Anda di halaman 1dari 32

Abu Aniisah Syahrul Fatwa, Lc., MA.

Serial
Ramadhan
1
Abu Aniisah Syahrul Fatwa, Lc., MA.

Serial
Ramadhan
1
Judul Buku
Bersama Nabi n
di Bulan Suci
Penulis
Abu Aniisah Syahrul Fatwa, Lc., MA.

Desain & Layout


Abu Alifah

Ukuran Buku
10,5 cm x 14,5 cm (31 halaman)

Penerbit
Pustaka

Perum Telaga Sakinah, Cluster Pesona Asri


No. 23 Desa Telaga Murni Kec. Cikarang
Barat Kab. Bekasi Jawa Barat
Telp. 081282856568

ii
Serial
Ramadhan
1

Daftar Isi

• Muqaddimah........................................................................ 1
• Menyambut Bulan Ramadhan.....................................3
• Keadaan Nabi n Bersama Rabbnya........................ 12
• Keadaan Nabi n Bersama Para Istrinya............... 21
• Keadaan Nabi n Bersama Ummatnya..................25

iii
Pustaka

iv
Serial
Ramadhan
1

Muqaddimah
‫الر ِحيْ ِم‬
َّ ‫حن‬ َ ْ‫َّ م‬
ِ ‫هلل الر‬ ِ ‫ِمْسِب ا‬
َ َّ َ ُ َ َّ ‫ َو‬.‫ـي‬َ ْ‫َر ِّب الْ َعـالَم ن‬ ُ ْ ْ‫ح‬
‫الســال ُم‬ ‫الصــالة و‬ ِ ِ ِ‫الَمــــد لهل‬
‫ــه ْم‬ َ َ‫ــحابه َو َمن َّاتب‬
ُ ‫ـع‬ َ ‫ع آل َوأَ ْص‬ َ‫َ لَى‬
‫هلل و‬ ْ ُ َ َ‫لَى‬
ِ َِ ِ ِ ِ‫ه‬ ِ ‫ع رســو ِل ا‬
ْ
:‫ أ َّما َبع ُد‬.‫ادلي ْ ِن‬
ِّ ِ‫ــوم‬ْ َ‫ـسان إ ىَل ي‬ َ ‫ح‬ ْ
‫بِ ِإ‬
ِ ٍ

S ungguh Allah w telah memerintahkan


kita untuk mengikuti Rasulullah n dan
mewajibkan bagi semua ummat untuk mentaati­
nya. Allah w berfirman:

1
‫ﮋ ﮠ ﮡ ﮢ ﮣ ﮤ ﮥ ﮦ ﮧﮨ‬
‫ﮩ ﮪﮫ ﮬ ﮭ ﮮ ﮯ ﮰ ﮊ‬
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka teri­
malah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka
tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Se­
sungguhnya Allah amat keras hukumannya.” (QS.
al-Hasyr: 7).
Dan tidak kita ragukan lagi bahwa petunjuk
yang beliau bawa adalah sebaik-baiknya petun­
juk bagi ummatnya. Nah, diantara petunjuk dan
bimbingan Nabi kita adalah perkara yang berkai­
tan dengan puasa Ramadhan. Bagaimana petun­
juk beliau pada bulan mulia ini? Marilah sejenak
kita pusatkan perhatian terhadap potret keadaan
Nabi n selama bulan Ramadhan.1 Allahul Muwaf­
fiq.

1 Penulis banyak mengambil manfaat dari risalah Hakadza Kana


an-Nabiy Fi Ramadhan, Faishal bin Ali al-Ba’dani

2
Serial
Ramadhan
1

Menyambut
Bulan Ramadhan

N abi n adalah orang yang paling sempur­


na zuhudnya. Sangat semangat untuk
meraih keutamaan dari Allah dan negeri akhirat.
Oleh karena itu, beliau sangat senang dan gem­
bira dengan datangnya bulan-bulan yang penuh
dengan pahala dan ketaatan, diantaraya adalah
bulan Ramadhan. Apa dan bagaimana keadaan
Nabi n dalam menyambut bulan yang mulia ini?

3
1. Memperbanyak puasa di bulan Sya’ban
Sebagai persiapan bagi jiwa agar tidak kaget
dengan puasa di bulan Ramadhan. Aisyah s me­
nuturkan;
َّ ْ َ َ َ َ ْ ْ َْ ُ َ ُ ََْ َ
‫ام شه ٍر ِإال‬ ‫استَك َمل ِصي‬ n ‫هلل‬
ِ ‫ما رأيت رسول ا‬
َ ْ َ ْ ُ ْ ً َ َ َ‫َ َ َ َ َ َ َ َ ْ ُ ُ َ ْ ر‬
‫ف شعبَان‬ ِ‫ وما رأيته أكث ِصياما ِمنه ي‬,‫رمضان‬
“Saya tidak perlah mengetahui Rasulullah n pua­
sa sebulan penuh kecuali pada bulan Ramadhan,
dan saya tidak pernah mengetahui dia lebih ba­
nyak berpuasa daripada di bulan Sya’ban.”2
Para ulama mengatakan: “Puasa Sya’ban iba­
ratnya seperti sunnah-sunnah rawatib bagi shalat
fardhu. Dia adalah pembukaan untuk pua­sa Ra­
madhan, yaitu bagaikan puasa rawatib bagi pua­
sa Ramadhan, oleh karena itu disunnahkan puasa
pada bulan Sya’ban dan disunnahkan juga untuk
puasa enam hari di bulan Syawwal. Ibaratnya,
keduanya itu bagaikan rawatib sebelum shalat

2 HR. Bukhari: 1967, Muslim: 782

4
wajib dan setelahnya”.3

Inilah keadaan Nabi kita, beliau memperbanyak­


puasa di bulan Sya’ban, bukan di bulan Rajab se­
bagaimana yang banyak dikerjakan oleh sebagian
kaum muslimin!! mereka meninggalkan petunjuk
yang shahih dengan banyak berpuasa di bulan
Sya’ban dan malah beralih untuk puasa di bulan
Rajab yang dasarnya adalah hadits-hadits lemah
dan palsu!!.4

2. Memberi kabar gembira kepada para sha-


habatnya
Adalah Rasulullah n memberi kabar gembira
kepada para sahabatnya dengan tibanya bulan
Ra­
madhan. Dari Abu Hurairah a bahwasanya
Nabi n bersabda;

ُ ‫ت َض‬ ْ ٌ َ َُ ٌْ َ َ َ ََ ُْ َ ْ ُ َ َ َْ
َ َ‫اف ر‬
‫اهلل‬ ‫قد جاءكم شهر رمضان شهر مبارك‬
َ ْ ُ َ َّ َ ْ‫َ ْ َ ُ ج‬ ُْ ُ َ َ ْ ُ َْ َ
‫امه يفتَ ُح ِفي ِه أبواب الن ِة ويغلق ِفي ِه‬
ُ ‫عليكم ِصي‬

3 Majmu Fatawa Syaikh Ibnu Utsaimin 20/22-23


4 Majmu’ Fatawa 25/290

5
ٌ ْ‫ني فيه يَلْلَ ٌة َخ ر‬ َّ
ُ ‫الشيَاط‬ ُّ َ ُ َ َ ْ‫َ ْ َ ُ ج‬
‫ي‬ ِ ِ ِ ‫ه‬ ‫ي‬
ِ ِ ‫ف‬ ‫ل‬ ‫غ‬ ‫ت‬ ‫و‬ ‫يم‬‫ح‬
ِ ِ ‫ال‬ ‫أبواب‬
ْ َ َ َ َ ْ‫ْ َ ْ َ ْ َ ْ ُ َ َ ر‬
‫يها فقد ُح ِر َم‬ ‫ِمن أل ِف شه ٍر من ح ِرم خ‬
“Sungguh telah datang kepada kalian bulan Ra­
madhan, bulan yang penuh berkah. Allah mewa­
jibkan puasa atas kalian di dalamnya. Pada bulan
ini dibuka pintu-pintu surga, ditutup pintu-pintu
neraka dan dibelenggu setan-setan. Di dalam bu­
lan ini ada sebuah malam yang lebih baik dari
seribu bulan. Barangsiapa yang tercegah dari
kebaikannya, maka sungguh dia tercegah untuk
mendapatkannya.”5
Al-Hafizh Ibnu Rajab v berkata: “Sebagian
ulama mengatakan; hadits ini adalah dalil bo­
lehnya mengucapkan selamat antara sebagian
ma­nusia kepada yang lain berhubungan dengan
datangnya bulan Ramadhan.6 Bagaimana mungkin­

5 HR. Ahmad 12/59, Nasai 4/129. Syaikh al-Albani berkata: “Ha-


dits Shahih Lighairih”. Lihat Shahih at-Targhib 1/490, Tamamul
Minnah hal.395 keduanya oleh al-Albani.
6 Lihat secara luas masalah ini dalam risalah Hukmu at-Tahniah Bi
Dukhuli Syahri Ramadhan, Yusuf bin Abdul Aziz at-Thorifi, karena
beliau telah mengumpulkan dalil-dalil dan ketarangan para

6
seorang mukmin tidak bergembira dengan dibu­
kanya pintu surga?!, bagaimana tidak bergembira
orang yang berbuat dosa dengan ditutupnya pin­
tu neraka?! Bagaimana mungkin orang yang ber­
akal tidak bergembira dengan suatu waktu yang
saat itu setan dibelenggu, waktu mana yang bisa
menyerupai waktu semacam ini?”.7

3. Tidak puasa Ramadhan kecuali dengan


me­­lihat hilal atau menyempurnakan bulan
Sya’­ban
Ketahuilah wahai saudaraku, awal bulan Ra­
madhan ditentukan dengan dua cara8;

Pertama; Terlihatnya hilal9 bulan Ramadhan sek­


alipun yang melihatnya hanya satu orang yang

ulama yang membolehkan hal ini.


7 Lathoiful Ma’arif hal. 279.
8 Al-Wajiz Fi Fiqhi as-Sunnah wal Kitab al-Aziz hal.196-197, DR.
­Abdul Azhim Badawi
9 Hilal itu muncul pada malam pertama, kedua dan ketiga di awal
bulan, kemudian setelahnya menjadi bulan. (as-Shihah 5/1851,
al-Jauhari).

7
adil.10 Berdasarkan haditsnya Ibnu Umar d, dia
berkata;
َ َ ُ َ ُ ْ َ‫َّ ُ ْ َ َ َ َ ْ ر‬ َ ‫تَ َر‬
‫ أن‬n ‫هلل‬
ِ ‫انلاس ال ِهالل فأخبت رسول ا‬ ‫اءى‬
َّ ‫ام ُه َوأَ َم َر‬
َ ‫انل‬
.‫اس بِ ِصيَا ِم ِه‬ َ ‫َرأَ ْيتُ ُه فَ َص‬

“Orang-orang sedang mengamati hilal. Aku kabari


Rasulullah n bahwa aku melihatnya. Beliau ke­
mudian berpuasa dan menyuruh orang-orang
agar ikut berpuasa bersama beliau.”11

Kedua: Jika hilal tidak terlihat, karena suatu se­


bab seperti mendung, maka bulan Sya’ban dige­
napkan 30 hari. Berdasarkan hadits Abu Hurairah
a, bahwasanya Rasulullah n bersabda;
ُ َ َ ِّ‫َ ْ ُ ى‬ ْ َْ ْ
‫ب َعليْك ْم‬ ُ ‫ُص‬
‫ ف ِإن غ‬، ‫ َوأف ِط ُروا ل ِ ُرؤ َي ِت ِه‬، ‫وموا ل ِ ُرؤ َي ِت ِه‬
َ ‫الث‬ َ َ َ َ ْ َ َ َّ ُ ْ ََ
‫ني‬ ِ ‫ث‬ ‫ان‬ ‫ب‬‫ع‬ ‫ش‬ ‫ة‬ ‫د‬ ‫ع‬
ِ ‫فأك ِمل‬
‫وا‬

10 As-Sailul Jaror 2/114, as-Syaukani, Akhshoru al-Mukhtashoroot


hal.161, Muhammad bin Badruddin bin Balban
11 HR. Abu Dawud no.2342, Ibnu Hibban: 3447, Hakim 1/423, Nash-
bur Royah 2/443. Hadits ini Shahih Lihat al-Irwaa: 908 oleh al-
Albani

8
“Berpuasalah kalian karena melihat hilal, dan ber­
bukalah (berhari raya) karena melihat hilal. Jika
awal bulan samar bagi kalian, maka genapkanlah­
bulan Sya’ban hingga tiga puluh hari.”12
Imam at-Tirmidzi v mengatakan: “Para ahli
ilmu telah menegaskan untuk beramal dengan
kandungan hadits ini. Mereka mengatakan; Per­
saksian satu orang bisa diterima untuk penen­
tuan awal puasa. Inilah pendapat yang dipilih
oleh Ibnul Mubarak, Syafi’i, Ahmad, dan orang-
orang kuffah. Dan tidak ada perselisihan antara
ahli ilmu bahwa jika untuk berbuka (berhari
raya) tidak diterima kecuali persaksian dari dua
orang”.13

Dari penjelasan di atas dapat kita pahami bah­


wa metode dalam penentuan awal puasa Rama­
dhan adalah dengan terlihatnya hilal.14 Jika hilal
tidak terlihat, maka dengan menyempurnakan

12 HR. Bukhari: 1909, Muslim: 1081.


13 Sunan at-Tirmidzi hadits no.691.
14 As-Sunan wal Mubtada’at Fil I’baadaat hal.196, Amr Abdul Mun’im
Salim

9
bilangan bulan Sya’ban menjadi 30 hari.

Inilah cara mudah dalam penentuan awal Ra­


madhan yang selayaknya diamalkan oleh seluruh
kaum muslimin. Inilah petunjuk Nabi n dalam
menetapkan awal bulan Ramadhan. Barangsiapa
yang menyangka bahwa dia mengetahui ma­
suknya awal bulan Ramadhan dengan cara selain
yang telah ditetapkan oleh agama, sungguh dia
telah bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya. Se­
perti orang yang mengatakan wajibnya menggu­
nakan metode hisab15 dalam penentuan awal Ra­
madhan, atau wajib berpegang dengan kalender.
Perkara semacam ini tidak bisa diketahui oleh
setiap orang, apalagi metode hisab mengandung
kemungkinan salah.16 Cara dan metode sema­
cam ini memberatkan ummat padahal Allah w

15 Bahkan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah v telah menukil ke-


sepakatan para sahabat bahwa metode hisab tidak bisa jadi
sandaran dalam penentuan awal bulan dan keluarnya. Majmu
Fatawa (25/207). Lihat pula Fathul Bari (4/127), Fatawa Lajnah
Daimah (6/114), Majmu’ Fatawa Syaikh Bin Baz (15/68).
16 Lihat pembahasan menarik tentang batilnya metode hisab se-
cara luas dalam Ahkam al-Ahillah hal.127-147 oleh Ahmad bin
Abdullah al-Furaih

10
­me­ngatakan;

‫ﮋﮪﮫﮬﮭﮮﮯﮰﮊ‬
“Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu
dalam agama suatu kesempitan.” (QS. al-Hajj:
78).
Maka, yang wajib bagi seluruh kaum musli­
min untuk mencukupkan diri dengan apa yang
telah disyariatkan oleh Allah dan Rasul-Nya.17
Marilah kita tinggalkan segala fanatik golongan
karena semua itu hanya akan menjauhkan kita
dari menerima kebenaran. Marilah kita muncul­
kan dalam hati kita semua rasa ingin mencari
kebenaran meskipun hal itu harus bertentangan
dengan sesuatu yang selama ini kita yakini.

17 Ittihaf Ahli Iman Bi Durus Syahri Ramadhan hal.9-10, DR. Sholih


Fauzan

11
Serial
Ramadhan
1

Keadaan Nabi n
Bersama Rabbnya

K etika bulan Ramadhan telah tiba, beliau


menjalani hari-hari Ramadhan dengan
penuh kekhusyuan dan semangat dalam mengi­
sinya dengan berbagai ketaatan. Apa saja amalan
yang beliau kerjakan pada bulan ini?

1. Puasa Ramadhan
Puasa Ramadhan hukumnya wajib bagi setiap
muslim yang baligh, berakal dan tidak memiliki

12
udzur. Tidak terkecuali Nabi kita yang mulia.
­Allah w berfirman:

‫ﮋﭣﭤﭥﭦ ﭧﭨﭩ‬
‫ﭪ ﭫﭬﭭﭮﭯﭰﭱﮊ‬
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan
atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu ber­
taqwa.” (QS. al-Baqarah: 183).
Bahkan tatkala Rasulullah n wafat, beliau su­
dah menjalani sembilan kali puasa Ramadhan.18

Hal ini sebagai bantahan kepada orang-orang


sufi yang mengatakan bahwa seseorang yang
telah mencapai derajat ma’rifat, tidak wajib lagi
shalat, puasa dan lain-lain!!. Juga sebagai bahan
pelajaran bagi orang yang sering berbuka puasa
di siang hari Ramadhan tanpa alasan, padahal Ra­
sulullah n bersabda;

18 Zaadul Ma’ad 2/29.

13
Ketika aku sedang tidur, tiba-tiba datang kepa­
daku dua orang yang kemudian memegang ba­
gian bawah ketiakku dan membawaku ke sebuah
gunung yang terjal. Keduanya berkata, “Naiklah”.
Aku menjawab: “Aku tidak mampu”, keduanya
berkata, “Baiklah, akan kami bantu engkau”.
Akhirnya aku naik juga, tatkala aku sampai pada
pertengahan gunung, aku mendengar suara yang
sangat mengerikan, aku bertanya: “Suara apa
ini?” keduanya berkata: “Itu teriakan penduduk
neraka”. Kemudian aku dibawa lagi, dan aku me­
lihat sekelompok orang yang kaki-kaki mereka
digantung, tulang rahang mereka dipecah, darah
mengalir dari tulang rahang mereka.19 Aku ber­
tanya: “Siapakah mereka itu?” Keduanya menja­
wab: “Mereka adalah orang-orang yang berbuka
puasa sebelum waktunya”.20
Imam adz-Dzahabi v berkata: “Dosa besar
yang ke sepuluh adalah berbuka puasa pada

19 Yaitu kaki mereka digantung di atas dan kepala di bawah, se­


perti ketika tukang jagal menggantung sembelihannya.
20 HR. Nasai dalam al-Kubra 2/246, Ibnu Hibban 16/536, Ibnu Khu-
zaimah 3/137, Hakim 1/430. Lihat Shahih at-Targhib 1/492

14
­bulan Ramadhan tanpa ada udzur dan alasan”.21

Tidakkah kita mencontoh Nabi kita yang mu­


lia yang selalu berpuasa Ramadhan dan tidak
pernah­meninggalkannya! Ataukah jiwa kita su­
dah dipenuhi hawa nafsu sehingga dengan mu­
dah menerjang perintah Allah dan Rasul-Nya?!
Renungkanlah wahai saudaraku!!.

2. Shalat malam
Shalat malam adalah ciri khas orang-orang
shalih. Shalat yang tidak pernah ditinggalkan
oleh Nabi kita yang mulia kecuali karena udzur,
terlebih lagi pada bulan Ramadhan. Mengerjakan
shalat tarawih pada bulan Ramadhan pahalanya
sangat besar. Rasulullah n bersabda:
َّ َ َ َ‫ُ ه‬ ْ ً ْ َ َ َ‫َم ْن ق‬
‫ام َر َم َضان إِي َمانا َواحتِ َسابًا غ ِف َر ُل َما تقد َم‬
َْ
‫ِم ْن ذن ِب ِه‬
“Barangsiapa yang mengerjakan shalat malam
di bulan Ramadhan karena keimanan dan meng­

21 al-Kabaair hal.157-Tahqiq Masyhur Hasan Salman

15
harap pahala Allah, maka akan diampuni dosanya
yang telah lalu.”22
Salah satu potret semangat beliau dalam sha­
lat tarawih pada bulan Ramadhan sebagaimana­
penuturan Aisyah s ketika beliau ditanya; Ba­
gaimana shalatnya Rasulullah n di bulan Rama­
dhan? Aisyah menjawab: “Beliau mengerjakan
shalat malamnya tidak melebihi sebelas rakaat
baik di bulan Ramadhan atau selainnya. Beliau
shalat empat rakaat, maka jangan engkau tanya­
kan bagusnya dan lamanya berdiri. Kemudian
beliau shalat empat rakaat lagi, maka jangan
engkau tanyakan bagusnya dan lamanya berdiri,
kemudian beliau shalat tiga rakaat.” Kemudian
­Aisyah bertanya; “Wahai Rasulullah, apakah eng­
kau tidur sebelum shalat witir?” Beliau men­
jawab; “Wahai Aisyah, kedua mataku tidur akan
tetapi hatiku tidak tidur”.23

22 HR. Bukhari 4/250, Muslim 759


23 HR. Bukhari: 2013

16
3. I’tikaf
Rasulullah n biasa mengerjakan I’tikaf pada
bulan yang mulia ini. Untuk mendekatkan diri
kepada Allah w dan memalingkan hati dari kesi­
bukan dunia.

Imam Ibnul Qayyim v berkata: “Allah men­


syariatkan iktikaf maksud dan intinya adalah
agar hati lebih tenang dan menghadap kepada
Allah. Memusatkan hati, mendekatkan diri kepa­
da-Nya dan menghilangkan kesibukan yang ber­
hubungan dengan manusia, hanya sibuk kepada
Allah saja”.24

Semangat beliau dalam mengerjakan I’tikaf


tercermin dalam hadits Aisyah s ketika berkata;
“Adalah Rasulullah n mengerjakan I’tikaf pada
setiap Ramadhan”.25

Bahkan termasuk potret beliau yang paling


menonjol di sepuluh terakhir bulan Ramadhan
adalah kesungguhan beliau dalam menghidupkan­

24 Zaadul Ma’ad 2/82


25 HR. Bukhari: 2041

17
malam-malam terakhir Ramadhan. Aisyah s
berkata: “Rasulullah n bersungguh-sungguh
pa­da­sepuluh hari terakhir tidak seperti pada
selainnya”.26

Aisyah s juga menuturkan: “Adalah Rasu­


lullah n bila memasuki sepuluh hari terakhir
bulan Ramadhan beliau menghidupkan malam­
nya, membangunkan keluarganya, bersungguh-
su­ngguh dan menguatkan ikatan sarungnya”.27

4. Mencari Lailatul Qadr


Malam lailatul qadr adalah malam yang dinan­
ti kehadirannya oleh setiap hamba di bulan mulia
ini. Allah w menyembunyikan waktu kehadiran
malam ini sebagai ujian bagi setiap hamba agar
diketahui mana yang bersungguh-sungguh de­
ngan yang malas-malasan.

Al-Hafizh Ibnu Hajar v berkata: “Saya me­


nguatkan bahwa Lailatul Qadr itu pada sepuluh
hari terakhir dan berganti-ganti. Para ulama

26 HR. Muslim: 1175


27 HR. Muslim: 1174

18
mengatakan; Hikmah tersembunyinya kepastian
waktu Lailatul Qadr itu agar manusia bersungguh­
-sungguh untuk mencarinya. Seandainya kepas­
tian malamnya diberitahu, maka manusia hanya
akan bersungguh-sungguh di malam itu saja
­(sedangkan malam lainnya tidak)”.28

Perhatian Rasulullah n terhadap malam mulia


ini diwujudkan dengan anjuran beliau agar meng­
hidupkan malam lailatul qadr dan mengisinya
dengan shalat dan lain-lain. Beliau n bersabda;
َ َ ْ‫ْ َ ر‬ ْ َ ْ َ َ ْ َ‫حَ َ َّ ْ ي‬
‫اخ ِر ِم ْن َر َم َضان‬
ِ ‫ش األ َو‬
ِ ‫ع‬ ‫ال‬ ‫ف‬ِ‫ى‬ ‫ر‬
ِ ‫تروا للة الق‬
‫د‬
“Carilah Lailatul Qadr pada sepuluh hari terakhir
bulan Ramadhan.”29
Beliau n juga bersabda:
َّ َ َ َ‫ُ ه‬ ْ ً َ ْ َ ْ َ َ ْ َ‫َ ْ َ َ ي‬
‫يمانا َواح ِت َسابًا غ ِف َر ُل َما تقد َم‬ ‫من قام للة القد ِر ِإ‬
َْ
‫ِم ْن ذن ِب ِه‬

28 Fathul Bari 4/266


29 HR. Bukhari: 2020, Muslim: 1169

19
“Barangsiapa yang shalat pada malam Lailatul
Qadr dengan penuh keimanan dan harapan pa­
hala, niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang
telah lalu.”30

30 HR. Bukhari: 2014, Muslim: 760

20
Serial
Ramadhan
1

Keadaan Nabi n
Bersama Para Istrinya

B arangsiapa yang memperhatikan keada­


an Nabi kita di bulan mulia ini, niscaya
dia akan mendapati bahwa beliau adalah se­
baik-baiknya suami bagi para istrinya. Apa dan
bagaimana keadaan beliau bersama para istrinya
pada bulan Ramadhan?

1. Mengajarkan para istri


Kesibukan beliau n sebagai seorang pemimpin

21
ummat tidak menghalangi langkah beliau dalam
mengajari para istrinya. Diantara bukti yang
menunjukkan hal ini adalah hadits Aisyah s ke­
tika bertanya;
َْ ْ َ ْ َ َ َ‫َ َ َ ْ َ ْ َ َ ْ ُ ي‬ َ َُ َ
‫ت لْلة القد ِر َما أد ُعو‬ ‫هلل أرأيت إِن وافق‬ِ ‫يا رسول ا‬
ُ ْ َ ْ ْ ُّ ُ‫َ َ َ ُ َ ُ َّ َّ َ َ ُ ٌّ ح‬
‫ب ال َعف َو فاعف‬ ‫ت‬
ِ ‫ تقو ِلني اللهم إِنك عفو‬: ‫ قال‬,
َ
‫عن‬
Wahai Rasulullah, bila aku mendapati Lailatul
Qodr, apakah yang saya ucapkan?. Nabi n ber­
sabda; “Ucapkanlah: Ya Allah, Engkau Maha Pe­
ngampun dan mencintai orang yang meminta
ampun, maka ampunilah aku”.31
Demikian juga hadits Aisyah s ketika ditanya
oleh seorang wanita: “Mengapa wanita haidh
diperintah untuk mengqadha puasa dan tidak
mengqadha shalat?” Aisyah s menjawab: “Kami
mengalami haidh pada zaman Rasulullah, maka
kami diperintah untuk mengqadha puasa dan

31 HR. Tirmidzi: 3513, Ibnu Majah: 3850. Dishahihkan oleh al-Alba-


ni dalam al-Misykah no.2091

22
­tidak diperintah untuk mengqadha shalat”.32

2. Mengerjakan sebagian ibadah bersama


keluarga
Nabi n adalah suri tauladan terbaik bagi um­
matnya. Beliau tidak hanya sibuk mengatur uru­
san ummat saja, namun masih sempat mengajak
keluarga untuk mengerjakan sebagian ibadah.
Abu Dzar a menuturkan: “Nabi tidak pernah
shalat bersama kami, hingga ketika bulan tinggal
tiga hari, beliau shalat bersama kami pada malam
ketiganya, beliau mengajak keluarga dan istri-
istrinya. Beliau menjadi imam bagi kami, hingga
kami khawatir hampir masuk waktu shubuh”.33

3. Tetap mesra bersama para istrinya


Walaupun pada siang hari kita dilarang ber­
hubungan badan, akan tetapi kemesraan, ke­
dekatan dan tali kasih sayang kepada istri tetap

32 HR. Bukhari: 321, Muslim: 335.


33 HR. Tirmidzi: 806 dll. Lihat takhrij lengkapnya dalam Shalat
Taraawih hal.15, al-Albani

23
harus­dijaga. Nabi kita pada bulan Ramadhan ti­
dak dingin dan seolah-olah tidak perhatian ter­
hadap istrinya. Namun beliau tetap menjaga hal
itu semua, diantaranya beliau tetap mencium
dan menunjukkan perhatian kepada istrinya.
Hal yang sederhana ini, walaupun kelihatannya
ringan namun punya pengaruh kuat dalam jiwa
istri.

Aisyah s menuturkan:
ُ َ ُ َُ ُ ُ َ َ َ‫ا‬
.‫ يقبِّل ىِف َر َم َضان َوه َو َصائِ ٌم‬n ‫هلل‬
ِ ‫كن رسول ا‬
“Adalah Rasulullah n mencium para istrinya dan
beliau sedang puasa Ramadhan.”34

34 HR. Muslim: 1106

24
Serial
Ramadhan
1

Keadaan Nabi n
Bersama Ummatnya
1. Mengajarkan perkara tentang puasa
Mengajarkan, membimbing dan mengarahkan
adalah tugas para Nabi dan Rasul kepada umat­
nya. Rasulullah n bersabda;
َ َ َ ً ِّ َ َ ُ َ َ ً ِّ َ ُ ْ َ ْ َ ْ َ َ َّ
‫ك ْن َب َعثن‬
ِ ‫ِإن اهلل لم يبعث ىِن معنتا وال متعنتا ول‬
‫سا‬ً ِّ‫ُم َعلِّ ًما ُميَ ر‬
“Sesungguhnya Allah tidak mengutusku untuk

25
bersikap keras dan tidak juga mencari kesalahan
orang, akan tetapi Allah mengutusku sebagi guru
dan memberi kemudahan.”35
Dalam bulan Ramadhan, beliau n selalu me­
ngarahkan ummatnya dalam permasalahan yang
mereka butuhkan seputar puasa dan Ramadhan.
Diantara contohnya adalah;

Hadits samurah bin Jundub a bahwasanya


Nabi n bersabda:
َ َ َ ُ ‫الس‬ َ ُ َ ْ ُ َ َ َ َّ َّ ُ َ َ
َّ ‫الل م َن‬
‫ور َوال هذا‬
ِ ‫ح‬ ِ ٍ ِ‫ال يغرن أحدكم نِداء ب‬
ُ َ َ ْ‫ب‬
َ ‫اض َح ىَّت ي َ ْستَط‬
‫ري‬ ِ ‫الي‬
“Jangan kalian tertipu dengan adzannya Bilal
pada waktu sahur. Dan jangan pula tertipu
dengan bayangan putih ini sampai benar telah
membentang.”36

35 HR. Muslim: 1478


36 HR. Muslim: 1094

26
2. Membantu fakir dan miskin
Bulan Ramadhan adalah bulan kasih sayang
dan kedermawanan. Marilah kita contoh pribadi
Nabi kita Muhammad n dalam hal ini, beliau
adalah orang yang paling dermawan dan lebih
dermawan lagi apabila di bulan Ramadhan, se­
hingga digambarkan bahwa beliau lebih der­
mawan daripada api yang kencang. Ibnu Abbas
d berkata:
ُ ْ َ َ َ‫ا‬ ََْ َ ُ ُ َ َ َ‫ا‬
‫ َوكن أج َود َما‬، ‫اس‬
ِ َّ
‫انل‬ ‫د‬‫ أجو‬n ‫هلل‬
ِ ‫كن رسول ا‬
َ ُ ُ
‫يَكون ىِف َر َم َضان‬
“Adalah Rasulullah n manusia yang paling der­
mawan. Beliau sangat dermawan jika bulan
Ramadhan.”37
Allahu A’lam

37 HR. Bukhari: 6, Muslim: 2308

27

Anda mungkin juga menyukai