MAKALAH
Kajian Kebahasaan
Dosen Pengampu:
Nur Azmi Alwi, S.S., M.Pd
Oleh:
Gilang Rayhan Akbar
NIM : 21129398
Puji dan syukur penulis persembahkan pada kehadirat Allah Swt., yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, serta kesehatan sehingga penulis
dapat menyelesikan makalah ini dengan judul “Fonologi dan Morfologi”.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN.................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 1
C. Tujuan Masalah........................................................................... 2
D. Manfaat........................................................................................ 2
BAB II : PEMBAHASAN..................................................................... 3
A. Fonologi...................................................................................... 3
B. Fonem Bahasa Indonesia............................................................. 5
C. Metode dan Implementasi Pembelajaran Fonologi Di SD.......... 9
D. Pengertian Morfologi Bahasa Indonesia..................................... 13
E. Morfem-Morfem Bahasa Indonesia............................................ 14
F. Masalah Morfologi Pada Pembelajaran Di Sekolah Dasar......... 18
G. Solusi Terhadap Masalah Morfologi Pada Anak SD.................. 22
A. Kesimpulan.................................................................................. 24
B. Saran............................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 25
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Oleh karena itu, untuk mencapai suatu ukuran lafal/fonem baku dalam
bahasa Indonesia, sudah seharusnya lafal-lafal atau intonasi khas daerah itu
dikurangi jika mungkin diusahakan dihilangkan. Sebagai seorang guru,
pemahaman struktur fonologi dan morfologi bahasa Indonesia selain dapat
menjadi bekal dalam pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam
kehidupan sehari-hari juga dapat bermanfaat dalam pembinaan kemampuan
berbahasa siswa.
B. Rumusan Masalah
1
2
C. Tujuan Masalah
D. Manfaat
Manfaat membaca makalah ini tentu saja agar dapat mengenal dan
mengerti lebih jauh apa yang dimaksud dengan fonologi dan morfologi, serta
bagaimana cara menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan fonologi dan
morfologi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Fonologi
1. Pengertian Fonologi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) dinyatakan bahwa fonologi
adalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut
fungsinya. Dengan demikian fonologi merupakan sistem bunyi dalam bahasa
Indonesia atau dapat juga dikatakan bahwa fonologi adalah ilmu tentang bunyi
bahasa.
Menurut Kridalaksana (2002) dalam kamus linguistik, fonologi adalah
bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya.
Dengan demikian, fonologi adalah sistem bunyi dalam bahasa Indonesia atau
dapat juga dikatakan bahwa folologi adalah ilmu tentang bunyi dan bahasa.
3
4
b) Fonemik
Fonemik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi-bunyi bahasa yang
berfungsi sebagai pembeda makna. Terkait dengan pengertian tersebut, fonemik
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) diartikan: (1)bidang linguistik
tentang sistem fonem; (2)sistem fonem suatu bahasa; (3)prosedur untuk
menentukan fonem suatu bahasa.
Jika dalam fonetik kita mempelajari segala macam bunyi yang dapat
dihasilkan oleh alat-alat ucap serta bagaimana tiap-tiap bunyi itu dilaksanakan,
maka dalam fonemik kita mempelajari dan menyelidiki kemungkinan-
kemungkinan, bunyi ujaran yang manakah yang dapat mempunyai fungsi untuk
membedakan arti.
Chaer (2007) mengatakan bahwa fonemik mengkaji bunyi bahasa yang
dapat atau berfungsi membedakan makna kata. Misalnya bunyi [l], [a], [b] dan
[u]; dan [r], [a], [b] dan [u] jika dibandingkan perbedaannya hanya pada bunyi
yang pertama, yaitu bunyi [l] dan [r]. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
kedua bunyi tersebut adalah fonem yang berbeda dalam bahasa Indonesia, yaitu
fonem /l/ dan fonem /r/.
Sebagai bidang yang berkonsentrasi dalam deskripsi dan analisis bunyi-
bunyi ujar, hasil kerja fonologi berguna bahkan sering dimanfaatkan oleh cabang
cabang linguistik yang lain, misalnya morfologi, sintaksis, dan semantik. Berikut
penjelasan fonetik dalam berbagai cabang, sebagai berikut:
5
satuan memiliki fungsi untuk membedakan makna. Fonem tidak dapat berdiri
sendiri karena belum mengandung arti.
2. Jenis-Jenis Fonem
Dalam bahasa Indonesia, secara resmi ada 32 buah fonem, yangterdiriatas:
(a) fonem vokal 6 buah (a, i. u, e, ∂, dan o), (b) fonem diftong 3 buah, dan (c)
fonem konsonan 23 buah (p, t, c, k, b, d, j, g, m, n, n, η, s, h, r, l,w, dan z)
a) Fonem vokal
Fonem vokal yang dihasilkan tergantung dari beberapa hal berikut.
1. Poisi bibir (bentuk bibir ketika mengucapkan sesuatu bunyi).
2. Tinggi rendahnya lidah (posisi ujung dan belakang lidah ketika
mengucapkan bunyi.
3. Maju-mundurnya lidah (jarak yang terjadi antara lidah dan lengkung
kaki gigi).
Menurut posisi lidah yang membentuk rongga resonansi, vokal-vokal
digolongkan:
Vokal tinggi depan dengan menggerakkan bagian depan lidah
ke langit-langit sehingga terbentuklah rongga resonansi, seperti
pengucapan bunyi [i].
Vokal tinggi belakang diucapkan dengan kedua bibir agak maju
dan sedikit membudar, misalnya /u/.
Vokal sedang dihasilkan dengan menggerakkan bagian depan
dan belakang lidah ke arah langit-langit sehingga terbentuk
ruang resonansi antara tengah lidah dan langit-langit, misalnya
vokal [e].
Vokal belakang dihasilkan dengan menggerakkan bagian
belakang lidah ke arah langit-langit sehingga terbentuk ruang
resonansi antara bagian belakang lidah dan langit-langit,
misalnya vokal [o].
Vokal sedang tengah adalah vokal yang diucapkan dengan agak
menaikkan bagian tengah lidah ke arah langit-langit, misalnya
Vokal /б /
7
“Listen and repeat” adalah suatu metode dimana guru memberikan contoh
pelafalan, kemudian siswa menirukan. Dengan metode ini, maka guru dapat
langsung membenarkan pelafalan siswa yang salah, sehingga semua huruf dan
kata bisa dilafalkan siswa dengan baik dan benar. Setelah itu, guru dapat
menunjuk siswa satu per satu untuk melafalkan suatu kata, sebagai salah satu
bentuk evaluasi keberhasilan pengajaran konsep fonologi secara individual.
Dengan demikian, tidak akan ditemukan lagi kesalahan-kesalahan dalam pelafalan
kata yang dapat menimbulkan ambigutas.
3. Wujud Morfem
Samsuri (1982:182) yang juga dikutip oleh Prawirasumantri (1985:138)
memaparkan hasil penelitian para pakar terhadap bahasa-bahasa di dunia. Pada
dasarnya, wujud morfem bahasa itu ada lima macam, yaitu :
15
4. Jenis-Jenis Morfem
Berdasarkan kriteria tertentu, morfem dapat diklasifikasikan
menjadibeberapa jenis. Penjenisan ini dapat ditinjau dari dua segi yakni
hubungannya dan distribusinya (Samsuri, 1982:186; Prawirasumantri, 1985:139)
a) Dintinjau dari Hubungan Struktur
16
unsur- unsur (1) dasar atau bentuk dasar (2) afiks dan (3) makna gramatikal yang
dihasilkan. Proses ini dapat bersifat inflektif dan dapat pula bersifat derivatif.
Namun, proses ini tidak berrlaku untuk semua bahasa. Ada sejumlah bahasa yang
tidak mengenal proses afiksasi ini.
Bentuk dasar atau dasar yang menjadi dasar dalam proses afiksasi dapat
berupa akar, yakni bentuk terkecil yang tidak dapat disegmentasikan lagi,
misalnya meja, beli, makan, dan sikat. Dapat juga berupa bentuk kompleks,
seperti terbelakang pada kata keterbelakangan, berlaku pada kata memperlakukan,
dan aturan pada kata beraturan. Dapat juga berupa frase seperti ikut serta pada
keikutsertaan, istri simpanan pada istri simpanannya, dan tiba di Jakarta pada
setiba di Jakarta.
Afiks adalah sebuah bentuk, biasanya berupa morfem terikat, yang
diimbuhkan pada sebuah dasar dalam proses pembentujan kata. Sesuai dengan
sifat kata yang dibentuknya, dibedakan adanya dua jenis afiks yaitu afiks inflektif
dan afiks derivatif. Yang dimaksud dengan afiks inflektif adalah afiks yang
digunakan dalam pembentukan kaya- kata inflektif atau paradigma infleksional.
Misalnya prefiks me- yang inflektif dan prefiks me- yang derivatif. Sebagai afiks
inflektif prefiks me- menandai bentuk kalimat indikatif aktif, sebagai kebalikan
dari prefiks di- yang menandai bentuk indikatif pasif. Sebagai afiks derivatif,
prefiks me- membentuk kata baru, yaitu kata identitas leksikalnya tidak sama
dengan bentuk dasarnya. Misalnya, terdapat pada kata membengkak yang berkelas
verba dari dasar ajektifa atau mematung yang berkelas verba dari dasar nomina.
Ada beberapa macam proses afiksasi dan salah satunya adalah prefiks.
Yang dimaksud dengan prefiks adalah afiks yang diimbuhkan di muka bentuk
dasar. Prefiks dapat muncul bersama dengan sufiks atau prefiks lain. Misalnya
prefiks ber- bersama sufiks –kan pada kata berdasarkan, prefiks me- dengan
sufiks kan- pada kata mengiringkan, prefiks ber- dengan infiks -em- dan sufiks –
an pada kata bergemetaran.
Masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah bagaimana afiksasi
atau awalan pada afiks me- pada pembelajaran anak Sekolah dasar. Masalah yang
terdapat pada anak- anak ini adalah mereka kurang bisa pada variasi awalan me-.
20
Misalnya pada awalan me- menjadi men- kalau dirangkaikan dengan kata
asal yang awalnya huruf konsonan /d/, /c/, /j/.
Contohnya:
a. me + cubit à anak- anak biasanya menulis menyubit yang seharusnya adalah
mencubit.
b. me + contoh à anak- anak biasanya menulis menyontoh yang seharusnya
adalah mencontoh.
Awalan me- menjadi meny- jika dirangkaikan dengan kata yang huruf
awalnya berkonsonan /s/.
Contohnya:
a. me + sapu à anak- anak biasanya menulis mensapu yang seharusnya menyapu.
Awalan me- yang mendapat imbuhan /sy/.
Contohnya:
a. me + syiarkan à anak- anak biasanya menulis menyiarkan yang seharusnya
adalah mensyiarkan.
Sehingga dapat diajarkan kepada anak didik, ada beberapa variasi awalan me-
1. Awalan me- menjadi men- kalau dirangkaikan dengan kata asal yang awalnya
huruf konsonan /d/, /c/, /j/, /t/
Misalnya:
me + dapat = mendapat
me + debat = mendebat
me + curi = mencuri
me + cabut =mencabut
me + jumlah = menjumlah
me + jaga = menjaga
me + tulis = menulis
2. Awalan me- menjadi meny- jika dirangkaikan dengan kata yang huruf awalnya
berkonsonan /s/, konsonan /s/ umumnya luluh. Dan yang berkonsonan /sy/,
konsonan /sy/ tidak luluh.
Misalnya:
me + sapu = menyapu
me + syiarkan = mensyiarkan
21
3. Awalan me- menjadi meng- jika dirangkaikan dengan kata yang huruf awalnya
bervokal /a/, /i/, /e/, /u/, /o/, dan konsonan /h/, /kh/, /k/.
Misalnya:
me + ambil = mengambil
me + injak = menginjak
me + ejek = mengejek
me + embun = mengembun
me + obral = mengobral
me + urus = mengurus
me + harap = mengharap
me + khayal = mengkhayal
me + karang = mengarang
me + alir = mengalir
4. Awalan me- menjadi mem- jika dirangkaikan dengan kata yang huruf awalnya
berkonsonan /b/, /p/, /f/, /v/
Misalnya:
me + beku = membeku
me + pukul = memukul
me + fitnah = memfitnah
me + veto = memveto
5. Awalan me- tetap berbentuk me- jika dirangkaikan dengan kata yang awalnya
berkonsonan /l/, /r/, /w/, /m/, /n/, /ng/, /ny/.
Misalnya:
me + laju = melaju
me + rusak = merusak
me + wangi = mewangi
me + minta = meminta
me + nari = menari
me + ngemil = mengemil
me + penyanyi = menyanyi.
6. Awalan me- yang mengalami perubahan dengan menge-
Misalnya :
22
3) Ketika peserta didik (siswa) diberikan evaluasi (latihan) apabila ada yang
tidak dimengerti siswa maka guru harus mengulang kembali atau
menjelaskan kembali beserta contoh, sehingga siswa benar- benar
mengerti.
4) Guru adalah model. Sehingga guru harus mampu mencontohkan
bagaimana penggunaan awalan tersebut, baik dalam berbicara secara lisan
maupun dalam tulisan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa fonologi adalah
sistem bunyi dalam bahasa Indonesia. Fonologi mencakup dua kajian ilmu, yaitu
fonetik dan fonemis. Morfologi merupakan cabang ilmu bahasa yang mempelajari
seluk-beluk pembentukan kata. Proses perulangan atau reduplikasi adalah
pengulangan bentuk, baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi
fonem maupun tidak.
B. Saran
Sebagai seorang guru, pemahaman struktur fonologi dan morfologi bahasa
Indonesia perlu diperluas, karena selain dapat menjadi bekal dalam pemakaian
bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari juga dapat
bermanfaat dalam pembinaan kemampuan berbahasa siswa.
24
DAFTAR PUSTAKA
25