Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH SEJARAH PERKEMBANGAN EJAAN

Dosen Pengampuh:
Dr. Rika Ningsih,S.Pd.,M.Pd.
Disusun oleh:
Kelompok II
Nama Anggota:
1. Arif Satrio Hidayah(235210034)
2. Aulia Tasya (235210418)
3. Cinta Sabrina Bahran(235210511)
4. Dandi Rinaldo (235210145)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2023

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang melimpahkan rahmat taufik dan hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Sejarah Perkembangan Ejaan”.
Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad
SAW yang telah mengarahkan kita ke jalan yang lurus.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini,untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini.Terlepas dari semua itu ,kami menyadari bahwa sepenuhnya
bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritikan dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat maupun
inspirasi bagi para pembaca. Aamiin..
Pekanbaru,15 Oktober 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar......................................................................................ii
Daftra Isi................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan..............................................................................4
A. Latar Belakang............................................................................4
B. Rumusan Masalah.......................................................................4
C. Tujuan Masalah...........................................................................5
BAB II Pembahasan..............................................................................6
A. Sejarah Perkembangan Ejaan......................................................6
B. Pemakaian Huruf Kapital............................................................12
C. Pemakaian Huruf Miring.............................................................20
D. Pemakaian Huruf Tebal...............................................................21
BAB III Penutup....................................................................................22
A. Kesimpulan .................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................23

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Berbicara tentang ejaan tidak terlepas dari sebuah cara berbahasa dalam media ragam
tulis. Ejaan berkaitan dengan sebuah cara menuliskan ragam bahasa lisan ke dalam ragam
bahasa tulis. Ragam bahasa lisan lebih mudah dipraktikkan, baik dari segi penutur maupun
lawan tuturnya. Ragam lisan memiliki lafal yang tidak dimiliki oleh ragam tulis, seperti
intonasi dan irama sehingga diketahui bahwa penutur melakukan jeda, menghentikan
kalimatnya, mengutarakan pertanyaan, melakukan permintaan, dan sebagainya. Selain itu
pula untuk memperlancar komunikasi, ragam bahasa lisan dibantu dengan seluruh perangkat
komunikasi nonlingual, yakni seluruh situasi dan kondisi yang melingkupi pembicaraan
tersebut.
Perangkat-perangkat tersebut adalah bahasa isyarat tubuh yang terdiri atas seluruh
gerak anggota tubuh, mimik wajah, serta kondisi lingkungan pembicaraan. Keseluruhan
perangkat nonlingual yang membantu kelancaran komunikasi ragam lisan tersebut tidak
didapatkan pada komunikasi ragam tulis. Ketiadaan tersebut menyulitkan komunikasi dan
membuka peluang terjadinya kesalahpahaman.
Oleh karena itu, ragam tulis memerlukan kemudahan untuk memperlancar
komunikasinya, yakni dengan tata aturan berbahasa tulis yang disebut dengan ejaan. Ejaan
berperan sebagai batasan-batasan tertentu yang berfungsi menggantikan beberapa perangkat
nonlingual yang diperlukan untuk memperjelas gagasan atau pesan.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dan fungsi dari ejaan?
2. Bagaimana perkembangan ejaan?
3. Bagaimana penggunaan huruf kapital dalam ejaan?
4. Bagaimana penggunaan huruf miring dalam ejaan?
5. Bagaimana pengguna huruf tebal dalam ejaan?

4
C.Tujuan pembahasaan

1. Untuk mengetahui pengertian dan fungsi ejaan.


2. Untuk mengetahui perkembangan ejaan.
3. Untuk mengetahui penggunaan huruf kapital dalam ejaan.
4. Untuk mengetahui penggunaan huruf mirig dalam ejaan.
5. Untuk mengetahui penggunaan huruf tebal dalam ejaan.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian dan fungsi ejaan


Ejaan bermula dari kata eja yang berarti sama dengan mengeja, yakni melafalkan
(menyebutkan) huruf-huruf satu demi satu. Eja mendapat akhiran -an menjadi ejaan yang
bermakna sebuah aturan yang tidak hanya sekadar aturan melafalkan huruf-huruf saja
namun lebih kompleks dari itu.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 285), ejaan adalah kaidah-kaidah cara
menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-
huruf) serta penggumaan canda baca. Jelaslah bahwa ejaan adalah suatu sistem aturan
tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf kata, dan tanda baca sebagai
sarananya schingga jauh lebih luas dari sekedar masalah pelafalan, karena mengatur
kescluruhan cara menuliskan bahasa. Ejaan bisa dikatakan sebagai rambu rambu bagi para
pengguna bahasa demi keteraturan dam keseragaman bentuk dalam berbahasa tulis, agar
terwujud suatu ketetapan dan kejelasan makna.
fungsi praktis ejaan adalah untuk membantu proses pemahaman pembaca dalam
mencerna informasi yang disampaikan oleh penulis. Ejaan mempunyai fungsi yang cukup
penting terkait dengan masalah pembakuan bahasa, baik yang menyangkut pembakuan
tata bahasa, kosakata, maupun peristilahan. Berkaitan dengan hal tersebut, ejaan berfungsi
sebagai landasan pembakuan tata bahasa, kosakata, dan peristilahan, serta menjadi filter
terhadap masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa Indonesia.
Ejaan bahasa yang kita pergunakan sekarang in ialah Ejaan yang Disempurnakan atau
biasa disebut EYD yang mulai diberlakukan tanggal 16 Agustus 1972.
B. Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia

1. Raja Ali Haji


Tokoh inilah yang memiliki andil cukup besar dalam perjalanan bahasa
Indonesia karena buah karyanya yang banyak bukan hanya berupa karya sastra yang
membawa namanya terkenal sebagai seorang sastrawan, namun banyak karyanya
yang mencakupi bidang sejarah, pendidikan, etika, perkamusan, bahkan yang paling
penting adalah karya-karyanya yang menyangkut masalah tata bahasa Melayu. Karya-
karyanya tentang tata bahasa Melayu ini bernilai cukup tinggi dalam menelusuri
sejarah bahasa Melayu sebagai cikal bakal bahasa Indonesia, sehingga patutlah jika
6
Raja Ali Haji disebutlah sebagai seorang pemula dalam perjalanan ejaan bahasa
Indonesia.

Raja Ali Haji ialah seorang putra kelahiran Pulau Panyengat, Tanjung Pinang,
Riau tahun 1808. Beliau termasuk seorang penganut tasawuf yang taat dan dari setiap
bagian pembukaan semua karyanya sangat jelas terlihat kemahirannya dalam berbahasa
Arab. Setiap uraiannya pun selalu berisi nasihat dam pendidikan moral. Selain terkenal
sebagai seorang sastrawan, beliau juga dikenal sebagai sejarawan, bahkan disebut
sebagai perintis penulisan sejarah modern di wilayah Melayu yang terkenal melalui
Tuhfat al-Nafis dan Silsilah Melayu Bugis dan Segala Raja-Rajanya. Melalui Bustanul
Katibina dan Kitab Pengetahuan Bahasa, beliau juga pantas disebut sebagai bahasawan.
la merintis konsep pembagian kelas kata tradisi Arab dalam bahasa Melayu, meskipun
ditemukan beberapa ketidaksesuaian dan kelemahan. Sungguh pun demikian, usaha-
usaha beliau luar biasa memberi dampak besar terhadap perkembangan bahasa Melayu
yang akhirnya menjadi bahasa Indonesia, sehingga pantaslah jika beliau, Raja Ali Haji
disebut sebagai perintis atau pemula.

2. C.A. Van Ophuijsen


Charles Adriaan Van Ophuijsen lahir di Solok, Sumatra Barat, tahun 1854.
Ketertarikannya terhadap bahasa diturunkan ole ayahnya, Van Ophuijsen, seorang
asisten residen, pejabat Belanda yang mahir berbahasa Melayu, Minangkabau, Nias;
membaca dan menulis tulisan Jawi; bahkan menulis kamus bahasa Nias.
C.A. Van Ophuijsen mengawali pendidikannya di Belanda, sampai akhirnya
kembali ke Padang unuk mendalami bahasa Melayu, Minangkabau, Batak, Arab,
Jawa, dan Sansekerta. Pada tahun 1879, beliau memutuskan untuk bekerja di bidang
pendidikan yang kemudian diangkat menjadi guru bahasa Melayu di Sekolah Guru di
Probolinggo dan kembali ke Padang mengajar di Sekolah Guru di Padangsidempuan.
Berkat prestasinya yang cukup bagus, diangkatlah beliau menjadi Ajang Inspektur
Pendidikan di Bukittinggi tahun 1890, dan tiga tahun kemudian diangkat menjadi
Inspektur Pendidikan.
Salah satu latar belakang yang menggerakkan Van Ophuisen untuk segera
menyusun bentuk ejaan bahasa Melayu Standar adalah belum adanya keseragaman
dalam hal penulisan huruf dan ejaan terkait keputusan Gubernur Jenderal Rochussen
tahun 1850 yang menetapkan pemakaian huruf Latin dalam bahasa Melayu serta
usulan A.A. Fokker dalam penyeragaman ejaan bahasa Melayu, baik di wilayah

7
kolonial Inggris (Malaysia) maupun Belanda (Indonesia). Van Ophuijsen dibantu oleh
Moehammad Ta`ib Soetan Ibrahim dan Engkoe Nawawi Gelar Soetan Ma`moer
menyusun ejaan bahasa Melayu Standar yang bersumber dari bahasa Melayu Klasik.
Hasil usaha mereka tersebut kemudian disusun menjadi Kitab Logat Melajoe yang
diresmikan pemakaiannya pada tahun 1901. Tata ejaan tersebut lebih dikenal dengan
Ejaan Van Ophuijsen.
Beberapa ciri khas yang menonjol dari Ejaan Van Ophuijsen dapat dilihat pada uraian
di bawah ini:
a. Huruf c ditulis dengan tj, misalnya:
kaca ˃ katja
copot ˃ tjopot
cemas ˃ tjemas
b. Huruf j ditulis dengan dj, misalnya:
jari ˃ djari
jalan ˃ djalan
jelas ˃ djelas
c. ' Huruf k pada alhir suku kata arau kata dirulis dengan tanda koma di aras / tanda
penyingkar (), misalnya:
kapak ˃ kapa`
petik ˃ peti`
makmur ˃ ma`moer
d. • Huruf u ditulis dengan oe, misalnya:
buku ˃ boekoe
sapu ˃ sapoe
malu ˃ maloe
e.Huruf y ditulis dengan j, misalnya:
saya ˃ saja
yakin ˃ jakin
sayu ˃ sajoe
f.Huruf kh ditulis dengan ch, misalnya:
makhluk ˃ machloe
khawatir ˃ chawatir
khusus ˃ choesoes

8
3. Soewandi
Soewandi adalah seorang Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan
yang melalui Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 264/Bh. A, tanggal 19 Maret 1947 meresmikan dengan
sebutan Ejaan Soewandi. Ejaan Republik ini disusun oleh Panitia Ejaan Bahasa
Indonesia yang diketuai oleh Soewandi yang dimaksudkan untuk menyempurnakan
ejaan sebelumnya.
Secara garis besar sistem Ejaan Republik tetap berpedoman pada sistem Ejaan
Van Ophouijsen. Perubahan-perubahan yang terjadi merupakan sebuah usaha untuk
menyederhanakan sistem ejaan bahasa Indonesia. Beberapa perubahan-perubahan
yang tampak dalam Ejaan Republik sebagai usaha untuk penyederhanaan ejaan
bahasa Indonesia adalah:
a. Tanda penyingkat dalam Ejaan Van Ophuijsen diganti dengan huruf k dalam
Ejaan Republik, misalnya:
bapa' ˃ bapak
ba`mi ˃ bakmi
b. Tanda trema / diakritis (..) dalam Ejaan Van Ophuijsen dihilangkan, misalnya:
saӓt ˃ saat
mulӓi ˃ mulai
c. Huruf é (taling) [3] dan è (pepet) [ә] tidak dibedakan dalam Ejaan Republik,
misalnya:
ékor ˃ ekor
ènam ˃ enam
d. Huruf oe dalam Ejaan Van Ophuijsen diganti dengan huruf u dalam Ejaan
Republik, misalnya:
goela ˃ gula
kaboer ˃ kabur
e. Kata ulang boleh diganti dengan angka dua dalam
Ejaaan Republik, misalnya:
lilin-lilin ˃ lilin2
kaki-kaki ˃ kaki2

9
4. Ejaan Pembaharuan
Ejaan Pembaharuan juga dikenal dengan sebutan Ejaan Prijono-Katoppo.
Nama Prijono-Katoppo diambil dari nama-nama tokoh yang pernah menjabat sebagai
ketua panitia pembaharuan ejaan Bahasa Indonesia. Pada mulanya kepanitiaan yang
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan
Nomor 448/S, tanggal 19 Juli 1956 sebagai tindak lanjut hasil keputusan Kongres
Bahasa Indonesia lidi Medan 1954 diketuai oleh Prijono. Namun karena pada masa
itu Prijono diangkat menjadi Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan,
beliau menyerahkan semua, tugas dan jabatannya sebagai ketua panitia kepada E.
Katoppo.
Ejaan Pembaharuan merupakan suatu ejaan yang ditujukan untuk
memperbarui ejaan Republik, yang pernah pada waktu itu mendapat kritikan dari
Prijono. Dalam kritikannya pernah dilontarkan bahwa Ejaan Republik atau Ejaan
Soewandi hanyalah bentuk lain dari usaha penyeragaman Ejaan Van Ophuijsen.
Untuk itu, Ejaan Republik perlu ditinjau kembali.
Kepanitiaan Ejaan Pembaharuan sebenarnya menghasilkan tata aturan ejaan
baru, namun karena hasilnya tidak pernah diumumkan secara resmi, sehingga ejaan
itu pun belum pernah diberlakukan. Salah satu tata aturan ejaan baru tersebut berupa
penemuan fonemis, yakni melakukan penyederhanaan huruf-huruf gabungan
konsonan menjadi huruf tunggal. Jadi, konsep Ejaan Pembaharuan bersifat fonemis,
setiap fonem dalam ejaan hanya dilambangkan dengan satu huruf. Beberapa
contohnya, seperti gabungan konsonan: dj > j, tj > ț, ng > η, nj > ň , sj > š. Huruf j
sendiri berubah menjadi y pada beberapa kata, seperti kata jang ˃ yang, percaja ˃
percaya, saja ˃ saya, dan lain-lain. Penemuan lain adalah penulisan diftong
didasarkan atas pelafalannya. Diftong ai dituliskan ay, misalnya tupai ˃ tupay.
Diftong au dituliskan aw, misalnya kalau ˃ kalaw. Diftong oi dituliskan oy, misalnya
amboi ˃ amboy.
5. Ejaan Melindo
Melindo merupakan akronim dari Melayu-Indonesia. Karena ejaan ini
terwujud berkat kerjasama antara Indonesia dengan Malaysia yang bertujuan untuk
membentuk suatu keseragaman ejaan antara keduannya. Ejaan in disusun dalam
sebuah wadah kepanitiaan, Panitia Kerja Sama Bahasa Melayu-Bahasa Indonesia
yang dipimpin oleh Slametmuljana dari Indonesia dan Syed Nasir bin Ismail. Ejaan in
pun akhirnya juga tidak diresmikan karena adanya ketegangan politik antarkedua
10
negara. Ejaan Melindo tidak jauh berbeda dengan Ejaan Pembaharuan karena sama-
sama berkonsep fonemis.
6. Ejaan Baru
Ejaan Baru lebih dikenal dengan nama Ejaan LBK. LBK diambil dari nama
panitia yang menyusun terbentuknya Ejaan Baru ini, yaitu Lembaga Bahasa dan
Kesusastraan. Kepanitian ini bekerja berdasarkan atas Surat Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan No.062/67, tanggal 19 September 1967. Karena ada
beberapa pihak yang tidak sependapat dengan Ejaan Baru ini, peresmian pun gagal
dilakukan kembali.
7. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan atau yang lebih dikenal dengan
sebutan EYD mulai diresmikan penggunaannya oleh Presiden Republik Indonesia,
Socharto, tanggal 16 Agustus 1972. Penamaan yang lebih sering digunakan adalah
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dinyatakan resmi
diberlakukan di seluruh Indonesia yang juga ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan pada tanggal 31 Agustus 1975. Yang terakhir berlaku sampai sekarang
ini dinamakan Ejaan yang Disempurnakan, merupakan wujud hasil penyempurnaan
dari ejaan-ejaan yang pernah berlaku di Indonesia.
Secara umum, beberapa hal yang diatur di dalam Ejaan yang Disempurnakan
adalah penulisan: tanda baca; angka dan lambang bilangan; singkatan dan akronim;
kata, dan unsur serapan.
Beberapa tata aturan baru yang ditetapkan di dalam Ejaan yang
Disempurnakan yang berbeda atau bahkan belum ada pada ejaan-ejaan sebelumnya:
a. Perubahan penulisan huruf
dj (djantung, djauh) ˃ j (jantung, jauh)
ch (chusus,chawatir) ˃ kh (khusus, khawatir)
j (bahaja, kaja) ˃ y (bahaya, kaya)
nj (senjap, njata) ˃ ny (senyap, nyata)
sj (sjaraf, sjukur) ˃ sy (syaraf, syukur)
tj (tjinta, tjara) ˃ c (cinta, cara)
b. Angka 2 sebagai tanda perulangan sudah tidak dipergunakan lagi, tetapi unsur-
unsur kata ulang dituliskan penuh.
mobil2 ˃ mobil-mobil
berlomba2 ˃ berlomba-lomba
11
c. Pemakaian huruf-huruf serapan dari bahasa asing: f, v, dan z mulai diresmikan,
seperti: film, video, zakat.
d. Pemakaian huruf g dan x tetap digunakan meskipun pada mulanya hanya lazim
digunakan pada bidang-bidang tertentu.
e. Pembedaan penulisan di- sebagai awalan dan di sebagai kata depan. Di- sebagai
awalan penulisannya disambung dengan kata yang mengikuti, seperti ditulis,
dilamar, sedangkan di sebagai kata dean penulisannya dipisah dengan kata yang
mengikutinya, contohnya di meja, di taman

C. Huruf Kapital

1. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama awal kalimat.

Misalnya:

 Apa maksudnya?
 Tolong ambilkan buku itu!
 Kita harus bekerja keras.
 Pekerjaan itu akan selesai dalam 1 jam.

2. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur nama orang, termasuk julukan.

Misalnya:

 Amir Hamzah
 Dewi Sartika
 André-Marie Ampère
 James Watt
 Mujair
 Rudolf Diesel
 Bapak Koperasi
 Jenderal Kancil

3. Huruf kapital tidak digunakan sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan
sebagai nama jenis atau satuan ukuran.

Misalnya:

 5 ampere
 15 watt
 ikan mujair

12
 mesin diesel

4. Huruf kapital digunakan pada nama orang seperti pada nama teori, hukum, dan
rumus.

Misalnya:

 teori Darwin
 hukum Archimedes
 rumus Phytagoras

5. Huruf kapital tidak digunakan untuk menuliskan huruf pertama kata yang bermakna
'anak dari', seperti bin, binti, boru, dan van, kecuali dituliskan sebagai awal nama atau
huruf pertama kata tugas dari.

Misalnya:

 Abdul Rahman bin Zaini


 Fatimah binti Salim
 Indani boru Sitanggang
 Ayam Jantan dari Timur
 Charles Adriaan van Ophuijsen
 Salah satu pencetak gol terbanyak adalah Van Basten.

6. Huruf kapital digunakan pada awal kalimat dalam petikan langsung.

Misalnya:

 Ibu berpesan, "Berhati-hatilah, Nak!"


 "Mereka berhasil meraih medali emas," katanya.
 "Besok pagi," kata Rino, "mereka akan berangkat."

7. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama dalam hal tertentu yang berkaitan
dengan nama agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti Tuhan
serta singkatan nama Tuhan.

Misalnya:

 Buddha
 Hindu
 Islam
 Kristen
 Konghucu
 Al-Qur'an

13
 Alkitab
 Weda
 Allah
 Tuhan
 Allah Yang Maha Kuasa akan menunjukkan jalan-Nya.
 Ya, Tuhan, bimbinglah hamba ke jalan yang Engkau beri rahmat.
 Tuhan YME (Yang Maha Esa)
 Allah Swt. (Subhanahuwataala)

8. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan,
kebangsawanan, keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama orang dan
gelar akademik yang mengikuti nama orang.

Misalnya:

 Mahaputra Yamin
 Teuku Umar
 La Ode Khairudin
 Kiai Haji Hasjim Asy'ari
 Doktor Mohammad Hatta
 Irwansyah, Magister Humaniora

9. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan,
keturunan, keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan kepangkatan yang digunakan
sebagai sapaan.

Misalnya:

 Selamat datang, Yang Mulia.


 Semoga berbahagia, Raden.
 Terima kasih, Kiai.
 Selamat pagi, Dokter.
 Silakan duduk, Prof.
 Siap, Jenderal.

10. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat
yang diikuti nama orang atau yang digunakan sebagai pengganti nama orang, nama
instansi, atau nama tempat.

Misalnya:

 Wakil Presiden Adam Malik


 Perdana Menteri Nehru
14
 Profesor Anton M. Moeliono
 Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara
 Proklamator Republik Indonesia
 Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri
 Gubernur Papua Barat

11. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama seperti pada nama bangsa, suku,
bahasa, dan aksara.

Misalnya:

 bangsa Indonesia
 suku Dani
 bahasa Tolaki
 aksara Kaganga

12. Huruf kapital tidak digunakan pada nama bangsa, suku, bahasa, dan aksara yang
berupa bentuk dasar kata turunan.

Misalnya:

 pengindonesiaan kata asing


 keinggris-inggrisan
 kesunda-sundaan

13. Huruf kapital digunakan pada huruf pertama, seperti pada nama tahun, bulan, hari,
dan hari besar atau hari raya.

Misalnya:

 tahun Hijriah
 bulan Agustus
 hari Jumat
 hari Lebaran
 tarikh Masehi
 bulan Maulid
 hari Galungan
 hari Natal

14. Huruf kapital digunakan pada huruf pertama unsur nama peristiwa sejarah.

Misalnya:

 Konferensi Asia Afrika


15
 Perang Dunia II
 Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
 Hari Pendidikan Nasional

15. Huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak digunakan sebagai nama ditulis dengan
huruf nonkapital.

Misalnya:

 Kami memperingati proklamasi kemerdekaan setiap tahun.


 Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.

16. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama geografi.

Misalnya:

 Benua Afrika
 Asia Tenggara
 Pulau Miangas
 Jazirah Arab
 Dataran Tinggi Dieng
 Gunung Semeru
 Pegunungan Himalaya
 Bukit Barisan
 Danau Toba
 Ngarai Sianok
 Lembah Baliem
 Sungai Mamberamo
 Tanjung Harapan
 Selat Lombok
 Teluk Persia
 Terusan Suez
 Jawa Barat
 Jakarta
 Kabupaten Konawe
 Kota Kupang
 Kecamatan Rengasdengklok
 Distrik Samofa
 Desa Sentul

16
 Kelurahan Rawamangun
 Jalan Polonia
 Gang Kelinci
 Lantai II Gedung Tabrani
 Ruang Poerwadarminta Gedung Yudistira

17. Huruf pertama unsur geografi yang tidak diikuti nama diri ditulis dengan huruf
nonkapital.

Misalnya:

 berlayar ke teluk
 mandi di sungai
 menyeberangi selat
 berenang di danau

18. Huruf pertama nama diri geografi yang digunakan sebagai nama jenis ditulis dengan
huruf nonkapital.

Misalnya:

 jeruk bali (Citrus maxima)


 kacang bogor (Voandzeia subterranea)
 nangka belanda (Anona muricata)
 petai cina (Leucaena glauca)

Catatan:

Nama yang disertai nama geografi dan merupakan nama jenis dapat dikontraskan atau
disejajarkan dengan nama jenis lain dalam kelompoknya.

Misalnya:

 Kita mengenal berbagai macam gula, seperti gula jawa, gula pasir, gula tebu, gula aren, dan
gula anggur.
 Kunci inggris, kunci tolak, dan kunci ring mempunyai fungsi yang berbeda.

19. Huruf kapital digunakan untuk nama geografi yang menyatakan asal daerah.

Misalnya:

 batik Cirebon
 bubur Manado
 film Indonesia

17
 kopi Gayo
 satai Madura
 soto Banjar
 tari Bali

20. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama semua kata (termasuk unsur bentuk
ulang utuh) seperti pada nama n egara, lembaga, badan, organisasi, atau dokumen,
kecuali kata tugas.

Misalnya:

 Bosnia dan Herzegovina


 Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia
 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
 Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2019 tentang Penggunaan Bahasa
Indonesia
 Perserikatan Bangsa-Bangsa

21. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur bentuk
ulang utuh) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan makalah, serta nama media
massa, kecuali kata tugas yang tidak terletak pada posisi awal.

Misalnya:

 Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
 Tulisan itu dimuat dalam majalah Bahasa dan Sastra.
 Dia agen surat kabar Sinar Pembangunan.
 Berita berjudul "Listrik Sahabat Petani" dimuat di paktani.com.
 Ia menyajikan makalah "Penerapan Asas-Asas Hukum Perdata".

22. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar dan
nama pangkat.

Misalnya:

S.E. sarjana ekonomi

M.Si. magister sains

18
Hj. Hajah

Pdt. Pendeta

Dg. Daeng

Dt. Datuk

K.R.T. kanjeng raden


tumenggung

Kol. Colonel

23. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak, dan adik serta kata atau ungkapan lain (termasuk
unsur bentuk ulang utuh) yang digunakan sebagai sapaan.

Misalnya:

 "Kapan Bapak berangkat?" tanya Hasan.


 Dedi bertanya, "Itu apa, Bu?"
 "Silakan duduk, Dik!" kata Rani.
 Surat Saudara telah kami terima dengan baik.
 "Hai, Kutu Buku, sedang membaca apa?"
 "Selamat belajar, Anak-Anak."
 "Sampai berjumpa kembali, Teman-Teman."

Catatan:

a. Kata Anda ditulis dengan huruf awal kapital.

Misalnya:

 Sudahkah Anda tahu?


 Hanya teman Anda yang mengerti masalah itu.

b. Kata atau ungkapan yang digunakan dalam pengacuan ditulis dengan huruf awal kapital.

Misalnya:

19
 "Bu, saya sudah melaporkan hal ini kepada Bapak."
 Besok Paman akan datang bersama kakakmu.

c. Istilah kekerabatan yang diikuti oleh kata yang menunjukkan kepemilikan ditulis dengan
huruf nonkapital.

Misalnya:

 Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.


 Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
D. Huruf Miring

1. Huruf miring digunakan untuk menuliskan judul buku, judul film, judul album lagu,
judul acara televisi, judul siniar, judul lakon, dan nama media massa yang dikutip dalam
tulisan, termasuk dalam daftar pustaka.

Misalnya:

 Saya sudah membaca buku Salah Asuhan karangan Abdoel Moeis.


 Majalah Poedjangga Baroe menggelorakan semangat kebangsaan.
 Berita itu muncul dalam surat kabar Cakrawala.
 Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2018. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi
Kelima. Cetakan Kedua. Jakarta: Balai Pustaka.
 Acara Bulan Bahasa dimuat di kabarbahasa.com.
 Sinetron Keluarga Cemara sudah ditayangkan sebanyak belasan episode.
 Film Habibie dan Ainun diangkat dari kisah nyata.
 Menteri Pendidikan meluncurkan album Simfoni Merdeka Belajar.
 Siniar Celetuk Bahasa mengangkat tema kebahasaan.
 Lakon Petruk Jadi Raja dipentaskan semalam suntuk.

2. Huruf miring digunakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata,
kata, atau kelompok kata dalam kalimat.

Misalnya:

 Huruf terakhir kata abad adalah d.


 Imbuhan ber- pada kata berjasa bermakna 'memiliki'.
 Dalam bab ini tidak dibahas penggunaan tanda baca.
 Buatlah kalimat dengan menggunakan ungkapan lepas tangan!

3. Huruf miring digunakan untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa daerah
atau bahasa asing.

20
Misalnya:

 Kita perlu memperhitungkan rencana kegiatan dengan baik agar tidak malapeh awo.
 Nama ilmiah buah manggis ialah Garcinia mangostana.
 Weltanschauung bermakna 'pandangan dunia'.
 Ungkapan tut wuri handayani merupakan semboyan pendidikan.
 Istilah men sana in corpore sano sering digunakan dalam bidang olahraga.

Catatan:
a. Nama diri, seperti nama orang, lembaga, organisasi, atau merk dagang dalam bahasa
asing atau bahasa daerah tidak ditulis dengan huruf miring.
b. Dalam naskah tulisan tangan atau mesin tik (bukan komputer), bagian yang akan
dicetak miring ditandai dengan garis bawah satu.

E. Huruf Tebal

1. Huruf tebal digunakan untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis miring.

Misalnya:

 Huruf dh, seperti pada kata Ramadhan, tidak terdapat dalam Ejaan Bahasa Indonesia.
 Kata et dalam ungkapan ora et labora berarti 'dan'.

Catatan:

Dalam naskah tulisan tangan atau mesin tik (bukan komputer), bagian yang akan dicetak
tebal ditandai dengan garis bawah dua.

2. Huruf tebal digunakan untuk menegaskan bagian karangan, seperti bab atau subbab.

Misalnya:

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah


Kondisi kebahasaan di Indonesia saat ini diwarnai oleh bahasa standar ….
1.1.1 Latar Belakang
Masyarakat Indonesia yang heterogen menyebabkan munculnya sikap beragam
….
1.1.2 Masalah
Penelitian ini hanya membatasi perencanaan bahasa ….

21
1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengukur sikap bahasa ….

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:
 Pada tahun 1901 diadakan pembakuan ejaan bahasa indonesia yang pertama kali oleh
Prof. Charles van Ophuijsen yang dikenal dengan Ejaan Van Ophuijsen.
 Ejaan Republik ditetapkan pada 17 Maret 1947 lewat keputusan Menteri P dan K Mr
soewandi No. 264/Bhg. A.
 3.Ejaan Melindo merupakan konsep nersama yang memperlihatkan bahwa satu bunyi
bahasa dilambangkan dengan satu huruf yang ditetapkan pada akhir tahun 1959.
 Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) merupakan penyempurnaan dari ejaan-ejaan
sebelumnya yang diresmikan pada saat HUT RI yang ke 27Tahun

22
DAFTAR PUSTAKA

Purwandari,Retno.,S.S,M.A & Qoni’ah.,S.S.2015. Buku Pintar Bahasa


Indonesia.Yogyakarta:Istana Media
Collins,James T.2005. Bahasa Melayu Bahasa Dunia. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia

23

Anda mungkin juga menyukai