Anda di halaman 1dari 16

Nilai-Nilai Juang Dalam Perumusan Pancasila Sebagai Dasar Negara

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada tahun 1942 Jepang telah mengakhiri penjajahan Belanda di Indonesia selama kurang lebih
tiga setengah abad, dan pada tahun itu pula mulailah masa penjajahan Jepang atas tanah air
kita. Penjajahan Jepan yang membawa penderitaan lahir dan batin pada rakyat Indonesia, telah
menimbulkan kebencian dan telah memupuk rasa persatuan di kalangan bangsa Indonesia.

Jepang membujuk para pemimpin Indonesia supaya mau bekerja sama dengan mereka untuk
kepentingan perangnya melawan sekutu. Karena bujukan yang memaksa itu, para pemimpin
kita mau memenuhi permintaanya, disamping kesempatan itu dipergunakan untuk menggalang
persatuan bangsa sehingga menjadi kokoh dan menyiapkan rakyat untuk perjuangan
selanjutnya.

Pemimpin-pemimpin kita mendesak Pemerintahan Pendudukan Jepang agar segera


memerdekakan Indonesia, atau setidak-tidaknya mengambil tindakan, langkah-langkah dan
usdaha-usaha konkret untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

Pemerintahan Jepang yang menyadari bahwa kedudukan mereka semakin terdesak oleh
sekutu, tidak dapat menghindari tuntutan-tuntutan pimpinan kita untuk mewujudkan Indonesia
Merdeka, walaupun Jepang mengusahakan agar Indonesia merdeka itu tetap berada dalam
lingkungan Asia Timur Raya di bawah pimpinan Pemerintahan Pusat Jepang. Pemerintah Jepang
di Indonesia mengetahui bergeloranya kebangsaan di dalam dada pemimpin-pemimpin bangsa
Indonesia, oleh karena itulah mereka mulai memperhatikan usul-usul dan desakan-desakan
pemimpin kita.
Untuk menarik hati bangsa Indonesia, maka pada tanggal 7 September 1944 Pemerintah
Balatentara Jepang mengeluarkan janji, “Kemerdekaan Indonesia di kemudian hari”. [1]Sebagai
tindak lanjut dari janjinya (kemerdekaan), maka pada tanggal 1 Maret 1945 Jepang
mengumumkan akan dibentuknya Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI) atau “Dokuritsi Junbi Choosakai”.[2] Dari badan inilah di mulai semangat
dan harapan kemerdekaan Indonesia yang bergejolak dalam diri bangsa Indonesia. Selama
berdiri BPUPKI telah mengadakan dua kali sidang yakni 29 Mei-1 Juni, dan 10-16 Juli 1945.
Dalam sidang itu didiskusikanlah mengenai dasar negara yang akan digunakan, serta hal-hal
yang berkenaan dengan persipan kemerdekaan Indonesia. Hingga kemudian disepakatilah
suatu dasar negara yakni Pancasila yang berarti lima dasar atau lima asas. Selain itu, terkandung
pula nilai-nilai juang yang dijunjung tinggi dalam proses perumusan Pancasila oleh para tokoh
wakil bangsa. Yang pada pemaparannya akan dijelaskan dalam makalah yang kami susun.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah sejarah singkat pancasila ?

2. Bagaimanakah proses perumusan pancasila sebagai dasar negara?

3. Apa sajakah nilai-nilai juang yang terkandung dalam proses perumusan pancasila?

4. Bagaimanakah cara meneladani nilai-nilai juang dalam pancasila?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Sejarah singkat pancasila ?

2. Proses perumusan pancasila sebagai dasar negara?

3. Nilai-Nilai juang yang terkandung dalam proses perumusan pancasila?


4. Cara meneladani nilai-nilai juang dalam pancasila?

5. Metode Penelitian

Penelitian ini adalah jenis penelitian literer, yakni penelitian yang menjadikan literatur (buku-
buku) sebagai bahan rujukannya. Adapun metode yang dipakai adalah :

1. Metode Induktif

Metode ini menggunakan cara-cara berpikir dari hal-hal yang sifatnya khusus menuju hal-hal
yang bersifat umum.

2. Metode deduktif

Metode ini menggunakan cara-cara berpikir dari hal-hal yang sifatnya umum menuju ke hal-hal
yang khusus.

3. Metode Korelasi

Metode ini menggunakan cara-cara berpikir dengan mencari korelasi (hubungan) antara
sesuatu hal dengan hal yang lain.

BAB II

Nilai-Nilai Juang Dalam Perumusan Pancasila

Sebagai Dasar Negara

Standar Kompetensi : Menghargai Nilai-nilai juang dalam proses perumusan Pancasila


sebagai dasar negara

Kompetensi Dasar :

1.1 Menceritakan nilai-nilai juang dalam proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara.
1.2 Menceritakan secara singkat nilai kebersamaan dalam proses perumusan Pancasila sebagai
dasar negara

1.3 Meneladani nilai-nilai juang para tokoh yang berperan dalam proses perumusan Pancasila
sebagai dasar negara dalam kehidupan sehari-hari

I. Perumusan Pancasila Sebagai Dasar Negara

1. Sejarah Lahirnya Pancasila


Menurut sejarah, pada abad VII-XXI, di Indonesia berdiri kerjaan Sriwijaya di
Sumatera Selatan, kemudian pada sekitar abad XIII-XVI berdirilah Kerajaan
Majapahit di Jawa Timur. Pada kedua zaman itu, syarat-syarat sebagai bangsa
yang mempunyai negara, telah dipenuhi oleh bangsa Indonesia, baik Sriwijaya
maupun Majapahit, pada zamannya, sudah berdiri sebagai negara bersatu, serta
memiliki wilayah yang meliputi Nusantara ini. Pada zaman itu bangsa Indonesia
telah mengalami kehidupan yang tentram dan makmur.

Unsur-unsur yang terdapat dalam pancasila, yakni ketuhanan, kemanusiaan,


persatuan, musyawarah dan keadilan sosial yang telah dihayati serta dilaksanakan
oleh bangsa Indonesia pada waktu itu, hanya saja belum dirumuskan secara
nyata.

Berdasarkan hal tersebut, jelas bahwa pancasila telah lama tergurat dan berakar
dalam hati bangsa Indonesia, jauh sebelum dirumuskan dan disahkan oleh Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Akibat penjajahan, pancasila seolah-
olah hilang dan terbenam dalam penderitaan dan kesengsaraan bangsa Indonesia.
Akan tetapi, pada akhirnya putera-puteri Indonesia yang berjiwa patriotik berhasil
menggali nilai-nilai pancasila sebagai mutiara yang terbenam dari dalam bumi
sejarah bangsa dan negara Indonesia. Oleh karean itu, sudah sepantasnya kita
memberikan penghormatan dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
para pemimpin bangsa kita yang telah berhasil menggali dan merumuskan
pancasila sebagai dasar negara.

2. Proses Merumuskan Pancasila sebagai Dasar Negara


Adapun riwayat timbulnya beberapa rumusan dan sistematika Pancasila itu erat
hubungannya dengan detik-detik sejarah menjelang proklamasi kemerdekaan
Indonesia. Peristiwanya dimulai dengan kekalahan Jepang terhadap sekutu di
beberapa medan pertempuran dalam Perang Pasifik.

Sehubungan dengan keadaan peperangan yang sangat tidak menguntungkan bagi


jepang, maka Jepang memerlukan sekali bantuan untuk mengatasi keadaan yang
snagat kritis saat itu. Untuk memperoleh bantuan yang sebesar-besarnya dari
rakyat Indonesia, maka Jepang kemudian menggunakan taktiknya untuk menarik
simpati rakyat Indonesia, salah satunya ialah menjanjikan kemerdekaan kepada
bangsa Indonesia, jika Jepang menang dalam Perang Pasifik (Asia Timur Raya).
Janji jepang itu disertai tindakan dengan membentuk Dokuritsu Junbi Choosakai
atau Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

a. Badan Penyeilidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia


(Dokuritsu Junbi Choosakai)

BPUPKI dibentuk pada tanggal 29 April 1945, tetapi baru dilantik pada tanggal 28
Mei 1945, dengan ketua Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat.

Tujuan dibentuknya BPUPKI adalah untuk mempelajari dan menyelidiki hal-hal


yang penting yang berhubungan dengan segi-segi politik dan ekonomi, tata
pemerintahan, dan yang lain-lainnya yang dibutuhkan dalam usaha pembentukan
negara Indonesia merdeka. Susunan pengurus BPUPKI terdiri atas bedan
perundingan dan kantor tata usaha. Badan perundingan terdiri atas Kaico (ketua),
dua orang Fuku Kaico (ketua muda), dan enam puluh Iin (anggota).

Bagi bangsa Indonesia, dengan telah diresmikan BPUPKI, berarti bangsa Indonesia
memperoleh kesempatan secara legal untuk mengadakan persiapan
kemerdekaan dan perumusan syarat-syarat yang harus dipnuhi oleh sebuah
negara merdeka. Oleh karena itu, pada tanggal 29 Mei-1 Juni 1945 dilangsungkan
sidang pertama BPUPKI yang membicarakan asas dan dasar negara Indonesia
merdeka.

1) Pada hari pertama sidang BPUPKI tanggal 29 Mei 1945. Mr. Muhammad
Yamin mengusulkan rumusan dasar negara Indonesia sebagai berikut:

a) Peri kebangsaan

b) Peri kemanusiaan

c) Peri ketuhnan

d) Peri kerakyatan

e) Kesejahteraan rakyat

2) Pada sidang tanggal 31 Mei 1945, Prof. Soepomo mengusulkan dasar


negara Indonesia harus mengandung nilai-nilai paham negara kesatuan
(integralistik). Adapun rumusan dasar negara yang dikemukakan Prof. Soepomo
adalah sebagai berikut:

1) Persatuan

2) Kekeluargaan

3) keseimbangan lahir batin

4) Musyawarah

5) Keadilan rakyat
3) Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno mengusulkan Lima Dasar Negara
Indonesia Merdeka, yaitu sebagai berikut:

1) Nasionalisme

2) Kekeluargaan

3) Keseimbangan lahir batin

4) Kesejahteraan Sosial

5) ketuhanan yang berkebudayaan

4) Piagam Jakarta

Pada tanggal 22 Juni 1945, sembilan tokoh nasional yang juga tokoh BPUPKI,
mengadakan pertemuan untuk membahas pidato serta usul-usul mengenai asas
negara yang telah dikemukakan dalam sidang BPUPKI.

Setelah mengadakan pembahasan, maka sembilan tokoh selanjutnya disebut


Panitia Sembilan tersebut menyusun sebuah piagam dengan nama Piagam Jakarta
atau Jakarta Charter yang di dalamnya terdapat rumusan dan sistematika
Pancasila, yaitu sebagai berikut:

1) Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-


pemeluknya

2) Kemanusiaan yang adil dan beradab

3) Persatuan Indonesia

4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawartan perwakilan
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

b. Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Dokurisu Junbi Inkai)

Pada tanggal 7 Agustus 1945, BPUPKI dibubarkan dan diganti menjadi PPKI
(Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dalam bahasa Jepang disebut
“Dokuritsu Junbi Inkai. PPKI ini diketahui oleh Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta
sebagai wakilnya.

Pada tanggal 18 Agustus 1945 PPKI mengadakan sidangnya yang pertama, dan
menghasilkan beberapa keputusan yaitu sebagai berikut.

1) Mengesahkan Undang-Undang Dasar 1945

2) Memilih dan mengangkat Ir. Soekarno sebagai presiden dan Drs. Moh. Hatta
sebagai Wakil Presiden RI.

3) Pada masa peralihan, tugas presiden dibantu oleh komite nasional.

Pembukaan UUD 1945 terdiri atas empat alinea. Pada alinea ke-4 tercantum
rumusan Pancasila, yang terdiri atas lima dasar/sila yaitu sebagai berikut:

1) Ketuhanan Yang Maha Esa

2) Kemanusiaan yang adil dan beradab

3) Persatuan Indonesia

4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmatkebijaksanaan dalam


permusyawaratan/ perwakilan

5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.


Rumusan dasar negara republik Indonesia yang terdapat dalam pembukaan UUD
1945 itulah yang sah karena diputuskan dan disahkan oleh PPKI yang merupakan
penjelmaan seluruh rakyat Indonesia.

II. Nilai-nilai Juang dalam Perumusan Pancasila Sebagai Dasar Negara

A. Nilai Kebersamaan dalam Proses Perumusan Pancasila

1. Proses perubahan piagam Jakarta sebagai keputusan bersama

Panitian perancang UUD menyetujui rancangan Pembukaan UUD yang diambil


dari Piagam Jakarta, setelah adanya beberapa perubahan, terutama mengenai
rumusan dasar negara yang tercantum dalam alenia keempat. Adanya perubahan
rumusan dasar negara, khususnya sila ke-1 dalam Piagam Jakarta disebabkan
adanya usulan dari masyarakat Indonesia bagian Timur. Mereka keberatan
dengan sila pertama, bahkan mereka mengancam akan mendirikan negara
Indonesia bagian Timur.

Oleh karena itu, Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta berkonsultasi dengan empat
tokoh pemuka Islam yaitu, Mr. Kasman Singodimedjo, Ki Bagus Hadikusumo,
Wahid Hasyim, Mr. Teuku Moh. Hassan mengenai usulan dari masyarakat
Indonesia bagian Timur itu.

Akhirnya dalam waktu 15 menit dcapai kata sepakat untuk menghilangkan kalimat
“dengan kewajiban menjalankan syariat Islam begi pemeluk-pemeluknya”.
Mereka beralasan jika kalimat ini tidak dihilangkan akan menjadi rintangan bagi
persatuan dan kesatuan bangsa. Kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan perorangan atau golongan.
2. Nilai Kebersamaan dalam Proses Perumusan Pancasila

a. Menghargai pendapat orang lain

Dalam menyelesaikan masalah bersama, bangsa kita selalu menyelesaikan dengan


musyawarah untuk mencapai kata mufakat. Setiap keputusan yang diambil dalam
musyawarah oleh bangsa Indonesia memiliki ciri-ciri sebagi berikut:

1) Mengutamakan kepentingan bersama

2) Tujuan diharapkan untuk kebaikan bersama

3) Tidak ada pemaksaan pendapat

b. Menerima keputusan bersama

Keputusan bersama adalah ketentuan, ketetapan dan penyelesaian yang


dilakukan sekelompok orang terhadap suatu permasalahan sehingga tercapai
kesepakatan. Keputusan bersama dapat dicapai melalui musyawarah.
Musyawarah adalah adalah suatu cara untuk merumuskan suatu masalah
berdasarkan kesepakatan bersama.

Upaya mencapai kesepakatan bersama (mufakat) bukanlah perkara mudah,


selama kita memaksakan pendapat sendiri, mendahulukan kepentingan
pribadi/golongan, mufakan akan gagal.

Kita dapat belajar dari sejarah sidang BPUPKI Pertama. Pada saat sebelum rapat
pleno ada pihak yang keberatan tentang rancangan Pembukaan UUD 1945 pada
alenia keempat tentang dasar negara. Dengan semangat kebersamaan, demi
menciptakan suasana yang damai, maka para tokoh seperti Bung Hatta, Wahid
Hasyim. Mr. Teuku Moh. Hasan, dan lain-lain menyetujui untuk menghilangkan
kalimat sila pertama dasar negara yang menjadi keberatan sebagian peserta
sidang. Hal ini menunjukkan bahwa para tokoh pendiri negara kita senantiasa
mendahulukan kepentingan negara dan bangsa daripada kepentingan
pribadi/golongan.

c. Melaksanakan hasil keputusan bersama

Setelah semua pihak menerima hasil keputusan bersama, maka langkah


selanjutnya adalah melaksanakan keputusan tersebut. Semua pihak harus ikhlas
dan penuh tanggung jawab melaksanakan, hasil keputusan bersama.

Melaksanakan keputusan bersama telah ditunjukkan oleh seluruh tokoh yang


terlibat dalam proses perumusan Pancasila. Mereka senagai wakil rakyat
Indonesia melaksanakan hasil keputusan bersama denga ikhlas yaitu dengan
melaksanakan Pancasila sebagai dasar negara dalam kehidupan berbangsa,
bernegara, dan bermasyarakat.

III. Meneladani Nilai-Nilai Juang Para Tokoh yang Berperan dalam Proses
Perumusan Pancasila Sebagai Dasar Negara dalam Kehidupan Sehari-hari

Nilai-nilai juang dalam proses perumusan Pancasila yang dapat kita teladani
dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya sebagai berikut:

1. Semangat persatuan dan kesatuan

Sikap ini dimiliki oleh para tokoh pejuang kita pada saat merumuskan Pancasila
sebagai dasar negara Indonesia. Dalam sidang BPUPKI para peserta sidang diberi
kesempatan untuk menyampaikan pidatonya tentang rumusan dasar negara,
kemudian dibahas dan didiskusiakan bersama untuk mendapatkan rumusan yang
terbaik. Musyawarah itu dijiwai semangat sumpah pemuda, dengan rasa
persatuan dan kesatuannya meskipun berasal dari berbagai daerah dan
mempunyai latar belakang yang berbeda.

Adapun contoh perilaku yang menggambarkan semangat persatuan dan kesatuan


adalah sebagai berikut:

a. Gotong-royong dalam membersihkan kelas dan lingkungan sekolah

b. Tidak membeda-bedakan teman dalam pergaulan

c. Kerja bakti membersihkan lingkungan masyarakat

2. Memperjuangkan hak asasi manusia

Pada saat perumusan dasar negara Pancasila, hak asai manusia selalu menjadi
perhatian utama. Pancasila dirumuskan sebagai sumber hak asasi manusia, yang
artinya bahwa hak asasi manusia mendapat jaminan kuat dari Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa. Dalam proses perumusan Pancasila para tokoh
mencerminkan sikap saling menghargai hak asasi manusia.

Sikap para tokoh dalam memperjuangkan dan menghargai hak asasi manusia itu
perlu kita teladani dalam kehidupan sehari-hari. Diantaranya ialah dengan :

a. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain,

b. Memberi kesempatan orang lain untuk menyampaikan pendapatnya,

c. Menghargai hak-hak orang lain.

3. Cinta tanah air


Sikap para tokoh dalam perumusan Pancasila sebagai dasar negara menunjukkan
kecintaanya terhadap tanah air Indonesia. Adapun sikap cinta tanah air yang
harus diteladani dalam kehidupan sehari-hari antara lain sebagai berikut:

a. Mempelajari kebudayaan daerah

b. Mencintai produk dalam negeri

c. Berprestasi dalam kegiatan yang mengharumkan nama bangsa.

4. Mendahulukan kepentingan umum

Para pejuang yang terlibat dalam perumusan dasar negara bekerja tanpa
mengenal lelah. Mereka mempersiapkan kemerdekaan beserta alat-alat
perlengkapan negara dengan sungguh-sungguh. Sebagai hasil jerih payah mereka,
lahirlah UUD 1945 yang di dlam pembukaannya termuat tujuan negara Indonesia.
Semua itu dilakukan demi kepentingan bangsa dan negara. Adapun sikap
mendahulukan kepentingan umum itu perlu kita teladani diantaranya dengan:

a. Ikut berpartisipasi dalam kerja bakti di lingkungan masyarakat

b. Menyiapkan sarana belajar sebelum pelajaran di mulai untuk kepentingan


kelas.

5. Jiwa kepahlawanan

Jiwa kepahlawanan jelas tercermin dari sikap pejuang dalam proses perumusan
Pancasila. Mereka memiliki sikap rela berkorban tanpa pamrih dalam
mewujudkan Indonesia merdeka. Jiwa kepahlawanan para tokoh bangsa tersebut
dapat kita teladani, diantaranya melalui:

a. Membantu orang lain yang sedang mengalami kesulitan


b. Berani menegur teman yang berbuat tidak baik

c. Melerai teman yang berselisih

11

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari makalah diatas dapat diambil kesimpulan bahwa proses kemerdekaan juga
pembentukan Pancasila diawali oleh adanya janji Jepang berupa kemerdekaan
kepada bangsa Indonesia, jika Jepang menang dalam Perang Pasifik (Asia Timur
Raya). Janji Jepang itu disertai tindakan dengan membentuk Dokuritsu Junbi
Choosakai atau Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI). Oleh karena itu, pada tanggal 29 Mei-1 Juni 1945 dilangsungkan sidang
pertama BPUPKI yang membicarakan asas dan dasar negara Indonesia merdeka.
Yang dalam sidangnya membicarakan dasar negara Indonesia merdeka, melalui
pidato pengusulan dasar negara oleh M. Yamin, Prof. Soepomo, dan Ir. Soekarno.
Yang kemudian disusul oleh siang kedua tanggal 10-16 Juli 1945. Hingga akhirnya
atas dasar diskusi musyawarah dan mufakat dengan beberapa perbaiakn maka
tersusunlah teks Pancasila sebagai dasar negara sebagaimana yang dijelaskan di
atas.

Adapun nilai-nilai juang dalam proses perumusan Pancasila diantaranya ialah nilai
kebersamaan dalam proses perumusan pancasila, yang nampak dalam sikap
menghargai pendapat orang lain, menerima keputusan bersama, serta
melaksanakan hasil keputusan bersama.

Adapun sebagai bangsa Indonesia, maka Nilai-nilai juang dalam proses perumusan
Pancasila yang dapat kita teladani dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya :

a. Semangat persatuan dan kesatuan

b. Memperjuangkan hak asasi manusia

c. Cinta tanah air

d. Mendahulukan kepentingan umum

e. Jiwa kepahlawanan

Anda mungkin juga menyukai