Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TEORI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH PENDIDIKAN


MULTIKULTURAL

DOSEN PENGAMPU

FATHUL JANNAH, M.Pd

DISUSUSN OLEH :

KELOMPOK 2

ERNITA NIM 1710125320017


IKRIMA JANNATU TSURAYA NIM 1710125120025
FITRAH HAFIZA NIM 1710125220018
HAIRAN MAJIDI NIM 1710125310070
DINA JULIANTI NIM 1710125320040
HALIMAH NIM 1710125320071

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

BANJARMASIN

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa, karena berkat
rahmat serta hidayahnya yang dilimpahkan kepada kelompok kami sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas kami yang berjudul "Teori Pendidikan Multikultural" .
Dalam kebenaran makalah kami ini perlu sekali yang namanya sebuah kritik atau saran
yang dapat membangun dari makalah ini, sehingga kedepanya nanti kami mampu
membuat dan menciptakan makalah yang lebih baik lagi. Kemudian dari pada itu juga
kami sebagai kelompok 2 (Dua) berterimakasih kepada semua pihak yang turut
membantu mengembangkan sub kajian makalah kami ini seperti media buku dan
internet yang digunakan sebagai acuan dalam pembuatan makalah ini.

Banjarmasin, 7 Februari 2019

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 3
A. Teori Pendidikan Multikultural .......................................................................... 3
BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 9
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 9
B. Saran ................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam dunia modern seperti saat ini. perkembangan antar bangsa bangsa
meningkat. Selain dari perkembangan, terjadi pula persaingan antar budaya di mana
antar budaya bangsa saling mempengaruhi. Schingga dengan situasi seperti itu perlu
adanya pemahaman terhadap budaya-budaya yang saling mempengaruhi. Salah satu
cara memahami terhadap keberadaan budaya adalah Multikultur atau lebih khusus pada
Pendidikan Multikultur. Dengan adanya pendidikan multikultur inilah kita dapat
mempertimbangkan tentang perbedaan budaya yang ada di dunia juga mempengaruhi-
pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat global. Berikut ini adalah salah satu yang
menjadi tujuan dari pendidikan multikultural yaitu pengembangan nilai kesadaran,
dimana budaya melakukan ekspresi. Para pakar memiliki visi yang berbeda dalam
memandang multikultural. Fenomena para ahli memiliki beragam fenomena Fenomena
multikultural. Ada yang terus meningkatkan kelompok tertentu sampai benar-benar
menckankan pada adan multikultural. Pada Makalah ini kita bahasakan menarik
berbagai teoni Pendidikan Multikultural yang dikemukakan oleh para ahli.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pendapat Horace Kallen tentang pendidikan multakultural?
2. Apa saja tiga macam kelompok yang terlibat dalam pembahasan pendidikan
mutikultural menurat James A. Banks?
3. Bagaimana pundangan Bill Martin tentang multukultural?
4. Bagaimana pandangan Martin J. Beck Matustik tentang hubungan antara
multikultural dengan Plato?
5. Bagaimanakah pandangan Judith M. Green tentang identifikasi penndidikan
multikultural?

C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan pendapat Horace Kallen tentang pendidikan multikultural.
2. Menyebutkan tiga macam kelompok yang terlibat dalam pembahasan
pendidikan multikultural menurut James A. Banks.
3. Menjelaskan pandangan Bill Martin tentang multukultural.
4. Menjelaskan pandangan martin J. Beck Mutustik tentang hubungan dari
multikultural dengan Plato.
5. Menjelaskan pandangan Judith M. Green tentang indentifikasi pendidikan
multikultural.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Pendidikan Multikultural


Pendidikan multikultural merupakan pendidikan yang membahas tentangi
budaya dan etnis secara mengglobal, sehingga pembelajarannya terbilang rumit, karena
tidak hanya membahas etnis dan budaya saja, tetapi juga membahas emic.
Pendidikan multikultural adalah proses pengembangan potensi manusia yang
pluralitas dan heterogenitasnya sebagai penggalian keragaman budaya, suku, suku, dan
aliran (agama). Pendidikan multikultural menekankan filosofi pluralisme budaya ke
dalam sistem pendidikan yang didasarkan pada prinsip-prinsip persamaan (kesetaraan),
saling menghargai dan menerima serta memahami komitmen moral untuk keadilan
sosial. Pendidikan multikultural berawal dari pengembangannya dan kesadaran tentang
interkulturalisme seusai Perang Dunia II.
Pendidikan Multikultural adalah suatu pendekatan dan pembelajaran yang
didasarkan atas nilai-nilai demokratis yang mendorong berkembangnya pluralisme
budaya dalam hampir seluruh bentuk komprehensifny. Pendidikan multikultural
merupakan komitmen untuk meraih pendidikan, mengembangkan kurikulum yang
menumbuhkan pemahaman tentang kelompok-kelompok etnik dan memberangus
praktik-praktik penindasan. Pendidikan Multikultural merupakan reformasi sekolah
yang komperhensif dan pendidikan dasar untuk semua anak didik yang menentang
semua bentuk dikriminasi dan intruksi yang menindas dan memberikan prinsip-prinsip
mokratisjeaduan sosial.
Pendidikan multikultural dalam pandagan pada pakar mendefinisikan atau
mrnjeka pendidia multikulturl ar berbagai presfektifnya masing-masing. Para pakar
mengeLuarkan teori-teori tersebut yaitu sebagai berikut :
1. Horrace Kallen
Horrace kallen telah memberikan pendapat mengenai multikultural
yaitu jika budaya suatu bangsa memiliki banyak segi, nilai-nilai dan

3
lainnya, zudaya tersebut disebut oleh horrace kallen sebagai pluralisme
budaya atau (cultularl pluralism). Horrace menggambarkan pluralism
budaya sebagai sebuah penghargaan berbagai tingkat perbedaan, tetapi
masih terdapat dalam batas-batas dalam menjaga persatuan nasional. Kallen
dalam penjelasannnya mencoba menggambarkan penjelasannya dalam
lingkup daerah yaitu Amerika yang mana masing-masing etnis dan budaya
di Amerika. film teorinya juga kalian menjelaskan sekaligus mengakui
bahwa budaya yang dominan dalam masyarakat harus juga diakui oleh
masyarakat sendiri sebagai contoh yaitu keberagaman budaya yang ada di
Jawa budaya yang paling dominan di Jawa yaitu budaya Jawa namun juga
terdapat budaya-budaya yang sedikit dominan di Jawa yang akan
menambah variasi dan keberagaman budaya yang ada di Jawa.
2. James A. Banks
Jika Horace Kallen dikenal sebagai perintis teori multikultur maka
James A. Banks dikenal sebagai perintis pendidikan multikultur Jadi
penekanan dan perhatiannya difokuskan pada pendidikannya Banks yakin
bahwa sebagian dari pendidikan lebih mengarah pada mengajari bagaimana
berpikir daripada apa yang dipikirkan Ia menjelaskan bahwa siswa harus di
ajar memahami semua jenis pengetahuan aktif mendiskusikan konstruksi
pengetahuan (knowledge construction) dan interpretasi yang berbeda-beda
siswa yang baik adalah siswa yang selalu mempelajari semua pengetahuan
dan turut serta secara aktif dalam membicarakan konstruksi pengetahuan
dia juga perlu disadarkan bahwa di dalam pengetahuan yang dia terima itu
terdapat beraneka ragam interprestasi yang sangat ditentukan oleh
kepentingan masing-masing bahkan interprestasi itu nampak bertentangan
sesuai dengan sudut pandangnya siswa seharusnya di ajari juga dalam
menginterprestasikan sejarah masa lalu dan dalam pembentukan sejarah
(interpretation of the History of the past and history in the making) sesuai
dengan sudut pandang mereka sendiri mereka perlu diajari bahwa mereka
sebenarnya memiliki interprestasi sendiri tentang peristiwa masa lalu yang

4
mungkin penafsiran itu berbeda dan bertentangan dengan penafsiran orang
lain, misalkan, Mengapa sampai terjadi perang Diponegoro pada tahun
1825-1830. salah satu sebab kemunculannya adalah pembangunan jalan
yang melintasi makam di daerah Tegalrejo Yogyakarta yang secara kultur
sangat dihormati oleh masyarakat sekitar pada waktu itu dari sudut pandang
Belanda tindakan Diponegoro itu dianggap sebagai pemberontakan dan
sudut pandang penguasa waktu itu dianggap sebagai upaya perebutan
kekuasaan dari seorang Putra selir yang dalam kultur Jawa kedudukannya
tidak setinggi Putra permaisuri namun sudut pandang apapun yang
digunakan sebagai motif yang melatarbelakanginya perang Diponegoro
Namun sebagai sebuah bangsa dan komitmen kita sebagai Putra Bangsa
Kita memandang perjuangan Pangeran Diponegoro itu sebagai perjuangan
seorang putra daerah yang ingin memerdekakan diri dari penjajahan bangsa
asing siswa harus belajar mengidentifikasi posisinya sendiri sebagai Putra
Bangsa yang sedang dijajah kepentingannya yang ingin memerdekakan diri
asumsi dan filsafat idealnya dengan demikian dia akan mengetahui
bagaimana sejarah itu terjadi dan menjadikan hal yang terjadi itu sebagai
sejarah. singkatnya mereka harus menjadi pemikir kritis (critical thinkers)
dengan selalu menambah pengetahuan dan keterampilan disertai komitmen
yang tinggi semuanya itu diperlukan untuk berpartisipasi dalam tindakan
demokratis dengan landasan ini mereka dapat membantu bangsa ini
mengakhiri Kesenjangan antara ideal dan realitas (Banks,1993).
Di dalam The Canon Debate, Knowledge Construction, and
Multicultural Education, Banks mengidentifikasi tiga kelompok
cendekiawan yang berbeda dalam menyoroti keberadaan kelompok-
kelompok budaya di Amerika Serikat:
Yang pertama adalah tradisional barat tradisional barat seperti
halnya dengan kelompok pluralisme budaya dan meyakini bahwa budaya
yang dominan dan peradaban Barat yaitu kelompok white anglo-saxon dan
Protestan kelompok ini beranggapan bahwa mereka berada di posisi

5
terancam dan berbahaya karena menyampingkan kelompok feminis
minoritas dan Reformasi multikultural yang lain namun tidak seperti
kelompok pluralisme Budaya tradisional Barat masih sedikit memberi
perhatian pada keanekaragaman atau multikultural kelompok kedua yaitu
mereka yang menolak Kebudayaan Barat secara berlebihan yaitu kelompok
Afrosentris kelompok ini beranggapan bahwa pengabaian kelompok lain itu
memang benar terjadi dan kelompok ini juga berpendapat bahwa sejarah
dan budaya orang Afrika lah yang seharusnya menjadi sentral dari
kurikulum. Afrosentris juga meyakini bahwa sejarah dan budaya orang
Afrika menjadi sentral dan kurikulum untuk memotivasi siswa Afrika-
Amerika dalam belajar.
Adapun kelompok ketiga multikulturalis yang percaya bahwa
pendidikan seharusnya direformasi untuk lebih memberi perhatian pada
pengalaman orang kulit berwarna dan wanita kelompok ini sekarang sedang
berkembang dan sedang memperjuangkan Posisi di tengah dominasi
kelompok yang sudah mapan.
3. Bill Martin
Dalam tulisan Bill Martin yang berjudul Multiculturalism
Consumerist or Transformational?, Bill Martin menulis, bahwa
keseluruhan isu tentang multikulturalisme memunculkan pertanyaan
tentang "perbedaan" yang nampak sudah dilakukan sebagai teori filsafat
atau teori Sosial. sebagai agenda sosial dan politik jika multikulturalisme
lebih dari sekedar tempat bernaung sebagai kelompok yang berbeda maka
harus benar-benar menjadi pertemuan dari berbagai kelompok itu yang
tujuannya untuk membawa pengaruh radikal bagi semua umat manusia
lewat pembuatan perbedaan yang radikal (Martin, 1998: 128).
Seperti yang dilakukan oleh Banks, Martin menentang tekanan dari
afrosentri dan tradisionalis barat. Martin menyebut afrosentris dan
nasionalism sebagai "consumerist multiculturalism" selanjutnya masih
mengusulkan sesuatu yang baru multikulturalisme bukan "konsumeris"

6
tetapi "transformational", yang merupakan Kerangka kerja Martin
mengatakan bahwa disamping isu tentang kelas sosial ras etnis dan
pandangan lain berbeda diperlukan komunikasi tentang berbagai segi
pandangan yang berbeda masyarakat harus memiliki visi kolektif tipe baru
dari perubahan sosial menuju multikulturalisme yang fisik yang muncul
lewat transformasi.
Mata memandang sangat perlu adanya perubahan yang mendasar
di antara kelompok-kelompok budaya tersebut sampai diketemukan adanya
visi baru yang dimiliki dan dikembangkan bersama untuk mencapai tujuan
itu sangatlah dibutuhkan sekali adanya komunikasi antar berbagai segi
pandang yang berbeda Mengapa ini penting? karena selama ini basi masing
kelompok bersikap tertutup terhadap kelompok yang lain dan tidak ada
komunikasi tanpa prasangka di antara kelompok-kelompok yang ada.
4. Martin J. Beck Matustik
Adapun pendapat dari Martin J. Beck Matustik berpendapat bahwa
perdebatan tentang masyarakat multikultural di masyarakat barat berkaitan
dengan norma atau tatanan. Matustik mengatakan "Semua segi dalam
pembicaraan budaya saat ini mengarah pada pemikiran kembali normal
barat (The western Canon) yang mengakui bahwa dunia multikultural
adalah benar-benar nyata adanya" (Matustik, 1998). Dalam sebuah artikel
yang berjudul "Ludic, corporate and imperial Multiculturalism: Impostors
of Democracy an Cartographes of the New World Order," Matustik
menulis, "perang budaya, politik dan ekonomi menyerang pada segi yang
mana, bagaimana dan lewat siapa sejarah multikultural dijelaskan."
Matustik mengatakan bahwa teori multikulturalisme meliputi
berbagai hal yang semuanya mengarah kembali ke liberalis asasi
pendidikan dan politik Plato, filsuf Yunani. sebuah karya plato yang
berjudul Republik hanya memberi nama politik dan akademis klasik bagi
pemimpin dari negara ideal yang dicita-citakan namun juga menjadi
petunjuk dalam pembahasan bersama tentang pendidikan bagi yang

7
tertindas( Matustik. 1998). Iya yakin bahwa kita harus menciptakan
penyerahan multikultural baru (a new multicultural enlightment) yaitu "
multikulturalisme lokal yang saling berkaitan, secara global sebagai lawan
dari monokultur nasional" (Matustik, 1998).
5. Judith M. Green
Judith M. green menunjukkan bahwa multikulturalisme bukan
hanya unik di A.S. Negara lain pun harus mengakomodasi berbagai
kelompok kecil dari budaya yang berbeda. kelompok-kelompok ini
biasanya bertoleransi terhadap keuntungan budaya dominan. Secara unik,
Amerika memberi tempat perlindungan dan memungkinkan mereka
mempengaruhi kebudayaan yang ada dengan kelompok memperoleh
kekuatan dan kekuasaan membawa perubahan seperti peningkatan upah dan
keamanan kerja. wanita dan minoritas (Hispanish, Afrika dan Amerika
Asli) harus memperoleh kesempatan ekonomi yang lebih baik, dan
sebagainya namun dilihat pada akhir abad 20 telah membawa orang
Amerika pada suatu tempat "memerangi ke bantuan yang memerlukan
pemikiran kembali yang baru dan lebih dalam tentang tujuan dan materi
pendidikan dalam suatu masyarakat yang masih terus diharapkan dan dicita-
citakan yang dibimbing oleh demokrasi" (Green, 1998). Bangsa ini selalu
memandang pendidikan sebagai cara perubahan efektif baik secara personal
maupun sosial, sehingga pendidikan Amerika meraih kesuksesan terbesar
dalam transformasi. Beberapa kelompok tidak bisa melihat bahwa kita
sekarang adalah apa yang selalu ada, Yaitu Amerika yang sejak
kelahirannya, selalu memiliki masyarakat multikultural di berbagai budaya
telah besar lewat perjuangan interaksi dan kerjasama (Green, 1998).

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan multikultural yang membahas tentangi budaya dan etnis secara
mengglobal, Pendidikan multikultural menekankan filosofi pluralisme budaya ke
dalam sistem pendidikan yang didasarkan pada prinsip-prinsip persamaan (kesetaraan),
saling menghargai dan menerima serta memahami komitmen moral untuk keadilan
social. Pendidikan Multikultural adalah suatu pendekatan dan pembelajaran yang
didasarkan atas nilai-nilai demokratis yang mendorong berkembangnya pluralisme
budaya dalam hampir seluruh bentuk komprehensifny. Pendidikan multikultural
merupakan komitmen untuk meraih pendidikan, mengembangkan kurikulum yang
menumbuhkan pemahaman tentang kelompok-kelompok etnik dan memberangus
praktik-praktik penindasan.

B. Saran
Makalah yang telah disusun, tentunya memiliki kekurangan yang terdapat
didalam pembahasan Teori Pendidikan Multikultural ini. Maka dari itu, sangat
diharapkan bagi para pembaca memberikan kritik dan saran yang dapat
menyempurnakan pembahasan tersebut.

Makalah yang kami buat belumlah mencapai kata sempurna, maka dari itu kami
meminta masukan dari teman-teman agar dapat mengambil dari segi positifnya,
sehingga makalah ini bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

9
DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim, R. (2013). Pendidikan Multikultural: Pengertian, Prinsip, dan Relevansinya


dengan Tujuan Pendidikan Islam. Surakarta: Universitas Nahdatul Ulama. Vol.
7. No.1.

Rosyada, D. (2014). Pendidikan Multikultural di Indonesia Sebuah Pemandangan


Konsepsional. Jakarta: Universitas Islam negeri Syarif Hidayatullah. Vol. 1.
No. 1.

Sutarno. (2007). Pendidikan Multikultural. Jakarta: Direktorat jendral Pendidikan


Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

10
11

Anda mungkin juga menyukai