya Idul Fitri 1443 H tinggal menghitung hari. Sebagaimana kita jumpai setiap tahunnya, umat Muslim tampak sibuk menyiapkan
banyak hal untuk menyambut hari kemenangan ini. Toko baju mulai diburu, ibu-ibu sibuk mencari bumbu dan semacamnya untuk
membuat ketupat dan opor, orang perantauan mulai memadati arus mudik, tak ketinggalan pula lampu kecil warna warni terlihat
menghiasi sepanjang jalan di sebagian gang desa dan kota.
Semua ini dilakukan demi menyambut dan merayakan hari raya Idul Fitri dengan suka cita dan penuh kebahagiaan. Rasulullah saw sendiri
telah menegaskan bahwa pada hari ini umat Muslim dianjurkan untuk bergembira. Dalam salah satu hadits dijelaskan,
َفَقاَل َرُسوُل الَّل ِه صلى الله عليه وسلم. َقاُلوا ُكَّنا َنْلَعُب ِفيِهَما ِفي اْل َجاِهِلَّي ِة. َقاَل َقِدَم َرُسوُل الَّل ِه صلى الله عليه وسلم اْلَمِديَنَة َوَلُهْم َيْوَماِن َيْلَعُبوَن ِفيِهَما َفَقاَل َما َهَذاِن اْلَيْوَماِن، َعْن َأ َنٍس
ِإ َّن الَّل َه َقْد َأ ْبَدَلُكْم ِبِهَما َخْيًرا ِمْنُهَما َيْوَم الَأ ْض َحى َو َيْوَم اْلِفْطِر
Baca Juga:
Renungan Sabar Ramadhan
Artinya, “Diriwayatkan dari sahabat Anas, ia berkata, ‘Sekali waktu Nabi saw datang di Madinah, di sana penduduknya sedang bersuka ria
selama dua hari. Lalu Nabi bertanya ‘Hari apakah ini (sehingga penduduk Madinah bersuka ria)?’ Mereka menjawab ‘Dulu semasa zaman
jahiliah pada dua hari ini kami selalu bersuka ria.’ Kemudian Rasulullah saw bersabda, ‘Sesungguhnya Allah swt telah menggantikannya
dalam Islam dengan dua hari yang lebih baik dan lebih mulia, yaitu hari raya kurban (Idul Adhha) dan hari raya fitri (Idul Fitri)” (HR Abu
Dawud).
Introspeksi Diri
Hari raya Idul Fitri memang momen kemenangan bagi umat Muslim setelah berjuang tiga puluh hari menjalani puasa, satu bulan melawan
hawa nafsu. Akan tetapi, dengan begitu kita juga harus rela melepas kepergian bulan Ramadhan, bulan mulia yang sudah membersamai
kita. Pendek kata, Idul Fitri adalah sebuah simbol kesempurnaan. Jika kesempurnaan telah diraih, maka harus ada yang pergi, yaitu bulan
Ramadhan.
×
Syekh Ali ath-Thanthawi berkata dalam syairnya,
Baca Juga:
Kultum Ramadhan: Hakikat Ibadah Puasa
َتَرَّقْب َزَوالًا ِإ َذا ِقْيَل َتَّم# ِإ َذا َتَّم أم َبَدا َنْقُصُه
ٌر
Artinya, “Jika sesuatu telah sempurna, maka akan tampak kekurangannya. Renungilah yang hilang jika sesuatu telah dikatakan sempurna.”
Syair ath-Thanthawi di atas berpesan bahwa ketika sebuah kemenangan telah diraih, kesempurnaan telah dicapai, maka ada sesuatu yang
pergi yang harus kita renungi dan diinstropeksi. Pertanyaannya, bagaimana cara kita mengintrospeksinya?
Baca Juga:
Kultum Ramadhan: Pahala Menjaga Konsistensi Shalat Tarawih
Ada banyak hal cara kita menginstropeksi diri setelah Ramadhan pergi. Pertama adalah dengan bersyukur karena telah kita telah diberi
kenikmatan besar berupa umur panjang dan kesehatan sehingga masih bisa bertemu Ramadhan tahun ini, bahkan melewatinya sampai
selesai satu bulan hingga tiba hari kemenangan. Jika bersyukur, maka harapannya semoga Allah akan menambah kenikmatan itu dengan
bertemu di Ramadhan berikutnya.
Mungkin ada saudara kita yang dicabut usianya sebelum Ramadhan tiba sehingga tidak bisa berjumpa dengan bulan puasa, mungkin juga
ada saudara kita yang dicabut usianya di pertengahan Ramadhan sehingga tidak mendapatkan kesempatan berpuasa satu bulan lamanya,
atau ada pula saudara kita yang menjelang Idul Fitri nyawanya dicabut oleh Allah swt sehingga tidak bisa ikut merayakan hari
kemenangan ini. Karena itu, kita yang sampai detik ini masih diberi usia panjang harus banyak-banyak bersyukur kepada Allah swt.
Allah swt berfirman,
دَٞو ۡذ َتَأ َّذ َن َرُّب ُكۡم َلِئن َش َكۡرُتۡم َلَأ ِزيَدَّن ُكۖۡم َوَلِئن َكَفۡرُتۡم ِإ َّن َعَذاِبي َلَشِدي
ِإ
Artinya, “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim [14]: 7)
Melalui ayat ini, ada pesan peting untuk kita pahami bersama. Jika kita bersyukur kepada Allah swt karena masih dianugerahi usia panjang
dan kesehatan badan sehingga bisa berjumpa dan merampungkan satu bulan Ramadhan dengan berpuasa, maka Allah akan menambah
kenikmatan tersebut dengan berjumpa di Ramadhan-ramadhan berikutnya. Bagaimana cara bersyukurnya, yaitu dengan selalu
meningkatkan semangat ketakwaan dan beribadah kepada Allah swt.
Konsistensi Ibadah
Bukan berarti Ramadhan telah berlalu, kemudian semangat ibadah kita tidak sebesar ketika hari-hari puasa dulu. Satu bulan Ramadhan,
29 atau 30 hari berpuasa, dengan segala ragam ibadah wajib dan sunnah di dalamnya, seharusnya mampu memperkokoh benteng
keimanan kita. Ibarat sebuah lembaga, bulan Ramadhan adalah madrasah yang mendidik umat Muslim menjadi pribadi yang tahan
banting, pribadi yang memiliki imunitas iman kebal tak terkalahkan.
Para ulama sendiri menjelaskan bahwa salah satu tanda diterimanya amal ibadah seseorang selama bulan Ramadhan adalah ia masih bisa
menjaga konsistensi ibadah setelah bulan ini berlalu. Salah seorang ulama kenamaan dari madzhab hambali, Syekh Ibnu Rajab al-Hambali
pernah menjelaskan,
َمْن َعِمَل َطاَعًة ِمَن الَّط اَعاِت َوَفِرَغ ِمْنَها َفَعَلاَمُة َقُبْوِلَها َأ ْن َيِص َلَها ِبَطاَعٍة ُأ ْخَرى َوَعَلاَمُة َرِّدَها َأ ْن َيْعِقَب ِتْلَك الَطاَعَة ِبَمْعِص َيٍة َما َأ ْح َسَن ْالَحَسَنَة َبْعَد الَّس ِّيَئِة َتْمُحْوَها َوَأ ْح َسُن ِمْنَها َبْعَد
Download segera! NU Online Super App, aplikasi keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan layanan informasi serta pendukung aktivitas ibadah sehari-hari
masyarakat Muslim di Indonesia.
TERKAIT
Kultum Ramadhan: Menghargai Perbedaan Rakaat Tarawih Kultum Ramadhan: Meraih Rahmat, Ampunan, dan Surga di Bulan Mulia
Ramadhan Ramadhan
10 Amalan Sunnah dalam Berpuasa FAQ: Kenapa Notifikasi Waktu Shalat Telat Berbunyi?
Ramadhan Nasional