Anda di halaman 1dari 13

PENDEKATAN PEMBELAJARAN KAIDAH ARAB MELAYU

Makalah ini disusun dalam memenuhi Tugas Mata Kuliah Aksara Arab Melayu
Dosen Pengampuh: Irma Suryani, M.Sos

Disusun
O
L
E
H
Nurul Syahfitri (01200908)
RAHMADANIAR (01200909)

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH BATU BARA
SUMATERA UTARA
T.A 2023/2024
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis persembahkan kehadirat Allah Swt., yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah_Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini yang masih jauh dari kesempurnaan. Shalawat serta salam senantiasa
tercurahkan Kepada Nabi Muhammad Saw., yang telah membimbing umatnya ke
peradaban yang berpendidikan dan jalan yang lurus. Penyelesaian makalah ini
dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah “Akasara Arab Melayu”, adapun judul
dari makalah ini “Pendekatan Pembelajaran Kaidah Arab Melayu” Penulis menyadari
kemampuan penulis sebagai manusia biasa yang tak luput dari kesalahan dan kesilapan,
untuk itu kami mengharapkan kritik dan sarannya demi kesempurnaan makalah itu
khususnya para pembaca.
Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, atas perhatianya penulis
mengucapkan terima kasih.

Batu Bara, 27 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

A. Latar Belakang....................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.................................................................................................. 1

C. Tujuan Masalah ..................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 2

A. Kaidah Penulisan Arab Melayu ............................................................................. 2

BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 7

A. Kesimpulan ............................................................................................................ 7

B. Saran ...................................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 8

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lembaga pendidikan merupakan lembaga atau tempat berlangsungnya proses
pendidikan dengan tujuan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas,
berkepribadian dan berdaya juang yang tinggi dalam kehidupan. Lembaga pendidikan
juga merupakan institusi sosial yang menjadi agen sosialisasi lanjutan setelah lembaga
keluarga. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran. Hakikat dari kegiatan pembelajaran adalah sebuah proses
komunikasi edukatif antara pendidik dengan peserta didik, dimana pendidik akan
berusaha untuk membantu dan membimbing peserta didik menuju ke arah kedewasaan
sehingga mampu hidup menjadi anggota masyarakat yang baik sesuai dengan tujuan
pendidikan dan pengajaran. Tujuan pendidikan dan pengajaran akan tercapai seperti
yang diharapkan bila ada suatu proses interaksi edukatif yang baik antara pendidik
dengan peserta didik.
Aksara adalah lambang bunyi atau fonem, Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
aksara adalah sistem tanda grafis yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dan
sedikit banyaknya mewakili ujaran. Aksara dikenal juga dengan “sistem tulisan”. Pada
perkembangannya, aksara mengandung arti suatu sistem simbol visual yang tertera pada
kertas maupun media lainnya, seperti batu, pohon, kayu, kain untuk mengungkapkan
unsur-unsur yang ekspresif dalam suatu Bahasa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis dapat merumuskan masalahnya
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan kaidah penulisan arab melayu?
C. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka adapun tujuannya sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kaidah penulisan arab merayu.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kaidah Penulisan Arab Melayu
Tulisan Arab-Melayu merupakan campuran huruf-huruf Hijaiyah, dengan enam
huruf bukan huruf Hijaiah melainkan modifikasi oleh masyarakat Melayu sendiri.
Penambahan tersebut dimaksudkan untuk keperluan fonem Melayu yang lebih banyak
dibandingkan fonem Hijaiah. Huruf-huruf tambahan tersebut adalah huruf pa (‫(ڤ‬, nga
(‫(ڠ‬, nya (‫(ڽ‬, va (‫(ۏ‬, ca (‫( چ‬dan ga (‫ݢ‬. Arab Melayu termasuk salah satu khazanah
budaya Nusantara. Mengajarkan Arab-Melayu di sekolah formal maupun non formal,
berarti ikut serta dalam menjaga nilai budaya Nusantara.Provinsi Riau dan Kepulauan
Riau merupakan pusat kerajaan Melayu yang sangat maju dan tinggi tentang
peninggalan kebudayaan tulisan Arab-Melayu1.
Huruf Arab Melayu merupakan huruf hijaiyah yang dipergunakan untuk menulis
bahasa Melayu. Huruf ini pada dasarnya ditulis tanpa harakat. Dalam penulisannya pada
kaidah penulisan Arab Melayu diberi huruf saksi, yakni huruf Alif untuk fonem “a”,
huruf Waw untuk bunyi “u” dan “o”, lalu huruf Ya untuk tanda baca “i” dan “e keras”.
Adapun jumlah hurufnya selain dari huruf hijaiyah semestinya adalah dengan
penambahan huruf “nya” (‫(ۑ‬,” ga” ( ‫(ڬا‬,” pa” (‫(ڤ‬,” ca” (‫“ ) ۋ‬fe “dan ,)‫“ )ڠ‬nga “,)‫)چ‬.
Sehingga, total keseluruhan jumlah huruf Arab Melayu ada 35 jenis, dengan
penambahan 6 (enam) huruf yang tidak terdapat di dalam huruf Arab2. Fungsi Arab
Melayu ditinjau dari segi berbahasa adalah mengupayakan keterampilan dalam
membaca naskah-naskah Melayu guna meningkatkan khazanah intelektual Nusantara,
sehingga Arab Melayu mudah dipahami oleh masyarakat saat ini3.
Adapun perbedaan yang tampak lainnya adalah penggunaan jenis penulisan
bahasa, huruf latin biasanya menggunakan jenis huruf alfabet dan memiliki fonem vokal
a, i, u, e, dan o, sedangkan huruf Arab Melayu menggunakan jenis huruf Arab Hijaiyah

1
Dian Risdiawati, dkk, Pengembangan bahan ajar tulisan arab melayu, (jurnal Pendidikan: Vol 1,
No 6, 2016), h.
2
Abdul Razak, Membaca Pemahaman Teori Dan Aplikasi Pengajaran, (Pekanbaru: Ababil Press,
2020), h. 29.
3
Sri Mahuni, dkk, Pembelajaran Aksara Melayu, (Jurnal Jete: Vol 3, No 2, 2022), h. 134.

2
dengan penambahan fonem tertentu yang semua huruf merupakan huruf Arab berupa
konsonan tanpa memakai tanda harakat yang menggunakan huruf ‘illat (alif, wau, dan
ya’). Teknik dalam membaca wacana Arab Melayu pada hakikatnya tidak jauh berbeda
dengan teknik membaca huruf Arab pada umumnya4. Dalam membaca Arab Melayu
ada beberapa kaidah yang perlu diperhatikan, di antaranya:

1. Terlebih dahulu sebelum membaca tulisan Arab Melayu, pembaca harus


mengenal dan memahami apa saja huruf-huruf Arab Melayu, baik dari huruf Arab
Hijaiyah, fonem pinjaman dari Arab Hijaiyah, ataupun huruf jati Melayu.
2. Setelah mengenal dan memahami, pembaca diharuskan dapat membaca huruf
Arab Hijaiyah yang telah berharakat yang merupakan dasar bunyi vokal atau
bunyi huruf hidup Arab Melayu.
3. Kaidah di dalam buku ini yaitu sebuah rumusan baru yang belum digunakan di
naskah tulisan. Oleh sebab itu, dalam membaca diperlukan kemampuan untuk
mencari suatu kata yang kemungkinan dibaca lebih dari satu jenis bacaan.
Dari beberapa teknik dalam membaca wacana Arab Melayu tersebut, dapat
diambil poin penting agar dalam membaca wacana yang bertuliskan Arab Melayu
sesuai dengan pengacuan bahasa yang dituliskan. Yakni pengenalan akan huruf Arab
Melayu, pemahaman akan tulisan dalam bentuk rangkaian kata Arab Melayu.
Memperhatikan bunyi dasar atau huruf saksi yang selalu mengikuti huruf-huruf
konsonan lainnya yang dalam hal ini melakukan transliterasi dari wacana yang
bertuliskan Arab Melayu ke dalam tulisan bahasa Indonesia, tujuannya adalah dalam
upaya pemahaman akan wacana yang dipaparkan dapat diambil gagasan atau informasi
penting yang ada di dalamnya. Poin lainnya adalah dengan memberikan tanda khusus
baik coretan maupun tanda lainnya bagi kata, frasa, atau kalimat yang belum ditemukan
bacaan dalam bahasa Indonesia atau masih ragu dengan hasil bacaannya. Sehingga
upaya membaca pemahaman dapat terimplementasikan dengan baik5.

4
Hasnah Faizah, dkk, Analisis Kesalahan Bentuk penulisan Arab Melayu, (Jurnal Pendidikan: Vol
1, No 4, 2022), h. 168.
5
Indah Fauziah, dkk, Kemampuan Membaca pemahaman wacana arab melayu, (Jurnal Al-Ibrah:
Vol 7, No 2, 2022), h. 31-32.

3
Adapun kaidah penulisan arab melayu yaitu:
Penulisan huruf Arab Melayu dapat dirumuskan menjadi beberapa kaidah, yaitu :
1. Kaidah ke-1: setiap suku kata yang diawali dan diakhiri dengan konsonan, cukup
dituliskan konsonannya (tidak diberi saksi). Contoh :
a. Tempat: ‫تمفت‬
b. Hampir: ‫ھمفر‬
c. Pintar:‫فنتر‬
d. Tangkas: ‫تعکس‬
e. Cermat: ‫چرمت‬
2. Kaidah ke-2, Suku kedua dari berbagai hidup berbunyi “a”, mendapat saksi alif
(‫)ا‬, tetapi suku pertama dari belakang hidup berbunyi “a” tidak mendapat
saksi.Contoh :ba dan ‫د با‬,‫ ن‬.
a. Kalam:‫کا لم‬
b. Raja: ‫راج‬
c. Denda:‫د ند‬
d. Laba: ‫ال ب‬
3. Suku kedua dari belakang hidup berbunyi “e” dan suku pertama dari belakang
berbunyi “a”, maka suku kesatu dari belakang mendapat alif saksi. Contoh :
a. Kera: ‫کرا‬
b. Reda: ‫ردا‬
c. Peta: ‫فتا‬
d. Jeda: ‫جدا‬
e. Lega: ‫لکا‬
4. Kaidah ke3: bila suku pertama dan kedua terdiri dari vokal i, o, dan ai, maka huruf
atau konsonan Arab itu diberi saksi“yak” (‫)ي‬. Contoh :
kiri:‫کیري‬
mini: ‫میني‬
seri: ‫سیري‬
nilai: ‫نیلي‬
Lihai: ‫لیھي‬

4
5. Kaidah, bila suku pertama dan atau kedua hidup berbunyi “o”, “u”, dan “au”
ditulis dengan wau (‫ )و‬saksi.Contoh :
Roda:‫رود‬
Lubang: ‫لوبع‬
pulau:‫فولو‬
kicau:‫کیچو‬
Surau: ‫سورو‬
6. Kaidah, bila suku terakhir berbunyi “wa”, ditulis dengan huruf wau (‫ ) و‬dan alif
(‫)ا‬. Contoh:
a. Dewa:‫د یوا‬
b. Bahwa:‫بھوا‬
c. Kecewa: ‫کچیوا‬
d. Jiwa: ‫جیوا‬
e. Siwa: ‫سیوا‬
Kaidah, bila huruf awal pada suku kata pertama terdiri dari vokal, maka:
a. Kalau vokal itu terus diikuti dengan konsonan, maka dituliskan alif saja,
Contoh :
1) Antar: ‫انتر‬
2) Intan:‫انتن‬
3) Untung: ‫انتع‬
4) Unta: ‫انت‬
5) Enteng: ‫انتع‬
b. Kalau suku kata pertama itu berbunyi “a” saja ditulis dengan alif, Contoh :
1) Abang: ‫ابع‬
2) Aman: ‫امن‬
7. Kalau suku kata pertama berbunyi ”i” atau “e” ditulis dengan huruf alif dan yak.
Contoh:
1) ipar: ‫ایفر‬
2) Edar:‫اید ر‬
3) nilai: ‫نیلي‬
8. Kalau suku kata pertama berbunyi “o” dan “u” ditulis dengan alif dan wau.

5
Ubah: ‫اوبھ‬
Obat: ‫اوبت‬
9. Kaidah, bila suku kata satu dengan yang lain berbentuk “ai” dan tanda hamzah
di atas wau sesudah alif saksi untuk bentuk “au”, Contoh :
a. Kail: ‫کایل‬
b. Saing: ‫سایع‬
10. Kaidah bila suku kata satu dengan yang lain berbentuk “ia”, maka
penulisannya dengan cara menghubungkan huruf yak dengan huruf
sesudahnya (atau boleh dengan memberikan tanda alif gantung di atas yak).
Contoh :
a. Dian:‫د ین‬
b. Kian: ‫کین‬
11. Kaidah, bentuk “ua” harus dinyatakan dengan huruf alif sesudah huruf wau. ,
Contoh :
a. Buat: ‫بوات‬
b. Tuan: ‫توان‬
12. Kaidah bentuk “iu” dinyatakan dengan memberikan huruf wau sesudah yak,
Contoh :
a. Liur: ‫لیور‬
b. Beliung:‫ب لیوع‬
c. Nyiur: ‫پیور‬
11. Kaidah bentuk “ui” dinyatakan dengan huruf wau dan yak. Contoh:
a. Kuil: ‫کو یل‬
b. Buih: ‫بو یھ‬
c. Puing: ‫فو یع‬
12. Bentuk “oi” juga dapat memakai cara tersebut, misal : boing: ‫بو یع‬
13. Kaidah, Awalan me,ber, per, pe, ter, di, se, ke, ku, dan kau tidak menimbulkan
perubahan ejaan, penulisannya dengan merangkaikan saja. Untuk awalan se, ke,
dank u, bila dirangkaikan dengan sesuatu kata yang diawali oleh vokal
penulisannya dengan cara menambahkan atau menggantikan alif dengan
hamzah. Contoh: mengambil: ‫معمبل‬, terlepas: ‫ترلفس‬

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun beberapa faktor pendukung dan penghambat dalam pengembangan bahan
ajar tulisan Arab-Melayu. Faktor pendukung pertama adalah kekayaan bahan tulisan
Arab-Melayu yang memang pernah digunakan dan berkembang di Indonesia. Faktor
pendukung kedua adalah jumlah mahasiswa yang menguasai tulisan Arab banyak
ditemui karena sudah terbiasa membaca Al-Quran atau membaca kitab-kitab keagamaan
dengan huruf Arab-Pegon sejak kecil. Faktor pendukung ketiga adalah upaya-upaya
pemerintah mengangkat nilai budaya lokal di dalam pendidikan. Faktor penghambat
pengembangan pembelajaran Arab-Melayu adalah ketersediaan pustaka berhuruf Arab-
Melayu yang memang banyak, tetapi tidak mudah ditemui dalam kehidupan sehari-hari,
misalnya toko buku, perpustakaan sekolah, dan perpustakaan kota.
Aksara adalah lambang bunyi atau fonem, Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
aksara adalah sistem tanda grafis yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dan
sedikit banyaknya mewakili ujaran. Pada perkembangannya, aksara mengandung arti
suatu sistem simbol visual yang tertera pada kertas maupun media lainnya, seperti batu,
pohon, kayu, kain untuk mengungkapkan unsur-unsur yang ekspresif dalam suatu
Bahasa. Aksara secara etimogis berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu akar kata “a-” yang
berarti tidak dan, shara berarti termusnahkan.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini semoga dapat memberikan pemahaman bagi pembaca
sehingga pembaca mengetahui bagaimana Perkembangan Pembelajaran kaidah aksara
arab melayu.

7
DAFTAR PUSTAKA

Faizah Hasnah. Dkk. 2022. Analisis Kesalahan Bentuk penulisan Arab Melayu, (Jurnal
Pendidikan: Vol 1. No 4).

Mahuni Sri. Dkk. 2022. Pembelajaran Aksara Melayu. (Jurnal Jete: Vol 3. No 2).

Risdiawati Dian. Dkk. 2016. Pengembangan bahan ajar tulisan arab melayu. (jurnal
Pendidikan: Vol 1. No 6).

Razak Abdul. 2020. Membaca Pemahaman Teori Dan Aplikasi Pengajaran.


(Pekanbaru: Ababil Press).

Tim Penulis. 1980. Ensiklopedi Indonesia. (Jakarta: Ichtiar Baru-Van Hoeve).

Anda mungkin juga menyukai