Anda di halaman 1dari 19

‫اﻷﺳﺎس اﻟﻔﻮﻧﻮﻟﻮﺟﻴﺎ ﰲ اﻟﻠﻐﺔ اﻟﻌﺮﺑﻴﺔ‬

‫ﻣﻘﺎﻟﺔ ﻣﻘﺪﻣﺔ ﻟﺘﻜﻤﯿﻞ اﻟﻮاﺟﺐ ﻓﻲ ﻣﺎدة ﻋﻠﻢ اﻟﺪﻻﻟﺔ‬


‫ﻓﺮﯾﻖ اﻟﻤﺸﺮﻓﯿﻦ‬
‫اﻟﺪﻛﺘﻮر أﺣﻤﺪ رﯾﺎﻧﻲ اﻟﻤﺎﺟﺴﺘﯿﺮ‬
‫اﻟﺪﻛﺘﻮر أﺣﻤﺪ دردري اﻟﻤﺎﺟﺴﺘﯿﺮ‬

‫ٕاﻋﺪاد‬
‫ﻓﺎھﻤﺔ اﻟﻨﺠﺎح‬
‫)‪(٢١٢٠٠١٢٠٠٠٠٠٢٥‬‬

‫ ﺑﺮﻧﺎﻣﺞ اﻟﺪراﺳﺎت اﻟﻌﻠﻲ ﺗﺨﺼﺺ ﺗﻌﻠﯿﻢ اﻟﻠﻐﺔ اﻟﻌﺮﺑﯿﺔ‬


‫ ﻛﻠﯿﺔ اﻟﺘﺮﺑﯿﺔ و اﻟﺘﻌﻠﯿﻢ‬
‫] ﺟﺎﻛﺮﺗﺎ اﻟﺤﻜﻮﻣﯿﺔ اﻹﺳﻼﻣﯿﺔ‬
‫ﺟﺎﻣﻌﺔ ﺷﺮﯾﻒ ھﺪاﯾﺔ ّ‬
‫م ‪٢٠٢١‬‬
Asas Fonologi dalam Bahasa Arab
Makalah Tugas Mata Kuliah Ilmu Dalalah

Dosen:
Dr. Ahmad Dardiri, MA.
Dr. Ahmad Royani, M.Hum

Penyusun:
Fahimatunnajah
(٢١٢٠٠١٢٠٠٠٠٠٢٥)

Program Magister Pendidikan Bahasa Arab


Fakultas ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
٢٠٢١

٢
Asas Fonologi dalam Bahasa Arab

Fahimatunnajah
NIM.٢١٢٠٠١٢٠٠٠٠٠٢٥
Email: fahimatunnajah@gmail.com
Magister Pendidikan Bahasa Bahasa Arab, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Abstrak

Makalah ini menyajikan hubungan antara bunyi dan makna dalam bahasa Arab melalui cabang
Fonologi. Fonologi merupakan ilmu tentang bunyi. Dalam Bahasa Arab, bunyi sangat
mempengaruhi makna. Baik terkait dengan makhroj, intonasi, Panjang pendek dan lainnya.
Kajian ilmu fonologi tidak terlepas dari kajian ilmu lain dalam bahasa Arab, seperti ilmu Nahwu,
Shorof, Qiroah, dan keilmuan lainnya. Hal ini juga tampak dari para ulama pelopor kajian
fonologi, yang juga merupakan ulama dalam kajian ilmu nahwu maupun Qiroatul Qur’an. Metode
penyusunan makalah ini adalah metode studi Pustaka dengan mengumpulkan berbagai sumber
tertulis maupun sumber audiovisual. Dengan kajian fonologi ini diharapkan adanya pemahaman
terhadap pentingnya fonologi dalam bahasa Arab terkait dengan pelafalan, makna, maupun
pembelajaran. Dalam sejarahnya, madrosatu Bashroh juga mendasari keilmuan kebahasaan
melalui pendekatan fonologi. Dimana para ulama langsung mencari sumber sima’I dalam bahasa
Arab dari penutur asli di kampung-kampung asli arab. Pembahasan fonetik juga dalam makalah
ini terkait makhrojul huruf, vokal dan perbedaan pemaknaan untuk fonemiknya. Di akhir makalah
juga dibahas beberapa ungensi dalam pembelajaran fonologi baik secara fungsi, pelafalan
maupun pembelajaran bahasa Arab.

Kata kunci: asas, fonologi, Bahasa Arab

٣
Daftar Isi

Judul
Abstrak________________________________________________________________ ٣
Daftar Isi_______________________________________________________________ ٤
I. Pendahuluan___________________________________________________________ ٥
II. Kajian Teori___________________________________________________________ ٦
III. Metode______________________________________________________________ ٨
IV. Pembahasan__________________________________________________________ ٨
A. Vokal dalam Bahasa Arab ____________________________________________ ٩
B. Konsonan dalam Bahasa Arab_________________________________________ ١٢
C. Makhorijul Huruf ___________________________________________________ ١٢
D. Urgensi Fonologi dalam Bahasa Arab___________________________________ ١٧
V. Kesimpulan ___________________________________________________________ ١٨
Daftar Pustaka ___________________________________________________________ ١٩

٤
I. Pendahuluan

Secara umum, tidak ada Bahasa yang lebih tinggi atau lebih rendah dari Bahasa lainnya. Ini
disepakati dalam tataran linguistic modern. Namun Bahasa Arab berbeda. Berdasarkan
keyakinannya, orang-orang muslim mengklaim Bahasa Arab merupakan Bahasa yang Istimewa.
Dikarenakan Bahasa Arab merupakan Bahasa Al-Qur’an yang merupakan pedoman hidup umat
Islam.

Selain dari sisi keyakinan umat Islam, Bahasa Arab juga memiliki keistimewaannya tersendiri.
Temuan-temuan tentang keistimewaan Bahasa Arab terhadap Bahasa lain semakin jelas. Dan tidak
heran Allah SWT memilih Bahasa Arab sebagai Bahasa Al-Qur’an dengan segala keistimewaan
didalamnya.

Dalam segi kebahasaan, keistimewaan Bahasa Arab banyak ditemui, diantaranya dalam aspek
fonology, morphology, sintaksis, dan aspek kebahasaan lainnya. Dalam kajian kali ini, akan
dibahas lebih fokus dalam kajian keistimewaan Bahasa Arab dari aspek Fonologynya.

Dalam surah Al-Baqoroh ayat ٣١ dinyatakan bahwa “Dia mengajarkan Adam semua nama-nama
(benda), kemudian menampilkan semuanya di hadapan malaikat, lalu mengatakan, ‘Sebutkanlah kepada-Ku
nama-nama semua benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar”.١ Allah yang secara hakikat
memberi pengetahuan, dan manusia dilengkapi dengan perangkat akal dan lisan untuk mengungkapkan apa
yang difahaminya. Ibnu Jinni menyebutkan bahwa manusia menggunakan lisannya untuk mengungkapkan
segala sesuatu yang diinginkannya. Dan inilah yang disebut dengan Bahasa.

Lisan yang dimaksud merupakan kumpulan dari bunyi-bunyi yang memiliki makna. Inilah penjelasan yang
menyetakan keterkaitan kuat antara bunyi dan makna. bahkan masih ada perdebatan juga terkait kemunculan
makna dan bunyi. makna yang ada dalam pikiran manusia diungkapkan melalui bunyi lisan yang ditangkap
oleh orang lain menjadi sebuah makna. dalam pernyataan tersebut, maka terlihat ada munculnya makna
dahulu baru diungkapkan dalam bunyi lisan. Namun jika dilanjutkan, bahwa bunyi lisan yang muncul
memunculkan makna. maka jika dilihat dari hal ini, yang muncul lebih awal adalah bunyi dahulu baru makna.

١
Terjemah Al-Qur’an Al-Karim. Kementerian Agama

٥
Terlepas dari perbedaan pendapat tentang kemunculan yang mana yang lebih awal, apakah bunyi terlebih
dahulu, ataukah makna yang lebih awal, namun sudah sangat jelas bahwa bunyi dan makna memiliki
hubungan yang tak terpisahkan.

Selain makna, bunyi juga memiliki peran yang sangat penting dalam pemerolehan Bahasa Arab. Dalam
tahapan pemerolehan Bahasa, istima’ / mendengar adalah metode awal penyerapan Bahasa. Sebagaimana
kita mengetahui pemerolehan Bahasa ibu. Seorang anak yang belum tahu membaca atau menulis bahkan
belum bisa berbicara, namun bisa menyerap makna yang ibunya sampaikan. Tahapan paling awal yang
diterima adalah mendengar ibunya berbicara. Selain karena hidayah pemerolehan Bahasa dari Allah SWT
kepada sang anak, tahapan mendengar bunyi lisan orang-orang terdekat seperti ibu adalah tahapan penting
dalam pemerolehan makna dan Bahasa.

II. Kajian teori


Dalam Bahasa Arab ada beberapa ungkapan yang bisa disepadankan dengan Fonologi, diantaranya
yaitu ilmu ashwat allughowi, dirosatu nidzhom ash-shouti ataupun kata fonologi yang ditulis
dalam tulisan arab. Fonologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang penuturan bunyi Bahasa,
perpindahan dan penerimaannya. ٢

Pendapat lain dari Ahmad Sayuti Anshari Nasution menyatakan bahwa fonologi adalah ilmu yang
membahasa tentang bunyi Bahasa tertentu dengan mempertimbangkan bunyi dan makna yang
dikandung oleh bunyi tersebut.

Abdul Chaer membedakan fonologi menjadi fonetik dan fonemik. Fonetik adalah bidang
kebahasaaan yang mempelajari bunyi tanpa memperhatikan fungsi pembeda dari bunyi tersebut.
Sedangkan fonemik merupakan kesatuan bunyi terkecil suatu Bahasa yang berfungsi sebagai
pembeda makna.

Dapat dianalogikan bahwa fonetik adalah yang mengumpulkan bahan masakan, dan fonemik
adalah ilmu yang digunakan untuk meracik/ memasaknya. (Phonetics gathers the Row material
and Phonemics cooks it٣

٢
Hasyim Asy’ari. 2016. Keistimewaan Bahasa Arab Sebagai Bahasa Al-Qur’an. Jurnal Manajemen Pendidikan Islam
(Nidhomul Haq) Volume 1 (01) 21-28
٣
Pke, Kenneth, ١٩٩٤

٦
Sebagian Ahli menyampaikan pendapatnya tentang makna dari Phonetics dan Phonemics,
diantranya Phonetic is the study of production, transmission and reception of speech sounds٤
sedangkan phonemic is the study of sound and sound pattern of a specific language.

Pendapat lain menyatakan bahwa Phonetic adalah a study of speech sounds as sounds in any
human language.٥ Berdasarkan pengertian tersebut jelaslah bahwa fonetik yang merupakan
cabang dari fonologi tidak membahas tentang bahasa hewan atau bahasa selain manusia.
Sedangkan Phonemics adalah the study of how the sound are organized and how they function in
a language. Kita ketahui bahwa fungsi utama bunyi dalam bahasa adalah untuk berkomunikasi.
Atau bisa disebut juga sebagai penyampai makna.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat diklasifikasikan Phonetik menjadi :


١. Articulatory Phonetics , sebagai penghasil suara dari alat ujar manusia. ada active
articulatory (artiklator yang bisa berpindah/bergerak) dan passive articukatory (articulator
yang diam). Diantara organ articulator aktif adalah lidah, bibir, dan pita suara. Sedangkan
articulator pasif diantaranya giri, langit-langit dalam rongga mulut, rongga tenggorokan
dan lainnya.
٢. Acoustic Phonetics, mempelajari tentang bagaimana bunyi bahasa ditransmisikan/
ditransfer/ disampaikan berupa gelombang-gelombang bunyi. Kajian ini erat kaitannya
dengan ilmu fisika. Bagaimana pitch bunyi, tinggi rendah nada bicara, qualitas suara dan
intonasi.
٣. Auditory Phonetics, mempelajari tentang bagaimana bunyi bahasa itu diterima/
didengar/difahami oleh komunikan/ pendengar

Sedangkan Phonemic bisa kita sebut didalamnya terdapat vokal dan konsonan. Ada bunyi-bunyi
yang bersuara, ada pula bunyi-bunyi huruf dengan hambatan udara dalam alat ujar manusia. dan
di bagian Phonemics inilah, kita mendapati keterkaitan kuat antara bunyi dan makna.

٤
Tood,١٩٩١
٥
Lim ١٩٧٥

٧
Selanjutnya dalam kajian Fonologi, terdapat level segmental dan supra segmental. Segmental
Fonetik adalah studi untuk mengetahui artukular dari anggota suara manusia, sedangkan segmental
fonemik mengkaji fungsi suara yang dikeluarkan oleh articular manusia.

Suprasegmental fonetik merupakan studi yang membahas pitch, Panjang pendek dan durasi,
sedangkan suprasegmental fonemik adalah kajian untuk menginvestigasi bunyi bahasa, tekanan
suara dan intonasi untuk menemukan makna yang sesuai. Karena bahasa bisa akan bermakna
berbeda jika intonasi dan tekanannya berbeda.

III. Metode
Pada kajian ini, penulis menggunakan metode studi Pustaka. Menurut M. Nazir (١٩٨٨) bahwa:
studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap
buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporanlaporan yang ada hubungannya dengan
masalah yang dipecahkan. Metode studi kepustakaan merupakan metode yang cocok dalam kajian
ini. Dengan mengkaji beberapa teori yang terkait dengan keilmuan bahasa arab khususnya dalam
segi fonologi. Selain memperhatikan kajian-kajian teori yang disampaikan oleh para ahli.

IV. Pembahasan
Khalil Ahmad bin Ahmad Al-Farahidi (١٠٠-١٧٥H) merupakan salah satu pendiri pertama kajian
fonologi dalam Bahasa Arab. Beliau juga merupakan ahli Nahwu, karena dalam Bahasa Arab,
kajian ilmu ashwat/fonology dengan Ilmu Nahwu sangat terkait. Selanjutnya bermunculan para
ahli Nahwu dan para Quro yang juga membahas aspek fonologi seperti Sibaweih, Ibnu Jinny dan
ulama lainnya.

Para ulama linguistic masa klasik merupakan ulama yang memiliki keilmuanmulti dimensi. Selain
ahli dalam kajian Bahasa Arab, misalkan dalam kajian fonologi, namun menguasai juga keilmuan
Nahwu, filsafat, Fiqih, fisika, matematika dan banyak keilmuan lainnya. Selain dari kecerdasan
luar biasa dari para ulama terdahulu, kajian keilmuan juga merupakan konsep yang saling
terintegrasi antara keilmuan satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, tidak heran jika para ulama
Nahwu juga merupakan ulama masyhur dalam kajian fonology atau Fiqh atau keilmuan lainnya

٨
Pada kajian fonologi, secara umum Bahasa Arab dikenal dengan satuan huruf terkecilnya yaitu
huruf hijaiyyah. Huruf yang dimaksud termasuk dalam konsonan/ shomitah. Sedangkan vocal
dalam Bahasa arab disebut dengan Shoitah, secara umum ada ٣ jenis, namun beberapa ulama juga
menyampaikan perbedaan pendapatnya terkait vocal dan konsonan dalam Bahasa Arab.

A. Vokal dalam Bahasa Arab


Vokal dalam Bahasa Arab yang secara umum disebutkan ada ٣ jenis, diantaranya fathah, kasroh
dan Dhommah. Namun pendapat lainnya juga ada yang menyebutkan bahwa vocal Bahasa Arab
ada ٦ macam. Dalam pendapat tersebut disampaikan ٣ vokal asas (fathah, kasroh dan dhommah)
namun dijabarkan dalam pembagian Panjang dan pendek (qoshiroh dan thowilah). Secara rinci
disebutkan dalam kitab ilmu ashwat dari Ustadz nashruddin Idris Jauhar, pendapat yang
menyatakan vocal Arab terdiri atas ٦ jenis, yaitu fathah qoshiroh, kasroh qoshiroh, dhommah
qoshiroh, fathah thowilah, kasroh thowilah, dhommah thowilah.

Pendapat yang menyatakan vocal Bahasa Arab menjadi ٦ bagian ini disebabkan oleh adanya
perbedaan bunyi secara kualitas dan durasi antara bunyi koshiroh dan thowilah. Selain itu, ujaran
bunyi qoshiroh dan Thowilah menyebabkan adanya berubahan makna terhadap sebuah lafadz,
namun secara makhroj memiliki cara pengeluaran bunyi yang sama. Sebagai cotoh berubahan
makna antara lafadhz Qoshiroh dan lafadz thowilah adalah sebagai berikut:

‫ﻗﺪﱘ‬ dan ‫ﻗﺎدم‬

Huruf pertama ‫ ق‬pada kata pertama adalah bunyi fathah Thowilah, sedangkan pada kata kedua
adalah fathah qoshiroh. Kedua kata tersebut memiliki makna yang berbeda bahkan berlawanan.
Kata pertama (‫ )ﻗﺎدم‬berarti yang akan dating, sedangkan kata kedua (‫ )ﻗﺪﯾﻢ‬berarti yang sudah lampau.

Diantara ulama yang menyakatan vocal dalam Bahasa Arab berjumlah ٦ adalah Ibrahim Anis dan
Muhammad Qaduur. Selanjutnya terdapat pendapat lain yang menyatakan bahwa vocal dalam
Bahasa Arab ada ١٨. Diantaranya adalah penyebutan asas harokat, (fathah, kasroh dan Dhommah)
kemudian dibagi lagi setiap harokatnya menjadi kelompok qoshiroh dan Thowilah. Setelah

٩
pembagian bunyi Panjang dan pendeknya, maka dibagi lagi setiap cabang bunyinya menjadi
muroqqoqoh, bainiyah dan mufakhomah.

Secara rincinya, dapat dilihat pada table berikut ini ١٨ pembaguan vocal Bahasa Arab:
Fathah Kasroh Dhommah
Qoshiroh Thowilah Qoshiroh Thowilah Qoshiroh Thowilah
Muroqoqoh Muroqoqoh Muroqoqoh Muroqoqoh Muroqoqoh Muroqoqoh
‫ﺑﺮك‬ ‫ﺑَﺎَرَك‬ ‫ِﺑْﺮَﻛﺔ‬ ‫ِدْﯾٌﻦ‬ ‫ﺑُِﺮَك‬ ‫َﻣْﻘﺘ ُﻮل‬
Bainiyah Bainiyah Bainiyah Bainiyah Bainiyah Bainiyah
‫ﻗﻌﺪ‬ ‫ﻗَﺎﺗ ََﻞ‬ ‫ِﻗْﺒﻠَﺔ‬ ٌ‫ِﻏْﯿﺒَﺔ‬ ‫ﻗُِﺘَﻞ‬ ‫ﻣﺎﺧﻮذ‬
Mufakhomah Mufakhomah Mufakhomah Mufakhomah Mufakhomah Mufakhomah
‫ﺻﺒﺮ‬ ‫ﺻﺎﻓََﺢ‬
َ ‫ﺻﱠﺤﺔ‬
ِ ‫ِطْﯿﻦ‬ ُ
‫ظِﻠَﻢ‬ ُ ‫َﻣْﻐ‬
‫ﻀﻮ ب‬

Bunyi Muroqoqoh bisa juga disebut tarqiq (tipis), sedangan bunyi mufakhomah disebut juga
dengan tafhim (tebal). Untuk bainiyah merupakan ujaran bunyi yang diantara tafhim dan tarqiq.
Dengan demikian jelaslah bahwa pendapat yang menyetakan vocal dalam Bahasa arab lebih focus
menyoroti Panjang dan pendek bunyi, serta tipis tebalnya pengucapan.
Pendapat selanjutnya adalah pendapat yang ke-٤ dari kitab kalamul ‘arob karya Hasan Zhazha
yang membahas bunyi vocal Bahasa Arab dalam ٧ klasifikasi٦, yaitu:
١. Fathah
٢. Kasroh
٣. Dhommah
٤. Imalah Dhommah
٥. Imalah Kasroh
٦. Isymam (gabungan kasroh dan Dhommah)
٧. Hamzah Washol

٦
Kalamul Arob, Hasan Zhazha

١٠
Terdapat beberapa point vocal umum yang juga sudah dibahas pada pendapat sebelumnya, yaitu
fathah, kasroh dan dhommah. Sedangkan pada nomer ٤-٧, belum ada pembahasan pada pendapat
sebelumnya. Berikut ini beberapa contoh dari imalah, isymam maupun bunyi hamzah washol.

Imalah Dhommah

Dalam pelafalan Bahasa Arab kata ‫ ﯾَْﻮم‬biasa juga terdengan dengan ucapan ‫ﯾُْﻮم‬

Imalah Kasroh
Pada Surat Hud ayat ٤١ :
ِ ‫وﻗَﺎَل ارَﻛﺒـﻮا ﻓِﻴـﻬﺎ ﺑِﺴِﻢ‬
‫ﷲ َْﳎٰﺮﻳَﻬﺎ َوُﻣْﺮَﺳﺎَﻫﺎ‬ ْ َ ْ ُْ ْ َ
Cara membacanya yaitu dengan mengganti bacaan “ro” menjadi “re” (agak ditekan dan
disamarkan), sehingga terdengar seolah dibaca “majreha”.

Isymam
Dalam Al-Qur’an Surat Yusuf ayat ١١ :
ِ ‫ ﻟَﻪُ ﻟَﻨَﺎ‬B‫ﻒ وإِﱠ‬ ٰ
‫ﺻُﺤْﻮَن‬ َ َ ‫َْﻣﻨﱠﺎ َﻋﻠﻰ ﻳُـْﻮُﺳ‬Eَ ‫ﻚ َﻻ‬
َ َ‫ َﻣﺎ ﻟ‬BَAََ‫ﻗَﺎﻟُْﻮا َ? أ‬
Lafadz asli :
‫َْﻣﻨُـﻨَﺎ‬Eَ ‫َﻻ‬
Seperti tulisannya yaitu “laa ta’manna”, namun karena lafadz aslinya adalah “laa
ta’manuna” maka huruf “nu” (jika dibaca pasti bibir mecucu) yang disembunyikan cukup
diisyaratkan dengan mecucu atau memanjangkan kedepan.

Cara membacanya :
‫َْﻣﻨﱠﺎ‬Eَ ‫َﻻ‬
Jadi, cara membacanya adalah “laa ta’manna” sambil mecucu atau memanjangkan
kedua bibir ke depan pada pertengahan gunnah “manna”.

Hamzah Washol

١١
Hasan Zhazha menganggap hamzah washol merupakan bunyi vocal tersendiri yang belum dibahas
oleh pendapat lain terkait vokal dalam Bahasa Arab. Hal ini dikarenakan adanya pelesapan dan
pergantian bunyi hamzah washal dalam beberapa kasus.

B. Konsonan Dalam Bahasa Arab


Dalam Bahasa Arab, bunyi konsonan biasanya disebut assawakin/ jamak dari sakin atau
ashshowamit/ jamak dari shomitah. Konsonan merupakan bunyi majhur dan mahmus yang ketika
diucapkan terjadi hambatan atau penyempitan di tempat keluarnya udara/ di titik artikulasi, baik
hambatan sempurna/ menyeluruh seperti huruf ‫ د ب‬ataupun tertutup sebagian yang menyebabkan
adanya udara keluar sebagian. Majhur merupakan suara yang disertai dengan getaran pita suara,
sedangkan mahmus adalah bunyi tanpa getaran pita suara.

Ada beberapa pendapat dalam Bahasa Arab terkait jumlah konsonan. Ada yang menyatakan ٢٩
huruf :

‫ا ب ت ث ج ح خ د ذ ر ز س ش ص ض ط ظ ع غ ف ق ك ل م ن و ﻫـ ء ي‬
Namun pendapatlain menyatakan ٢٨ dengan argument bahwa alif jika sudah mendapatkan
harokat, maka alif menjadi hamzah. Maka dalam pendapat ٢٨ konsonan, alif tidak termasuk.
Bahkan ada yang berpendapat dalam Bahasa Arab terdapat ٢٦ huruf konsonan. Hal ini muncul
dengan argument bahwa dari ٢٨ huruf, dihapus lagi ٢ huruf yaitu ‫ ي‬dan ‫ و‬karena dianggap seperti
alif yang cenderung merupakan huruf semi vokal/ semi konsonan. Namun dalam kajian kali ini,
penulis lebih cenderung kepada pendapat ٢٨ huruf konsonan karena huruf ‫ ي‬dan ‫ و‬memiliki cara
pengucapannya yang berbeda dengan huruf lain.

C. Makhorijul Huruf.

Berbicara tentang bunyi konsonan, didalamnya terdapat kajian makhorijul huruf dan shifatul
Huruf. Makhorijul yang dimaksud disini merupakan tempat keluarnya huruf atau titik lahirnya
sebuah bunyi. Pendapat lain menyatakan bahwa bunyi konsonan dalam Bahasa Arab merupakan
tempat terjadinya penyumbatan keluarnya udara pada artikulator.

١٢
Makhorijul huruf juga kadang diungkapkan dengan makhorijul Shout atau tempat keluarnya suara.
Para ulama mutaqoddimun menyebut suara yang keluar dari lisan sebagai huruf. Beberapa
pendapat ulama tentang jumlah makhorijul huruf dapat kita lihat pad table berikut:

No Jumlah Makhroj Ulama yang berpendapat

١ ١٧ Ibnu Jazari, Kholil Bin Ahmad Alfaronhidi dan ulama tajwid


٢ ١٦ Asy-Syatibi dan Sibaweih
٣ ١٤ Al-Farro, Yahya dan Qothrob
٤ ١١ Nasruddin Idris Jauhar dan Nasution
٥ ١٠ Muhammad Qodur dan Abdu Tawab

Perbedaan pendapat ini dikarenakan di masa lalu para peneliti Bahasa khususnya fonologi, belum
memiliki alat untuk mendeteksi sisi bagian articulator tempat keluarnya unyi. Oleh karenanya,
yang dipakai hanya pengalaman rasa dan indra pendengar. Berbeda orang, maka bisa berbeda rasa
dan penangkapan dengarnya. Oleh karena itu, muncullah berbagai pendapat tentang jumlah
makhorijul huruf.

Dalam Kitab Matan Jazari disebutkan bahwa Makhorijul Huruf ada ١٧. “Tempat-tempat keluar
huruf hijaiyah itu berjumlah ١٧ (tujuh belas) tempat untuk ٢٩ (dua puluh sembilan) huruf,
berdasarkan pendapat yang terpilih dari para Ulama Ahli Qiraah. Ini merupakan pendapat yang
dipilih oleh Al-Imam Ibnul Jazariy”.٧

Makhorijul Huruf Menurut Al-Imam Ibnu AlJazari ini dapat terlihat pada table berikut ini:

No Tempat Keluar Huruf Huruf yang muncul

٧
Matan Jazary

١٣
١ Rongga Mulut dan tenggorokan yang terbuka ‫ ـ ُـ و‬, .‫ ـِـ ي‬, ‫ـ َـ ا‬
Tenggorokan
٢ Pangkal tenggorokan ‫ء ھـ‬
٣ Tengah tenggorokan ‫عح‬
٤ Ujung Tenggorokan ‫غخ‬
Lidah
٥ Pangkal Lidah Paling belakang ‫ق‬
٦ Pangkal Lidah sedikit kedepan ‫ك‬
٧ Tengah Lidah dengan langit-langit ‫جشي‬
٨ Sisi lidah bertemu geraham atas ‫ض‬
٩ Ujung sisi lidah setelah Dhad ‫ل‬
١٠ Ujung Lidah setelah Lam ‫ن‬
١١ Ujung Lidah setelah Nun ‫ر‬
١٢ Ujung lidah bertemu gusi atas ‫طدت‬
١٣ Ujung lidah diantara gigi atas dan gigi bawah (lebih dekat ke bawah) ‫صزس‬
١٤ Ujung lidah bertemu ujung gigi depan yang atas ‫ظذث‬
Bibir
١٥ Bibir Bawah bagian dalam bertemu ujung gigi atas ‫ف‬
١٦ Dua bibir ‫و‬-‫بم‬
١٧ Rongga Hidung ‫ﻏﻨﺔ‬

Bisa juga dilihat dalam gambar berikut:

١٤
Sifat Huruf
No Memiliki Lawan
‫اﻟﮭﻤﺲ‬ Keluar nafas ‫فحثهشخصسكت‬
١
‫اﻟﺠﮭﺮ‬ tidak keluar nafas Selain huruf diatas
‫اﻟﺸﺪّة‬ Suara tertekan ‫أجدقطبكت‬
٢ ‫اﻟﺘﻮاﺳﻂ‬
‫اﻟﺮﺧﺎوة‬ Suara terlepas Selain huruf diatas
‫ اﻹﺳﺘﻌﻼء‬Lidah naik ke langit-langit ‫خصضغطقظ‬
٣
‫اﻹﺳﺘﻔﺎل‬ Lidah turun Selain huruf diatas
‫اﻹطﺒﺎق‬ Lidah menempel ke langit-langit ‫صضطظ‬
٤
‫اﻻإﻧﻔﺘﺎح‬ Lidah terpisah dari langit-langit Selain huruf diatas
‫اﻹذﻻق‬ Mengeluarkan huruf dengan cepat ‫فرمنلب‬
dan mudah
٥
‫ اﻹﺻﻤﺎت‬Mengeluarkan huruf dengan Selain huruf diatas
tertahan/susah
Tidak memiliki lawan
‫ﺻﻔﯿﺮ‬ Keluar suara tambahan menyerupai ‫صسر‬
١
desis burung
٢ ‫ﻗﻠﻘﻠﺔ‬ Suara memantul/bergetar ‫قطبجد‬
٣ ‫اﻟﻠﯿﻦ‬ Mengeluarkan suara dengan lembut ‫ـَ و ـَ ي‬
٤ ‫ اﻻﻧﺤﺮاف‬Suara berbelok ‫لر‬
٥ ‫اﻟﺘﻜﺮﯾﺮ‬ Ujung lidah bergetar ‫ر‬
٦ ‫اﻟﺘﻔﺸﻲ‬ Angin menyebar di mulut ‫ش‬
٧ ‫ اﻹﺳﺘﻄﺎﻟﺔ‬Suara memanjang ‫ض‬

١٥
Makhorijul huruf dan sifat-sifat huruf diatas muncul dri articulator manusia, diantaranya :
Suara yang dihasilkan latin arab No
Labium-‫ﺷﻔﻮي‬ labium ‫اﻟﺸﻔﺔ‬ ١
Dental-‫أﺳﻨﺎﻧﻲ‬ dentum ‫اﻷﺳﻨﺎن‬ ٢
Alveolar - ‫ﻟﺜﻮي‬ alveolum ‫اﻟﻠﺜﺔ‬ ٣
Palatal - ‫ﻏﺎري‬ Palatum ‫اﻟﻐﺎر‬ ٤
Velar - ‫طﺒﻖ‬ Velum ‫اﻟﻄﺒﻖ‬ ٥
Uvular - ‫ﻟﮭﻮي‬ Uvula ‫اﻟﻠﮭﺎة‬ ٦
‫طﺮف اﻟﻠﺴﺎن‬ ٧
Apikal - ‫طﺮف‬ Apeks
‫ذﻟﻖ اﻟﻠﺴﺎن‬
Medial - ‫ﻟﺴﻨﻲ‬ Medium ‫وﺳﻂ اﻟﻠﺴﺎن‬ ٨
Dorsal - ‫ﻟﺴﻨﻲ‬ Dorsum ‫ﻣﺆﺧﺮ اﻟﻠﺴﺎن‬ ٩
Radikal - ‫ﺟﺬري‬ Radix ‫ﺟﺬر اﻟﻠﺴﺎن‬ ١٠
Faringal - ‫ﺣﻠﻖ‬ pharynx ‫اﻟﺤﻠﻖ‬ ١١
Glotal stop - ‫ھﻤﺰة‬ Epiglottis ‫ﻣﺰﻣﺮ اﻟﻠﺴﺎن‬ ١٢
Glotal - ‫ﺣﻨﺠﺮي‬ Glottis ‫اﻟﺤﻨﺠﺮة‬ ١٣

Berdasarkan pendapat nasruddin dalam kalamul ‘Arob, dari articulator yang ada pada alat ujar
manusia, maka memunculkan tempat keluarnya huruf sebagai berikut:

‫بم‬ Bilabial ‫ﺷﻔﺘﺎﻧﯿﺔ‬ ١


‫ف‬ Labio-dental ‫ﺷﻔﮭﯿﺔ أﺳﻨﺎﻧﯿﺔ‬ ٢
‫ثذظ‬ interdental ‫ذﻟﻘﯿﺔ( ﺑﯿﻦ أﺳﻨﺎﻧﯿﺔ‬ ٣
‫تدطلنض‬ Apiko-dento-alveolar ‫ذﻟﻘﯿﺔ أﺳﻨﺎﻧﯿﺔ ﻟﺜﻮﯾﺔ‬ ٤
‫رز س ص‬ Apiko alveolar ‫ذﻟﻘﯿﺔ ﻟﺜﻮﯾﺔ‬ ٥
‫جش‬ Lamino palatal ‫طﺮﻓﯿﺔ ﻏﺎرﯾﺔ‬ ٦
‫ي‬ Medio palatal ‫وﺳﻄﯿﺔ ﻏﺎرﯾﺔ‬ ٧
‫خغكو‬ Dorso velar ‫ﻗﺼﯿﺔ طﺒﻘﯿﺔ‬ ٨
‫ق‬ Dorso uvular ‫ﻗﺼﯿﺔ ﻟﮭﻮﯾﺔ‬ ٩
‫حع‬ Root faringal ‫ﺟﺬرﯾﺔ ﺣﻠﻘﯿﺔ‬ ١٠
‫ء ھـ‬ Glotal ‫ﺣﻨﺠﺮة‬ ١١

١٦
D. Urgensi Fonologi dalam Bahasa Arab
Diantara penjelasan yang telah disajikan dalam makalah ini, maka kita dapat melihat bahwa
fonologi memiliki fungsi dalam pembelajaran bahasa Arab٨, Diantaranya:
١. Membedakan Bahasa Arab dengan Bahasa lainnya
٢. Mengenal keunikan Bahasa Arab yang tidak dimiliki bahasa lain dalam hal pengucapan
huruf
٣. Merupakan tahapan awal bagi pembelajar bahasa Arab dalam melafalkan huruf
٤. Mengetahui pelafalan dan perbedaan pelafalan yang benar dari pengetahuan makhorijul
huruf
٥. Mengetahui pelafalan yang benar, dengan demikian, maka makna yang dimaksud dalam
lafal tersebut dapat difahami
٦. Mengetahui makna yang berbeda-beda dalam lafadhz yang sama dengan intonasi atau
nada yang berbeda
Contoh :
Jeda
‫ﻣﺪﯾﺮ اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﺠﺪﯾﺪة‬
Jika jeda antara madrosah dan jadidah, maka yang dimaksud barunya adalah kepala
sekolahnya. Namun jika jeda antara mudir dan madrosah, maka makna baru akan
ditujukan ke madrosahnya/ sekolahnya baru.
Tinggi rendah nada
‫ﻋﺎﺋﺴﺔ ﺟﻤﯿﻠﺔ‬
Jika nadanya ditinggikan dalam pengucapan terakhir, maka maknanya bisa menanyakan
dengan tujuan meragukan bahwa aisyah cantik. Atau bahkan kebalikan maknanya, yaitu
menganggap aisyah tidak cantik.
Namun jika dilafalkan dalam nada datar, kalimat ini menginformasikan bahwa aisyah
adalah seseorang yang cantik.
٧. Memberikan manfaat dalam pengajaran untuk mencontohkan pelafalan yang benar
٨. Memperbaiki bahasa melalui pelafalan bunyi bahasa
٩. Memberikan evaluasi pembelajaran agar siswa lebih terarah menuju hasil pembelajaran
yang diinginkan

٨
Nasruddin. Ilm Ashwat

١٧
١٠. Lebih mengetahui cara mengajarkan kepada siswa terkait pelafalan bahasa Arab

V. Kesimpulan

Berdasarkan paparan pada makalah ini, bahwa jelas adanya keterkaitan kuat antara ujaran bahasa
dengan makna. Memang ada bunyi yang muncul atai dimunculkan namun tidak memiliki makna,
namun dalam kajian bahasa, maka studi bunyi yang dimaksud adalah bunyi yang memiliki makna.
Diantara kajian yang terkait dengan hal tersebut adalah kajian Fonologi.

Fonologi merupakan ilmu tentang bunyi. Dalam pembelajaran bahasa, fonologi sangat penting.
Dikarenakan fonologi merupakan tahapan awal dari pembentukan bahasa, yaitu tentang bunyi dan
makna yang terkandung didalamnya.

Pengetahuan seseorang tentang fonologi, akan membantu untuk memperbaiki pelafalan ujaran
bahasa. Selain itu, bagi pengajar juga bermanfaar untuk mendapatkan Langkah-langkah yang tepat
untuk mengajarkan bahasa ujar secara benar. Baik itu bahasa Arab ataupun bahasa lainnya.

Terkait dengan penentuan makna, pengetahuan bunyi ujar yang tepat membuat makna yang
dimaksudkan juga dapat disampaikan secara tepat. Berbagai pendapat terkait fonologi dalam
bahasa Arab memiliki sjarah Panjang, sejak masa klasik sampai saat ini, kajian fonologi terus
mengalami berbagai perkembangan.

Fonologi memiliki klasifikasi fonemik yang merupakan kajian produksi suara dalam bahasa lisan
manusia. ada pula fonetik yang merupakan kajian tentang bunyi bahasa yang memiliki keterkaitan
hubungan dan makna. Oleh karenanya, antara fonetk dan fonemik memiliki keterkaitan yang tak
terpisahkan.

١٨
Daftar Pustaka

Al-Qur`ān dan Terjemahnya, diterjemahkan oleh Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir


al-Qur’an ١٩٩٧.
Anīs, Ibrāhīm. ١٩٨٠. Dalālat al-Alfāẓ. Maktabat al-Anglo.
Al-Imam Ibnu Al-Jazari. Matan Jazari
Efendi Anwar. Bimbingan Tahsin dan Tajwid Utsmani jilid ٣. LBQ Al-Utsmani. Jakarta
Nasruddin Idris jauhar. Ilmu Ashwat untuk Pelajar Indonesia. Lisan Arabi
Sukamta. ٢٠١٧. Hubungan antara lafal, konteks dan makna dalam Al-Qur’an. Adabiyat: Jurnal
Bahasa dan Sastra Vol ١ No.٢ Tahun ٢٠١٧ hal.٢٤٨-٢٦٨
Chaer,Abdul .Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta, ٢٠٠٣.
Kalamul Arab. Hasan Zhazha
Dr. Lina marlina. ٢٠١٩. Pengantar Ilmu Ashwat. Fajar media. Bandung
Chaer, Abdul. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta, ٢٠٠٩
Adella Nur Azizah, Aninditya Sri Nugraheni . Lagu Sebagai Media Pembelajaran Fonologi Pada
Siswa Mi Muhammadiyah Trukan. Jurnal Bahasa dan Sastra vol.٨ No.١
Hasyim Asy’ari. ٢٠١٦. Keistimewaan Bahasa Arab Sebagai Bahasa Al-Qur’an. Jurnal
Manajemen Pendidikan Islam (Nidhomul Haq): Mojokerjo
https://lughotuna.id/fonologi-dalam-pembelajaran-bahasa-arab/

١٩

Anda mungkin juga menyukai