Anda di halaman 1dari 95

DAFTAR ISI

SEKAPUR SIRIH
SAMBUTAN KEPALA KUA PASIRPENYU

#1 MARHABAN RAMADHAN
#2 RAMADHAN BULAN MULIA
#3 AMALAN-AMALAN UTAMA DI BULAN RAMADHAN
#4 PUASA MENUJU MUKMIN BERTAQWA
#5 RAMADAN BULAN RAHMAT
#6 KIAT SUKSES RAMADHAN
#7 HIKMAH SAHUR DAN BERBUKA
#8 MEMAKMURKAN MASJID
#10 MENCARI REZKI YANG HALAL
#11 MENSYUKURI NIKMAT ALLAH SWT
#12 PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KELUARGA
#13 ISLAM DAN KEBERSIHAN
#14 MENDIDIK ANAK YANG SHOLEH
#15 AKHLAQ SEBAGAI TOLOK UKUR KEIMANAN
#16 AL-QUR’AN SEBAGAI PEDOMAN HIDUP
#17 NUZUL QUR’AN DAN TADABBUR QUR’AN
#18 KEUTAMAAN TILAWAH AL-QUR’AN
#19 ‘ASYRUL AWAKHIR 1
#20 ‘ASYRUL AWAKHIR 2
#21 SEDEKAH, INFAQ DAN WAKAF 1
#21 SEDEKAH INFAQ DAN WAKAF 2
#22 ZAKAT FITHRAH
#23 MENCAPAI DERAJAT IKHLAS
#24 ISTIQOMAH SETELAH RAMADAN
#25 MELESTARIKA SPIRIT IDUL FITRI

Ramadhan 1445 H| 0
SEKAPUR SIRIH

Alhamdulillah, puji dan syukur ke hadirat Allah Swt, atas segala


Rahmat dan Fadilah yang dicurahkan kepada makhluk.

Sholawat dan salam kepada Rasulullah Saw, sebagai Rahmatan lil


‘alamiin bagi segenap makhluk di muka bumi.

Dengan segala kerendahan hati, telah disusun Pedoman Tausiah


Ramadan 1444 H sebagai tuntunan untuk ubudiah Ramadhan bagi
Muballigh dan Muballigah serta petugas Masjid/Musollah/Surau
untuk mengisi dan mensyiarkan malam-malam Ramadan dengan
ilmu.
Semoga dapat menjadi referensi dalam dakwah/tausiah dengan tetap
mengembangkan wawasan sesuai dengan disiplin ilmu yang dimiliki.

Demikian kami sampaikan, selamat menjalankan amaliah Ramadan,


semoga sehat dan dapat menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya.

Airmolek, Ramadan 1445 H


Ketua LP2A Pasirpenyu,

Hendrawan Yusuf, S.Pd.I, M.Si

Ramadhan 1445 H| 1
SAMBUTAN
KEPALA KUA PASIRPENYU

Bismillahirrohmanirrohim

Alhamdulillahirobbil ‘alamin, bersyukur kepada Allah Swt atas


limpahan nikmat telah diterbitkan buku dan juga jadwal Tausiah
Ramadan 1445 H.

Sholawat dan salam kepada Rasulullah Saw, untuk keluarga dan para
sahabatnya, Allhumma Sholli ‘alaa saidina Muhammad wa ‘alaa aali
saidina Muhammad.

Alhamdulillah setelah melalui beberapa tahun masa covid, kita dapat


kembali melaksanakan ibadah Ramadhan tahun ini dengan kondisi
new normal.

Kami memberikan apresiasi kepada LP2A Pasirpenyu atas terbitnya


Buku Pedoman Tausiah Ramadan 1445 H yang dapat dipedomani
setiap Muballigh dan pengurus Masjid/Musollah/Surau di Kecamatan
Pasirpenyu, semoga bermanfaat dan dapat dipergunakan dengan
sebaik-baiknya

Selamat menjalankan Ibadah Ramadhan, semoga Allah memberikan


kita kekuatan dalam menghadapi musibah saat ini. Mohon Maaf
Lahir dan Bathin.

H. ARIFIN, S.Ag, MH

Ramadhan 1445 H| 2
#1 MARHABAN RAMADHAN

Kata Marhaban Ya Ramadhan merupakan istilah yang telah


menjadi trend oleh setiap muslim di Indonesia bahkan termasuk di
negara lainnya untuk menyambut bulan suci Ramadhan.
Marhaban berarti selamat datang. Istilah ini mengandung makana
filosofis yang mendalam yaitu menunjukkan rasa gembira dan rasa
syukur dengan datangnya sesuatu yang amat istimewa yang penuh
barakah dan kemuliaan. Orang-orang arab ketika menyambut tamu
kehormatannya, mereka selalu menyambutnya dengan
menggunakan kata-kata Marhaban. Hal ini menunjukkan bahwa
tamu yang datang itu harus dihormati dan dimuliakan.

Ramadhan adalah tamu agung umat Islam, karena Ramadhan


merupakan Said al-syuhur (penghulu dari segala bulan). Dalam hadis
Rasulallah disebutkan bahwa dalam satu pekan itu ada satu hari yang
istimewa yang disebut dengan Said al-ayyam (penghulu dari semua
hari) yaitu jumat. Dan dalam dua belas bulan itu ada satu bulan yang
istimewa yaitu bulan Ramadhan. Ramadhan disebut bulan istimewa
tamu agung bagi umat Islam karena bulan Ramadhan itu
mengandung banyak keistimewaan dan keutamaan.
Firman Allah Swt QS Al-Baqarah; 185
َ َ َ ِۚ َ ُ ْ ْ ٰ َّ ِّ ً ُ ُ ٰ ُ ْ ْ ُ ْ َّ َ َ َ
‫اس َو َب ِّين ٍت ِّم َن ال ُه ٰد ى َوالف ْرق ِان ف َم ْن ش ِهد‬ِ ‫ش ْه ُر َر َمضان ال ِذي ان ِز َل ِف ْي ِه الق ْران هدى للن‬
ْ ُ ُ ‫ه‬ ُ ْ ُ َ ُ َّ َ ْ ٌ َّ َ َ ٰ َ َ ً ْ َ َ ْ ُ ُ ْ َ ْ َّ
َ ْ ‫ِمنك ُم الشه َر فل َيص ْمه َۗو َمن كان َمريضا ا ْو عٰل َسفر ف ِعدة ِّمن اي ٍام اخ َر ۗيريد اّٰلل بك ُم ال ُي‬ ُ ْ
‫ْس‬ ِ َ ْ ُ ِ ْ َ ْ ُ َّ َ َ َ ْ ُ َ َ ٍ ٰ َ َ ‫ه‬ َ ُ ِ َ َّ ْ ُ ْ ُ َ ْ ُ ْ ُ ُ ُ ْ ُ َ َ
‫ْس َۖو ِلتك ِملوا ال ِعدة َو ِلتك ِِّ ُّبوا اّٰلل عٰل ما ه ٰد ىكم ولعلكم تشك ُرون‬ ‫وَل ي ِريد ِبكم الع‬
Artinya Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan
Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang
batil). Oleh karena itu, siapa di antara kamu hadir (di tempat

Ramadhan 1445 H| 3
tinggalnya atau bukan musafir) pada bulan itu, berpuasalah. Siapa
yang sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib
menggantinya) sebanyak hari (yang ditinggalkannya) pada hari-hari
yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak
menghendaki kesukaran. Hendaklah kamu mencukupkan
bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang
diberikan kepadamu agar kamu bersyukur.

Ramadhan 1445 H| 4
#2 RAMADHAN BULAN MULIA

Imam Al Ghazali dalam Kitab Ihya' Ulumiddin menulis bahwa


puasa menjadi sangat istimewa dibandingkan dengan ibadah-ibadah
lainnya. Sebab Allah Swt yang langsung memberikan balasan
ganjarannya. Rasulullah Saw menyampaikan Firman Allah Swt dalam
sebuah hadits:
َ ْ َ َ ُّ ُ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َّ َ َّ ُ ُ َ َ َ َ َ ُ ْ َ ُ َّ َ َ َ َ ْ َ ُ َ ْ َ
َ ‫آد‬
‫م‬ ‫اّٰلل صٰل اّٰلل علي ِه وسلم كل عمل ابن‬ ِ ‫ال قال رس َول‬ ‫ض اّٰلل َ عنه ق‬ ‫عن أب هريرة ر‬
ََ ُ َِّ َ ِ َّ َّ َّ َ َ َّ َ ُ َّ َ َ َ َ ُ ْْ َ ‫ُ َ ِ َ ي ُ ْ َ َ َ ِ ُ ي‬
‫الص ْو َم ف ِإنه ِ يَل َوأنا‬ ‫عمائة ِض ْع ٍف قال اّٰلل عز وجل ِإَل‬ ِ ‫ْس أ ْمث ِال َها ِإَل َ َس ْب‬‫َيضاعف الحسنة ع‬
َ َْ ٌ َ ْ َْ ٌ َ َ َ َّ ‫أ ْجزي به َي َد ُع َش ْه َو َت ُه َو َط َع َام ُه م ْن أ ْجٰل ل‬
‫لص ِائ ِم ف ْر َحت ِان ف ْر َحة ِعند ِفط ِر ِه َوف ْر َحة ِعند ِلق ِاء‬ ِ ‫ِي‬
ْ َّ ِ َ ْ ُ ْ َ ِ
ُ ُ ُِ َ َ ِ ِّ َ
‫اّٰلل ِم ْن ِري ِح ال ِم ْس ِك‬ ِ ‫يه أط َيب ِعند‬ ِ ‫رب ِه ولخلوف ِف‬
Artinya, “Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, Rasulullah SAW
bersabda, ‘Semua amal kebaikan anak manusia akan
dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan serupa hingga 700
kali lipat. Allah Azza wa Jalla berfirman, ‘Kecuali puasa. Puasa
adalah milik-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya karena ia
meninggalkan syahwat dan makanan demi Aku.' Orang yang
berpuasa memiliki dua kebahagiaan, yaitu satu kebahagiaan
saat berbuka puasa dan satu kebahagiaan lainnya saat
menemui Tuhannya. Sungguh bau mulutnya lebih harum di sisi
Allah daripada bau kesturi, ”’(HR Muslim).

Hadits ini diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dari Abu


Hurairah. Selain hadits ini ada sejumlah ayat dalam Al Qur'an dan
hadits yang menyebutkan tentang perintah serta keutamaan puasa.
Dalam ajaran agama dinyatakan bahwa Ramadhan mempunyai
banyak nama yaitu ;

Ramadhan 1445 H| 5
Pertama, Syahr al-Shiyam. Kata ini bermakna bulan menahan
yaitu menahan diri dari perbuatan dan perilaku yang dilarang yang
dapat membatalkan puasa serta merusak nilai-nilai ibadah puasa.
Orang yang berpuasa akan dapat menahan dirinya dari segala bentuk
perbuatan yang dilarang oleh agama.
Kedua, Syahr al-Ramadhan Artinya bulan pembakar. Istilah ini
makasudnya adalah orang yang berpuasa pada bulan ini berdasarkan
iman dan keikhlasan, allah akan mengampuni dosa-dosa yang telah
lalu.
Ketiga, Syahr al-Rahmah, artinya bulan yang penuh rahmah.
Rahmah berarti kasih sayang atau bisa juga bermakna rahmat.
Ramadhan datang dengan membawa rahmat yang luar biasa antara
lain ; tidur menjadi ibadah, diam sama nilainya dengan bertasbih,
ibadah dilipatgandakan pahalanya di sisi Allah SWT dan banyak lagi
rahmat-rahmat lainnya.
Keempat, Syahr al-Maghfirah, yaitu bulan keampunan.
Ramadhan datang membawa terhadap dosa-dosa manusia. Dalam
beberapa hadis Rasulallah dijelaskan ada tiga ibadah yang dapat
mengampuni dosa-dosa anak Adam yaitu puasa, ibadah qiyam ar-
ramadhan dan ibadah qiyam lailat al-qadar.
Kelima, Syahr ‘Iqqu min al-nar, yaitu bulan yang dapat
membebaskan manusia dari azab neraka. Keenam, Syahr al-Quran,
yaitu bulan Alquran, karena Alquran diturunkan Allah SWT kepada
nabi Muhammad SAW, pada bulan Ramadhan untuk menjadi
pedoman dalam kehidupan manusia.

Ramadhan 1445 H| 6
#3 AMALAN-AMALAN UTAMA DI BULAN RAMADHAN

Apa saja amal-amal yang kita isi di bulan suci Ramadhan ini?
Banyak sekali amal yang tak terhitung jumlahnya, tapi jika kita pilih
amal yang besar-besar setidaknya ada 5 amal. Mari kita siapkan fisik
dan mental untuk mengisi bulan yang penuh ampunan, rahmat dan
magfiroh.

Amal pertama: Siyam

Kita isi bulan Ramadhan ini dengan Siyam, sesuai dengan


surat Al-Baqarah ayait 183 “Ya ayuhallazi na amanu kutiba 'alaiku
mussi yam”. Yang membahas tentang arti menggenggam, mari kita
genggam mata untuk tidak melihat yang haram, kita genggam telinga
agar tidak mendengar kata-kata maksiat, jaga lisan agar tidak
mengeluarkan kata-kata kotor dan jaga tubuh kita.

Amal kedua: Qiyam

Jika kita jarang Qiyamul Lail atau tahajud di bulan biasanya,


khusus di bulan Ramadhan ini perbanyaklah tahajud dibanding tidur.
Tambah dengan witir, shalat qobliyah dan ba’diyah untuk mengharap
ampunan dari Allah.

Amal ketiga: Membaca Al-Qur’an

Perbaiki bacaan Al-Qur’an kita, karena Al-Qur’an pedoman


hidup orang islam. Qur’an akan datang pada hari kiamat menjadi
syafaat bagi orang-orang yang membacanya. Alangkah baiknya juga

Ramadhan 1445 H| 7
mengkhatamkan Al-Qur’an di bulan Ramadhan. Seperti ulama atau
orang terdahulu di jaman Rasul sebagai contoh yaitu Imam syafi’i 60
kali khatam selama bulan Ramadhan.

Amal keempat: Dzikir

Perbanyaklah dzikir di waktu duduk, waktu bermain, waktu


senggang bukannya dipakai untuk bergosip dan lain-lain. Dikala kamu
tidak berpuasa dikarenakan haid, berpergian atau yang sudah sepuh
maka perbanyak dzikir saja karena tandanya kita selalu ingat Allah.
Dengan dzikir pun kita akan dimudahkan urusan, dapat rejeki yg tidak
disangka-sangka dan lainnya.

Amal kelima : Shadaqah

Siapkan makanan untuk anak yatim, fakir miskin, buatkan


makanan dua kali lipat dari biasanya. Bukan karna untuk nafsu kita
tapi sekedar untuk saling berbagi walau hanya 2 butir kurma dan
seteguk air. Karena shadaqah itu untuk bekal dihadapan Allah SWT
saat ditanya yang kau makan mana? yang kau pakai mana? Maka
amal shadaqah akan menjawabnya.

Ramadhan 1445 H| 8
#4 PUASA MENUJU MUKMIN BERTAQWA

Arti Takwa berasal dari akar kata waqa-yaqi-wiqayatan, infinitif


(mashdar)-nya adalah wiqayah yang mengandung arti menjaga,
memelihara, melindungi, hati-hati, menjauhi sesuatu, dan takut azab
(khasyyah dan al-khauf).

Perintah untuk menjalankan ibadah puasa Ramadhan


tercantum dalam Al Qur'an surat Al Baqarah ayat 183. Disebutkan
bahwa salah satu tujuan diwajibkan berpuasa dalah agar menjadi
orang yang bertakwa. Berikut ini bunyi Surat Al Baqarah ayat 183.
َ ُ َّ َ ُ َّ َ ُ َ َ ‫الص َي ُام َك َما ُكت َب َع َٰل َّالذ‬
‫ين ِم ْن ق ْب ِلك ْم ل َعلك ْم تتقون‬ ِّ ‫آم ُنوا ُكت َب َع َل ْي ُك ُم‬ َ ‫َيا َأ ُّي َها َّالذ‬
َ ‫ين‬
ِ ِ ِ ِ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu


berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu
agar bertaqwa.” HR Ahmad Ahmad
َْ ُ ُ َ ُ َّ َ َ َ ْ ٌ َ َ ُ ٌ ْ َ َ َ َ َ ُ ْ َ ْ ُ َ َ ْ َ
‫يه‬
ِ ‫اّٰلل َعل ْي َك ْم ِص َي َامه ُيفت ُح ِف‬ ‫َقد جاءكم شهر رمضان شهر مبارك افّبض‬
َ
ْ َ َ َ َ ْ َ ٌَ َ َّ ُّ َ ُ َ َّ َ ْ ُ َ ْ
‫يه ل ْيلة خ ْْ ٌّب ِم ْن أل ِف ش ْه ٍر َم ْن ُح ِر َم خ ْْ َّبها فقد‬ ُ ‫الش َي‬
ِ ‫اط ْي ِف‬
ِ ‫يه‬
ِ ‫أبواب الجن ِة وتغل ِف‬
‫ُح ِر َم‬
Airtinya: "Telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah,
diwajibkan kepada kalian ibadah puasa, dibukakan pintu-pintu surga
dan ditutuplah pintu-pintu neraka serta syetan-syetan dibelenggu. Di
dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan.
Barangsiapa yang tidak mendapatkan kebaikannya berarti ia telah
benar-benar terhalang atau terjauhkan (dari kebaikan)."

Dari surat al baqarah ayat 183 dijelaskan

Ramadhan 1445 H| 9
ُ َ َ َّ َ ُّ َ َ
‫آمنوا‬ ‫يا أيها ال ِذين‬
Artinya :“Wahai orang-orang yang beriman”

Dari lafadz ini diketahui bahwa ayat ini madaniyyah atau


diturunkan di Madinah (setelah hijrah, pen), sedangkan yang
diawali dengan yaa ayyuhan naas, atau yaa bani adam, adalah ayat
makkiyyah atau diturunkan di Makkah.

Imam Ath Thabari menyatakan bahwa maksud ayat ini adalah


“Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya,
membenarkan keduanya dan mengikrarkan keimanan kepada
keduanya”. Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini: “Firman Allah Ta’ala ini
ditujukan kepada orang-orang yang beriman dari umat manusia dan
ini merupakan perintah untuk melaksanakan ibadah puasa.”

Ibadah puasa diperintahkan Allah kepada setiap mukmin agar


bisa meraih takwa (QS al-Baqarah [2]: 183). Di antara ciri-ciri takwa
itu dijelaskan dalam surah Ali Imran [3]: 15-17. Selama berpuasa, kita
berlatih untuk memiliki ciri-ciri takwa tersebut. Pertama, senantiasa
berdoa kepada Allah SWT, seperti: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya
kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan
peliharalah kami dari siksa neraka."

Puasa melatih sabar untuk menahan lapar dan dahaga serta


segala sesuatu yang membatalkannya. Pribadi yang sabar sangat
dibutuhkan agar kita tetap taat, dapat mengen dali kan diri untuk
tidak bermaksiat, termasuk bertahan dari berbagai problem dan
kesulitan hidup.

Karena keyakinannya pada pengawasan Allah, orang yang


berpuasa tidak akan membatalkan puasanya dengan makan dan

Ramadhan 1445 H| 10
minum meski ia bisa memastikan tidak seorang pun tahu jika ia
berbuka. Kejujuran akan mudah terbentuk jika seseorang yakin
sepenuh hati bah wa Allah SWT senantiasa mengawasinya.

Hal ini mengisyaratkan bahwa orang-orang yang bertakwa


memiliki kepekaan sosial yang tinggi dan solidaritas yang kuat pada
sesama. Keenam, senantiasa beristighfar pada waktu sahur (al-
mustaghfirin bilashar). Orang yang bertakwa selalu bangun di waktu
sahur lalu memanfaatkannya untuk beristighfar. Semoga Allah SWT
senantiasa membimbing kita untuk tetap istiqamah menjadi orang-
orang yang bertakwa

Jadi kesimpulannya adalah puasa itu hukumnya wajib bagi


kaum mukmin bagi yang tidak bisa melaksanakannya/berhalangan
seperti sakit, haid, nifas maka jika ia sudah sembuh ia harus
menggatinya begitu juga dengan haid ia harus menggantinya selain di
bulan ramadhan dan jika ia nifas(selesai melahirkan) ia bisa
menggantinya di luar bulan ramadhan kalaupun ia sanggu tetapi jika
tidak ia bisa membayarnya dengan uang yang diberikan kepada anak
yatim.

Ramadhan 1445 H| 11
#5 RAMADAN BULAN RAHMAT

RAMADAN dalam bahasa Arab berarti membakar,


menghanguskan, dan menghancurkan. Diharapkan dengan amaliah
maksimum yang akan kita lakukan di dalamnya bisa membakar
hangus dan menghancurkan dosa-dosa kita sekaligus menyucikan diri
kita sehingga kita terbebas dari rasa bersalah dan rasa berdosa.
Ramadan bagi umat Islam betul-betul luar biasa. Ternyata, hampir
semua sejarah monumental dunia Islam terjadi pada bulan suci ini.
Ramadan ialah bulan penuh rahmat dan difardukan puasa di
dalamnya sebagai salah satu rukun Islam, sebagaimana disebutkan di
dalam Alquran, 'Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu
agar kamu bertakwa'. (QS Al-Baqarah/2:183).

Di antara sejarah monumental itu ialah pertama kali turunnya


ayat suci Alquran dan sekaligus menandai pelantikan Muhammad
SAW sebagai nabi; kemenangan besar pasukan Rasulullah dalam
Perang Badr pada 17 Maret 624 M/17, Ramadan tahun ke-7 H;
perebutan kembali Kota Mekah pada Ramadan 8 H. Kemudian
Perjanjian Tsaqif terjadi pada Ramadan 9 H; Perang Qadasiayah
terjadi pada Ramadan 15 H; penaklukan Rodesia pada Ramadan 53 H;
Perang Andalusia Spanyol, Ramadan 91 H; penaklukan kota Spanyol
Ramadan 92 H. Runtuhnya Daulat Bani Umayyah yang dinilai korup,
digantikan rezim baru Bani Abbasia pada Ramadan 132 H; pemisahan
diri Mesir dari Dinasti Abbasia Ramadan 253 H; pendirian Universitas
Al-Azhar, Kairo, Mesir, didirikan pada Ramadan 361 H oleh Dinasti
Fatimiyah (Syiah). Ketika Salahuddin al-Ayyubi menghalau pasukan
Salib dan merebut Kota Surya terjadi pada Ramadan 584 H; pasukan
Salib dikalahkan di Baibars pada Ramadan 675 H; beberapa negara

Ramadhan 1445 H| 12
Islam memperoleh kemerdekaan dari penjajah pada Ramadan.
Termasuk Negara Republik Indonesia memproklamasikan
kemerdekaannya pada Ramadan yang bertepatan dengan 17 Agustus
1945.

Peristiwa demi peristiwa menakjubkan di atas tentu bukan


hanya terjadi di masa lampau, melainkan juga akan terjadi pada diri
kita, terutama yang meyakini puasa sebagai bagian dari rahmat dan
hidayah Allah SWT. Rasulullah SAW menunjukkan banyak hikmah di
balik puasa, termasuk di antaranya ialah memelihara kesehatan,
sebagaimana dalam hadisnya: Shumu tashihhu (berpuasalah kalian
supaya sehat).

Para dokter juga melihat kebenaran pernyataan Rasulullah


tersebut. Ini membuktikan setiap perintah Tuhan pasti mempunyai
hikmah positif bagi manusia. Tujuan utama umat Islam melakukan
amaliah Ramadan, khususnya melaksanakan puasa, ialah untuk
meraih ketakwaan, suatu derajat paling tinggi di mata Allah SWT,
sebagaimana disebutkan di dalam ayat di atas. Kata taqwa tidak
ditemukan padanan lebih tepat di dalam bahasa Indonesia.

Karena itu, kata takwa sudah menjadi bahasa Indonesia, yang


pengertiannya kombinasi antara takut, segan, dan cinta. Taqwa tidak
identik dengan takut karena Allah SWT tidak harus didekati dengan
perasaan takut, tetapi lebih dominan dengan pendekatan cinta.
Bertakwa kepada Allah tidak mesti hanya berarti takut, tetapi juga
berarti cinta dan respek kepada Tuhan. Pengosongan hati dari sifat
tercela seperti itba' al-hawa (mengikuti hawa nafsu), ujub
(membanggakan diri), riyaa (pamer dalam ibadah), sum'ah
(mendengar-dengarkan amalannya), takabbur (sombong ), thama'
(rakus), hasud (dengki), hiqd (dendam), dan hub al-dunya (cinta dunia

Ramadhan 1445 H| 13
berlebihan). Kemudian, menghiasinya dengan sifat-sifat terpuji
seperti syukur, rida, sabar, qana'ah (kanaah/merasa cukup dengan
pemberian Allah), zuhud, tawakal, dan ikhlas merupakan wujud
ketakwaan yang sebenarnya yang nantinya memancar melalui
perkataan, perbuatan, dan kebijakan seseorang.
Dalam Alquran dikatakan: 'Barangsiapa yang bertakwa kepada
Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan
memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya'. (QS Al-
Thalaq/65:2-3). Luar biasa ayat ini menggaransi mereka yang
termasuk kategori orang-orang bertakwa (muttaqun). Kalangan
ulama menjelaskan kata taqwa singkatan dari taubah, qana'ah, wara,
dan amanah. Taubah ialah mereka yang kembali ke jalan yang benar
setelah menyadari kekeliruannya. Qana'ah ialah mereka yang merasa
cukup terhadap apa yang Allah berikan kepadanya. Wara ialah
mereka yang memproteksi diri terhadap segala sumber dosa dan
maksiyat.
Amanah ialah orang yang bertanggung jawab terhadap pilihan
keputusannya, dalam arti tidak mengecewakan orang dan Tuhannya.
Dalam dunia tasawuf dijelaskan bahwa taqwa sebagai kombinasi
antara takut, segan, dan cinta. Bertakwa kepada Tuhan bukan berarti
hanya segan dan takut, melainkan juga cinta dan rindu terhadap
Tuhannya. Para sufi menyadari bahwa Tuhan bukan Sosok Yang Maha
Mengerikan, melainkan Sosok Yang Maha Pencinta. Tuhan lebih tepat
untuk dicintai ketimbang ditakuti.
Sebagian ulama menjelaskan kata taqwa singkatan dari taubah,
qana'ah, wara. Jadi, Allah SWT, Nabi Muhammad SAW, dan Alquran
lebih menonjolkan nilai-nilai kelembutan dan daripada nilai-nilai
kekerasan. Kita sebagai hamba Tuhan, umat Nabi Muhammad SAW,
dan pengikut Alquran mestinya lebih menonjolkan sifat dan sikap
kelembutan daripada sifat dan sikap kekerasan.

Ramadhan 1445 H| 14
#6 KIAT SUKSES RAMADHAN

Sesungguhnya bulan Ramadhan yang mulia ini akan terasa


begitu singkat. Hari-harinya akan berlalu begitu cepat, meninggalkan
kita penuh penyesalan jika tidak segera tersadar untuk mengisinya
dengan berbagai kebaikan. Isyarat begitu dalam tentang hari-hari
Ramadhan kita dapatkan setelah ayat perintah kewajiban berpuasa,
dimana Allah SWT berfirman

Setidaknya ada lima kunci sukses Ramadhan, yang jika kita


menjalankannya dengan baik , insya Allah akan menjadikan
Ramadhan kita lebih berharga, lebih terasa, dan lebih berkah insya
Allah. Dengan lima hal tersebut, kita bisa meniti hari-hari Ramadhan
dengan dipenuhi amal yang baik dan disyariatkan. Adapun lima hal
tersebut adalah :

1. Menghayati Hikmah dan Manfaat Puasa bagi Kita


Jika seorang memahami maksud, hikmah dan manfaat dari apa
yang dilakukan, maka tentulah ia akan menjalankannya dengan
ringan dan senang hati. Maka begitu pula seorang yang berpuasa,
ketika ia benar-benar mampu menghayati hikmah puasa, maka
ibadah yang terlihat berat ini akan dijalani dengan penuh
kekhusyukan dan hati yang ringan. Diantara hikmah puasa antara lain
adalah : Menjadi madrasah ketakwaan dalam diri kita, sebagaimana
isyarat Al-Quran ketika berbicara kewajiban puasa, yaitu la’allakum
tattaqun .. agar supaya engkau bertakwa. Hikmah puasa yang lain
adalah menggugurkan dosa-dosa kita yang terdahulu, sebagaimana
disebutkan dalam banyak Rasulullah SAW bersabda :

ْ َ َ َْ ُ َْ َ ُ ُ ُ َ
‫هللا ت َعاَل ِم ْن ِري ِح ال ِم ْس ِك‬ َّ
ِ ‫لخلوف ف ِم الص ِائ ِم أط َيب ِعند‬

Ramadhan 1445 H| 15
Artinya: Sungguh bau mulut orang yang berpuasa, lebih wangi di sisi “
.Allah SWT dari aroma kesturi “ (HR Bukhori)

2. Mengetahui fiqh dan aturan-aturan dalam Ibadah Puasa.


Dari Ibnu Abbas, Rasulullah SAW bersabda :“seorang faqih (ahli
ilmu agama) lebih ditakuti syetan dari pada seribu ahli ibadah (tanpa
ilmu) “. (HR Ibnu Majah).

Hadits di atas menegaskan kepada kita tentang urgensinya


beribadah dengan ilmu. Bahkan salah satu syarat diterimanya ibadah
adalah ittiba atau sesaui aturan dan sunnah Rasulullah SAW. Dalam
kaitannya dengan puasa, sungguh ibadah ini mempunyai kekhususan
dalam aturan fiqhnya yang berbeda dengan lainnya. Para ulama pun
menjadikan bab puasa sebagai pembahasan khusus dalam kitab
fiqhnya.

3. Menjaga Puasa kita agar tetap utuh pahalanya


Yang dimaksud menjaga puasa kita adalah upaya untuk
menjadikan pahala puasa kita utuh. Dua cara yang harus kita lakukan
dalam kaitannya dengan hal ini, yaitu menjalani sunnah-sunnah
puasa, serta menjauhi hal-hal yang bisa mengurangi pahala dan
hikmah puasa.

Menjaga puasa juga dengan menjauhi segala sikap dan


tindakan yang akan mengurangi keberkahan puasa kita, seperti :
marah tiada guna, emosional, berdusta dalam perkataan, ghibah,
maupun kemaksiatan secara umum. Hal-hal semacam di atas, selain
dilarang secara umum bagi seorang muslim, juga akan

Ramadhan 1445 H| 16
mempengaruhi kualitas puasanya di hadapan Allah SWT. Jauh-jauh
hari Rasulullah SAW telah mengingatkan kepada kita :
َّ ‫س َل ُه م ْن ق َيامه إ ََّل‬
.‫الس َه ُر‬ َ ‫ َو ُر َّب َق ِائم َل ْي‬، ‫وع‬
ُ ُ ْ َّ ُ َ َ َْ
‫س له ِم ْن ِص َي ِام ِه ِإَل الج‬ ‫ُر َّب َص ِائ ٍم لي‬
ِ ِ ِ ِ ِ ٍ
Artinya: Betapa Banyak Orang berpuasa tapi tidak mendapat
(pahala) apa-apa dari puasanya kecuali hanya lapar, dan betapa
banyak orang yang sholat malam (tarawih) tapi tidak mendapatkan
apa-apa selain begadang saja (HR An-NAsai)

4. Menghias Puasa kita dengan Ragam Amal yang disyariatkan dalam


Ramadhan
Menghias Ramadhan dengan ibadah-ibadah mulia tersebut,
agar ramadhan sebagai madrasah ketakwaan benar-benar hadir
dalam hidup kita. Rasulullah SAW telah memberikan contoh pada kita
bagaimana beliau menghias hati-hati Ramadhannya dengan : Tadarus
Tilawah, memperbanyak sedekah, sholat tarawih, memberi hidangan
berbuka, bahkan juga I’tikaf di masjid pada sepuluh hari yang
terakhir.

5. Mempertahankan atau menjaga semua amal dengan istiqomah


hingga akhir Ramadhan.
Karenanya kita sering menjadi saksi bagaimana kaum muslimin
‘berguguran’ dalam perlombaan Ramadhan ini sebelum mencapai
garis finishnya.

Sholat tarawih di masjid mulai menyusut sedikit demi sedikit


seiring berlalunya hari-hari awal Ramadhan. Karenanya, merupakan
hal yang tidak bisa dibantah adalah jika kesuksesan Ramadhan
bergantung dari keistiqomahan kita menjalani semua kebaikan di
dalamnya hingga akhir Ramadhan tiba.

Ramadhan 1445 H| 17
#7 HIKMAH SAHUR DAN BERBUKA

Segala sesuatu yang dilakukan dan diucapkan Nabi Muhammad


SAW khususnya yang tidak bersifat khashah untuk beliau selalu
memiliki daya tarik tersendiri di hati kaum muslimin. Itu dikarenakan
perbuatan dan perkataan beliau selalu mengandung hikmah dan
suritauladan yang bisa dijadikan landasan untuk beriqtida kepada
beliau, tidak terkecuali dalam permasalah cara sahur dan berbukanya
Nabi Muhammad SAW. Al-Baihaqi, Abdur Razzaq, serta Al-Thabarani,
mengutip perkataan Amr bin Maimun salah seorang tabiin yang
mengatakan bahwa “para sahabat Rasulullah SAW adalah orang-
orang yang paling menyegerakan berbuka dan paling mengakhirkan
sahur
Para pembaca hafizhakallahu wa yarhamuka (semoga Allah
subhanahu wa ta’ala senantiasa menjaga dan merahmati Anda).
Ketahuilah, banyak pribadi muslim yang menyatakan, “Saya cinta
kepada Allah subhanahu wa ta’ala.” Mereka pun ingin mendapatkan
kecintaan Allah subhanahu wa ta’ala. Pernyataan tersebut sangat
mudah untuk diucapkan, akan tetapi dalam pengamalannya tentu
saja memerlukan pengorbanan yang besar. Allah subhanahu wa
ta’ala berfirman:
ُ َ ُ َّ ِۚ ُ َ ُ ُ ۡ ُ َ ۡ ۡ َ َ ُ َّ ُ ُ ۡ ۡ ُ ُ َّ َ َ َّ َ ُّ ُ ۡ ُ ُ ۡ ُ
‫وبك ۡم َوٱّٰلل غفور َّر ِحيم‬‫وب يح ِببكم ٱّٰلل ويغ ِفر لكم ذن‬‫قل ِإن كنتم ت ِحبون ٱّٰلل فٱت ِبع ِ ي‬
٣١
Artinya: (Katakanlah wahai Muhammad)Jika kamu benar-benar‘ ,,
mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintai dan
mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” Ali ‘Imran: 31

Zaid bin Tsabit mendeskripsikan, bahwasannya Rasulullah SAW


mengakhirkan sahur agar menambah kekuatan ketika berpuasa,

Ramadhan 1445 H| 18
sehingga puasanya tidak menghalanginya dari memperbanyak
ketaatan kepada Allah SWT, dan jarak antara waktu sahurnya
Rasulullah SAW dan waktu salat subuh seukuran waktu pembacaan
50 ayat Al-Qur’an.

Sebagaimana diriwayatkan oleh Anas bin Malik:


َ ُ َّ َّ َ ِّ َّ َ َ َ ْ َّ َ َ َ َ ُ ْ َ ُ َّ َ َ َ َ ََ
‫اّٰلل َعل ْي ِه‬ ‫ض اّٰلل عنه ق ْ َال تسحرنا مع الن ِ يب صٰل‬ ‫ي‬ ِ ‫س َع ْن زْي ِد ْب ِن ثَ ِاب ٍت ر‬ ٍ ‫َع ْن أن‬
َ
َ ‫ال ق ْد ُر َخ ْمس‬ َ َ َ َ َ ُ ْ ُ َ َ ُ َّ َ َ
‫ي َآية )رواه‬ ْ ِ
َ ‫ي اْلذان َوال َّس ُحور ق‬
ِ ِ
َ ْ ‫ان َب‬ َّ
ْ ‫وسل َم ث َّم قام ِإَل الصَل ِة قلت ك ْم ك‬
َ
(‫البخاري‬
Artinya: diriwayatkan dari anas bin Malik, dari zaid bin tsabit, ia
berkata, kami makan sahur bersama Nabi SAW, kemudian beliau
melaksanakan salat, akupun bertanya (anas), berapa jarak waktu
antara adzan dan sahur? Zaid menjawab: jarak antara keduanya
seukuran waktu membaca lima puluh ayat Al-Qur’an (HR. Bukhari)

Dari keterangan tersebut kita dapat mengambil kesimpulan


bahwa hikmah dari kebiasaan Rasulullah SAW mengakhirkan sahur
adalah agar makanan yang dikonsumsi ketika sahur bisa menambah
kekuatan ketika berpuasa, dan agar ketika berpuasa tidak bermalas-
malasan dalam melakukan hal-hal kebaikan, karena alasan kurangnya
kekuatan untuk beraktifitas.
Dengan hal itu, tertolaklah alasan orang yang lebih memilih
tidur dan bermalas-malasan ketika berpuasa, dibandingkan
menambah volume kebaikan ketika berpuasa Sedangkan hikmah di
balik kebiasaan Rasulullah SAW menyegerakan berbuka dikarenakan
ketiadaan manfaat dari mengakhirkan berbuka itu sendiri, bahkan
mengakhirkan berbuka memiliki potensi untuk memberikan
mudharat kepada orang yang berpuasa, dan memberikan mudharat
adalah sesuatu yang dilarang oleh agama.

Ramadhan 1445 H| 19
Oleh karena itu Rasulullah SAW sebagai tauladan bagi umatnya
tidak ingin umatnya mendapatkan mudharat jika mereka harus
mengakhirkan berbuka ketika mereka berpuasa.Selain kebiasaan
Rasulullah SAW yang selalu mengakhirkan sahur dan menyegerakan
berbuka, satu hal yang harus selalu diingat, bahwasannya beliau tidak
pernah berlebihan dalam mengkonsumsi makanan, baik saat beliau
melakukan sahur, ataupun ketika beliau berbuka. beliau selalu
konsisten menerapkan ukuran maksimal seseorang mengkonsumsi
makanan dengan ukuran sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk
minuman, dan sepertiga lagi untuk bernafas. Bahkan ketika beliau
berbuka beliau hanya mengkonsumsi beberapa butir kurma dan air
saja.
Sebagaimana diriwayatkan oleh Anas bin Malik RA,
ْ َّ َ ُ َّ َّ َ
‫اّٰلل َعل ْي ِه َو َسل َم ُيف ِط ُر‬ ‫هللا صٰل‬
َ َ:َ َ
ُ ‫ان َر ُس‬
‫ول‬ ‫ك قال ك‬ ‫ال‬ ‫م‬َ ‫َع ْن َأ َنس ْبن‬
ُ َ ْ َ ٌ ِ ٍ ِ
ُ َ ْ َ َ ِّ َ ُ ْ َ َ ْ َ ِ َ ِ َ ُ َ َ
ََ ٌ َ
‫ ف ِإن ل ْم َيك ْن‬، ‫ فت َم َرات‬، ‫ ف ِإن ل ْم َيك ْن ُرط َبات‬، ‫ٰل‬‫ات َقب َل َأن يص ْ ي‬ٍ ‫َعٰل رطب‬
َ َ َ ٌ َ
(‫ )رواه أحمد‬.‫ات ِمن م ٍاء‬ ٍ ‫تم َرات حسا حسو‬
Artinya: diriwayatkan dari anas bin Malik “bahwasannya Rasulullah
SAW hanya berbuka dengan beberapa kurma ruthab sebelum beliau
melaksanakan salat maghrib, dan jika tidak ada maka dengan
beberapa kurma tamar, dan jika tidak ada juga maka dengan
beberapa tegukkan air” (HR. Ahmad bin Hanbal).

Ramadhan 1445 H| 20
#8 MEMAKMURKAN MASJID

Keutamaan membangun masjid ditunjukkan dalam makna


firman AllahTa’ala tentang keutamaan besar bagi orang-orang yang
memakmurkan masjid-masjid Allah, dalam firman-Nya:
َّ َ ْ َ ْ َ َ َ ٰ َّ َ ٰ َ َ ٰ َّ َ َ َ َ ٰ ْ ْ َ ْ َ ‫َّ َ َ ْ ُ ُ َ ٰ َ ه َ ْ ٰ َ َ ه‬
‫ش ِاَل‬ ‫اّٰلل واليو ِم اَل ِخ ِر واقام الصلوة واب الزكوة ولم يخ‬ ِ ‫اّٰلل من امن ِب‬ ِ ‫ِانما يعمر مس ِجد‬
َ‫ولى َك َا ْن َّي ُك ْو ُن ْوا م َن ْال ُم ْه َتد ْين‬
ٰ ُ ََ َ‫ه‬
ِ ِ ِٕ ‫اّٰلل ۗفع ٰٰس ا‬

Artinya: “Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah


orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta
tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada
siapapun) selain Allah, maka merekalah yang termasuk golongan
orang-orang yang selalu mendapat petunjuk (dari Allah Ta’ala)” (QS
At-Taubah: 18).

Dari ‘Utsman bin ‘Affan radhiallahu’anhu beliau berkata:


Sungguh aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:
َّ ْ ُ َ ْ ُ َ ُ َّ َ َ ً ْ َ َ َ ْ َ
(‫اّٰلل له ِمثله ِف ال َجن ِة " )صحيح البخاري‬ ‫من بب مس ِجدا بب‬.

Artinya “Barangsiapa yang membangun masjid karena Allah Ta’ala


(mengharapkan wajah-Nya) maka Allah akan membangunkan
baginya rumah (istana) di Surga”.

Imam Ibnul Jauzi berkata: “Yang dimaksud dengan


memakmurkan masjid (dalam ayat ini) ada dua pendapat: (1) Selalu

Ramadhan 1445 H| 21
mendatangi masjid dan berdiam di dalamnya (untuk beribadah
kepada Allah Ta’ala). (2) Membangun masjid dan memperbaikinya”.

Beberapa mutiara hikmah yang dapat kita petik dari hadits ini:

Keutamaan dalam hadits di atas hanya diperuntukkan bagi


orang yang yang membangun masjid dengan niat ikhlas karena Allah
semata-mata, bukan karena mencari balasan duniawi, baik harta,
kedudukan, ataupun pujian dan sanjungan

Sebagian dari para ulama memperingatkan dengan keras akan


hal ini, sampai-sampai Imam Ibnul Jauzi berkata: “Barangsiapa yang
menulis namanya pada masjid yang dibangunnya maka dia jauh dari
keikhlasan”.

Yang dimaksud dengan rumah (istana) di Surga yang Allah


Ta’ala bangunkan bagi orang yang mendirikan masjid tentu lebih
indah, lebih luas dan lebih mulia daripada rumah-rumah yang ada di
dunia.

Berdasarkan firman Allah Ta’ala dalam sebuah hadits qudsi:


“Aku siapkan untuk hamba-hamba-Ku yang shaleh
(kenikmatan/keindahan di Surga) yang belum pernah terlihat oleh
mata, terdengar oleh telinga dan terlintas dalam hati manusia”.

Sebagian dari para ulama menjelaskan bahwa untuk


mendapatkan keutamaan ini harus benar-benar ada masjid yang
dibangun dan didirikan, jadi tidak cukup dengan hanya menyiapkan

Ramadhan 1445 H| 22
tanah atau bahan-bahan bangunan tanpa mengusahakan
pembangunan masjid tersebut.

Keutamaan dalam hadits ini juga tentu tidak berlaku bagi orang
yang membangun masjid untuk tujuan-tujuan buruk, seperti
memecah belah kaum muslimin, menyebarkan ajaran sesat dan
amalan bid’ah, serta tujuan-tujuan buruk lainnya.

Hadits ini menunjukkan besarnya keutamaan dan ganjaran


pahala bagi orang yang membangun masjid di dunia dengan niat
ikhlas karena mengharapkan perjumpaan dengan Allah Ta’ala dan
mencari keridhaan-Nya, sehingga Imam An-Nawawi mencantumkan
hadits ini dalam bab: Keutamaan (besar) dan anjuran membangun
masjid.

Ramadhan 1445 H| 23
#9 RAMADHAN DI MASA PANDEMI COVID 19

Pelaksanaan ibadah Ramadan tahun ini terasa berbeda


dibanding tahun-tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan umat muslim
di seluruh dunia termasuk Indonesia harus menjalankan ibadah puasa
di tengah pandemi Covid-19.

Akhirnya, berbagai kegiatan yang dijalankan selama bulan


Ramadan tahun ini harus mengalami penyesuaian. Pemerintah
melalui Surat Edaran Surat Edaran No 03 tahun 2021 Kementerian
Agama RI memberikan panduan ibadah Ramadan dan Idul Fitri 1442
H di tengah pandemi Covid-19.

Surat edaran tersebut dikeluarkan sebagai panduan


beribadah yang sejalan dengan syariat Islam sekaligus mencegah,
mengurangi penyebaran, dan melindungi masyarakat dari risiko
penularan Covid-19.

Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. KH. Nasaruddin Umar


mengatakan bahwa menjalankan ibadah puasa Ramadan di rumah
dengan niat untuk mengurangi korban Covid-19 akibat kontak fisik
tentu sangat mulia.

Ada beberapa hal yang ditegaskan dalam panduan tersebut.


Pertama, umat Islam diwajibkan menjalankan ibadah puasa dengan
baik sesuai ketentuan beribadah. Kedua, pelaksanaan sahur dan
berbuka puasa dilakukan oleh individu atau keluarga inti, tidak perlu
melakukan sahur on the road maupun buka puasa bersama.

Ramadhan 1445 H| 24
Dalam panduan tersebut juga mengatur kegiatan buka puasa
bersama yang biasanya dilakukan di lembaga pemerintahan, lembaga
swasta hingga masjid ditiadakan.

Selain panduan mengenai pelaksanaan sahur dan berbuka,


surat edaran tersebut juga membahas mengenai pelaksanaan salat
tarawih, tadarus Al-Qur'an, peringatan Nuzulul Qur'an, dan iktikaf.
Pelaksanaan salat tarawih meski sudah diboleh berjamaah di
masjid/musollah, demikian halnya dengan tadarus atau ibadah
membaca Al-Quran namun tetap memperhatikan Protokol Kesehatan
yang telah ditetapkan pemerintah dan mempedomani Surat Edaran
yang Menteri Agama RI tahun 2021.

Ramadhan 1445 H| 25
#10 MENCARI REZKI YANG HALAL

‫ي‬ ْ ُّ ٰ ْ ٌّ ُ َ َ َ ْ َ ْ ُ َ َ َّ َ َ ْ ُ ُ َ ْ َ َ َ ُ ْ ‫اَل ْرض ا ََّل َع َٰل ه‬


َْ َ
‫َو َما ِم ْن دا َّب ٍة ِف‬
ٍ ْ ‫اّٰلل ِرزقها ويعلم مستقرها ومستودعها ۗ كل ِ يف ِكت ٍب م ِب‬ِ ِ ِ
Artinya: Tidak satu pun hewan yang bergerak di atas bumi melainkan
dijamin rezekinya oleh Allah. Dia mengetahui tempat kediamannya
dan tempat penyimpanannya.350) Semua (tertulis) dalam Kitab yang
nyata (Lauh Mahfuz).

Menurut sebagian mufasir, yang dimaksud dengan tempat


kediaman adalah dunia dan tempat penyimpanan adalah akhirat.
Menurut mufasir lain, maksud tempat kediaman adalah rahim dan
tempat penyimpanan adalah tulang sulbi.
Bekerja mencari rezeki yang halal adalah suatu amalan yang
mulia. Banyak hadits – hadits shahih yang berkaitan dengan hal ini.
Tidak sedikit pula hadits – hadits yang lemah dan palsu. Kajian berikut
ini mengupas sedikit contoh hadits-hadits shohih dan juga yang
lemah dan palsu seputar mencari rezeki yang halal.
Hadits Pertama:
َ َ َ َ َ َ ُ َّ َّ َ ْ َ َ َ ْ َ ً َ َ َ َ ْ ُ ْ َ َ َّ
‫اّٰلل ِإَل أ ِج ْرت َعل ْي َها َح ََّب َما ت ْج َع ُل ِ يف ف ِم ْام َرأ ِتك‬
ِ ‫ِإنك لن تن ِفق نفقة تبت ِ يغ ِبها وجه‬
Artinya : “Sesungguhnya tidaklah engkau memberikan nafkah,
dengan mengharap Wajah Allah (ikhlas), kecuali engkau akan diberi
pahala karenanya. Sekalipun nafkah itu (hanya berupa) sesuap
(makanan) yang kau suapkan pada istrimu (H.R al-Bukhari dari
Sahabat Sa’ad bin Abi Waqqosh)
Hadits Kedua:

Ramadhan 1445 H| 26
ُْ َ َ ُ َ َْ َ َ َ َ ْ َ َّ َ ْ َ َ ََ ُ ُ ْ َ ْ ُ َّ
‫ع أن نف ًسا ل ْن َت ُم ْوت َح ََّب ت ْستك ِم َل أ َ َجل َها َو ت ْست ْو ِع َب ِرزق َها‬ ‫ي‬ ِ ‫س نفث ِ يف رو‬ ِ ‫د‬ ‫ِإن روح الق‬
َ ْ َ ُ َ ُ ْ َ ْ ْ ِّ ُ َ ْ ْ ُ ُ ُ َ َّ َ ْ َ َ َ َ َّ ْ ُ ْ َ َ َ ُ َّ َ
‫هللا‬
ِ ‫َفاتقوا هللا و أج ِملوا ِ يف الطل ِب و َل يح ِملن أحدكم اس ِتبطاء الرز ِق أن يطلبه ِبمع ِصي ِة‬
َّ َ
َ ‫ال َما ع ْند ُه إَل ب َط‬ َ
ُ ‫اَل َل ُي َن‬ َ َ ‫فإ َّن‬
َ ‫هللا ت َع‬
‫اع ِت ِه‬ ِ ِ ِ ِ

Artinya Sesungguhnya Jibril telah meniupkan ke dalam hatiku bahwa


satu jiwa tidak akan mati sampai ajalnya sempurna, dan rezekinya
telah terpenuhi, maka bertakwalah kepada Allah dan baiklah dalam
mencari (rezeki), dan janganlah salah seorang kalian bila diperlambat
rezekinya, maka dia mencarinya dengan cara berbuat maksiat.
Karena sesungguhnya tidak diperoleh apa yang ada di sisi-Nya
kecuali dengan cara ta’at kepada-Nya.”. (H.R alBazzar dan at-
Thobroony dishahihkan Al-Albani dalam Shahih al-Jami’ As-
Shaghir:2085)

Oleh Jalaluddin al-Mahalli & Jalaluddin as-Suyuthi:


(Dan tidak ada) huruf min di sini zaidah suatu binatang melata pun di
bumi yaitu hewan yang melata di atas bumi melainkan Allahlah yang
memberi rezekinya. Dialah yang menanggung rezekinya sebagai
karunia daripada-Nya dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang
itu tempat hidupnya di dunia atau pada tulang sulbi dan tempat
penyimpanannya sesudah mati atau di dalam Rahim Semuanya yang
telah disebutkan itu

Ramadhan 1445 H| 27
#11 MENSYUKURI NIKMAT ALLAH SWT

Apa sih makna dari kata BERSYUKUR?

Syukur Identik dengan makna pemberian nikmat dari Allah, Syukur


dan rasa terima kasih kita kepada Allah yang telah menganugerahi
kita kehidupan ini membantu kita menikmati dan menerima
kesuksesan hidup yang selama ini kita cari. Dengan rasa syukur yang
kita rasakan akan kehidupan kita, kesuksesan itu pada esensinya
sudah tidak perlu lagi kita cari, ia sudah ada di sini, di hidup Anda saat
ini pula.

Bila kita bisa merasa bersyukur saat itu, maka itu pertanda bahwa
kamu sudah mulai menerima kesuksesanmu dan kesuksesan yang
lebih besar lagi telah menanti. Karena bersyukur bukanlah sekedar
kata-kata. Bersukur adalah sebuah rasa terima kasih dan
penghargaan yang mendalam atas sebuah pemberian dari yang Maha
Kuasa, entah bagaimanapun bentuk dan rupa pemberian tersebut.
ُ ْ َ ُُْْ َْ ُُ ْ َ ََ ُْ َ
‫م فاذك ُر ِ ي‬
‫ون‬ ‫ل واشكروا أذكرك ي‬ ‫تكف ُروني و ي‬
‫ل ِي‬

Artinya: “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat


(pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu
mengingkari (nikmat)-Ku.”

Selalu ingatlah Kita kepada Allah swt dan bersyukur. Mensyukuri apa
yang telah diberi Allah kepada Kita dalam bentuk apapun itu.

Ramadhan 1445 H| 28
Syukur mencakup tiga sisi

1. Syukur dengan hati, yaitu kepuasan batin atas anugerah.


2. Syukur dengan lidah, dengan mengakui anugerah dan memuji
pemberinya.
3. Syukur dengan perbuatan, dengan memanfaatkan anugerah yang
diperoleh sesuai dengan tujuan penganugerahannya.

Allah SWT juga menjanjikan bahwa dengan memperbanyak


sikap bersyukur, maka nikmat kita akan dilipatgandakan. Selain
sebuah kewajiban, bersyukur juga memiliki keutamaan yang besar
bagi manusia.

Jangan sampai kita menjadi manusia yang kufur, enggan


menyadari, atau bahkan mengingkari bahwa nikmat yang didapatkan
berasal dari Allah SWT.

Banyak manusia yang lupa untuk mensyukuri pemberian Allah


SWT. Mereka mengira semua kenikmatan dunia itu adalah jerih
payah mereka. Padahal kenikmatan itu semua tidak lepas dari
campur tangan Allah SWT.

َ ُ ْ َ َ َ َّ ُ ْ َ َ ْ َ َ
‫اس َليشك ِر هللا‬ ‫ومن َليشك ِر الن‬

Artinya: “Barang siapa yang tidak bersyukur kepada manusia, berarti


ia tidak bersyukur kepada Allah." [H.R Ahmad dan Baihaqi].

Cara Kunci Sukses untuk Bersyukur

Ramadhan 1445 H| 29
1. Coba membiasakan diri mencatat, setiap hari, semua hal baik
yang terjadi pada kita hari itu.

“ Dan jika kamu menghitung-hitung ni’mat Allah, niscaya kamu


tak dapat menentukan jumlahnya (karena banyaknya).
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Penyayang. ~ Qur’an:
Surat An Nahl: 18 ~

2. Setiap hati kita suntuk dan resah, dan mulai kehilangan


semangat dan kepercayaan, coba baca ulang “jurnal syukur”
Anda tersebut, dan lihat betapa banyak yang Allah telah berikan
kepada Anda.

3. Bila Anda sendiri sedang merasa kekurangan, coba cari beberapa


orang yang Anda tahu lebih buruk lagi kondisinya dibandingkan
Anda. Cari, temui, amati kehidupan mereka.

4. Sering-sering mengadakan acara “syukuran” juga merupakan


langkah menerapkan mensyukuri nikmat Allah. Bisa lebih besar
dengan mengundang anak yatim kerumah untuk syukuran
memberikannya makanan, mengajaknya jalan-jalan, atau
menyantuni anak yatim tersebut.

Ramadhan 1445 H| 30
#12 PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KELUARGA

Pendidikan karakter dalam keluarga adalah membentuk


karakter positif atau akhlak terpuji pada diri anak, unuk membina
anak anak agar menjadi pribadi yang taat pada agama, berbakti
kepada orang tuanya, bermanfaat untuk masyarakatnya dan
berguna bagi agama, nusa, dan bangsanya.

A. Ayat mengenai pendidikan karakter dalam keluarga

Pendidikan karakter terdapat pada Qs Luqman 17- 18


َ َّ ۗ َ َٓ ٰ ْ ‫وة َوْأ ُم ْر ب ْال َم ْع ُر ْوف َو ْان َه َعن ْال ُم ْن َكر َو‬
‫اص ِ ّْب َعٰل َما ا َص َابك ِان ذ ٰ ِلك ِم ْن َع ْزِم‬
َ ٰ َّ َ َّ َ ُ ٰ
‫ب ا ِق ِم الصل‬
َ َ ‫َ َ ً ۗ َّ ه‬ ِ ِ ِ ِ ‫يب ي‬
ْ َْ ْ َ ََ َّ َ َّ َ ْ ِّ َ ُ َ َ ْ ُ ُْ
‫ض مرحا ِان اّٰلل َل‬ ِ ‫ش ِف اَلر‬ ِ ‫اس وَل تم‬ ِ ‫وَل تصعر خدك ِللن‬.(17) ‫اَلمو ِر‬
ِۚ ُ َ َ ْ ُ َّ ُ ُّ ُ
(18) ‫ال فخ ْو ٍر‬
ٍ ‫ي ِحب كل مخت‬
Artinya : Wahai anakku, tegakkanlah salat dan suruhlah (manusia) berbuat
yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar serta bersabarlah
terhadap apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk
urusan yang (harus) diutamakan.Janganlah memalingkan wajahmu dari
manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi ini dengan
angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong
lagi sangat membanggakan diri (QS. Luqman: 17-18)

Dan tidak diragukan lagi bahwa al-Qur‟an adalah sumber


pertama dan utama yang menjadi rujukan bagi umat Islam. Segala
permasalahan yang dialami oleh umat Islam maka solusinya adalah
Al-Qur‟an. Bahkan lebih dari pada itu Al-Qur‟an juga menjadi
pedoman dan petunjuk bagi umat selain Islam. Dalam hal ini, Yatimin

Ramadhan 1445 H| 31
Abdullah pernah menegaskan bahwa sumber ajaran karakter atau
akhlak dalam perspektif Islam ialah al-Qur‟an dan Hadits

Mengingat kebenaran al-Qur’an dan al-Hadis adalah mutlak,


maka setiap ajaran yang sesuai dengan al-Qur’an dan al-Hadis harus
dilaksanakan dan apabila bertentangan maka harus ditinggalkan.
Dengan demikian berpegang teguh kepada al-Qur’an dan sunnah
Nabi akan menjamin seseorang terhindar dari kesesatan.
Sebagaimana hadis Rasul yang diriwayatkan dari Abu Ahmad:

Telah menceritakan kepada kami [Al Aswad bin Amir] telah


menceritakan kepada kami [Syariik] dari [Rukain] dari [Al Qasim bin
Hassan] dari [Zaid bin Tsabit] berkata, "Rasulullah Shallalahu 'Alaihi
Wasallam bersabda: "Aku tinggalkan untuk kalian dua pusaka;
Kitabullah, tali yang terjulur antara langitdan bumi atau dari langit ke
bumi, dan ahli baitku. Keduanya tidak akan terpisah hingga keduanya
menemuiku di telaga.(HR Ahmad )

Pendidikan karakter pada dasarnya adalah suatu proses


pendidikan yang bertujuan untuk membangun karakter dari anak.
Seperti yang kita ketahui bahwa pendidikan dilakukan tidak hanya
untuk memberikan anak ilmu pengetahuan tetapi juga untuk

Ramadhan 1445 H| 32
menanamkan dan mensosialisasikan nilai-nilai dan norma-norma
yang ada.

Fungsi Pokok Keluarga adalah:


1. Fungsi Biologis

Keluarga merupakan tempat lahirnya anak, fungsi biologis orang tua


adalah melahirkan anak, fungsi ini merupakan dasar kelangsungan
hidup manusia.

2. Fungsi Afeksi
Hubungan yang bersifat sosial penuh dengan rasa cinta kasih, dari
hubungan cinta kasih ini lahirlah hubungan persaudaraan,
persahabatan, persamaan pandangan tentang nilia-nilai kebiasaan.
Dasar cinta kasih ini merupakan faktor penting bagi pertumbuhan
kepribadian anak.
3. Fungsi Sosialisasi

Melalui interaksi sosial dalam keluarga, anak mempelajari pola


tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita, nilai-nilai, norma dalam
masyarakat dalam rangka pembenyukan kepribadiannya.

Ramadhan 1445 H| 33
#13 ISLAM DAN KEBERSIHAN

Islam yaitu Kebersihan adalah upaya manusia untuk


memelihara diri dan lingkungannya dari segala yang kotor dan keji
dalam rangka mewujudkan dan melestarikan kehidupan yang sehat
dan nyaman. ... Didalam kitab-kitab fikih (ajaran Hukum Islam),
masalah yang berkaitan dengan kebersihan disebut “Thaharah”.

Ayat kebersihan "surah Al-Ma'idah ayat 6.


ْ َ ُ َ ُ َ ُ ْ َ َ َّ
‫لصل ٰو ِة فٱغ ِسلوا ُو ُجوهك ْم َوأ ْي ِد َيك ْم ِإَل ٱل َم َر ِاف ِق َوٱ ْم َس ُحوا‬
َ ُ ُ َ ُ
‫ين َء َامنوا ِإذا ق ْمت ْم ِإَل ٱ‬ َ ‫َي ٰ َأ ُّي َها ٱ َّلذ‬
ْ‫ٰل َس َفر َأو‬ َ َ ْ َّ ُ ُ َ ُ َّ َّ َ ً ُ ُ ْ ُ ُ َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ ُ َ ُ ْ َ َ ْ ِ ُ ُ ُ
ٰ َ ‫ض أ ْو َع‬ٰ ‫ي ِۚ وإن كنتم جنبا فٱطهروا ِۚ وإن كنتم مر‬ ِ ْ ‫وسكم وأرجلكم ِإَل ٱلكعب‬ ِ ‫ِبرء‬
ٍ َ
ُ َ ْ ً ِّ َ ً َ ُ َّ َ َ َ ً ِ ٓ َ ُ َ ْ َ َ َ ٓ َ ِّ ُ ُ ِ ْ َ ٰ َ ْ َ ٓ َ ْ َ ِّ ُ ِّ ٌ َ َ َ ٓ َ
‫جاء أحد منكم من ٱلغا ِئ ِط أو ل مستم ٱلنساء فلم ت ِجدوا ماء فتيمموا ص ِعيدا طيبا فٱمسحوا‬
ُ َ ُ َ ُ َ ُ َّ ‫ب ُو ُجوه ُك ْم َوَأ ْيد ُيكم ِّم ْن ُه ِۚ َما ُير ُيد ٱ‬
‫ّٰلل ِل َي ْج َع َل َعل ْيكم ِّم ْن َح َر ٍج َول ٰ ِكن ُي ِريد ِل ُيط ِّه َرك ْم َو ِل ُي ِت َّم‬ ِ ِ
َِ ُ ْ َ ُ َّ َ ُ َ ُ َ ِ
‫ِن ْع َمتهۥ َعل ْيك ْم ل َعلك ْم تشك ُرون‬

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak


mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai
dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai
dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan
jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat
buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak
memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik
(bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah
tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan
kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu
bersyukur.

Ramadhan 1445 H| 34
Dalam Islam ada hadis yang berisikan tentang kebersihan. Hadis
tersebut berbunyi sebagai berikut.
َّ َ َ َّ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ ِّ َّ َ ْ َ ْ َ َّ َ
‫هللا ط ِّي ٌب ُي ِح ُّب الط ِّي َب‬ ‫ب َصٰل هللا علي ِه وسلم ِان‬ ‫ي‬ ِ ‫اص عن ا ِبي ِه ع ِن الن‬ ٍ ‫َع ْن َس ْع ِد ْب ِن ا ِب َوق‬
ُ َ َ ْ َ ُ ِّ َ َ َ ْ ٌ َ ْ َ َ َ َ َّ ٌ ‫َنظ ْي‬
‫ف ُي ِح ُّب النظافة ك ِر ْي ٌم ُي ِح ُّب الك َر َم َج َواد ُي ِح ُّب ال َج َوادفنظف ْواافن ْيتك ْم‬ ِ

Artinya: "Dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam: Sesungguhnya


Allah SWT itu suci yang menyukai hal-hal yang suci, Dia Maha Bersih
yang menyukai kebersihan, Dia Maha Mulia yang menyukai
kemuliaan, Dia Maha Indah yang menyukai keindahan, karena itu
bersihkanlah tempat-tempatmu." (HR. Tirmizi).

Selain tentang kebersihan, ada pula hadis yang berisikan tentang


kebersihan sebagian dari iman. Hadis itu berbunyi sebagai berikut
َ ‫ور َش ْط ُر ْاْل‬
.‫يم ِان‬
ُّ
ُ ‫الط ُه‬
ِ

Artinya: "Bersuci (thaharah) itu setengah daripada iman." (HR.


Ahmad, Muslim, dan Tirmidzi)

Tafsir Quran Surat Al-Ma’idah Ayat 6 Wahai orang-orang


yang beriman, bila kalian hendak mendirikan shalat, sedang kalian
sedang tidak dalam keadaan suci, maka basuhlah wajah kalian,
tangan kalian hingga siku (siku adalah pemisah antara lengan bawah
dan lengan atas), dan usaplah kepala kalian, dan basuhlah kaki kalian
hingga mata kaki (yaitu, tulang yang menonjol pada pertemuan
antara tulang betis dan tulang telapak kaki). Dan apabila kalian
terkena hadast besar, maka bersucilah dengan cara mandi darinya
sebelum mengerjakan shalat. Dan apabila kalian sedang sakit atau

Ramadhan 1445 H| 35
dalam perjalanan jauh saat sehat, atau salah seorang diantara kalian
membuang hajatnya atau sehabis mencampuri istrinya, kemudian
kalian tidak menjumpai air, maka tepuklah kedua telapak tangan
kalian ke permukaan tanah dan usaplah muka dan tangan kalian
dengannya. Allah tidak menghendaki pada urusan bersuci ini untuk
tidak mempersulit kalian.

Salah satunya terkait tentang kebersihan. Kebersihan adalah


salah satu bagian penting di dalam Islam, kebersihan dan kesucian
merupakan bagian dari kesempurnaan nikmat yang dibe¬rikan Allah
kepada hambaNya, karena bersih merupakan modal awal dari hidup
sehat, kesehatan merupakan nikmat yang tidak ternilai harganya.
Allah berfirman dalam hal ini, “Allah tidak ingin menjadikan kamu
susah tetapi Dia ingin menyucikan kamu "

Ramadhan 1445 H| 36
#14 MENDIDIK ANAK YANG SHOLEH

Surat Al - Ara'f 190


َ ُ ْْ ُ َّ َ ُ َّ َ ٰ َ َ َ َ ُ ٰ َ َ ٓ َ َ ٓ َ َ ُْ ُ َ َ َ َ ً ٰ َ َ ُ ٰ َ َ ٓ َّ َ َ
‫ْسكون‬
ِ ‫فلما ءاتىهما ص ِلحا جعَل لهۥشكاء ِفيما ءاتىهما ِۚ فتع ٰل ٱّٰلل عما ي‬
Artinya : "Takalah Allah memberi kepada keduanya menjadikan
Sekutu kepada nya kepada anak yang telah dianugrahkan yang
kepada keduanya itu. Maha maka tinggi Allah dari apa yang merka
persekutukan"

Sesudah Allah memberikan rizki kepada pasangan suami istri


tersebut berupa anak shalih, mereka berdua justru mengadakan
sekutu-sekutu bagi Allah terhadap anak yang hanya Allah sendiri yang
menciptakannya. Mereka menjadikan peribadahannya kepada selain
Allah. Maka Maha tinggi Allah dan Maha suci dari segala sekutu.
(Tafsir al-Muyassar)

Maka tatkala Allah mengabulkan doa mereka berdua dan


memberi mereka seorang anak yang baik sebagaimana doa yang
mereka panjatkan, tiba-tiba keduanya menyekutukan Allah dengan
sembahan-sembahan lain-Nya terkait apa yang Allah berikan kepada
mereka berdua. Mereka menjadikan anak mereka sebagai hamba
bagi selain Allah. Mereka memberi nama anak mereka 'Abdul Ḥāriṡ
(Hamba Petani).

Mahatinggi Allah dan Mahasuci Dia dari segala sesuatu yang


dijadikan sekutu bagi-Nya. Karena Dia lah satu-satu-Nya pemilik sifat

Ramadhan 1445 H| 37
rubūbiyyah dan ulūhiyyah. (Tafsir al-Mukhtashar) Tatkala Allah
memberi kepada suami istri (bukan Adam dan Hawa: keturunan Bani
Adam) seorang anak yang sempurna, saleh dan seha sekutu. (Tafsir
al-Wajiz) Surat As Saffat 100
َّ َ
َ ‫لصٰ لح‬
‫ي‬ ْ َ ِّ َ
ْ ِ ِ ‫رب هب َِل ِمن ٱ‬

Artinya : " Ya tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak)


yang termasuk orang yang sholeh"

Tidak diragukan lagi bahwa setiap orang tua mendambakan


anaknya menjadi anak yang saleh, anak yang berbakti kepada orang
tua selama hidupnya dan mendoakannya setelah wafat. Tidak ada
cara lain untuk menggapai ke arahnya kecuali dengan kembali kepada
kitab Allah dan sunah Rasul-Nya dengan mempraktikkannya dalam
keseharian, mendidik anak-anak kita di atasnya, menanamkan rasa
cinta kepada Allah dan Rasul-Nya di hati mereka dan membiasakan
mereka tumbuh di atas ajaran Islam.

Usaha mendidik anak agar menjadi saleh memang tidak


gampang, banyak liku-liku yang harus dihadapi oleh orang tua untuk
menuju ke arahnya, jika kita melihat ajaran Islam akan nampak jelas
rambu-rambu yang selayaknya dilalui oleh orang tua yang
menginginkan anaknya menjadi saleh. Rambu-rambu tersebut tidak
dimulai ketika anak sudah lahir, bahkan sebelum anak lahir dan
sebelum seseorang memasuki mahligai rumah tangga.

Ramadhan 1445 H| 38
#15 AKHLAK SEBAGAI TOLOK UKUR KEIMANAN

Rasulullah bersabda:
َ ُ َ َ َ َّ َ ُ َ ْ َ ُ َ ْ َ َّ ً َ ْ َ َ ُ َّ َ ُ ْ ً َ ْ َ ْ ُ ُ َ َ َّ َ ْ ُ َّ َ َ َّ
‫ َوِإن أ ْبغضك ْم ِإ ي ََّل‬, ‫ين َيألفون َو ُيؤلفون‬ ‫ ال ِذ‬, ‫ الموطئون أ كنافا‬, ‫اسنكم أخَلقا‬ ‫إن أحبكم إَل أح‬
َ َ َ ْ َُْ َ ُ َْ ُ ْ َّ َ ْ َ ْ َ َ ُ ِّ َ ُ ْ ِ َ َّ ‫ِ ْ َ َّ ُ َ ِ ي‬
‫ الملت ِمسون ِلل ِّب ِآء العن ت‬, ‫ المفرقون ب ْي اْل ِحب ِة‬, ‫المشاءون ِبالن ِميم ِة‬

Artinya : “Orang yang paling aku cintai di antara kalian adalah yang
paling bagus akhlaknya, paling lapang jiwanya, serta yang mudah
menerima orang lain dan mudah diterima orang lain. Sedangkan
orang yang paling aku benci adalah yang suka mengadu domba,
memutus hubungan di antara orang-orang yang saling mencintai,
dan mencari-cari kesalahan orang lain yang tidak bersalah.”4

Di dalam Al-Quran ada banyak ayat yang memerintahkan kita


agar menghiasi diri dengan akhlak-akhlak yang terpuji, dan
menjanjikan balasan kebaikan di dunia serta pahala yang sangat
besar di akhirat.

Allah berfirman:
ً َّ ُ ُ َ َّ َّ َ ُ ُ ْ َ َ
َ َ ْ َ ٰ َ ‫الل َه َوب ْال َوال َد ْين إ ْح َس ًانا َوذي ْال ُق ْر َ ٰب َو ْال َي َت‬
‫اس ُح ْسنا‬
ِ ‫ي وقولوا ِللن‬ ِ ْ ‫ام والمس ِاك‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫َل تعبدون ِإَل‬

Artinya:“Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat


baiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, dan
orang-orang miskin. Dan bertutur katalah yang baik kepada
manusia” (QS. Al-Baqarah [2]: 83)

Ramadhan 1445 H| 39
Ayat ini berisi perintah supaya mentauhidkan Allah. Setelah
perintah yang agung tersebut, Dia mengiringinya dengan seruan agar
seorang hamba selalu berbuat kebajikan dan berakhlak mulia kepada
seluruh manusia.

Tatkala menafsirkan firman-Nya: “Dan bertutur katalah yang


baik kepada manusia,” Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu
mengatakan, ” Yaitu terhadap setiap manusia.”1

Senada dengan itu, Atha menjelaskan: “Ayat ini


memerintahkan kita agar memperlakukan umat manusia dengan
baik, yang Mukmin maupun yang musyrik.”2

Demikianlah Allah memerintahkan para hamba-Nya agar


bersikap santun dan berlaku baik kepada setiap orang; kawan
maupun lawan

TOLOK UKUR DALAM BERAKHLAK

Al-Quran definisi bahwa akhlak itu tidak terlepas dari aqidah


dan syariah, ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
diterima. Hal ini dapat dilihat dari surat al-Baqarah (2): 177, yang
berarti: Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat
itu suatu kebajikan akan tetapi sebenarnya kebajikan itu adalah
beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab,
nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada
kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang
memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta;
dan memerdekakan hamba sahaya, mendidik salat, dan menunaikan

Ramadhan 1445 H| 40
zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya janjinya, is there is
there, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan,
dan dalam peperangan. Mereka menyerang orang-orang yang benar
(imannya);

Ayat al-Quran tersebut menjelaskan bahwa iman kepada Allah


Swt. adalah merupakan dasar dari kebajikan. Kenyataan ini tidak akan
pernah terbukti, kecuali jika iman tersebut telah meresap di dalam
jiwa dan ke seluruh pembuluh nadi yang sesuai dengan sikap khusyuʾ,
tenang, taat, patuh, dan hatinya tidak akan meledak-ledak lantaran
mendapatkan kenikmatan, dan tidak putus asa saat ditimpa musibah.
Orang-orang yang benar-benar beriman kepada Allah Swt. hanya
mau tunduk dan taat kepada Allah Swt. dan syariat-syariat-Nya.

MACAM - MACAM AKHLAK

1. Akhlak Mahmudah atau akhlak yang terpuji.

Ini termasuk budi pekerti yang baik. Menurut Hasan rahimahullah


bahwa budi pekerti yang baik adalah menunjukkan wajah yang
berseri-seri, memberikan bantuan sebagai tanda kedermawanan dan
menahan diri dari perbuatanyang menyakiti. Selanjutnya Hasan
menambahkan budi pekerti yang baik adalah membuat kerelaan
seluruh makhluk, baik dalam kesukaan (karena murah rezeki) atau
dalam kedukaan (keadaan kekurangan). Jadi budi pekerti ini
hakikatnya adalah suatu bentuk dari sesuatu jiwa yang benar-benar
telah meresap dan dari situlah timbulnya berbagai perbuatan dengan
cara spontan dan mudah, tanpa dibuat-buat dan tanpa
membutuhkan pemikiran atau angan-angan. Contoh akhlak terpuji di

Ramadhan 1445 H| 41
dalam al-Quran surat Ali-imran (3): 159, yang artinya: “Maka
disebabkan rahmat Allah-lah kamu lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu benar-benar berani, tentulah mereka menjauhkan
diri dari sekelilingmu.

2. Akhlak Madzmumah atau akhlak yang tercela.

Al-Quran menjelaskan akhlak tercela ini di dalam surat al-Hujurȃt


(49): 12, Yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, jauhilah
kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-
sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan
janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara
kamu yang suka daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah
kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.

Ramadhan 1445 H| 42
#16 AL-QUR’AN SEBAGAI PEDOMAN HIDUP

A. Surah Tentang Al-Qur’an sebagai Pedoman Hidup


‫ٰ َ ْ ٰ ُ َ َ ْ َ ْ ُ ً ِّ ْ ُ َّ ْ َ ن‬
‫ي‬ ْ ‫ذ ِلك ال ِكتب َل ريب ۛ ِفي ِه ۛ هدى للمت ِق‬
Artinya: Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan di dalamnya; (ia
merupakan) petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa,

Imam Al-Baghowi menjelaskan penggunaan isyarat jauh


“dzālika” pada ayat ini, ia mengutip pendapat Ibnu Kaisan, sebelum
Surat Al-Baqarah Allah menurunkan sejumlah surat yang didustakan
kaum musyrik Makkah. Lalu, Allah berfirman pada ayat ini, “Itu
kitab,” maksudnya surat-surat sebelum Al-Baqarah diturunkan. Al-
Baghowi dalam Tafsir Ma’alimu Tanzil mengutip sebagian ulama
tafsir yang mengatakan, meski bersifat informatif (khabariyah). Surat
Al-Baqarah ayat 2 ini bermakna perintah, “Jangan kalian ragu,”
seperti makna Surat Al-Baqarah ayat 197, “lā rafatsa wa lā fusūqa…”
sedangkan al-muttaqīn, mengutip Ibnu Abbas, adalah orang yang
menjaga diri dari kemusyrikan, dosa besar, dan dosa keji. Secara
bahasa, takwa atau ittiqa bermakna pemisah antara dua benda.

Dan ayat kedua mengartikan bahwa Al-quran merupakan


Kitab yang ditulis oleh Allah yang tidak mungkin cacat atau tidak ada
sedikitpun keraguan di dalamnya. Ditujukan untuk orang-orang
bertakwa agar dapat mendapatkan petunjuk dan ilmu yang
bermanfaat. Sebab, Alquran adalah petunjuk bagi seluruh manusia.
Sehingga bagi orang yang berakal sehat yang menelaahnya dengan
pikiran yang tidak berat sebelah tanpa prasangka, maka akan
mendapatkannya sebagai petunjuk yang pasti.

Hadist Tentang Al-Qur’an Sebagai Pedoman Hidup

Ramadhan 1445 H| 43
Hadist-hadist berikut merupakan hadist yang menunjukkan
bahwa Al-Qur’an adalah pedoman hidup bagi manusia.
Hadist 1:
“Tidak semata-mata berkumpul satu kaum di rumah Allah yang
dibacakan di dalamnya kitabullah dan difahami maknanya, kecuali
malaikat turun, akan diberikan rahmat, diberikan ketenangan batin
dan nama-nama orang itu disebut-sebut oleh penduduk langit.” (HR.
Muslim)
Hadist 2:
Rasulullah bersabda: “Perumpamaan seorang mukmin yang
membaca Al-Quran seperti buah utrujah baunya wangi dan rasanya
manis, dan perumpamaan seorang mukmin yang tidak membaca
AlQuran seperti buah kurma tidak ada baunya dan rasanya manis.
Dan perumpamaan seorang munafik yang membaca Al-Quran seperti
buah rihanah baunya wangi dan rasanya pahit, dan perumpamaan
seorang munafik yang tidak membaca Al-Quran seperti buah
handolah tidak ada baunya dan rasanya pahit.” (HR. Muttafaqun
alaih)

Ramadhan 1445 H| 44
#17 NUZUL QURAN DAN TADABBUR QUR’AN

َ َْ َ ْ َْ َُ َ ْ َْ َُ َ َ َْ ْ َْ َ َ َ ْ ْ َ َّ
‫( ل ْيلة القد ِر خ ْْ ٌّب ِم ْن أل ِف ش ْه ٍر‬2) ‫( َو َما أد َراك َما ل ْيلة القدَ ِر‬1) ‫ِإنا أن َزلن ُاه ِ يف ل ْيل ِة القد ِر‬
َْ َ ْ
‫ه َح ََّب َمطل ِع الف ْج ِر‬ َ ِ ‫( َس ََل ٌم‬4) ‫وح ِف َيها بإ ْذن َرِّب ه ْم ِم ْن ُك ِّل أ ْمر‬ ُّ ‫ ( َت َ َّّب ُل ْال َم ََل ِئ َك ُة َو‬3)
ُ ‫الر‬
‫ي‬ ٍ ِ ِ ِِ
(5)
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran)
pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam
kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.
Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan
izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh)
kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al Qadr: 1-5).

Dalam surat Al Qadar di atas disebutkan bahwa Allah menurunkan


Al Qur’an pada Lailatul Qadar. Malam ini adalah malam yang
diberkahi sebagaimana disebutkan dalam ayat yang lain,
َ َ َ َ ْ ْ َ َّ
‫ِإنا أن َزلن ُاه ِ يف ل ْيل ٍة ُم َب َارك ٍة‬

“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang


diberkahi” (QS. Ad Dukhon: 3). Malam yang diberkahi yang
dimaksud di sini adalah Lailatul Qadar yang terdapat di bulan
Ramadhan. Karena Al Qur’an itu diturunkan di bulan Ramadhan
seperti disebut dalam ayat
,
ُ َ ُْ
‫يه الق ْرآن‬ َ ُْ َّ َ َ َ َ ْ َ
ِ ‫شه ُر رمضان ال ِذي أن ِزل ِف‬
Artinya :“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan
Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al
Quran ” (QS. Al Baqarah: 185).

Ramadhan 1445 H| 45
Ada riwayat dari Ibnu ‘Abbas yang menjelaskan mengenai
nuzulul Qur’an, yaitu waktu diturunkannya permulaan Al Qur’an.
Ibnu ‘Abbas berkata,

‫ ثم‬،‫الع ّزة من السماء الدنيا‬


ِ ‫أنزل هللا القرآن جملة واحدة من اللوح المحفوظ إَل بيت‬
ْ ‫نزل مفصَل بحسب الوقائع ف ثَلث‬
‫وعْسين سنة عٰل رسول هللا صٰل هللا عليه وسلم‬ ‫ي‬

Artinya: “Al Qur’an secara keseluruhan diturunkan dari Lauhul


Mahfuzh ke Baitul ‘Izzah di langit dunia. Lalu diturunkan berangsur-
angsur kepada Rasul -shallallahu ‘alaihi wa sallam- sesuai dengan
peristiwa-peristiwa dalam jangka waktu 23 tahun.” (HR. Thobari, An
Nasai dalam Sunanul Kubro, Al Hakim dalam Mustadroknya, Al
Baihaqi dalam Dalailun Nubuwwah.

Hadits ini dishahihkan oleh Al Hakim dan disetujui oleh Adz


Dzahabi. Ibnu Hajar pun menyetujui sebagaimana dalam Al Fath,
4: 9). Syaikh As Sa’di rahimahullah berkata, “Allah itu menjadikan
permulaan turunnya Al Qur’an adalah di bulan Ramadhan di malam
Lailatul Qadar.” (Taisir Al Karimir Rahman, hal. 931).

Jika dinyatakan bahwa Al Qur’an secara keseluruhan itu


diturunkan di bulan Ramadhan pada malam Lailatul Qadar, maka
klaim yang mengatakan bahwa Al Qur’an diturunkan pada 17
Ramadhan, jelas-jelas tidak berdasar. Karena Lailatul Qadar itu
terjadi di sepuluh hari terakhir. Sehingga jelas-jelas penetapan 17
Ramadhan sebagai perayaan Nuzulul Qur’an tidak berdasar atau
mengada-ngada.

Perayaan Nuzulul Qur’an sama sekali tidak pernah


dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, juga tidak

Ramadhan 1445 H| 46
pernah dicontohkan oleh para sahabat. Para ulama Ahlus Sunnah
wal Jama’ah mengatakan,
َ َ ُ َ ً َ َ َ َ
‫ل ْو كان خ ْ ّْبا ل َس َبق ْونا ِإل ْي ِه‬
Airmolek“Seandainya amalan tersebut baik, tentu mereka
(para sahabat) sudah mendahului kita untuk melakukannya.”
Inilah perkataan para ulama pada setiap amalan atau
perbuatan yang tidak pernah dilakukan oleh para sahabat.
Mereka menggolongkan perbuatan semacam ini sebagai
bid’ah. Karena para sahabat tidaklah melihat suatu kebaikan
kecuali mereka akan segera melakukannya.

Ramadhan 1445 H| 47
#18 KEUTAMAAN TILAWAH AL-QUR’AN

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari al-qur’an dan


mengajarkannya”

Allah menjelaskan bahwa al-qur’an adalah kitab yang mulia,


diturunkan kepada Nabi Muhammad penutup para rasul, kitab itu
turun dari Allah seperti halnya Taurat yang diturunkan kepada
Musa,
Hanya saja al-qur’an mempunyai nilai-nilai yang lebih
sempurna karena al-qur’an berlaku abadi untuk sepanjang massa.
Al-qur’an disamping sebagai petunjuk, juga sebagai pembenar
kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dalam urusan tauhid
melenyapkan kemusyrikan dan mengandung ajaran-ajaran dasar
hukum syara’ yang abadi yang tidak berubah-ubah sepanjang
massaDisebutkan dalam shahih Bukhari dari sahabat Utsman bin
Affan radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shollallahu ‘alahi wasallam
bersabda:

Ramadhan 1445 H| 48
#19 ‘ASYRUL AWAKHIR 1

LAILATUL QODR

Sudah sering kita dengar istilah Lailatul Qadar, bahkan selalu


lekat dalam ingatan. Namun demikian, nyatanya kita tidak akan
pernah mengenal hakikat Lailatul Qadar itu sendiri, lantaran
masalahnya amat ghaib. Pengetahuan kita terbatas hanya pada apa
yang telah ditunjukkan di dalam berbagai nash, baik Al-Qur’an
maupun As-Sunnah serta interpretasinya.

َّ ُ َ ْ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ َ ْ َ َ ُ َ َ ْ َ ْ ُ َ َ ْ َ ْ ْ َ ْ ِّ ْ َ ْ َ ُ َّ َ َ ُ َ َ َ ْ
‫ف من خ ْ ٌّب القد ِر ل ْيلة القد ِر ل ْيلة ما أدراك وما القد ِر ل ْيل ِة ِ يف أنزلناه ِإنا‬
ِ ‫المَل ِئكة تّبل شه ٍر أل‬
ُّ ‫ه َس ََل ٌم َأ ْمر ُك ِّل ِّمن َرِّب هم بإ ْذن ِف َيها َو‬
ُ ‫الر‬
‫وح‬ َ ِ ‫ْال َف ْجر َم ْط َلع َح ََّب‬
ِ ِِ ِ ٍ ‫ي‬ ِ ِ

Artinya “Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Qur’an pada malam


Lailatul Qadar, tahukah engkau apakah malam Lailatul Qadar itu ?
Malam Lailatul Qadar itu lebih baik dari seribu bulan, pada malam itu
turunlah melaikat-malaikat dan Jibril dengan izin Allah Tuhan mereka
(untuk membawa) segala usrusan, selamatlah malam itu hingga
terbit fajar” [Al-Qadar/97 : 1-5]

Pertama: Malam Lailatul Qadar yaitu malam yang penuh keberkahan


yang dimana Allah SWT melimpahkan Rahmat dan akan
memudahkan segala urusan bagi orang yang berusaha meraih malam
Lailatul Qadar tersebut.

Kedua: di situ menanyakan tentang kemuliaan apakah kita


mengetahui tentang malam yang mulia.

Ramadhan 1445 H| 49
Ketiga: pada malam Lailatul Qadar kita akan mendapatkan pahala
lebih bnyak dari seribu bulan ramadhan (84)maka beruntunglah
seseorang yang memenangi malam Lailatul Qadar tersebut.

Keempat: pada malam itu turunlah para malaikat dengen izin Allah
mengatur semua urusannya pada saat itu apapun yang kita minta
pada Allah akan mudah di ijabah karena para malaikat telah
mengaminkan doa kita.
Keenam: saat malam Lailatul Qadar semalam itu sangat lah muliah
semua yang ada di bumi terdiam tidak ada sedikit pun angin karena
semua nya tunduk kepada malam Lailatul Qadar sampailah pada
terbit nya matahari.

Pendapat yang paling kuat, terjadinya malam Lailatul Qadar itu pada
malam terakhir bulan Ramadhan berdasarkan hadits Aisyah
Radhiyallahu ‘anha, dia berkata Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam beri’tikaf di sepuluh hari terkahir bulan Ramadhan dan beliau
bersabda:
ْ َّ َ َ ْْ َ ْ ْ ْ ْ ْ ْ َ ْ َ َ ْ َ ْ ُ َ ْ
‫وف رواية‬
‫ تحروا ي‬: ‫ْس‬ ِ ‫الت ِمسوا ليلة القد ِر ِ يف ال ِوت ِر ِمن الع‬
“Carilah malam Lailatul Qadar di (malam ganjil) pada 10 hari terakhir
bulan Ramadhan”

Kapan Lailatul Qadar?

Ramadhan 1445 H| 50
Menurut suatu pendapat ; Lailatul Qadar itu jatuh pada malam ke 27
setiap bulan Ramadhan. Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW:
َْ َّ ‫ َف ْل َي َت َح ِّر َها ف‬،‫ان ُم َت َح ِّر ْي َها‬
َ َ ْ َ
‫الس ْب ِع اْل َو ِاخ ِر‬ ‫ِي‬ ‫من ك‬

“Siapapaun mengintainya maka hendaklah mengintainya pada malam


ke dua puluh tujuh.” (HR. Ahmad dari Ibnu ‘Umar)

Sementara menurut pendapat yang lain; perintah Rasulullah SAW


untuk mengintai pada malam ke 27 itu, bukan merupakan suatu
kepastian bahwa Lailatul Qadar akan terjadi pada malam itu. Akan
tetapi hanya sebagai petunjuk, bahwa pada malam itu memang
kemungkinan besar akan terjadi. Terbukti dengan permyataan
Rasulullah SAW sendiri dalam hadist yang lain.

ْ ‫ ه ف رمضان ف‬: ‫أخ َِ َّبَنا رسول هللا صٰل هللا عليه و سلم عن َل ْي َل ِة ْال َق ْدرقال‬
‫العْس اْلواخر‬
ْ
‫ي‬ ‫ي ي‬ ِ
ْ ‫عْسين أو سبع و‬
‫عْسين أو تسع و‬ ْ ‫عْسين أو خمس و‬ ْ ‫عْسين أو ثَلث و‬ ْ ‫ ف إحدى و‬،
َ َ ََ ْ ََْ ‫ي‬
‫آخ ِر ليل ٍة ِمن رمضان‬
ِ ‫عْسين أو يف‬ ْ

“Rasulullah SAW telah memberitakan kepadaku tentang Lailatul


Qadar. Beliau bersabda: “Lailatul Qadar terjadi pada Ramadhan;
dalam sepuluh hari terakhir. Malam dua puluh satu, dua puluh tiga,
dua puluh lima, dua puluh tujuh, dua puluh sembilan atau ,malam
terakhir.”

Ramadhan 1445 H| 51
Adapun yang dimaksud dengan malam terakhir dalam hadts di atas,
tentunya jika sebulan Ramadhan itu hanya 29 hari. Sehingga malam
yang ke 29otomatis merupakan malam terakhir.

Dengan demikian, menurut kami pendapat yang kedua ini


jauh lebih dasarnya ketimbang pendapat pertama. Sehingga dapat
diambil kesimpulan bahwa; jatuhnya Lailatul Qadar itu sama sekali
tak dapat ditentukan secara pasti. Lantaran perupakan rahasia Allah
SWT.

Lailatul Qadar yang agung itu—sebagaimana jawaban


terdahulu sangantlah ghaib malam jatuhnya. Namun demikian,
Rasulullah SAW telah memberi petunjuk kepada ummatnya bahwa
jatuhnya itu di antara malam-malam ganjil pada sepuluh hari
Ramadhan terakhir. Maka tidak mustahil, jika diantara hari-hari itu
setiap tahunnya akan berubah-ubah, sebagaimana dapat dicerna pula
dari berbagai hadits yang berbeda-beda penjelasannya.

Kemungkinan berubah-ubah tersebut, jika dimaksudkan


bahwa Lailatul Qadar itu merupakan sebutan dari suatu malam pada
setiap bulan Ramadhan yang dahulu kala pernah bersamaan dengan
peristiwa diturunkannya Al-Qur’an secara keseluruhan. Adapun jika
dimaksudkan bahwa, Lailatul Qadar hanya semacam hari peringatan,
maka tidak mungkin jatuhnya Lailatul Qadar itu akan berubah,
bahkan sampai kiamat nanti.

Selain itu, nampaknya perlu kita sadari pula, bahwa tidak


adanya kepastian pada malam tertentu tentang jatuhnya Lailatul
Qadar ini, justru banyak membawa hikmah yang antara lain, untuk

Ramadhan 1445 H| 52
mandapatkan keutamaan dan berkah dari saat turunnya Lailatul
Qadar itu, kaum Muslimin tidak hanya dengan bertekun ibadah
semalam saja. Akan tetapi harus selama 10 malam terakhir bulan
Ramadhan, sebagaimana dicontohkan Rasulullah SAW beserta
keluarganya.

Antusias ibadah Rosululloh SAW pada sepuluh terakhir dari


bulan Romadlon yaitu sebagaimana yang diriwayatkan sayyidatina
A’isyah Rodliyallohu’anha “bahwa Rosululloh SAW antusias (
semangat ) ibadah dalam 10 terakhir melebihi pada malam-malam
sebelumnya “dalam hadits Imam Bukhori Muslim juga riwayat dari
Sy.’Aisyah Rh yang artinya “Nabi Muhammad SAW,kalau sudah
memasuki 10 terakhir bulan Romadlon beliau menyingsingkan baju
untuk melakukan ibadah,waktu malam dipergunakan sebaik mungkin
untuk bersungguh-sungguh ibadah kepada Alloh SWT. Disebutkan
dalam hadits :
ْْ َ ْ َ َ َ ْ ُ َّ َ َ َ َ َ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َ َّ َّ َّ َ
‫ْس‬
ِ ‫ان الن ِب صٰل هللا علي ِه وسلم كان يتفرغ ِلل ِعباد ِة ِف ه ِذ ِه الع‬
“ Sesungguhnya Nabi SAW menyibukkan diri untuk beribadah pada
10 terakhir dari bulan Romadlon “

Sebagian dari keistimewaan asyrul awakhir ( 10 terakhir ) dari bulan


Romadlon yaitu adanya lailatul qodar yang mana keutamaan lailatul
qodar sudah di nash Al qur’an. Sebagaimana firman Alloh SWT :
َ َْ َ ْ َ ْ َُ َ
( 3 ‫ل ْيلة القد ِر خ ْْ ٌّب ِم ْن ال ِف ش ْه ٍر ) القدر‬

Ramadhan 1445 H| 53
“ Lailatul qodar itu lebih baik daripada ibadah 1000 bulan ( 83tahun 4
bulan ) ( QS.Al-Qodr 3)

Oleh karena itu sangat dianjurkan untuk ihyaul lail


(menghidupkan malam) khususnya malam-malam ganjil karena
mayoritas ulama’ bersepakat bahwa lailatul qodar akan terjadi pada
‘asyrul awakhir (10 terakhir) bulan Romadlon. Para ulama’ telah
menyebutkan bahwa diantara tanda-tanda lailatul qodar adalah :
Udara malam terasa nyaman,binatang malam tidak banyak yang
bersuara ,berkurangnya gonggongan anjing,berkurangnya suara
ringkihan kuda,air laut yang asin menjadi tawar,semua makhluq
diatas bumi bersujud kepada Alloh SWT serta terdengar segala
sesuatu yang semuanya berdzikir kepada Alloh SWT dengan lisanul
maqol

Adapun amaliyah yang perlu dilakukan diantaranya qiyamul


lail (sholat malam),i’tikaf di masjid,membaca Al Qur’an
,bershodaqoh,membaca ayat kursi, akhir surat Al Baqoroh, surat Az
Zalzalah ,surat Al Kafirun,surat Al Ikhlas,surat yasin , memperbanyak
istighfar, tasbih, tahmid, tahlil,sholawat dan dzikir-dzikir lainnya

Ramadhan 1445 H| 54
#20 ‘ASYRUL AWAKHIR 2

MENGGAPAI RIDHA ALLAH (I'TIKAF)

Pada malam pertama i'tikaf telah dibahas beberapa anak


tangga untuk mencapai puncak spritual. Kemudian dibahas tentang
hakikat taubat dan keutamaan bersyukur yang juga memiliki
tingkatan. Setelah itu bagaimana menjadi orang yang ikhlas hingga
menjadi seseorang yang mendapat predikat mukhlas. (Baca Juga:
Nasaruddin Umar: Orang yang Mukhlas Tidak Bisa Digoda Iblis)

Ridha kepada Allah merupakan anak tangga tertinggi untuk mencapai


puncak spritual. "Jangan sampai Ramadhan berakhir kita tak dapat
apa-apa kecuali bulan Ramadhan berlalu begitu saja,"

Ridha dalam bahasa Arab hampir sama maknanya dengan rela,


namun keduanya tidak sama. Kombinasi antara cinta dan tawakkal
inilah yang dikatakan ridha. Salah satu contoh yang disebut ridha
adalah selalu berbaik sangka apapun yang datang dari Allah. Orang
yang tidak pernah menggerutu ketika diuji dengan penderitaan atau
penyakit juga disebut ridha.

"Orang yang memiliki tingkat ridha paling tinggi maka ia tidak


akan perduli kenikmatan maupun penderitaan," Orang yang sudah
sampai ke tingkat ridha, ia tidak akan pernah bertanya tentang
kebijakan ataupun ketentuan Allah. Ada orang sudah mencapai ridha,
tapi masih mengharapkan hikmah. Orang yang mencapai tingkat

Ramadhan 1445 H| 55
ridha, ia tidak akan membedakan antara kenikmatan dan
penderitaan. Apapun yang datang menimpanya, ia menerimanya
dengan hati yang ridha.

Lihatlah kisah Nabi Ayyub 'alaihissalam yang diuji dengan


derita penyakit yang cukup lama sampai beliau dibuang dan dijauhi
istrinya. Ternyata kesabaran, kepasrahan dan keridhaannya terhadap
ujian penyakit itu membuatnya lulus ujian. Allah menyembuhkan
penyakit Nabi Ayyub dan melepaskannya dari penderitan tersebut.

Apabila seseorang mencapai tingkat ma'rifat maka tidak akan


mungkin merasakan kekecewaan dalam hidupnya. Sebagaimana
firman Allah dalam Qur'an, "...Boleh jadi kamu membenci sesuatu,
padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai
sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang
kamu tidak mengetahui." (QS Al-Baqarah: 216)

Orang awam, apabila mendapat nikmat pasti bersyukur. Tapi


bagi orang khawas (beramal semata-mata karena Allah), penderitaan
maupun kenikmatan tetap disyukurinya. Suatu ketika tokoh sufi
perempuan Rabiah Al 'Adawiyah pernah ditanya tentang Iblis, apakah
engkau membenci Iblis. Kemudian Rabiah menjawab tanpa bertele
tele. "Bagaimana bisa aku membenci siapapun termasuk Iblis
sedangkan seluruh relung hatiku dipenuhi cinta kepada Allah".

Sepanjang hidupnya, Rabiah hanya sibuk mencintai Rabbnya.


Ia hanya sibuk memadu kasih dengan Tuhan. Bahkan tak tahu
bagaimana cara membenci setan, karena hatinya hanya dipenuhi
cinta kepada Allah.

Ramadhan 1445 H| 56
Demikian hakikat ridha kepada Allah. Semoga Lailatul Qadar
menghampiri jamaah qiyamul Lail di Masjid Istiqlal yang dengan
Lailatul Qadar itu bisa memberikan kebaikan dan mengubah
kehidupan seseorang menjadi lebih baik.

Secara etimologis, “lailah” artinya malam, dan “al-qadar”


artinya takdir atau kekuasaan. Adapun secara terminologis, dapat
kita coba dengan cara mengamati ayat berikut ini :
ْ َْ َ َ َ ْ َ َّ
‫ِإنا أ َنزلن ُاه ِ يف ل ْيل ِة القد ِر‬

“Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam


kemuliaan (Lailatul Qadar)” (QS Al-Qadar (97):1)

Dari pernyataan bahwa Al-Qur’an tersebut diturunkan pada


saat Lailatul Qadar, dapat kita tangkap pengertian, yakni; pertama ,
Lailatul Qadar merupakan dari suatu malam, saat diturunkan Al-
Qur’an secara keseluruhan. Walhasil, Lailatul Qadar itu terjadi hanya
satu kali, tidak sebelum dan sesudahnya. Akan tetapi keagungan dan
keutamaannya itu diabadikan oleh Allah SWT untuk tahun-tahun
berikutnya. Tegasnya, Lailatul Qadar yang ada sekarang ini, hanyalah
semacam hari peringatan yang memiliki berbagai keistimewaan yang
sangat luar biasa.

Kedua, Lailatul Qadar merupakan sebutan dari suatu malam pada


setiap bulan Ramadhan, yang dahulu kala pernah bersamaan dengan
peristiwa diturunkannya Al Qur’an secara keseluruhan.

Ramadhan 1445 H| 57
Kedua pengertian tersebut di atas, merupakan hasil analisa yang
boleh jadi dapat diterima oleh semua pihak, lantaran sama sekali
tidak mengingkari keutamaan Lailatul Qadar. Sedangkan hakikatnya
hanyalah Allah SWT yang mengetahui. Sementara lailatul Qadar itu
sendiri, dalam sebuah ayat dinyatakan sebagai Lailah Mubarakah
(malam kebaikan).
ْ َ َ َّ
َ ‫نزل َن ُاه ف َل ْي َلة ُّم َب َار َكة إ َّنا ُك َّنا ُمنذر‬
‫ين‬ ِ ِ ِ ٍ ٍ ‫ِي‬ ‫ِإنا أ‬

“Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada suatu


malam yang diberkahi.”(Q.S Ad Dukhaan (44):3)

Dalam masalah ini, para Muffasir menjelaskan bahwa Lailatul


Qadar itu adalah saat diturunkannya Al-Qur’an secara keseluruhan
dari Lauhul Mahfuzhke Baitul’Izzah, sebelum diwahyukan kepada
Rasulullah SAW secara berangsur. Olah sebab itu, tidaklah dapat
disamakan antara Lailatul Qadar dengan Nuzulul Qur’an atau
turunnya ayat pertama Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW.

Betapa mulia dan begitu istimewanya Lailatul qadar itu,


sebagai rahmat dan nikmat Allah SWY bagi seluruh ummat
Muhammad. Sehingga tak satupun dari kita yang tak suka jika
mampu meraihnya. Dan wajar pula, jika malam jatuhnya Lailatul
Qadar itupun selau dipertanyakan, bahkan nyaris selalu menimbulkan
perselisihan pendapat.

Ramadhan 1445 H| 58
#21 SEDEKAH, INFAQ DAN WAKAF 1

Islam memerintahkan umatnya untuk saling membantu dan


saling menolong antar sesama. Salah satunya dengan infak dan
sedekah, antara lain melalui ayat Al-Quran dan hadit ssebagai
berikut:

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah (Al-


Quran) dan melaksanakan shalat dan menginfakkan sebagian rejeki
yang kami anugerahkan kepadanya dengan diam-diam dan terang-
terangan, mereka mengharapkan perdagangan yang tidak akan
merugi”. (QS 35:29)

“….yaitu orang yang berinfak baik diwaktu lapang maupun sempit”.


(QS Al-Imran:134).

“Setiap ruas jari-jari yang pada manusia itu bias memberikan sedekah
pada setiap hari yang diterbiti matahari. Berbuat adil diantara dua
orang yang berselisih adalah sedekah. Setiap langkah yang diayunkan
untuk pergi shalat adalah sedekah. Dan menyingkirkan sesuatu yang
dapat mengganggu dijalan adalah sedekah. (HR Bukhari dan Muslim).

Para jumhur mufasir dan ulama kontemporer juga menyepakati suatu


kondisi sosial yang mewajibkan orang untuk peduli. Pada banyak
riwayat dikatakan bahwa infak dan sedekah bukan mengurangi harta,

Ramadhan 1445 H| 59
bahkan sebaliknya, menjadi banyak dan berkah. Dalam hal lain juga
disampaikan bahwa infak dan sedekah dapat menghindarkan orang
dari bala dan kesempitan.

Sedekah

Infak berarti mengeluarkan sebagian harta untuk kepentingan yang


diperintahkan ajaran Islam. Jika zakat ada nisabnya, Infak tak
mengenal nishab.Infak dikeluarkan oleh setiap orang yang beriman
baik dalam keadaan lapang maupun dalam keadaan sempit (Qs. Ali
Imran: 143). Infak boleh diberikan kepada siapapun, misalnya untuk
kedua orang tua, anak yatim dan sebagainya.(QS 2:215)

Sedangkan sedekah jika ditinjau dari segi terminology syari’at,


pengertian sedekah sama dengan infak termasuk juga ketentuan dan
hukumnya. Hanya saja, sedekah memiliki arti luas, tak hanya
menyangkut hal uang namun juga yang bersifat non materil.

Hadits Imam Muslim dari Abu Dzar, Rasulullah menyatakan bahwa


jika tak mampu bersedekah dengan harta maka membaca tasbih,
takbir, tahmid, tahlil dan melakukan amar ma’ruf nahi munkar adalah
sedekah.

Sebagaimana kita yakini bahwa semua rizki dan harta yang diberikan
Allah SWT kepada kita adalah amanah yang harus dijaga sekaligus
merupakan ujian (Q.S. 8:28). Rizki dan harta bisa menjadikan kita
lupa kepada Sang Pencipta dan bisa membuat kita rugi dunia dan

Ramadhan 1445 H| 60
akhirat (Q.S. 63:9). Tetapi rizki dan harta juga bisa menghantarkan
kita ke surga jika kita mensyukuri dan membelanjakannya di jalan
Allah (Q.S. 14:7). Salah satu jalan mensyukuri rizki adalah dengan
mengeluarkan infak.

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang


menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir
benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir seratus
biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki
dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Q.S Ali-
Baqarah: 261).

Infak adalah suatu kewajiban yang harus tetap dilakukan dalam


keadaan apapun. Dalam keadaan senang maupun susah, dalam
keadaan lapang maupun sempit. Allah berfirman: “(yaitu) orang-
orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu sempit, dan
orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan)
orang, Allah menyukai orang-orang berbuat kebajikan.”(Q.S Ali-Imran
134)

Hikmah Infak/ Sedekah

Menolong, membantu dan membina kaum dhuafa maupun mustahik


ke arah kehidupan lebih sejahtera, sehingga mereka dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya, terhindar dari kekufuran, memberantas sifat iri,
dengki dan terjaga dari martabatnya ketika melihat orang kaya yang
berkecukupan tidak

Ramadhan 1445 H| 61
Perwujudan keimanan kepada Allah SWT, mensyukuri nikmat,
menumbuhkan akhlak mulia, ketenangan hidup sekaligus
mengembangkan harta yang dimilikinya.

Ramadhan 1445 H| 62
#21 SEDEKAH INFAQ DAN WAKAF 2

WAKAF

Manfaatnya Mengalir Abadi

“Kamu sekali-kali tidak akan samapai kepada kebaikan (yang


sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu
cintai, dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah
mengetahuinya”. (QS. Ali Imran : 92)

“Apabila anak Adam meninggal dunia, maka putuslah amalanya


kecuali tiga perkara: shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat dan
anak sholeh yang mendo’akan orang tuanya”. (HR. Ahmad)

Dasar Fatwa MUI dan Negara

Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga membolehkan


wakaf uang (2003:86). Fatwa komisi Fatwa MUI itu dikeluarkan pada
tanggal 11 Mei 2002. Dalam fatwa tersebut ditetapkan bahwa:

Wakaf uang (Cash Wakaf/ Waqf al-Nuqud) merupakan wakaf yang


dilakukan seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan hukum
dalam bentuk uang tunai (cash). Termasuk dalam pengertian uang
adalah surat-surat berharga. Wakaf uang hukumnya jawaz (boleh)
Wakaf uang hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal-hal
yang dibolehkan secara Syari. Nilai pokok wakaf harus dijamin
kelestariannya, tidak boleh dijual, dihibahkan dan atau diwariskan.

Di Negara Indonesia, wakaf uang sudah diatur pelaksanaannya


melalui Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia No 42 tahun
2006.

Ramadhan 1445 H| 63
#22 ZAKAT FITHRAH

Zakat fitrah adalah mengeluarkan bahan makanan pokok dengan


ukuran tertentu setelah terbenamnya matahari pada akhir bulan
Romadlon ( malam 1Syawwal ) dengan syarat-syarat yang sudah
ditentukan

Zakat fitrah diwajibkan tahun kedua hijriyah

Dasar wajib zakat fitrah :


َّ َ َ َ َ َ َ ْ ْ ْ َ َ َ َ َ َ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َ ْ ُ َ َّ َ ُ ْ َ
‫اس‬
ِ ‫ض َزكا ُة ْا ِلفط ِر ِ ْم ُن رمضان عٰل الن‬‫هللا َصٰل هللا علي ِه وسلم فر‬ ِ ‫ع ِن اب ِن ع َم َر ان رسول‬
َ ْ ‫مسلم‬ َ َ ْ َ َ َ ْ َ ُ ِّ ُ َ َ ْ َ ْ ً َ ْ َ َ ْ ً َ
‫ي ) رواه مسلم‬ ْ ِ ِ ْ ‫صاع ِامن ت ْم ٍر او صاعا ِمن ش ِع ْ ٍّب عٰل كل ح ٍّر او ع ْب ٍد ذك ٍر او ان َب ِمن ال‬
(

“ Diriwayatkan dari sayyidina Abdullah bin Umar,sesungguhnya


Rosulullah SAW,mewajibkan zakat fitrah bulan Romadlon berupa satu
sho’ kurma atau satu sho’ kurma atau satu sho’ gandum atas setiap
orang muslim,merdeka atau budak,laki-laki maupun perempuan “

Zakat fitrah itu sangat urgensi ( penting ) karena pahala puasa


Romadlon tergantung zakat fitrah sebagaimana sabda baginda
Rosulillah SAW :

ْ ْ َ َ َّ َ َ ْ َ ْ َ ‫الس‬ َ ْ ‫ان ُم َع َّل ٌق َب‬


َ َ ََ ْ َ ُ ْ َ
‫ض َوَل ُي ْرف ُع ِاَل ِبزك ِاةال ِفط ِر‬
ِ ‫مآء واَلر‬
ِ
َّ ‫ي‬
ْ ‫صوم شه ِر رمض‬

Ramadhan 1445 H| 64
“ Puasa bulan Romadlon ( pahalanya ) tergantung antara langit dan
bumi serta tidak diangkat ke langit , kecuali dengan mengeluarkan
zakat fitrah ( H.R.Abu Hafs bin Syahin ) “

Zakat fitrah wajib bagi setiap orang islam yang mampu dan
hidup disebagian bulan Romadlon serta sebagian bulan Syawwal
artinya orang yang meninggal setelah masuk waktu maghrib malam
lebaran ( malam 1 Syawwal ) wajib baginya zakat fitrah ( dikeluarkan
dari harta peninggalannya )

Begitu juga bayi yang dilahirkan sesaat sebelum terbenamnya


matahari di hari terakhir bulan Romadlon dan terus hidup sampai
setelah terbenamnya matahari malam 1Syawwal

Tapi sebaliknya orang yang meninggal sebelum terbenamnya


matahari di akhir bulan Romadlon atau bayi yang lahir setelah
terbenamnya matahari di malam 1Syawwal tidak diwajibkan baginya
zakat fitrah

Yang dimaksud mampu yaitu memiliki harta lebih dari :


1. Kebutuhan makan dan pakaian untuk dirinya dan orang yang
wajib dinafkahi pada siang hari raya beserta malam harinya ( 1
Syawwal dan malam 2S yawwal )
2. Hutang,meskipun belum jatuh tempo ( saat membayar )
3. Rumah yang layak baginya dan orang yang wajib dinafkahi
4. Biaya pembantu untuk istri jika dibutuhkan

Waktu mengeluarkan zakat fitrah :

Ramadhan 1445 H| 65
1. Wajib yaitu ketika mendapati sebagian dari bulan Ramadhan
dan sebagian dari bulan Syawwal
2. Jawaz ( boleh ) yaitu mulai awal Ramadhan .Dengan catatan
orang yang telah menerima fitrah darinya tetap dalam keadaan
mustahiq ( orang yang berhaq menerima zakat ) dan mukim saat
wajib dan jika saat wajib orang yang menerima fitrah dalam
keadaan kaya atau musafir maka wajib mengeluarkan kembali
3. Fadhilah ( utama ) yaitu setelah terbitnya fajar hari raya
( 1 Syawwal ) sebelum pelaksanaan sholat ied
4. Makruh yaitu setelah pelaksanaan sholat ied hingga
terbenamnya matahari 1 Syawwal kecuali karena menungggu
kerabat atau tetangga yang berhak menerimanya
5. Haram yaitu mengakhirkan hingga terbenamnya matahari 1
Syawwal kecuali karena ada udzur seperti tidak didapatkan
orang yang berhak menerima zakat di daerahnya ,namun wajib
mengqodho’i

Ramadhan 1445 H| 66
#23 MENCAPAI DERAJAT IKHLAS

Seseorang yang mencapai derajat ikhlas disebut juga mukhlishin.


Ikhlas ibarat tangan kanan berbuat baik, tangan kiri tidak tahu.

Seperti nasihat bijak Ibnu Atha'illah (pengarang kitab Al-Hikam), amal


yang kosong dari ikhlas sama sekali tidak berarti, bagaikan jasad
tanpa ruh. Keikhlasan merupakan ruh yang menjadikan setiap amal
bermakna.

Seperti diketahui riya adalah popularitas. Sifat tercela ini adalah


lawannya ikhlas. Orang-orang saat ini banyak berlomba-lomba
mencari popularitas dunia. Orang yang memburu terima kasih itu
pertanda tidak ikhlas. Bahkan ulama-ulama mengatakan orang yang
masih menikmati terima kasih atas kebaikannya itu pertanda
cacatnya amalan orang tersebut.

"Mari kita hijrah, mari kita mulai menyembunyikan kebajikan kita.


Jangan pernah menikmati pujian. Karena pujian itu hanya milik
Allah," ajak Nasaruddin Umar di hadapan ribuan jamaah i'tikaf. (Baca
Juga: Dahsyatnya Fadhillah Menangis karena Allah)

Di sisi lain, jangan mengumumkan kepada orang agar tidak dipuji


karena akan menimbulkan kesan yang tidak ikhlas. Manusia boleh
saja menerima ucapan terima kasih dari oramg lain. Namun, jangan
sampai berharap setiap kebajikan dihargai atau dipuji. Jika seseorang
sudah sampai ke maqom ikhlas, maka tidak perlu lagi berharap
terima kasih atau meminta pujian. Banyak orang yang jatuh dan
tersungkur karena pujian, bukan karena kritikan.

Ramadhan 1445 H| 67
"Bersedihlah jika kita dipuji. Jika kita dikritik orang, syukurilah kritikan
itu. Seperti Rasulullah, jika kritikannya benar beliau mengucapkan
ampuni aku ya Allah, jika kritikannya salah, ampuni dia ya Allah. Tidak
ada dendam yang bermalam," kata mantan Wakil Menteri Agama itu.

Ketika Iblis bersumpah pasti aku akan menggoda anak cucu Adam, illa
min ibaadikal mukhlasin. Kecuali orang-orang yang Mukhlas. "Jadi,
seorang mukhlis masih mungkin digoda oleh Iblis. Mukhlis dan
mukhlas itu beda. Mukhlis itu masih mengingat memori kebajikan
yang dilakukannya. Kalau mukhlas itu tidak lagi mengingat
kebaikannya. Orang yang mukhlas itu tidak bisa digoda Iblis,"
jelasnya.

Allah SWT menyatakan ketiberdayaan Iblis di hadapan mukhlashin


(orang-orang mukhlas) dalam Alqur'an: "Iblis berkata: "Ya Tuhanku,
oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku
akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di
muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya,
kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlas di antara mereka".
(Surah Al-Hijr: 39-40)

Di ayat lain, Allah berfirman: "Iblis menjawab: 'Demi kekuasaan


Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-
hamba-Mu yang mukhlas di antara mereka. (Surah Shad: 82-83

Ramadhan 1445 H| 68
#24 ISTIQAMAH SETELAH RAMADHAN

Bulan Ramadhan yang penuh dengan keberkahan dan


keutamaan jangan sampai berlalu begitu saja. Semoga kita tidak
termasuk orang-orang yang celaka karena tidak mendapatkan
pengampunan dari Allah Ta’ala selama bulan Ramadhan,
sebagaimana yang tersebut dalam doa yang diucapkan oleh malaikat
Jibril ‘alaihissalam dan diamini oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam: “Celakalah seorang hamba yang mendapati bulan
Ramadhan kemudian Ramadhan berlalu dalam keadaan dosa-
dosanya belum diampuni (oleh Allah Ta’ala )1”.

Salah seorang ulama salaf berkata: “Barangsiapa yang tidak


diampuni dosa-dosanya di bulan Ramadhan maka tidak akan
diampuni dosa-dosanya di bulan-bulan lainnya”.

Imam Bisyr bin al-Harits al-Hafi pernah ditanya tentang


orang-orang yang (hanya) rajin dan sungguh-sungguh beribadah di
bulan Ramadhan, maka beliau menjawab: “Mereka adalah orang-
orang yang sangat buruk, (karena) mereka tidak mengenal hak Allah
kecuali hanya di bulan Ramadhan, (hamba Allah) yang shaleh adalah
orang yang rajin dan sungguh-sungguh beribadah dalam setahun
penuh”.

Demi Allah, inilah hamba Allah Ta ’ala yang sejati, yang


selalu menjadi hamba-Nya di setiap tempat dan waktu, bukan hanya
di waktu dan tempat tertentu.

Ramadhan 1445 H| 69
Imam Asy-Syibli pernah ditanya: Mana yang lebih utama,
bulan Rajab atau bulan Sya’ban? Maka beliau menjawab: “Jadilah
kamu seorang Rabbani (hamba Allah Ta’ala yang selalu beribadah
kepada-Nya di setiap waktu dan tempat), dan janganlah kamu
menjadi seorang Sya’bani (orang yang hanya beribadah kepada-Nya
di bulan Sya’ban atau bulan tertentu lainnya)”.

Maka sebagaimana kita membutuhkan dan mengharapkan


rahmat Allah Ta’ala di bulan Ramadhan, bukankah kita juga tetap
membutuhkan dan mengharapkan rahmat-Nya di bulan-bulan
lainnya? Bukankah kita semua termasuk dalam firman-Nya:
ْ ُّ َ ْ َ ُ ُ َّ َ َّ َ ُ َ َ ُ ْ ُ ُ ْ َ ُ َّ َ ُّ َ َ
{‫ب ال َح ِميد‬ ‫اّٰلل واّٰلل هو الغ ِ ي‬
ِ ‫}يا أيها الناس أنتم الفقراء ِإَل‬

“Hai manusia, kalian semua butuh kepada (rahmat) Allah; dan Allah
Dia-lah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji ”(QS Faathir: 15).

Inilah makna istiqamah yang sesungguhnya dan inilah


pertanda diterimanya amal shaleh seorang hamba. Imam Ibnu Rajab
berkata: “Sesungguhnya Allah jika Dia menerima amal (kebaikan)
seorang hamba maka Dia akan memberi taufik kepada hamba-Nya
tersebut untuk beramal shaleh setelahnya, sebagaimana ucapan
salah seorang dari mereka (ulama salaf): Ganjaran perbuatan baik
adalah (taufik dari Allah Ta’ala untuk melakukan) perbuatan baik
setelahnya. Maka barangsiapa yang mengerjakan amal kebaikan, lalu
dia mengerjakan amal kebaikan lagi setelahnya, maka itu merupakan
pertanda diterimanya amal kebaikannya yang pertama (oleh Allah
Ta’ala), sebagaimana barangsiapa yang mengerjakan amal kebakan,
lalu dia dia mengerjakan perbuatan buruk (setelahnya), maka itu

Ramadhan 1445 H| 70
merupakan pertanda tertolak dan tidak diterimanya amal kebaikan
tersebut”

Oleh karena itulah, Allah Ta’ala mensyariatkan puasa enam


hari di bulan Syawwal, yangkeutamannya sangat besar yaitu
menjadikan puasa Ramadhan dan puasa enam hari di bulan Syawwal
pahalanya seperti puasa setahun penuh, sebagaimana sabda
Rasululah Shallallahu’alaihi Wasallam: “Barangsiapa yang berpuasa
(di bulan) Ramadhan, kemudian dia mengikutkannya dengan (puasa
sunnah) enam hari di bulan Syawwal, maka (dia akan mendapatkan
pahala) seperti puasa setahun penuh”

Di samping itu juga untuk tujuan memenuhi keinginan


hamba-hamba-Nya yang shaleh dan selalu rindu untuk mendekatkan
diri kepada Allah Ta’ala dengan puasa dan ibadah-ibadah lainnya,
karena mereka adalah orang-orang yang merasa gembira dengan
mengerjakan ibadah puasa. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam
bersabda: “Orang yang berpuasa akan merasakan dua kegembiraan
(besar): kegembiraan ketika berbuka puasa dan kegembiraan ketika
dia bertemu Allah”.

Inilah bentuk amal kebaikan yang paling dicintai oleh


AllahTa’ala dan Rasul-Nya Shallallahu’alaihi Wasallam. Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Amal (ibadah) yang paling
dicintai Allah Ta’ala adalah amal yang paling terus-menerus
dikerjakan meskipun sedikit”. Ummul mu’minin ‘Aisyah
Radhiallahu’anha berkata: “Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam jika

Ramadhan 1445 H| 71
mengerjakan suatu amal (kebaikan) maka beliau Shallallahu’alaihi
Wasallam akan menetapinya”.

Inilah makna istiqamah setelah bulan Ramadhan, inilah tanda


diterimanya amal-amal kebaikan kita di bulan yang berkah itu, maka
silahkan menilai diri kita sendiri, apakah kita termasuk orang-orang
yang beruntung dan diterima amal kebaikannya atau malah
sebaliknya.

Ramadhan 1445 H| 72
#25 MELESTARIKAN SPIRIT IDUL FITRI

BANYAK versi makna dan terjemahan kata 'Id al-Fithr (baca:


Idul Fitri) di dalam masyarakat. Ada yang dapat dipahami dan dapat
diterima dan ada pula terlalu jauh memaknainya sehingga keluar dari
konteksnya. Dalam kamus lisan Arab, kamus bahasa Arab terlengkap
(15 jilid), fitrah (fithrah) berasal dari akar kata fathara-fathran, berarti
membelah, merobek, tumbuh, dan berbuka. Dari akar kata yang
sama lahir kata fithrah berarti sifat pembawaan sejak lahir, seperti
dalam ayat: Fithrah Allah al-ladzi fathara al-nasa 'alaiha (Maka
hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah
atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah
itu/QS al-Rum/30:30). Kata Idul Fitri ('id al-fithr) berarti kembali
berbuka setelah sebulan penuh berpuasa di siang hari bulan
Ramadan. Bisa juga berarti 'id al-fthrah, kembali ke sifat bawaan kita
sejak lahir, yaitu bersih dan suci, setelah sebulan penuh ditempa
berbagai alamalan Ramadan.

Dari pengertian ini dipahami bahwa yang bisa kembali ke


fitrah ialah mereka yang telah melakukan berbagai macam upaya
pembersihan dan penyucian diri melalui amaliah Ramadan, seperti
puasa, zakat, qiyamullail, i'tikaf, dan berbagai amal sosial seperti
sedekah, silaturahim, memberi buka puasa, dan lain sebagainya. Idul
Fitri bisa dimaknai kita mudik ke kampung halaman biologis kita. Kita
kembali makan dan minum serta berhubungan suami istri. Kita juga
mudik ke kampung halaman tempat kelahiran kita, tempat orangtua
kita dimakamkan, tempat kita pernah belajar pertama kali mengaji
dan mengenal huruf, lalu kita merantau ke berbagai kota.

Sementara itu, Idul Fitrah bisa dimaknai kita kembali ke jati


diri kita yang paling orisinal dan genuine. Kita kembali kepada

Ramadhan 1445 H| 73
keluhuran hati nurani, kembali ke dalam suasana batin paling luhur
dan lurus.

Setelah sebulan penuh kita di-training secara spiritual,


sekarang kita memiliki energi spiritual baru. Semoga energi baru ini
mampu memproteksi kita terhadap berbagai godaan Iblis, seperti
kembali mengoleksi dosa-dosa langganan, kembali ringan tangan dan
bermulut tajam. Pengertian yang agak jauh ialah memitoskan Hari
Raya Idul Fitri sebagai hari pencuci dosa yang sangat efektif. Seolah-
olah dengan mengikuti salat Idul Fitri Allah SWT mengampuni semua
dosa dan kita kembali seperti bayi yang baru lahir sehingga
memandang tidak perlu lagi salat atau puasa, tinggal menunggu Idul
Fitri berikutnya untuk bertobat lagi.

Kita berharap selama sebulan penuh kita melakukan amaliah


Ramadan menimbulkan dampak positif pada oring-orang terdekat
kita. Bagaimana pembantu, sopir, tukang kebun, satpam, dan
karyawan kita merasakan perubahan di dalam diri kita, misalnya
mereka merasakan tuan dan nyonyanya tidak lagi gampang marah,
tidak lagi pelit, tidak lagi ringan tangan, tidak lagi kasar, dan tidak lagi
sombong serta angkuh. Tetangga juga merasakan adanya perubahan
drastis seusai Ramadan. Demikian pula suasana batin di kantor
muncul perubahan drastis pasca-Ramadan. Inilah sesungguhnya yang
dinamakan Ramadan Mubarak dan Ramadan mabrur.

Dalam pandangan tasawuf, fitrah berarti kembali ke jati diri


yang paling asli. Jika seseorang betul-betul bersih dan penyucian
dirinya diterima Allah SWT, yang bersangkutan bisa membuka
berbagai tabir yang selama ini menghijab dirinya berupa dosa dan
maksiat. Ia akan mengalami penyingkapan (mukasyafah). Dengan
demikian, ia mempunyai kemampuan untuk mengakses alam gaib,
minimal alam barzah, yaitu perbatasan antara alam syahadah dan

Ramadhan 1445 H| 74
alam gaib. Orang yang diberi kesadaran mukasyafah bisa merasakan
kedekatan diri dengan Tuhan dan para sahabat Tuhan seperti Nabi
Muhammad dan shalihin lainnya. Ia akan memiliki sahabat-sahabat
spiritual sejati sehingga ia tidak pernah merasa kesepian. Ia selalu
hangat dengan cinta Tuhan.

Semoga tahun ini kita betul-betul diberi kesadaran dan


keinsafan penuh sehingga kita bisa mencicipi mukasyafah. Semoga
kita tidak jatuh lagi di lumpur dosa dan maksiat. Amin ya Rabb al-
'alamin.

Ramadhan 1445 H| 75
#26 MEMAKNAI SYAWAL

Dari Abu Ayyub Al Anshori, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam


bersabda,

“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian


berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia
berpuasa seperti setahun penuh.”

Para ulama mengatakan bahwa berpuasa seperti


setahun penuh asalnya karena setiap kebaikan semisal dengan
sepuluh kebaikan. Bulan Ramadhan (puasa sebulan penuh)
sama dengan (berpuasa) selama sepuluh bulan (30 x 10 = 300
hari = 10 bulan) dan puasa enam hari di bulan Syawal sama
dengan (berpuasa) selama dua bulan (6 x 10 = 60 hari = 2 bulan).
Jadi seolah-olah jika seseorang melaksanakan puasa Syawal dan
sebelumnya berpuasa sebulan penuh di bulan Ramadhan,
maka dia seperti melaksanakan puasa setahun penuh. Hal ini
dikuatkan oleh sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

“Barangsiapa berpuasa enam hari setelah Idul Fitri, maka dia seperti
berpuasa setahun penuh. [Barangsiapa berbuat satu kebaikan, maka
baginya sepuluh kebaikan semisa”

Satu kebaikan dibalas dengan sepuluh kebaikan semisal


dan inilah balasan kebaikan yang paling minimal. Inilah nikmat
yang luar biasa yang Allah berikan pada umat Islam. Lebih utama
puasa syawal dilaksanakan sehari setelah Idul Fithri, namun
tidak mengapa jika diakhirkan asalkan masih di bulan Syawal.
Lebih utama pula dilakukan secara berurutan namun tidak
mengapa jika dilakukan tidak berurutan. Usahakan untuk

Ramadhan 1445 H| 76
menunaikan qadha’ puasa terlebih dahulu agar mendapatkan
ganjaran puasa setahun penuh. Ingatlah puasa Syawal adalah
puasa sunnah sedangkan qadha’ Ramadhan adalah wajib.
Sudah semestinya ibadah wajib lebih didahulukan daripada
yang sunnah. Puasa syawal seperti halnya shalat sunnah
rawatib yang dapat menutup kekurangan dan
menyempurnakan ibadah wajib. Melakukan puasa syawal
merupakan tanda diterimanya amalan puasa Ramadhan.

Jika Allah menerima amalan seorang hamba, maka Dia akan


menunjuki pada amalan shalih selanjutnya. Jika Allah menerima
amalan puasa Ramadhan, maka Allah akan tunjuki untuk
melakukan amalan shalih lainnya, di antaranya puasa enam hari
di bulan Syawal.

“Di antara balasan kebaikan adalah kebaikan selanjutnya dan di


antara balasan kejelekan adalah kejelekan selanjutnya.”

Melaksanakan puasa syawal adalah sebagai bentuk syukur


pada Allah. Nikmat apakah yang disyukuri? Yaitu nikmat
ampunan dosa yang begitu banyak di bulan Ramadhan.
Bukankah kita telah ketahui bahwa melalui amalan puasa dan
shalat malam selama sebulan penuh adalah sebab datangnya
ampunan Allah, begitu pula dengan amalan menghidupkan
malam lailatul qadr di akhir-akhir bulan Ramadhan?!

Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan, ”Tidak ada nikmat


yang lebih besar dari anugerah pengampunan dosa dari
Allah.”Sampai-sampai Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam pun yang
telah diampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan akan datang
banyak melakukan shalat malam. Ini semua beliau lakukan

Ramadhan 1445 H| 77
dalam rangka bersyukur atas nikmat pengampunan dosa yang
Allah berikan.
Begitu pula di antara bentuk syukur karena banyaknya
ampunan di bulan Ramadhan, di mana di penghujung Ramadhan
(di hari Idul fithri), kita dianjurkan untuk banyak berdzikir dengan
mengangungkan Allah melalui bacaan takbir ”Allahu Akbar”. Ini
juga di antara bentuk syukur sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

“Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah


kamu bertakwa pada Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan
kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al Baqarah: 185)

Melaksanakan puasa syawal menandakan bahwa


ibadahnya kontinu dan bukan ibadah musiman saja. Amalan yang
seseorang lakukan di bulan Ramadhan tidaklah berhenti setelah
Ramadhan itu berakhir. Amalan tersebut seharusnya
berlangsung terus selama seorang hamba masih menarik nafas
kehidupan.

Ramadhan 1445 H| 78
‫‪Khutbah Idul Fitri‬‬
‫‪Memaknai Kembali Keberagamaan Kita‬‬

‫هللا أكبر ‪, X 9‬وهلل الحمد‪.‬‬


‫هللا أكبر كبيرا‪ ,‬والحمد هلل‬
‫كثيرا‪ ,‬وسبحان هللا بكرة وأصيال‪,‬‬
‫ال إله إال هللا وال نعبد إال إياه‬
‫مخلصين له الديـن‪ ,‬ولو كره‬
‫الكافرون‪ ,‬ولو كره المشركون‪,‬‬
‫ولو كره المنافقون‪ ,‬ال إله إال‬
‫هللا وحده‪ ,‬صدق وعده‪ ,‬ونصـر‬
‫عبده‪ ,‬وأعز جـنده‪ ,‬وحزم‬
‫األحزاب وحده‪ ,‬ال إله إال هللا وهللا‬
‫أكبر هللا أكبر وهلل الحمد‪.‬‬
‫هل للعباد طر‬ ‫الذى سّ‬‫الحمد هلل ّ‬
‫ّاهم‬ ‫يق العبادة ويسّر ‪.‬ووف‬
‫اجور أعمالهم من خز ائن جوده‬
‫التى ال تحصر‪ .‬وجعل لهم يوم‬ ‫ّ‬
‫ّ سنة‬ ‫عيد يعود عليهم فى كل‬
‫ّ ر‪ .‬أحمده سبحانه وهو‬ ‫ويتكر‬

‫‪Ramadhan 1445 H| 79‬‬


‫يحمد وُ‬
‫يشكر‪.‬‬ ‫المستحقّ ألن ُ‬
‫واشكره على نعم ال تعّ‬
‫د وال‬
‫تحصر‪ .‬واشهد أن ال اله إ الّ هللا‬
‫وحده ال شر يك له الملك‬
‫العظيم ا ألكبر‪ .‬واشهد أّ‬
‫ن‬
‫ّدا عبده‬‫ّدنا مـحــم‬ ‫ســي‬
‫ّافع فى المخشـر‪.‬‬ ‫ورسوله الشـ‬
‫ّ‬
‫وسـلم‬ ‫ّ‬
‫ّ صل‬‫ّهـم‬
‫الل‬
‫ّد وعلى اله‬ ‫ّدنا محم‬ ‫على سي‬
‫الذين اذهب عنهم‬ ‫واصحابه ّ‬
‫ّر ‪. .‬أما بــعد‪:‬‬ ‫ّجس وطه‬‫الر‬
‫فيا أيهـا الذيـن أمـنوا‬
‫اتـقوا هللا لـدار المسلميـن‬
‫ولباس المؤمـنين‪.‬‬
‫هللا أكبر‪ ,‬هللا أكبر‪ ,‬هللا أكبر‪ ,‬وهلل‬
‫الحـــــمد‬
‫‪Kaum Muslimin dan Muslimat, ‘Aidin dan ‘Aidat yang‬‬
‫‪dirahmati Allah.‬‬
‫‪Ketika fajar menyingsing pada dini hari Idhul Fitri, kita‬‬
‫‪mendengar bukan hanya gemuruh suara takbir yang‬‬
‫‪membesarkan Allah. Jauh dalam lubuk hati, kita mendengar‬‬

‫‪Ramadhan 1445 H| 80‬‬


gemuruh perasaan yang mengharu-biru, gemuruh suara
kepedihan dan kegembiraan, gemuruh tangis dan tawa. Kita
menangis karena mengenang Ramadhan, yang tiba-tiba
meninggalkan kita, pada akhir waktunya, pada ujung jangkanya,
pada kesempurnaan bilangannya. Kita gembira karena tiba
pada hari bersyukur, yang mengantarkan kita pada curahan
hujan kasih sayang Allah, yang tidak ada batasnya, tidak ada
hingganya dan tidak ada henti-hentinya.
Baru saja kita meninggalkan rumah kita dengan iringan
takbir. Baru saja kita melanjutkan takbir di bumi Allah ini. Baru
saja kita bersama-sama mengangkat tangan berulang kali
mengucapkan Allahu Akbar. Baru saja kita meratakan dahi kita
di atas sajadah. Sekarang kita duduk bersimpuh di halaman
kebesaran Allah SWT. Marilah kita rasakan semilir angin pagi
mengusap muka kita. Marilah kita rasakan hangatnya matahari
pagi merambat pada setiap pori-pori kulit kita. Marilah kita
hirup wewangian surgawi yang memancar dari keberkahan Idul
Fitri.
Hari ini, kita kembali bersimpuh di hadapan Allah. Kita
sadari kemakhlukan kita, kita sadari kelemahan kita, kita sadari
ketidakberdayaan kita. Pekikan tasbih, tahmid, dan takbir telah
membasahi lidah kita, bukan hanya kita, seluruh umat Islam di
penjuru dunia melakukan hal yang sama.
‫سبحان هللا والحـمد هلل وال إله إال‬
.‫ هللا أكبر وهلل الحمـد‬,‫هللا وهللا أكبر‬
Pagi ini kita berkumpul untuk menyampaikan syukur
kepada Allah. Kita berkumpul untuk sejenak merenungi diri

Ramadhan 1445 H| 81
kita, bertafakkur atas apa yang menimpa negeri kita ini, atas
apa yang menimpa saudara-saudara kita, bencana gempa,
banjir, kemiskinan, kemelaratan dan musibah-musibah social
lainnya. Lalu, sejenak kita bertanya, ADAKAH YANG SALAH
DALAM KEBERAGAMAAN KITA?
Untuk menjawab pertanyaan di atas, agaknya terlebih
dahulu kita perlu mengetahui apakah “Agama“ dan
“bagaimana beragama itu?”

‫ وهلل‬,‫ هللا أكبر‬,‫ هللا أكبر‬,‫هللا أكبر‬


.‫الحمد‬
‘Aidin dan ‘Aidat, Rahimakumullah,
Dalam rangka menjawab pertanyaan di atas mungkin
tidak keliru kiranya kalau dikatakan bahwa agama adalah
hubungan yang dirasakan antara jiwa manusia dan satu
kekuatan yang Maha Dahsyat, dengan sifat-sifat-Nya yang amat
indah dan sempurna, dan mendorong jiwa itu untuk mengabdi
dan mendekatkan diri kepada-Nya. Pengabdian itu dilakukan
baik karena takut maupun karena berharap memperoleh kasih-
Nya yang khusus, atau bisa juga karena dorongan kagum dan
cinta. Jika demikian, untuk bisa disebut “beragama”, maka
paling tidak ada tiga hal yang harus terpenuhi.
Pertama: Merasakan dalam jiwa tentang kehadiran
satu kekuatan yang Maha Agung, Yang mencipta dan
mengatur alam raya. Kehadiran-Nya itu bersifat sinambung,
bukan saja pada saat seseorang berada di tempat suci, tetapi
setiap saat, baik ketika manusia sadar, maupun saat ia terlena

Ramadhan 1445 H| 82
atau tidur; saat ia hidup di dunia ini, maupun setelah
kematiannya.
Persoalannya kemudian adalah kita belum mengenal
siapa Tuhan, apalagi mampu meneladani-Nya, sesuai
kemampun kita sebagai makhluk. Kita diberi potensi oleh-Nya
untuk mengenal dan meneladani-Nya, tetapi jangankan
meneladani-Nya, mengenal sifat-Nya yang paling dominan pun
kita belum.
Berapa banyakkah di antara kaum Muslim yang
memahami arti Rahmân dan Rahîm yang sering diterjemahkan
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang? Rahmân adalah
pelimpah kasih sempurna di dunia bagi semua makhluk
termasuk binatang dan manusia durhaka, dan Rahîm adalah
Pelimpah kasih di akhirat bagi yang taat.
Tuhan Maha Pemaaf, atau paling tidak
menangguhkan siksa, untuk memberi kesempatan kepada
pendurhaka melakukan taubat dan introspeksi, tetapi kita
sering kali dengan cepatnya mengutuk dan menghukum orang
yang “dianggap” durhaka, tanpa memberi kesempatan
kepadanya untuk kembali ke jalan yang benar. Tuhan memberi
manusia kebebasan memilih, tetapi kita tidak meneladani-Nya
dan malah memaksa pihak lain sehingga kita seperti lebih
bersemangat dari Tuhan atau ingin menandingi-Nya.
Kehadiran Tuhan dalam kehidupan sebagian kaum
beragama, baru terasakan ketika berada di masjid dan tempat
ibadah lainnya. Ini pun boleh jadi asumsi yang berlebihan.

Ramadhan 1445 H| 83
Adapun kehadiran-Nya di luar itu, maka agaknya jauh
panggang dari api, jauh harapan dari kenyataan yang umum.
Kita selama ini cenderung keliru mengartikan
kehadiran Tuhan dalam ibadah kita. Kita masih disibukkan
dengan urusan ibadah mahdhah, salat, puasa, haji, tapi
mengabaikan kemiskinan, kebodohan, penyakit, kelaparan,
kesengsaraan, dan kesulian hidup yang diderita saudara-
saudara mereka. Betapa banyak orang Muslim kaya yang
dengan khusyuk meratakan dahinya di atas sajadah, sementara
di sekitarnya tubuh-tubuh layu digerogoti rasa lapar dan
dahaga. Padahal Tuhan selalu hadir di tengah-tengah mereka.
.‫ وهلل الحمد‬,‫أكّب‬
ِ ‫ هللا‬,‫أكّب‬
ِ ‫ هللا‬,‫أكّب‬
ِ ‫هللا‬
‘Aidin dan ‘Aidat, Rahimakumullah,
Rasulullah Saw bersabda; “ Ada tiga dosa yang akan
disegerakan siksanya didunia ini juga tidak akan ditangguhkan
pada hari akhirat; yaitu durhaka kepada orang tua, berbuat
zalim kepada manusia, dan tidak berterimakasih kepada
kebaikan orang lain.
Jika kita merasa kurang berkhidmat kepada orang tua,
jika kita selama ini mengabaikan mereka, jika kita tidak segan-
segan menyakiti hati mereka, segeralah datang kepada
keduanya. Bersimpuhlah dikaki mereka, cium tangan mereka,
dan basahi tangan yang pernah menimang kita dengan air
matanya, mintakan maaf atas kekurangan pengkhidmatan kita
kepada mereka. Jika diantara keduanya sudah meninggalkan
dunia, kirimkan doa yang tulus kepada mereka. Antarkan doa
itu dengan amal shalih dan hadiahkan amal shalih itu kepada

Ramadhan 1445 H| 84
mereka. Ziarahilah kuburan mereka. Lalu bertaubatlah kepada
Allah. Mohonkan Rahmat-Nya agar Dia tidak menurunkan azab-
Nya kepada kita. Mohonkan kepada Allah agar Dia mengasihi
kedua orangtua kita sebagaimana mereka mengasihi kita
diwaktu kecil. Marilah ditempat ini kita bacakan doa untuk
mereka; Ya Allah balaslah kebaikan mereka karena telah
mendidik kami. Berikanlah ganjaran kepada mereka karena
telah memuliakan kami. Jagalah mereka sebagaimana mereka
telah memelihara kami pada masa kecil kami. Ya Allah, untuk
setiap derita yang menimpa mereka karena kami, untuk setiap
hal yang tidak enak mengenai mereka karena kami, untuk
setiap hak mereka yang kami abaikan, jadikanlah itu semua
sebagai penghapus terhadap dosa-dosa mereka, ketinggian
dalam derajat mereka, kelebihan dalam kebaikan mereka.
Wahai yang mengubah keburukan dengan kebaikan secara
berlipat ganda.
Jika kita pernah merampas hak orang lain atau
mempergunjingkan dan memfitnah mereka atau memeras
tenaga mereka untuk keuntungan kita sendiri, atau menyakiti
hati mereka dengan penghinaan atau makian, atau mendengki
mereka dan berusaha menjatuhkan kehormatan mereka
dengan tuduhan keji, atau menyiksa mereka dengan lisan atau
tindakan, atau kita mengabaikan mereka ketika mereka
meminta pertolongan, atau tidak memaafkan mereka ketika
mereka meminta maaf, kita sesungguhnya telah berbuat zalim
kepada mereka. Allah Swt berfirman:

Ramadhan 1445 H| 85
Dan orang-orang yang menyakiti mukminin dan mukminat
bukan karena apa yang mereka lakukan, sungguh mereka telah
memikul fitnah besar dan dosa yang nyata ( Al-Ahzab 58).

Kita telah mengundang azab Allah. Kembalikanlah segala hak


mereka yang telah kita rampas. Muliakanlah kehormatan
mereka yang telah kita rendahkan. Berbuat baiklah kepada
mereka setelah kita berbuat jahat kepada mereka. Mintalah
maaf dengan tulus. Jika mereka sudah meninggal dunia,
ucapkan doa buat mereka. Hadiahkan amal shaleh kepada
mereka. Lalu bertaubatlah kepada Allah. Mohonkan Rahmat-
Nya agar Dia tidak menurunkan azabnya kepada kita.
Jika kita pernah menerima kebaikan dari makhluk Allah,
yang lewat mereka Allah mengalirkan nikmatnya kepada kita,
lalu kita tidak membalas kebaikan itu dengan kebaikan, atau
kita tidak sedikitpun menampakkan terimakasih kita kepada
mereka, kita telah mengundang azab Allah. Mereka yang
berbuat baik kepada kita tidak terhitung jumlahnya. Disitu ada
orangtua yang membesarkan kita, guru yang mengajarkan ilmu
kepada kita, kawan yang menolong kita, istri atau suami yang
berkhidmat kepada kita, pegawai yang melaksanakan perintah
kita, atau orang-orang kecil yang secara tidak langsung
membesarkan kita. Berbuat baiklah kepada mereka sekarang
juga. Ungkapkan terimakasih kita kepada mereka, paling tidak
dengan penghormatan yang kita berikan kepada mereka.
Berbuat baiklah kita kepada mereka setelah kita berbuat jahat
kepada mereka. Mintakan maaf yang tulus. Sebutkan nama-
nama mereka dalam doa-doa kita. Jika mereka sudah
meninggal dunia, hadiahkan amal shaleh kita kepada mereka.

Ramadhan 1445 H| 86
Lalu bertaubatlah kepada Allah. Mohonkan rahmat-Nya agar
Dia tidak menurunkan azab-Nya kepada kita, karena kita tidak
berterimakasih kepada orang-orang yang telah berbuat baik
kepada kita.
Ini hal pertama yang harus diluruskan dalam
kehidupan beragama kita, dan itu dimulai dengan mengenal
dan memperkenalkan-Nya kepada peserta didik dan
masyarakat kita, agar mereka mau meneladani-Nya.
.‫ وهلل الحمد‬,‫أكّب‬
ِ ‫ هللا‬,‫أكّب‬
ِ ‫ هللا‬,‫أكّب‬
ِ ‫هللا‬
‘Aidin dan ‘Aidat, Rahimakumullah,
Kedua: Lahirnya dorongan dalam hati untuk melakukan
hubungan dengan Allah, suatu hubungan yang terpantul dalam
ketaatan melaksanakan apa yang diyakini sebagai perintah atau
kehendak Allah, serta menjauhi larangan-Nya
Dalam hal mematuhi ketentuan-ketentuan-Nya, kita
sering kali lupa bahwa ketentuan-ketentuan-Nya adalah sarana
mendekatkan diri kepada-Nya. Ia juga bisa menjadi media
pemeliharaan diri dari dosa dan pelanggaran sekaligus
prasyarat bagi lahirnya kemaslahatan pribadi dan masyarakat.
Ketentuan-ketentuan itu memiliki bentuk formal yang tidak
boleh diabaikan, tetapi pada saat yang sama memiliki substansi
yang harus selalu menyertainya. Tanpa substansi itu, maka
pelaksanaan perintah-Nya tidak memberi bekas di dalam jiwa.
Shalat, misalnya, dalam pandangan hukum agama adalah
ucapan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir dan
diakhiri dengan salam. Tetapi ia juga memiliki substansi yang

Ramadhan 1445 H| 87
bila diabaikan, maka pelakunya terancam dengan kecelakaan
(Celakalah orang-orang yang shalat, yaitu mereka yang lengah
terhadap (substansi) shalat mereka (Q.S.al-Mâ’ûn [107] : 4.).
Substansi shalat adalah perwujudan makna
kelemahan manusia dan kebutuhannya kepada Allah. Substansi
itu juga menggambarkan keagungan dan kebesaran-Nya, yang
jika bisa bergabung dalam jiwa manusia, ia memperoleh
kekuatan yang bersumber dari-Nya. Kalau substani shalat
seperti itu adanya, wajarkah manusia bermuka dua ketika
melakukannya? Mereka yang berbuat demikian berarti tidak
menghayati arti shalatnya dan lalai dari tujuannya.
Yang melaksanakan shalat adalah mereka yang butuh
kepada Allah serta mendambakan bantuan-Nya, -karena shalat
berarti doa - kalau demikian wajarkah yang butuh ini, menolak
membantu sesamanya yang butuh, apalagi jika ia memiliki
kemampuan? Tidakkah ia mengukur dirinya dan kebutuhannya
kepada Tuhan ? Jika ia enggan memberi pertolongan, maka
pada hakekatnya ia tidak menghayati arti dan tujuan shalat,
seperti yang diuraikan diatas.
Kita seringkali menduga bahwa hanya yang tidak
melaksanakan tuntunan-Nya yang berkaitan dengan ibadah
ritual yang dinilai tidak beragama, padahal secara tegas
dinyatakan dalam kitab suci Al-Quran bahwa:
Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah dia
yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan
memberi makan orang miskin. Q.S. al-Ma’un [107 : 1-2-3].

Ramadhan 1445 H| 88
Mungkin penjelasan ayat di atas tentang siapa yang
mendustakan agama mengagetkan sebagian orang, karena
selama ini yang populer dari pengertian tidak beragama bukan
seperti itu, tetapi apa yang dinyatakan ayat itulah salah satu
hakikat dan substansi yang terlupakan.
.‫ وهلل الحمد‬,‫أكّب‬
ِ ‫ هللا‬,‫أكّب‬
ِ ‫ هللا‬,‫أكّب‬
ِ ‫هللا‬
‘Aidin dan ‘Aidat, Rahimakumullah,
Ketiga: Meyakini bahwa Yang Maha Agung itu Maha
Adil, sehingga pasti akan memberi balasan dan ganjaran
sempurna pada waktu yang ditentukan-Nya.. Dengan kata lain,
keyakinan ini merupakan cerminan kepercayaan tentang
adanya hari pembalasan, hari kemudian.
Dalam hal kepercayaan tentang adanya hari
kemudian, terasa bahwa kita seringkali melupakannya. Yang
dipercaya hanya yang di sini dan kini (yang sekarang). Tidak
ada kata sebentar apalagi hari esok, sehingga lahirlah dalam
kehidupan sebagian di antara kita “budaya mumpung”.
Mumpung hidup, mumpung kaya, mumpung berkuasa dan
sebagainya. Satu sikap yang sepenuhnya bertentangan dengan
kepercayaan tentang adanya hari esok, yang dekat dan jauh.
.‫ وهلل الحمد‬,‫أكّب‬
ِ ‫ هللا‬,‫أكّب‬
ِ ‫ هللا‬,‫أكّب‬
ِ ‫هللا‬

‘Aidin dan ‘Aidat, Rahimakumullah,


Ada doa-doa yang sangat menyentuh dan dianjurkan
dibaca pada malam-malam ramadhan. Ramadhan sudah

Ramadhan 1445 H| 89
berlalu, tapi berguna bagi kita merenungkan kembali doa itu; “
Tuhanku para pengemis tengah berhenti dipintu-Mu. Orang-
orang fakir tengah berlindung dihadapan-Mu. Perahu orang-
orang miskin tengah berlabuh pada tepian lautan kemurahan
Mu dan keluasan-Mu, berharap dapat singgah dihalaman kasih-
Mu dan anugerah-Mu. Tuhanku jika dibulan yang mulia ini,
Engkau hanya menyayangi orang yang menjalankan puasa dan
shalat malamnya dengan penuh keikhlasan; maka siapa lagi
yang akan menyayangi pendosa yang kurang beribadah, yang
tenggelam dalam lautan dosa dan kemaksiatan. “ Tuhanku jika
Engkau hanya mengasihi orang-orang yang taat, maka siapa lagi
yang akan mengasihi orang yang durhaka. Sekiranya Engkau
hanya akan menerima orang-orang yang banyak amalnya saja,
maka siapa lagi yang akan menerima orang sedikit amalnya.
Ilahi beruntunglah orang-orang yang berpuasa. Berbahagialah
orang-orang yang shalat malam. Selamat sejahteralah orang-
orang yang ikhlas. Sedangkan kami hanyalah hamba-hamba-Mu
yang berlumuran dosa. Sayangilah kami dengan kasih sayang-
Mu. Bebaskan kami dari api neraka dengan maaf Mu. Ampuni
dosa-dosa kami dengan kasih-Mu, wahai yang paling Pengasih
dari segala yang mengasihi.

Hadirin-hadirat yang berbahagia.


Doa di atas menunjukan bukan hanya kerendahan hati
pendoa, tetapi juga pengakuan pendosa. Kita merasakan segala
kelemahan diri kita dan menggantungkan segala amal kita
kepada kasih sayang Dia. Memang, kita telah berusaha mengisi
Ramadhan dengan amal-amal kita. Tetapi, kita tahu banyak
sekali kekurangan kita. Kemalasan kita lebih banyak dari

Ramadhan 1445 H| 90
ketaatan kita. Kealpaan kita lebih besar dari zikir kita. Lidah-
lidah kita lebih banyak bergunjing, memaki atau mengeluarkan
kata-kata yang tidak patut ketimbang membaca Al-Quran,
menyebut asma Allah, atau menghibur hamba-hamba-Nya.
Seluruh anggota badan kita lebih cepat memenuhi perintah
hawa nafsu daripada menjemput panggilan Tuhan.
Apa akibat dari semuanya ini? kita terus menerus
dirundung musibah. Kegelisahan lama bersambung dengan
kegelisahan baru. Kecemasan kita bertambah setiap hari. Kita
kejar kebahagian tapi kita sering menemukan penderitaan. Kita
tak pernah tenang. Allah Swt berfirman:

Tidaklah menimpa kalian musibah kecuali karena perbuatan


tangan-tangan kalian juga. Tetapi Allah mengampuni banyak
sekali ( QS. Al-Syura; 30)

Jadi apa pun yang menimpa kita berasal dari dosa-dosa


yang kita lakukan. Tubuh yang sakit, rezeki yang sempit, musuh
yang menyerang, bencana yang menimpa, hati yang terluka,
semuanya adalah akibat dosa. Tetapi Allah yang Maha Pengasih
tidak selalu menghukum dosa-dosa kita. Dengan sabar Dia
membiarkan kita dan menunggu kita untuk kembali pada-Nya.
Allah selalu menanti hamba-hamba-Nya yang mau melabuhkan
perahunya pada tepian lautan kasih sayang-Nya. Allah
berfirman:

Sekiranya Allah menyiksa manusia karena apa yang mereka


lakukan, tentu tidak akan tinggal dipunggung bumi ini satu
makhluk pun ( yang hidup); tetapi Allah menangguhkan mereka

Ramadhan 1445 H| 91
sampai ke waktu yang ditentukan. Maka apabila datang
waktunya maka sesungguhnya Allah selalu mengawasi hamba-
hamba-Nya (QS. Al Fatir; 45).

Allah Swt masih memberikan tempo kepada kita untuk


bertaubat. Bersihkan dosa-dosa kita dengan meninggalkan
dosa-dosa itu sekarang juga. Datanglah kepada Allah dengan
penuh penyesalan. Akui segala kesalahan dan kemaksiatan kita.
Segera setelah Dia yang maha kasih menerima taubat kita,
semua akibat buruk dosa itu akan dihapuskan. Bukan itu saja
Allah juga akan mengganti seluruh keburukan kita dengan
kebaikan. Allah akan mengganti ketakutan kita dengan rasa
damai, kefakiran kita dengan kecukupan, kebodohan dengan
pengetahuan, kesesatan dengan petujuk. Allah Swt berfirman:
Kecuali orang yang bertaubat dan beramal shalih, maka
mereka akan Allah gantikan keburukannya dengan
kebaikan. Adalah Allah maha Pengampun dan maha
Penyanyang. (Al-Furqan; 70)
Melihat kenyataan yang ada di masyarakat, maka
asumsi yang menyatakan bahwa “Kita adalah masyarakat
religus,” agaknya merupakan sesuatu yang perlu ditinjau
kebenarannya. Yang terlibat secara serius dalam upaya
mensosialisasikan nilai-nilai agama atau yang
memperaktikkannya sungguh sangat minim jika dibandingkan
dengan mereka yang mensosialisasikan nilai-nilai buruk.
Memang masih terlalu banyak kesalahan kita, sehingga wajar
jika krisis yang kita alami belum kunjung teratasi.

Ramadhan 1445 H| 92
‫أكّب‪ ,‬وهلل الح مد‬
‫أكّب‪ ,‬هللا ِ‬
‫أكّب‪ ,‬هللا ِ‬
‫هللا ِ‬
‫‪‘Aidin dan ‘Aidat yang berbahagia.‬‬
‫‪Akhirnya, hanya kepada Allah kita berserah, kepada Allah kita‬‬
‫‪memohon, kepada Allah kita meminta, agar senantiasa‬‬
‫‪diberikan hidayah dan inayah-Nya.‬‬
‫فاعتبروا يا أولي األبصار‬
‫لعلكم تتقون‬
‫‪KHUTBAH KEDUA‬‬
‫هللا اكبر ‪X 7‬‬
‫هللا أكبر كبيرا والحمـد هلل كثيرا‬
‫وسبـحان هللا بكرة و أصيــال‪.‬‬
‫الحمـد هلل الـذي أعـاد األعـياد‬
‫وكــرر‪ ,‬وأحمـده سبـحانه أن‬
‫خـلق وصـور‪.‬وأشـهد أن ال إله إال‬
‫هللا وحـده ال شريـك له شـهادة‬
‫يثـقل بـها المـيزان في‬
‫المحـشر‪.‬وأشـهد أن مـحمدا رسولـ‬
‫هللا المبـعوث إلى األسود واألحـمر‪.‬‬
‫اللـهم فصل وسلـم على سيـدنا‬
‫مـحمد وعلى آله وأصحـابه‬
‫الفـائـزين بالـشرف األفـخر‪.‬‬
‫أما بعــد‪ :‬فيا عبــاد هللا‬
‫اتقــوا هللا فيـما أمـر‪,‬‬

‫‪Ramadhan 1445 H| 93‬‬


‫فقالـ تعالى إن هللا ومالئـكته‬
‫يصلـون علـى النبي ياأيهـا‬
‫الذيـن أمنـوا صلـوا عليـه‬
‫وسلـموا تسليـما‪.‬اللهم صل وسلـم‬
‫علـى سيـدنـا مـحمد خـير الخلـق‬
‫صـاحب الوجـه األنـوار‪ ,‬و عـن‬
‫كل الصـحابة أجمـعين‪.‬‬
‫اللهم اغفـر للمسلمين‬
‫والمسلمات‪ ,‬والمؤمنيـن‬
‫والمؤمنـات‪ ,‬األحياء منـهم‬
‫واألموات‪.‬ربـنا ظلمــنا أنفسنــا‬
‫وإن لم تغفر لنـا وترحمنـا‬
‫لنكونن من الخـاسرين‪.‬ربـنا‬
‫أتـنا في الدنيا حسـنة وفي‬
‫اآلخرة حسـنة وقـنا عذاب النـار‪.‬‬
‫عبـاد هللا‪ ,‬إن هللا يأمر بالـعدلـ‬
‫واإلحســان‪, ,‬إيتـاء ذى القـربى‪,‬‬
‫وينهـى عـن الفحشـاء والمنـكر‬
‫والبـغي‪ ,‬يعـظكم لعـلكم‬
‫تـذكـرون‪ ,‬اذكروا هللا العــظيم‬
‫يذكــركم‪ ,‬واللــه سبـحانه‬
‫وتعـالى أعــــــــلم‪.‬‬

‫‪Ramadhan 1445 H| 94‬‬

Anda mungkin juga menyukai