Dosen Pengampuh:
Dr. Rika Ningsih,S.Pd.,M.Pd.
Disusun oleh:
Kelompok II
Nama Anggota:
1. Arif Satrio Hidayah(235210034)
2. Aulia Tasya (235210418)
3. Cinta Sabrina Bahran(235210511)
4. Dandi Rinaldo (235210145)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang melimpahkan rahmat taufik dan hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Sejarah Perkembangan Ejaan”.
Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad
SAW yang telah mengarahkan kita ke jalan yang lurus.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini,untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini.Terlepas dari semua itu ,kami menyadari bahwa sepenuhnya
bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritikan dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat maupun
inspirasi bagi para pembaca. Aamiin..
Pekanbaru,15 Oktober 2023
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar......................................................................................ii
Daftra Isi................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan..............................................................................4
A. Latar Belakang............................................................................4
B. Rumusan Masalah.......................................................................4
C. Tujuan Masalah...........................................................................5
BAB II Pembahasan..............................................................................6
A. Sejarah Perkembangan Ejaan......................................................6
B. Pemakaian Huruf Kapital............................................................12
C. Pemakaian Huruf Miring.............................................................20
D. Pemakaian Huruf Tebal...............................................................21
BAB III Penutup....................................................................................22
A. Kesimpulan .................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................23
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Berbicara tentang ejaan tidak terlepas dari sebuah cara berbahasa dalam media ragam
tulis. Ejaan berkaitan dengan sebuah cara menuliskan ragam bahasa lisan ke dalam ragam
bahasa tulis. Ragam bahasa lisan lebih mudah dipraktikkan, baik dari segi penutur maupun
lawan tuturnya. Ragam lisan memiliki lafal yang tidak dimiliki oleh ragam tulis, seperti
intonasi dan irama sehingga diketahui bahwa penutur melakukan jeda, menghentikan
kalimatnya, mengutarakan pertanyaan, melakukan permintaan, dan sebagainya. Selain itu
pula untuk memperlancar komunikasi, ragam bahasa lisan dibantu dengan seluruh perangkat
komunikasi nonlingual, yakni seluruh situasi dan kondisi yang melingkupi pembicaraan
tersebut.
Perangkat-perangkat tersebut adalah bahasa isyarat tubuh yang terdiri atas seluruh
gerak anggota tubuh, mimik wajah, serta kondisi lingkungan pembicaraan. Keseluruhan
perangkat nonlingual yang membantu kelancaran komunikasi ragam lisan tersebut tidak
didapatkan pada komunikasi ragam tulis. Ketiadaan tersebut menyulitkan komunikasi dan
membuka peluang terjadinya kesalahpahaman.
Oleh karena itu, ragam tulis memerlukan kemudahan untuk memperlancar
komunikasinya, yakni dengan tata aturan berbahasa tulis yang disebut dengan ejaan. Ejaan
berperan sebagai batasan-batasan tertentu yang berfungsi menggantikan beberapa perangkat
nonlingual yang diperlukan untuk memperjelas gagasan atau pesan.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dan fungsi dari ejaan?
2. Bagaimana perkembangan ejaan?
3. Bagaimana penggunaan huruf kapital dalam ejaan?
4. Bagaimana penggunaan huruf miring dalam ejaan?
5. Bagaimana pengguna huruf tebal dalam ejaan?
4
C.Tujuan pembahasaan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Raja Ali Haji ialah seorang putra kelahiran Pulau Panyengat, Tanjung Pinang,
Riau tahun 1808. Beliau termasuk seorang penganut tasawuf yang taat dan dari setiap
bagian pembukaan semua karyanya sangat jelas terlihat kemahirannya dalam berbahasa
Arab. Setiap uraiannya pun selalu berisi nasihat dam pendidikan moral. Selain terkenal
sebagai seorang sastrawan, beliau juga dikenal sebagai sejarawan, bahkan disebut
sebagai perintis penulisan sejarah modern di wilayah Melayu yang terkenal melalui
Tuhfat al-Nafis dan Silsilah Melayu Bugis dan Segala Raja-Rajanya. Melalui Bustanul
Katibina dan Kitab Pengetahuan Bahasa, beliau juga pantas disebut sebagai bahasawan.
la merintis konsep pembagian kelas kata tradisi Arab dalam bahasa Melayu, meskipun
ditemukan beberapa ketidaksesuaian dan kelemahan. Sungguh pun demikian, usaha-
usaha beliau luar biasa memberi dampak besar terhadap perkembangan bahasa Melayu
yang akhirnya menjadi bahasa Indonesia, sehingga pantaslah jika beliau, Raja Ali Haji
disebut sebagai perintis atau pemula.
7
kolonial Inggris (Malaysia) maupun Belanda (Indonesia). Van Ophuijsen dibantu oleh
Moehammad Ta`ib Soetan Ibrahim dan Engkoe Nawawi Gelar Soetan Ma`moer
menyusun ejaan bahasa Melayu Standar yang bersumber dari bahasa Melayu Klasik.
Hasil usaha mereka tersebut kemudian disusun menjadi Kitab Logat Melajoe yang
diresmikan pemakaiannya pada tahun 1901. Tata ejaan tersebut lebih dikenal dengan
Ejaan Van Ophuijsen.
Beberapa ciri khas yang menonjol dari Ejaan Van Ophuijsen dapat dilihat pada uraian
di bawah ini:
a. Huruf c ditulis dengan tj, misalnya:
kaca ˃ katja
copot ˃ tjopot
cemas ˃ tjemas
b. Huruf j ditulis dengan dj, misalnya:
jari ˃ djari
jalan ˃ djalan
jelas ˃ djelas
c. ' Huruf k pada alhir suku kata arau kata dirulis dengan tanda koma di aras / tanda
penyingkar (), misalnya:
kapak ˃ kapa`
petik ˃ peti`
makmur ˃ ma`moer
d. • Huruf u ditulis dengan oe, misalnya:
buku ˃ boekoe
sapu ˃ sapoe
malu ˃ maloe
e.Huruf y ditulis dengan j, misalnya:
saya ˃ saja
yakin ˃ jakin
sayu ˃ sajoe
f.Huruf kh ditulis dengan ch, misalnya:
makhluk ˃ machloe
khawatir ˃ chawatir
khusus ˃ choesoes
8
3. Soewandi
Soewandi adalah seorang Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan
yang melalui Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 264/Bh. A, tanggal 19 Maret 1947 meresmikan dengan
sebutan Ejaan Soewandi. Ejaan Republik ini disusun oleh Panitia Ejaan Bahasa
Indonesia yang diketuai oleh Soewandi yang dimaksudkan untuk menyempurnakan
ejaan sebelumnya.
Secara garis besar sistem Ejaan Republik tetap berpedoman pada sistem Ejaan
Van Ophouijsen. Perubahan-perubahan yang terjadi merupakan sebuah usaha untuk
menyederhanakan sistem ejaan bahasa Indonesia. Beberapa perubahan-perubahan
yang tampak dalam Ejaan Republik sebagai usaha untuk penyederhanaan ejaan
bahasa Indonesia adalah:
a. Tanda penyingkat dalam Ejaan Van Ophuijsen diganti dengan huruf k dalam
Ejaan Republik, misalnya:
bapa' ˃ bapak
ba`mi ˃ bakmi
b. Tanda trema / diakritis (..) dalam Ejaan Van Ophuijsen dihilangkan, misalnya:
saӓt ˃ saat
mulӓi ˃ mulai
c. Huruf é (taling) [3] dan è (pepet) [ә] tidak dibedakan dalam Ejaan Republik,
misalnya:
ékor ˃ ekor
ènam ˃ enam
d. Huruf oe dalam Ejaan Van Ophuijsen diganti dengan huruf u dalam Ejaan
Republik, misalnya:
goela ˃ gula
kaboer ˃ kabur
e. Kata ulang boleh diganti dengan angka dua dalam
Ejaaan Republik, misalnya:
lilin-lilin ˃ lilin2
kaki-kaki ˃ kaki2
9
4. Ejaan Pembaharuan
Ejaan Pembaharuan juga dikenal dengan sebutan Ejaan Prijono-Katoppo.
Nama Prijono-Katoppo diambil dari nama-nama tokoh yang pernah menjabat sebagai
ketua panitia pembaharuan ejaan Bahasa Indonesia. Pada mulanya kepanitiaan yang
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan
Nomor 448/S, tanggal 19 Juli 1956 sebagai tindak lanjut hasil keputusan Kongres
Bahasa Indonesia lidi Medan 1954 diketuai oleh Prijono. Namun karena pada masa
itu Prijono diangkat menjadi Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan,
beliau menyerahkan semua, tugas dan jabatannya sebagai ketua panitia kepada E.
Katoppo.
Ejaan Pembaharuan merupakan suatu ejaan yang ditujukan untuk
memperbarui ejaan Republik, yang pernah pada waktu itu mendapat kritikan dari
Prijono. Dalam kritikannya pernah dilontarkan bahwa Ejaan Republik atau Ejaan
Soewandi hanyalah bentuk lain dari usaha penyeragaman Ejaan Van Ophuijsen.
Untuk itu, Ejaan Republik perlu ditinjau kembali.
Kepanitiaan Ejaan Pembaharuan sebenarnya menghasilkan tata aturan ejaan
baru, namun karena hasilnya tidak pernah diumumkan secara resmi, sehingga ejaan
itu pun belum pernah diberlakukan. Salah satu tata aturan ejaan baru tersebut berupa
penemuan fonemis, yakni melakukan penyederhanaan huruf-huruf gabungan
konsonan menjadi huruf tunggal. Jadi, konsep Ejaan Pembaharuan bersifat fonemis,
setiap fonem dalam ejaan hanya dilambangkan dengan satu huruf. Beberapa
contohnya, seperti gabungan konsonan: dj > j, tj > ț, ng > η, nj > ň , sj > š. Huruf j
sendiri berubah menjadi y pada beberapa kata, seperti kata jang ˃ yang, percaja ˃
percaya, saja ˃ saya, dan lain-lain. Penemuan lain adalah penulisan diftong
didasarkan atas pelafalannya. Diftong ai dituliskan ay, misalnya tupai ˃ tupay.
Diftong au dituliskan aw, misalnya kalau ˃ kalaw. Diftong oi dituliskan oy, misalnya
amboi ˃ amboy.
5. Ejaan Melindo
Melindo merupakan akronim dari Melayu-Indonesia. Karena ejaan ini
terwujud berkat kerjasama antara Indonesia dengan Malaysia yang bertujuan untuk
membentuk suatu keseragaman ejaan antara keduannya. Ejaan in disusun dalam
sebuah wadah kepanitiaan, Panitia Kerja Sama Bahasa Melayu-Bahasa Indonesia
yang dipimpin oleh Slametmuljana dari Indonesia dan Syed Nasir bin Ismail. Ejaan in
pun akhirnya juga tidak diresmikan karena adanya ketegangan politik antarkedua
10
negara. Ejaan Melindo tidak jauh berbeda dengan Ejaan Pembaharuan karena sama-
sama berkonsep fonemis.
6. Ejaan Baru
Ejaan Baru lebih dikenal dengan nama Ejaan LBK. LBK diambil dari nama
panitia yang menyusun terbentuknya Ejaan Baru ini, yaitu Lembaga Bahasa dan
Kesusastraan. Kepanitian ini bekerja berdasarkan atas Surat Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan No.062/67, tanggal 19 September 1967. Karena ada
beberapa pihak yang tidak sependapat dengan Ejaan Baru ini, peresmian pun gagal
dilakukan kembali.
7. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan atau yang lebih dikenal dengan
sebutan EYD mulai diresmikan penggunaannya oleh Presiden Republik Indonesia,
Socharto, tanggal 16 Agustus 1972. Penamaan yang lebih sering digunakan adalah
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dinyatakan resmi
diberlakukan di seluruh Indonesia yang juga ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan pada tanggal 31 Agustus 1975. Yang terakhir berlaku sampai sekarang
ini dinamakan Ejaan yang Disempurnakan, merupakan wujud hasil penyempurnaan
dari ejaan-ejaan yang pernah berlaku di Indonesia.
Secara umum, beberapa hal yang diatur di dalam Ejaan yang Disempurnakan
adalah penulisan: tanda baca; angka dan lambang bilangan; singkatan dan akronim;
kata, dan unsur serapan.
Beberapa tata aturan baru yang ditetapkan di dalam Ejaan yang
Disempurnakan yang berbeda atau bahkan belum ada pada ejaan-ejaan sebelumnya:
a. Perubahan penulisan huruf
dj (djantung, djauh) ˃ j (jantung, jauh)
ch (chusus,chawatir) ˃ kh (khusus, khawatir)
j (bahaja, kaja) ˃ y (bahaya, kaya)
nj (senjap, njata) ˃ ny (senyap, nyata)
sj (sjaraf, sjukur) ˃ sy (syaraf, syukur)
tj (tjinta, tjara) ˃ c (cinta, cara)
b. Angka 2 sebagai tanda perulangan sudah tidak dipergunakan lagi, tetapi unsur-
unsur kata ulang dituliskan penuh.
mobil2 ˃ mobil-mobil
berlomba2 ˃ berlomba-lomba
11
c. Pemakaian huruf-huruf serapan dari bahasa asing: f, v, dan z mulai diresmikan,
seperti: film, video, zakat.
d. Pemakaian huruf g dan x tetap digunakan meskipun pada mulanya hanya lazim
digunakan pada bidang-bidang tertentu.
e. Pembedaan penulisan di- sebagai awalan dan di sebagai kata depan. Di- sebagai
awalan penulisannya disambung dengan kata yang mengikuti, seperti ditulis,
dilamar, sedangkan di sebagai kata dean penulisannya dipisah dengan kata yang
mengikutinya, contohnya di meja, di taman
C. Huruf Kapital
Misalnya:
Apa maksudnya?
Tolong ambilkan buku itu!
Kita harus bekerja keras.
Pekerjaan itu akan selesai dalam 1 jam.
2. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur nama orang, termasuk julukan.
Misalnya:
Amir Hamzah
Dewi Sartika
André-Marie Ampère
James Watt
Mujair
Rudolf Diesel
Bapak Koperasi
Jenderal Kancil
3. Huruf kapital tidak digunakan sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan
sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
5 ampere
15 watt
ikan mujair
12
mesin diesel
4. Huruf kapital digunakan pada nama orang seperti pada nama teori, hukum, dan
rumus.
Misalnya:
teori Darwin
hukum Archimedes
rumus Phytagoras
5. Huruf kapital tidak digunakan untuk menuliskan huruf pertama kata yang bermakna
'anak dari', seperti bin, binti, boru, dan van, kecuali dituliskan sebagai awal nama atau
huruf pertama kata tugas dari.
Misalnya:
Misalnya:
7. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama dalam hal tertentu yang berkaitan
dengan nama agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti Tuhan
serta singkatan nama Tuhan.
Misalnya:
Buddha
Hindu
Islam
Kristen
Konghucu
Al-Qur'an
13
Alkitab
Weda
Allah
Tuhan
Allah Yang Maha Kuasa akan menunjukkan jalan-Nya.
Ya, Tuhan, bimbinglah hamba ke jalan yang Engkau beri rahmat.
Tuhan YME (Yang Maha Esa)
Allah Swt. (Subhanahuwataala)
8. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan,
kebangsawanan, keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama orang dan
gelar akademik yang mengikuti nama orang.
Misalnya:
Mahaputra Yamin
Teuku Umar
La Ode Khairudin
Kiai Haji Hasjim Asy'ari
Doktor Mohammad Hatta
Irwansyah, Magister Humaniora
9. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan,
keturunan, keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan kepangkatan yang digunakan
sebagai sapaan.
Misalnya:
10. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat
yang diikuti nama orang atau yang digunakan sebagai pengganti nama orang, nama
instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
11. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama seperti pada nama bangsa, suku,
bahasa, dan aksara.
Misalnya:
bangsa Indonesia
suku Dani
bahasa Tolaki
aksara Kaganga
12. Huruf kapital tidak digunakan pada nama bangsa, suku, bahasa, dan aksara yang
berupa bentuk dasar kata turunan.
Misalnya:
13. Huruf kapital digunakan pada huruf pertama, seperti pada nama tahun, bulan, hari,
dan hari besar atau hari raya.
Misalnya:
tahun Hijriah
bulan Agustus
hari Jumat
hari Lebaran
tarikh Masehi
bulan Maulid
hari Galungan
hari Natal
14. Huruf kapital digunakan pada huruf pertama unsur nama peristiwa sejarah.
Misalnya:
15. Huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak digunakan sebagai nama ditulis dengan
huruf nonkapital.
Misalnya:
Misalnya:
Benua Afrika
Asia Tenggara
Pulau Miangas
Jazirah Arab
Dataran Tinggi Dieng
Gunung Semeru
Pegunungan Himalaya
Bukit Barisan
Danau Toba
Ngarai Sianok
Lembah Baliem
Sungai Mamberamo
Tanjung Harapan
Selat Lombok
Teluk Persia
Terusan Suez
Jawa Barat
Jakarta
Kabupaten Konawe
Kota Kupang
Kecamatan Rengasdengklok
Distrik Samofa
Desa Sentul
16
Kelurahan Rawamangun
Jalan Polonia
Gang Kelinci
Lantai II Gedung Tabrani
Ruang Poerwadarminta Gedung Yudistira
17. Huruf pertama unsur geografi yang tidak diikuti nama diri ditulis dengan huruf
nonkapital.
Misalnya:
berlayar ke teluk
mandi di sungai
menyeberangi selat
berenang di danau
18. Huruf pertama nama diri geografi yang digunakan sebagai nama jenis ditulis dengan
huruf nonkapital.
Misalnya:
Catatan:
Nama yang disertai nama geografi dan merupakan nama jenis dapat dikontraskan atau
disejajarkan dengan nama jenis lain dalam kelompoknya.
Misalnya:
Kita mengenal berbagai macam gula, seperti gula jawa, gula pasir, gula tebu, gula aren, dan
gula anggur.
Kunci inggris, kunci tolak, dan kunci ring mempunyai fungsi yang berbeda.
19. Huruf kapital digunakan untuk nama geografi yang menyatakan asal daerah.
Misalnya:
batik Cirebon
bubur Manado
film Indonesia
17
kopi Gayo
satai Madura
soto Banjar
tari Bali
20. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama semua kata (termasuk unsur bentuk
ulang utuh) seperti pada nama n egara, lembaga, badan, organisasi, atau dokumen,
kecuali kata tugas.
Misalnya:
21. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur bentuk
ulang utuh) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan makalah, serta nama media
massa, kecuali kata tugas yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Tulisan itu dimuat dalam majalah Bahasa dan Sastra.
Dia agen surat kabar Sinar Pembangunan.
Berita berjudul "Listrik Sahabat Petani" dimuat di paktani.com.
Ia menyajikan makalah "Penerapan Asas-Asas Hukum Perdata".
22. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar dan
nama pangkat.
Misalnya:
18
Hj. Hajah
Pdt. Pendeta
Dg. Daeng
Dt. Datuk
Kol. Colonel
23. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak, dan adik serta kata atau ungkapan lain (termasuk
unsur bentuk ulang utuh) yang digunakan sebagai sapaan.
Misalnya:
Catatan:
Misalnya:
b. Kata atau ungkapan yang digunakan dalam pengacuan ditulis dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
19
"Bu, saya sudah melaporkan hal ini kepada Bapak."
Besok Paman akan datang bersama kakakmu.
c. Istilah kekerabatan yang diikuti oleh kata yang menunjukkan kepemilikan ditulis dengan
huruf nonkapital.
Misalnya:
1. Huruf miring digunakan untuk menuliskan judul buku, judul film, judul album lagu,
judul acara televisi, judul siniar, judul lakon, dan nama media massa yang dikutip dalam
tulisan, termasuk dalam daftar pustaka.
Misalnya:
2. Huruf miring digunakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata,
kata, atau kelompok kata dalam kalimat.
Misalnya:
3. Huruf miring digunakan untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa daerah
atau bahasa asing.
20
Misalnya:
Kita perlu memperhitungkan rencana kegiatan dengan baik agar tidak malapeh awo.
Nama ilmiah buah manggis ialah Garcinia mangostana.
Weltanschauung bermakna 'pandangan dunia'.
Ungkapan tut wuri handayani merupakan semboyan pendidikan.
Istilah men sana in corpore sano sering digunakan dalam bidang olahraga.
Catatan:
a. Nama diri, seperti nama orang, lembaga, organisasi, atau merk dagang dalam bahasa
asing atau bahasa daerah tidak ditulis dengan huruf miring.
b. Dalam naskah tulisan tangan atau mesin tik (bukan komputer), bagian yang akan
dicetak miring ditandai dengan garis bawah satu.
E. Huruf Tebal
1. Huruf tebal digunakan untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis miring.
Misalnya:
Huruf dh, seperti pada kata Ramadhan, tidak terdapat dalam Ejaan Bahasa Indonesia.
Kata et dalam ungkapan ora et labora berarti 'dan'.
Catatan:
Dalam naskah tulisan tangan atau mesin tik (bukan komputer), bagian yang akan dicetak
tebal ditandai dengan garis bawah dua.
2. Huruf tebal digunakan untuk menegaskan bagian karangan, seperti bab atau subbab.
Misalnya:
BAB I
PENDAHULUAN
21
1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengukur sikap bahasa ….
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:
Pada tahun 1901 diadakan pembakuan ejaan bahasa indonesia yang pertama kali oleh
Prof. Charles van Ophuijsen yang dikenal dengan Ejaan Van Ophuijsen.
Ejaan Republik ditetapkan pada 17 Maret 1947 lewat keputusan Menteri P dan K Mr
soewandi No. 264/Bhg. A.
3.Ejaan Melindo merupakan konsep nersama yang memperlihatkan bahwa satu bunyi
bahasa dilambangkan dengan satu huruf yang ditetapkan pada akhir tahun 1959.
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) merupakan penyempurnaan dari ejaan-ejaan
sebelumnya yang diresmikan pada saat HUT RI yang ke 27Tahun
22
DAFTAR PUSTAKA
23