Anda di halaman 1dari 39

Dosen Pengampu: Nurhaswinda, M.Pd.

Oleh kelompok 5:

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI

BANGKINANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan

rahmat dan karuniannya sehingga kami dapat menyelesaikan buku ini guna

memenuhi tugas kelompok untuk Mata Kuliah Psikologi Pendidikan dengan

judul “Jenis Kosakata Arab Melayu”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dan

bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan do’a, saran dan kritik

sehingga makalah ini dapat terlesesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata

sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami

milki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan

bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap

semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Bangkinang, 25 Maret 2023

Penulis
JENIS KOSA KATA
ARAB MELAYU
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PEDAHULUAN......................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
C. Tujuan Penulisan Makalah............................................................................5
BAB II......................................................................................................................6
PEMBAHASAN......................................................................................................6
A. Pengertian Kosa Kata Arab Melayu..............................................................6
B. Jenis – jenis kosa kata Arab Melayu.............................................................9
C. Bentuk kosa kata Arab Melayu...................................................................13
D. Penulisan Arab Melayu Riau......................................................................14
E. Kontrastif Penulisan Arab Melayu Riau dan Penulisan Bahasa Arab........15
BAB III..................................................................................................................25
PENUTUP..............................................................................................................25
A. Kesimpulan.................................................................................................25
B. Saran............................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................28
BAB I

PEDAHULUAN

A. Latar Belakang

Disamping bahasa, Tulisan merupakan sebuah alat komunikasi

manusia dari zaman dahulu sampai sekarang ini. Setiap kelompok manusia

pada umumnya memiliki aksara sendiri. Tulisan yang ada pada zaman

sekarang ini berasal dari rumpun tulisan keberadaan tulisan dalam masyarakat

sangat berperan penting.

Dengan tulisan ini, manusia mampu berkomunikasi meski memakan

jarak yang cukup jauh. Di nusantara tulisan yang berkembang ialah tulisan

arab melayu. Tulisan Arab Melayu adalah tulisan arab yang diadaptasikan

oleh bahasa melayu untuk pengejaannya seperti yang kita pahami sekarang ini.

Artinya huruf yang dipakai adalah huruf-huruf Arab dengan Bahasa Melayu,

atau dengan ejaan Melayu. Di tempat lain tulisan Melayu ini disebut dengan

arab Jawi atau sejenisnya.

Indonesia memiliki beraneka ragam bahasa daerah, masing-masing

memiliki aturan penulisan sendiri menggunakan aksara tradisionalnya yang

khas. Apresiasi terhadap berbagai aksara tradisional ini masih tampak

misalnya dari mata pelajaran bahasa daerah di tiap daerah. Penggunaan

aksara-aksara tradisional ini diberbagai sudut kota juga merupakan bukti

bahwa, walaupun aksara ini telah hampir sepenuhnya tergantikan oleh aksara
latin, sebenarnya bangsa kita masih cinta dan bangga atas kekayaan negeri kita

yang satu ini.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas dapat diperoleh beberapa rumusan masalahnya

yaitu antara lain :

1. Apa itu kosakata?

2. Apa saja jenis – jenis kosa kata Arab Melayu?

3. Bagaimana bentuk kosa kata Arab Melayu?

4. Bagaiamana Penulisan Arab Melayu Riau ?

5. Bagaimana Kontrastif Penulisan Arab Melayu Riau dan Penulisan

Bahasa Arab ?

C. Tujuan Penulisan Makalah

1. Untuk mengetahui Pengertian kosa kata

2. Untuk mengetahui Jenis – jenis kosa kata Arab Melayu

3. Untuk mengetahui Bentuk Kosa kata Arab Melayu

4. Untuk mengetahui Penulisan Arab Melayu Riau

5. Untuk mengetahui Kontrastif Penulisan Arab Melayu Riau dan

Penulisan Bahasa Arab


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kosa Kata Arab Melayu

Aksara Arab Melayu (huruf Melayu) atau Aksara Jawi (huruf Jawi)

menurut kamus linguistik adalah huruf Arab yang dipakai untuk

memuliakan bahasa Melayu. Sedangkan aksara Arab itu sendiri adalah

aksara yang mula-mula dipakai untuk menuliskan bahasa Arab, diturunkan

dari aksara Aramea, sekitar wilayah Syiria dan Irak. Adapun peninggalan

tertua beraksara Arab berasal dari tahun 512 M. Dalam penyebarannya

juga dipakai untuk menuliskan bahasa Urdu, bahasa Melayu, bahasa Jawa

yang dituliskan dari kanan ke kiri. Disebut dengan istilah Jawi untuk

huruf-huruf Arab, berkaitan erat dengan panggilan Jawi yang digunakan

oleh orang Arab terutama di Mekkah terhadap Bangsa Melayu dan

Indonesia sampai saat ini. Istilah Jawi ialah kata sifat yang artinya orang

Jawa atau artinya yang berasal dari tanah Jawa.

Tulisan Arab Melayu merupakan bukti dari penyebaran agama Islam

di beberapa daerah di Asia Tenggara. Penggunaan bahasa Arab sebagai

bahasa sehari-hari di tanah Melayu sangatlah sulit. Sebab masyarakat

sudah terbiasa dengan bahasa mereka sendiri. Maka dari itu terjadilah

akulturasi yang menghasilkan tulisan Arab dengan bahasa Melayu atau

yang dikenal sebagai huruf Jawi.


Bahasa Arab telah dipilih sebagai bahasa yang membawa mesej

Islam kepada umatnya. Kitab panduan umat Islam iaitu al-Qur’an al-

Karim menggunakan bahasa Arab, malah sumber kedua dalam Islam iaitu

al-Hadith turut menggunakan bahasa Arab memandangkan Rasulullah

SAW merupakan antara rasul yang dilantik dalam kalangan masyarakat

Arab. Hal ini menjadi titik tolak asas bagi menyerlahkan kaitan bahasa

Arab dengan Islam. Pemilihan bahasa Arab sebagai bahasa al-Qur’an

mempunyai kelebihan tersendiri memandangkan umat Islam terdiri

daripada pelbagai lapisan kaum dan bahasa. Antara kelebihan pemilihan

bahasa Arab sebagai bahasa al-Qur’an ialah ia mampu mengajak umat

manusia agar berfikir tentang sesuatu perkara atau hukum yang dinyatakan

dalam al-Qur’an. Firman Allah SWT di dalam al-Qur’an yang bermaksud:

“Sesungguhnya Kami menurunkan Kitab itu sebagai al-Qur’an yang

dibaca dengan bahasa Arab, supaya kamu (menggunakan akal untuk)

memahaminya.” (Surah Yusuf, ayat 2).

Pemanfaatan kosa kata Arab dalam bahasa Melayu mempunyai

kaitan rapat dengan Islam yang menjadi pegangan majoriti masyarakat

Melayu. Bangsa Melayu dilihat amat sinonim dengan Islam termasuk

dalam aspek bahasa. Manakala Islam amat sinonim dengan bahasa Arab

yang merupakan bahasa pilihan bagi menyampaikan isi kandungan al-

Qur’an. Situasi ini menjadi antara asas penting pemanfaatan kosa kata

Arab dalam bahasa Melayu, khususnya yang melibatkan konotasi makna

berkaitan Islam. Kertas kerja ini akan menganalisis beberapa kosa kata ke
14-16, tepatnya pada masa kejayaan Kerajaan Malaka, pengaruh bahasa

Arab terhadap bahasa Melayu semakin intensif. Sehingga banyak

dipakainnya tulisan Arab namun dengan bahasa Melayu.

Pada dasarnya, tulisan Arab Melayu memiliki beberapa persamaan

bentuk dan bunyi dengan huruf Hijaiyah. Namun terdapat hal yang

membedakan antara keduanya, yaitu:

1) Huruf Arab Melayu tidak menggunakan tanda baca harakat seperti fathah,

kasrah, dhammah, maupun tanwin.

2) Huruf Hijaiyah tidak dapat menampung seluruh kosa kata bahasa Melayu,

sehingga terdapat enam tambahan aksara yang tidak dimiliki huruf

Hijaiyah.

Tulisan huruf Jawi adalah campuran huruf-huruf arab yang terdiri

dari 29 huruf dengan 5 huruf bukan huruf Arab, melainkan huruf yang

diciptakan oleh orang Melayu sendiri. Hal ini disebabkan huruf-huruf

Arab mempunyai kekurangan dari sudut lambang-lambang untuk fonem

Melayu, atau orang-orang Melayu telah meminjam beberapa huruf Arab

yang telah di variasikan dengan ini bertambahlah jumlah huruf Jawi.

Huruf-huruf tambahan ini ialah ca, (‫) ج‬, nga (‫) غ‬, pa (‫) ف‬, ga(‫) ك‬, nya ( ‫) ث‬,

huruf yang lima ini adalah menurut Prof S.M Naguib Al-Attas bahwa

huruf-huruf baru ini diciptakan untuk melambangkan bunyi-bunyi yang

lazim untuk lidah orang Melayu. Huruf-huruf baru ini ditiru dari huruf

Arab misalnya ca ( ‫) ج‬, diambil dari huruf jim ( ‫) ج‬, huruf nga ( ‫) ع‬, dari
huruf ain ( ‫ ) ع‬huruf pa ( ‫ ) ف‬dari huruf fa ( ‫ ) ف‬dan ga ( ‫ ) ك‬dari huruf kaf (

‫) ك‬. Tetapi menurut Omar Awang pula huruf ca ( ‫ ) ج‬dan ga ( ‫ ) ك‬diambil

dari huruf Parsi karena bahasa itu berkembang dengan luas di Asia tengah

dan India dan pengaruhnya sampai ke alam Melayu dibawa oleh penulis

Islam Hamzah Fansuri.

Dengan Islam berkembang banyak istilah Arab dalam bidang ilmu-

ilmu tersebut telah dipijamkan ke dalam bahasa Melayu. Sehingga bahasa

ini menjadi bahasa pengantar di bidang ilmu pengetahuan dan bahasa

perhubungan. Sesudah zaman Islam bahasa Melayu mulai meningkat

maju. Bahasa Melayu telah dijadikan bahasa resmi dalam kerajaan-

kerajaan di alam Melayu.

Kosa kata adalah himpunan kata yang diketahui oleh seseorang dari

suatu bahasa tertentu. Kosa kata seseorang didefinisikan sebagai himpunan

semua kata – kata yang memungkinkan akan digunakan oleh orang

tersebut untuk menyusun kalimat baru.

Aksara Arab-Melayu merupakan salah satu tulisan kuno yang

digunakan oleh masyarakat Melayu. Kemunculannya terkait secara

langsung dengan kedatangan agama Islam ke Nusantara. Pada awalnya,

bahasa Melayu ditulis dengan menggunakan huruf Sansekerta, baru

kemudian pada abad ke-14 mengalami perubahan menggunakan huruf

Arab atau dikenal sebagai huruf Hijaiah.

Kaedah penulisan Arab Melayu itu sendiri berkosa-kata yang

berasal dari Arab Melayu harus di tulis sesuai dengan tulisan bahasa
Arab. Implikasi dari pergeseran kaedah penulisannya,  banyak kosa

kata yang diadobsi dari bahasa Arab berbeda penulisan dari bentuk

asalnya. Penelitian ini berfokus pada kesalahan bentuk penulisan Arab

Melayu yang ditemukan dalam buku panduan baca tulis Arab Melayu

untuk MDTA dan kesalahan-kesalahan bentuk penulisan Arab Melayu

juga sering terjadi di sekitar kita kita.

Tulisan Arab-Melayu disebut sebagai tulisan Jawi dalam bahasa

Melayu modern. Alasan penamaan Jawi belum menemukan titik jelas

karena banyak perbedaan pendapat. Menurut Saidi (2003:20), istilah

‘Jawi’ berasal dari penyebutan orang Arab terhadap kemenyan Jawa dan

juga dinyatakan bahwa ‘Jawa’ dahulu digunakan sebagai nama tempat

yang mengacu kepada pulau Jawa dan Sumatra. Prasasti Melayu tertua

yang ditulis dalam dasar ortografi Arab atau Hijaiah ditemukan di hulu

Sungai Trengganu, kira-kira 60 kilometer ke pedalaman dari timur laut

pantai Semenanjung Malaysia (Collins, 2005:15). Tulisan Arab-Melayu

merupakan campuran huruf-huruf Hijaiyah, dengan enam huruf bukan

huruf Hijaiah melainkan modifikasi oleh masyarakat Melayu sendiri.

Penambahan tersebut dimaksudkan untuk keperluan fonem Melayu yang

lebih banyak dibandingkan fonem Hijaiah. Huruf-huruf tambahan tersebut

adalah huruf pa (‫ ڤ‬,(nga (‫ ڠ‬,(nya (‫ ڽ‬,(va (‫ ۏ‬,(ca (‫( چ‬dan ga (‫ ݢ‬.(Arab-

Melayu termasuk salah satu khazanah budaya Nusantara. Mengajarkan

Arab-Melayu di sekolah formal maupun non formal, berarti ikut serta

dalam menjaga nilai budaya Nusantara. Provinsi Riau dan Kepulauan Riau
merupakan pusat kerajaan Melayu yang sangat maju dan tinggi tentang

peninggalan kebudayaan tulisan Arab-Melayu (Dahlan,

2014:59).Pemerintah setempat menjadikan Arab-Melayu sebagai mata

pelajaran muatan lokal. Hal tersebut merupakan upaya pemerintah untuk

mengatasi fenomena yang terjadi saat ini, yaitu banyak generasi muda

termasuk mahasiswa yang tak lagi mengenal Arab-Melayu.

Berdasarkan studi pendahuluan terhadap mahasiswa Jurusan Sastra

Indonesia Universitas Negeri Malang, banyak diantaranya yang

menganggap Arab-Melayu sebagai tulisan asing, karena mahasiswa

terbiasa dengan tulisan latin. Selain itu, mahasiswa sering kesulitan

membaca dan menulis Arab-Melayu karena sejak di pendidikan dasar

tidak pernah diajari secara spesifik mengenai tulisan Arab-Melayu.

Mahasiswa yang belajar formal mengenai tulisan Arab-Melayu hanyalah

yang menempuh peminatan bahasa di jenjang pendidikan menengah. Hal

tersebut sejalan dengan kurikulum pendidikan nasional KTSP (Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan) yang tidak mengajarkan Arab-Melayu secara

menyeluruh, namun hanya pada bidang peminatan bahasa (Permendikbud,

2006). Kemudian, dalam kurikulum selanjutnya, yaitu Kurikulum 2013,

Arab-Melayu sudah tidak dimasukkan di dalam kompetensi yang diajarkan

baik untuk jenjang SMA/SMK maupun SMP/MTs (Permendikbud, 2014).

Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat dijelaskan beberapa faktor

pendukung dan penghambat dalam pengembangan bahan ajar tulisan

Arab-Melayu. Faktor pendukung pertama adalah kekayaan bahan tulisan


Arab-Melayu yang memang pernah digunakan dan berkembang di

Indonesia. Faktor pendukung kedua adalah jumlah mahasiswa yang

menguasai tulisan Arab banyak ditemui karena sudah terbiasa membaca

Al-Quran atau membaca kitab-kitab keagamaan dengan huruf Arab-Pegon

sejak kecil. Faktor pendukung ketiga adalah upaya-upaya pemerintah

mengangkat nilai budaya lokal di dalam pendidikan.

B. Jenis – jenis kosa kata Arab Melayu

Jenis kosa kata Arab Melayu ada 2 yaitu :

1. Kosa kata Arab Melayu tunggal terdiri dari huruf hijaiyah dan huruf

tambahan.

Huruf Arab Melayu

‫ ا‬: alif

‫ ب‬: ba

‫ ت‬: ta

‫ ث‬: tsa

‫ ج‬: jim

‫ ج‬: ha

‫ خ‬: kho

‫ د‬: dal
‫ ذ‬: dzal

‫ ر‬: ro

‫ ز‬: za

‫ س‬: sin

‫ ش‬: syin

‫ ص‬: shod

‫ ض‬: dhod

‫ ط‬: tho

‫ ظ‬: zho

‫ ع‬: ain

‫ غ‬: ghoin

‫ ف‬: fa

‫ ق‬: qof

‫ ك‬: kaf

‫ ل‬: lam

‫ م‬: mim

‫ ن‬: nun

‫ و‬: waw

‫ هـ‬: ha

‫ ي‬: ya

‫ ء‬: hamzah

‫ال‬: lam alif

6 Aksara Tambahan
cha : ‫( چ‬ha dengan titik 3)

nga : ‫( ڠ‬ain dengan titik tiga)

pa : ‫( ڤ‬fa dengan titik 3)

ga : ‫( ڬ‬kaf dengan titik)

va : ‫( ۏ‬wau dengan titik)

nya : ‫( ڽ‬nun dengan titik 3)

2. Kosa kata Arab Melayu bersambung


C. Bentuk kosa kata Arab Melayu

Huruf-huruf Aksara Arab Melayu dibagi kepada empat kelompok:

1. Huruf yang boleh disambung atau dirangkaikan dengan huruf yang

sebelumnya dan sesudahnya. Kelompok ini disebut dengan huruf

perangkai.

Contoh : ‫ل ت ن ب‬

bantal = ‫بنتل‬

2. Huruf yang boleh disambung dengan huruf yang sebelumnya, tetapi

tidak dengan huruf yang sesudahnya. Kelompok ini disebut dengan huruf

pemutus. Huruf – hurufnya ialah :

‫ادذرزوؤ‬

Contoh :

Orang = ‫اورڠ = ڠ ر و ا‬

3. Huruf yang sifatnya mengikut kedudukan. Jika huruf ini terletak

sesudah huruf pemutus maka sifatnya sama dengan huruf pemutus.

Sebaliknya jika huruf ini terletak di antara huruf perangkai, maka

huruf ini memerlukan sebuah rumah dan selanjutnya huruf ini

digolongkan dengan huruf perangkai. Hurufnya adalah hamzah

(‫ )ء‬yang disebut dengan huruf berumah.

4. Huruf yang hanya digunakan diakhir kata, yaitu huruf ta' marbuthah

(‫ )ة‬dan ya' ( ‫ ) ي‬tidak bertitik yang digunakan sebagai huruf ( E ).

Kedua huruf ini disebut dengan huruf penghujung.


D. Penulisan Arab Melayu Riau

Keberadaan tulisan Arab Melayu yang sudah mendunia, menarik

perhatian untuk dianalisa kaedah penulisannya yang sudah tersosialisasi di

tengah masyarakat. Menurut pengamatan penulis, kaedah penulisan Arab

Melayu saat ini berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya. Bahkan

tidak hanya tingkat daerah, antara satu negara juga berbeda kaedah

penulisannya dengan negara lain. Kaedah penulisan Arab Melayu di

Sumatra Utara berbeda dengan kaedah penulisan Arab Melayu Riau.

Begitu juga, kaedah penulisan Arab Melayu Malaysia berbeda dengan

kaedah penulisan Arab Melayu Thailand Selatan. Fenomena patriotisme

Arab Melayu tidak hanya terjadi pada zaman penjajahan. Pada tahun 1990-

an di Pekanbaru, Al Azhar (Ketua LAM Riau) dan kawan-kawan memulai

upaya mandiri untuk menerapkan Arab Melayu pada media umum. Hal ini

terinspirasi dari pembubuhan nama jalan di Jawa yang telah menggunakan

huruf Hanacaraka. Mereka mempelopori pembuatan nama jalan dengan

huruf Arab Melayu dengan papan triplek yang diikat dengan kawat di

bawah plang nama jalan yang bertulisan latin. Melihat ini masyarakat

mendukung, namun pada saat itu beberapa pejabat Pemprov merasa gusar

dan menilai upaya yang dilakukan Al Azhar dan kawankawan ini sebagai

langkah yang subversif. Setelah reformasi 1998, kebijakan Otonomi

Daerah telah memberi tempat istimewa bagi aksara Arab Melayu.

Semangat untuk membangkitkannya kembali secara sadar diwujudkan di

berbagai media hingga ke sekolah-sekolah dan kantor pemerintah. Tak


ubahnya di Riau, Arab Melayu pun dijadikan sebagai Mata Pelajaran

Muatan Lokal Wajib di tingkat SD hingga SMP. Fenomena demikian tentu

saja menuntut keberadaan buku-buku pelajaran Arab Melayu dan media

pendukungnya dipersiapkan dan difasilitasi. Huruf Arab Indonesia dahulu

disebut Arab Melayu. Huruf ejaan Indonesia telah dilengkapi dengan

fonem p, g, ny, c, dan ng. huruf yang selalu dituliskan adalah konsonan,

sedangkan vocal kadang-kadang dituliskan, kadangkadang tidak. Oleh

karena itu, ada aturan khusus untuk penulisan vocal. Aksara Arab Melayu

(Jawi) adalah campuran huruf-huruf Arab yang terdiri dari 29 huruf (alif

sampai ya/ ‫ ا‬- ‫ ( ي‬dengan lima huruf bukan huruf Arab, melainkan huruf

yang diciptakan oleh orang Melayu sendiri. Penambahan ini untuk variasi

menjawab keperluan fonem Melayu yang lebih banyak dibandingkan

fonem Arab itu sendiri. Huruf-huruf tambahan itu adalah ca (‫ ) ج‬, nga (‫) غ‬,

pa (‫) ف‬, ga (‫)ك‬, nya (‫)ث‬.

Kemampuan mengapresiasi sastra Melayu klasik perlu dimiliki oleh

para siswa, secara khusus dapat diterapkan dalam bidang pengajaran

Muatan Lokal Tulisan Arab Melayu. Selain dapat memperkaya wawasan

budaya dan sastra pada siswa tersebut, kemampuan mengapresiasi karya

sastra Melayu klasik akan sangat menunjang pemahaman mereka tentang

sejarah perkembangan sastra Indonesia.

Keberadaan tulisan Arab Melayu yang sudah mendunia, menarik

perhatian untuk dianalisa kaedah penulisannya yang sudah tersosialisasi di

tengah masyarakat. Menurut pengamatan penulis, kaedah penulisan Arab


Melayu saat ini berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya. Bahkan

tidak hanya tingkat daerah, antara satu negara juga berbeda kaedah

penulisannya dengan negara lain. Kaedah penulisan Arab Melayu di

Sumatra Utara berbeda dengan kaedah penulisan Arab Melayu Riau.

Begitu juga, kaedah penulisan Arab Melayu Malaysia berbeda dengan

kaedah penulisan Arab Melayu Thailand Selatan. Fenomena patriotisme

Arab Melayu tidak hanya terjadi pada zaman penjajahan. Pada tahun 1990-

an di Pekanbaru, Al Azhar (Ketua LAM Riau) dan kawan-kawan memulai

upaya mandiri untuk menerapkan Arab Melayu pada media umum. Hal ini

terinspirasi dari pembubuhan nama jalan di Jawa yang telah menggunakan

huruf Hanacaraka.

Mereka mempelopori pembuatan nama jalan dengan huruf Arab

Melayu dengan papan triplek yang diikat dengan kawat di bawah plang

nama jalan yang bertulisan latin. Melihat ini masyarakat mendukung,

namun pada saat itu beberapa pejabat Pemprov merasa gusar dan menilai

upaya yang dilakukan Al Azhar dan kawan-kawan ini sebagai langkah

yang subversif. Setelah reformasi 1998, kebijakan Otonomi Daerah telah

memberi tempat istimewa bagi aksara Arab Melayu. Semangat untuk

membangkitkannya kembali secara sadar diwujudkan di berbagai media

hingga ke sekolah-sekolah dan kantor pemerintah. Tak ubahnya di Riau,

Arab Melayu pun dijadikan sebagai Mata Pelajaran Muatan Lokal Wajib

di tingkat SD hingga SMP. Fenomena demikian tentu saja menuntut


keberadaan buku-buku pelajaran Arab Melayu dan media pendukungnya

dipersiapkan dan difasilitasi.

Huruf Arab Indonesia dahulu disebut Arab Melayu. Huruf ejaan

Indonesia telah dilengkapi dengan fonem p, g, ny, c, dan ng. huruf yang

selalu dituliskan adalah konsonan, sedangkan vocal kadang-kadang

dituliskan, kadang-kadang tidak. Oleh karena itu, ada aturan khusus untuk

penulisan vocal. Aksara Arab Melayu (Jawi) adalah campuran huruf-huruf

Arab yang terdiri dari 29 huruf (alif sampai ya/ ‫ ا‬- ‫( ي‬dengan lima huruf

bukan huruf Arab, melainkan huruf yang diciptakan oleh orang Melayu

sendiri. Penambahan ini untuk variasi menjawab keperluan fonem Melayu

yang lebih banyak dibandingkan fonem Arab itu sendiri. Huruf-huruf

tambahan itu adalah ca ( ) ‫ ج‬, nga ( ), pa )‫(ث‬. ‫ غ‬nya), ‫ )ك‬ga), ‫)ف‬.

E. Kontrastif Penulisan Arab Melayu Riau dan Penulisan Bahasa Arab

Terinspirasi dari pengalaman ketika belajar membaca dan menulis

Arab Melayu di Pondok Pesantren, kemudian mengajar matakuliah Arab

Melayu pada program DMS di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN

Suska Riau, sebagai dosen dan Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa Arab,

penulis merasakan bukan suatu hal yang mudah untuk melepaskan urgensi

Arab Melayu dalam mempelajari bahasa Arab di bumi Lancang Kuning

ini. Kosa kata bahasa Indonesia/melayu yang diadobsi dari bahasa Arab,

seandainya kosa kata ini ditulis dengan tulisan Arab Melayu sesuai dengan

bentuk tulisan bahasa Arab yang benar akan memudahkan peserta didik
untuk mempelajari bahasa Arab terutama pada keterampilan membaca

(mahaaratul qiraah) dan keterampilan menulis (mahaaratul kitaabah), akan

tetapi saat ini terjadi perbedaan yang kontras antara penulisan Arab

Melayu Riau dan penulisan bahasa Arab. Pada kaedah penulisan Arab

Melayu klasik, semua kosa-kata yang berasal dari bahasa Arab mesti

ditulis sesuai dengan tulisan bahasa asalnya yaitu bahasa Arab itu sendiri.

Namun, pada kaedah penulisan Arab Melayu Riau saat ini, semua kosa-

kata ditulis sesuai dengan konsonannya tanpa membedakan antara kosa-

kata yang berasal dari bahasa Arab atau bukan bahasa Arab. Perbedaan

yang kontras ini menyebabkan banyak peserta didik, baik di tingkat

sekolah menengah maupun perguruan tinggi salah dalam menulis nama

sendiri, nama pahlawan, nama jalan, nama instansi dan yayasan yang nota

bene berasal dari bahasa Arab. Kesalahan penulisan ini tidak hanya

sekedar kesalahan kaedah, bahkan juga merubah makna kata dari makna

yang sebenarnya dalam bahasa Arab. Berikut ini tabel yang menunjukkan

perbedaan yang kontras pada bentuk tulisan Arab Melayu Riau dan tulisan

bahasa Arab, khususnya pada penulisan kosa kata bahasa

Indonesia/melayu yang diadopsi dari bahasa Arab.

Kalimat bahasa Arab jika dibandingkan dengan kalimat bahasa

Melayu dalam segi maknanya, maka tidak ada pebedaan sama sekali,

karena manusia manapun akan memiliki kebutuhan yang sama ketika

mengungkapkan perasaan dan fikirannya. Ada dalam bentuk pernyataan,

perintah, pertanyaan, kekaguman, dan lain sebagainya. Yang berbeda


hanyalah dari segi cara penggunaan kosa katanya, karena antara kedua

bahasa tersebut memiliki karakteristik yang berbeda dalam hal kategori

kata, masalah jender, dan masalah bilangan kata. Dalam bahasa Arab

penggunaan kata dalam susunan kalimat harus mempertimbangkan tensis,

gender, bilangan katanya. Dalam bahasa Melayu ketiga hal tersebut tidak

menjadi persoalan utama.

Studi kontrastif antara bahasa Arab dan bahasa Melayu dalam

bidang KALIMAT ini, memiliki implikasi terhadap pengajaran bahasa

Arab, terutama dalam mata pelajaran terjemahan dan penulisan karangan

[insya al-'Arabiy]. Implikasinya adalah sebagai berikut:

(1) Pengajaran kalimat bahasa Arab di kalangan siswa-siswa

Malaysia hendaknya dilakukan setelah mereka memahami hal-ihwal

kalimat bahasa Melayu, agar bisa menggunakan model komparatif dalam

proses pembelajarannya.

(2) Dalam pengajaran terjemah Arab-Melayu-Arab, hendaknya

terlebih dahulu diajarkan perbedaan dan persamaan antara bahasa Arab

dan bahasa Melayu dari segi struktur kalimatnya. Yang ada persamaannya,

hendaknya lebih dahulu diajarkan sebelum perbedaan-perbedaannya.

Mulailah dari kalimat sederhana, baru kemudian kalimat kompleks.


NO Bahasa Tulisan Tulisan Arab Bentuk Kontrasif
Indonesia Bahasa Arab Melayu yang ditemukan

1 Alim ‫عالم‬ ‫اليم‬ ’ Ain diganti Alif dan


ditambah Ya setelah
Lam

2 Ali ‫علي‬ ‫الي‬ ’ Ain diganti Alif

3 Aliah ‫عالية‬ ‫الية‬ ’ Ain diganti Alif

4 Asal ‫أصل‬ ‫اسال‬ Shod diganti Sin

5 Asli ‫أصلي‬ ‫اسلي‬ Shod berubah Sin

6 Arab ‫عرب‬ ‫ارب‬ ’ Ain diganti Alif ‘

7 Arifin ‫عارفين‬ ‫ارفين‬ ’ Ain diganti Alif

9 Akidah ‫عقيدة‬ ‫اآيدة‬ ’ Ain diganti Alif dan


Qof diganti Kaf

10 Akal ‫عقل‬ ‫اآال‬ ’ Ain diganti Alif dan


Qof diganti Kaf

11 Amal ‫عمل‬ ‫امل‬ ’ Ain diganti Alif

12 Asar ‫عصر‬ ‫اسار‬ ’ Ain diganti Alif dan


Shod diganti Sin

13 Badan ‫بدن‬ ‫بدان‬ Ditambah Alif setelah


Dal

14 Bathin ‫باطن‬ ‫باتن‬ Tho diganti Ta


15 Darurat ‫ضرورة‬ ‫درورات‬ Dhod diganti Dal dan
Ta Marbithoh diganti
Ta Ta’nis dan
ditambah alif setelah
Ra

16 Fadhli ‫فضلي‬ ‫فدلي‬ Dhod diganti Dal

17 Fardhu ‫فرض‬ ‫فردو‬ Dhod diganti Dal, dan


ditambah Wau setelah
Dal

18 Haji ‫حاج‬ ‫حاجي‬ Ditambah Ya setelah


Jim

19 Hak ‫حق‬ ‫حاك‬ Kof diganti Kaf, dan


ditambah Alif setelah
Ha

20 Hasil ‫حاصل‬ ‫حسيل‬ Shod diganti Sin, Alif


dihilangkan dan
ditambah Ya setelah
Sin

21 Hukum ‫حكم‬ ‫حكوم‬ Ditambah Wau


setelah Kaf

22 Ibadah ‫عبادة‬ ‫اباده‬ Ain diganti Alif dan


Ta Marbutoh diganti
Ha
23 Ibarat ‫عبادة‬ ‫بارت‬ Ain diganti Alif dan
Ta Marbutoh diganti
Ta Ta’nis

24 Ilmu ‫علم‬ ‫المو‬ Ain diganti Alif dan


ditambah Wau pada
akhir kata

25 Iktibar ‫اعتبار‬ ‫اآتبار‬ Ain diganti Kaf

26 Ikhtiar ‫اختيار‬ ‫احتيار‬ Kho diganti Ha

27 Iman ‫إيمان‬ ‫امان‬ Ya dihilangkan

28 Idul Fitri ‫الفطرعيد‬ ‫الفطري ايد‬ Ain diganti Alif

29 Isyarat ‫إشارة‬ ‫اشرات‬ Alif dihilangkan dan


Ta Marbutah diganti
Ta Ta’nis

30 Isya’ ‫عشاء‬ ‫اشاء‬ Ain diganti Alif

31 Izin ‫اذن‬ ‫اذين‬ Ditambah Ya setelah


Zai

32 Jamaah ‫جماعة‬ ‫جماعه‬ Ta’ Marbutoh diganti


Ha

33 Jum’at ‫جمعة‬ ‫جمعت‬ Ta Marbutoh diganti


Ta Ta’nis

34 Jumlah ‫جملة‬ ‫جومله‬ Ditambah Wau


setelah Jim dan Ta
Marbutoh diganti Ha
35 Jawab ‫جواب‬ ‫جاواب‬ Ditambah Alif setelah
Jim

36 Jenazah ‫جنازة‬ ‫جينزه‬ Ditambah Ya setelah


Jim dan dihilangkan
Alif

37 jamak ‫جمع‬ ‫جمك‬ Ain diganti Kaf

38 Kamus ‫قاموس‬ ‫آموس‬ Kof diganti Kaf dan


Alif dihilangkan

39 Kasim ‫قاسم‬ ‫آاسم‬ Kof diganti Kaf

40 Kadar ‫قدر‬ ‫آدر‬ Kof diganti Kaf

41 Kaedah ‫قاعدة‬ ‫آئيده‬ Kof diganti Kaf dan


Ain diganti Hamzah

42 Kalbu ‫قلب‬ ‫آلبو‬ Kof diganti Kaf dan


ditambah Wau pada
akhir kata

43 Kiyas ‫قياس‬ ‫آياس‬ Kof diganti Kaf

44 Kertas ‫قرطاس‬ ‫آرتس‬ Kof diganti Kaf dan


Tho diganti Ta serta
alif dihilangkan

45 Kalimat ‫آلمات‬ ‫آلمت‬ Alif dihilangkan

46 Kabar ‫خبر‬ ‫آبار‬ Kho diganti Kaf dan


ditambah Alif setelah
Ba
47 Kait ‫قيد‬ ‫آيت‬ Kof diganti Kaf

48 Kamis ‫خميس‬ ‫آميس‬ Kho diganti Kaf

49 Khairuddin ‫الدينخير‬ ‫دينآير‬ Kho diganti Kaf

51 Kiblat ‫قبلة‬ ‫آبلت‬ Kof diganti Kaf dan


Ta Marbutoh diganti
Ta Ta’nis

52 Kafan ‫آفن‬ ‫آفان‬ Ditambah Alif setelah


Fa

53 Khutbah ‫خطبة‬ ‫حتبه‬ To diganti Ta dan Ta


Marbutoh diganti Ha

54 Khatib ‫خطيب‬ ‫ختيب‬ To diganti Ta

55 Khusus ‫خصوص‬ ‫آسوس‬ Kho diganti Kaf dan


Shod pertama dan
kedua diganti Sin

56 Kerabat ‫قرابة‬ ‫آيرابت‬ Kof diganti Kaf dan


ditambah Ya setelah
Kaf dan Ta Marbutoh
diganti Ta Ta’nis

57 Maklum ‫معلوم‬ ‫مكلوم‬ Ain diganti Kaf

58 Maksiat ‫معصيات‬ ‫مكسيات‬ Shod diganti Sin dan


Ain diganti Kaf
59 Mudharat ‫مضرة‬ ‫موضرت‬ Ditambah Wau dan
Ta Marbutoh diganti
Ta

60 Mubazir ‫مبذر‬ ‫مباذر‬ Ditambah Alif setelah


Ba

61 Mukmin ‫مؤمن‬ ‫مكمين‬ Hamzah diganti Kaf

62 Mukkadimah ‫مقدمة‬ ‫مكدمهـ‬ Kof diganti Kaf dan


Ta Marbutoh diganti
Ha

63 Maghrib ‫مغرب‬ ‫مكريب‬ Ghain diganti G dan


ditambah Ya setelah
Ra

64 Makmum ‫مأموم‬ ‫مكموم‬ Hamzah diganti Kaf

65 Mushalla ‫مصلى‬ ‫مصل‬ Alif Maksuroh diganti


Alif

66 Muktamar ‫مؤتمر‬ ‫مكتمر‬ Hamzah diganti Kaf

67 Nasehat ‫نصيحة‬ ‫نسيحت‬ Shod diganti Sin dan


Ta Marbutoh diganti
Ta

68 Paham ‫فهم‬ ‫فهام‬ Ditambah Alif setelah


Ha

69 Pasal ‫فصل‬ ‫فسال‬ Shod diganti Sin dan


ditambah Alif
70 Pikir ‫فكر‬ ‫فكير‬ Ditambah Ya setelah
Kaf

71 Ramadhan ‫رمضان‬ ‫رمضن‬ Alif setelah Dhod


dihilangkan

72 Rabi’ul Awal ‫األولربيع‬ ‫األولربيأ‬ Ain diganti Alif

73 Rajab ‫رجب‬ ‫رجاب‬ Ditambah Alif setelah


Jim

74 Rezki ‫رزقي‬ ‫رسكي‬ Zai diganti Sin dan


Kof diganti Kaf

75 Rukun ‫رآن‬ ‫رآون‬ Ditambah Wau


setelah Kaf

76 Ulama ‫علماء‬ ‫اولما‬ Ain diganti Alif dan


ditambah Wau setelah
Alif

77 Umum ‫عموم‬ ‫اموم‬ Ain diganti Alif

78 Umur ‫عمر‬ ‫امور‬ Ain diganti Alif

79 Usul ‫أصول‬ ‫اسول‬ Shod diganti Sin

80 Ustadz ‫أستاذ‬ ‫اوستد‬ Ditambah Wau


setelah Alif dan Zal
diganti Dal

81 Yakin ‫يقين‬ ‫يكين‬ Kof diganti Kaf

82 Yakni ‫يعني‬ ‫يكني‬ Ain diganti Kaf


83 Waris ‫وارث‬ ‫وريس‬ Alif dihilangkan dan
ditambah Ya setelah
Ra serta Tsa diganti
Sin.

84 Zakat ‫زآاة‬ ‫زاآت‬ Posisi Alif


dipindahkan setelah
Zai dan Ta Marbutoh
diganti Ta Ta’nis

85 Zulkaidah ‫ذوالقعدة‬ ‫ذوالكئيدة‬ Kof diganti Kaf dan


Ain diganti Alif

86 Zulhijjah ‫ذوالحجة‬ ‫ذوالحجه‬ Ta Marbutoh diganti


Ha

87 Zohir ‫ظاهر‬ ‫ظهير‬ Alif dihilangkan dan


ditambah Ya setelah
Ha
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Aksara Arab Melayu (huruf Melayu) atau Aksara Jawi (huruf Jawi)

menurut kamus linguistik adalah huruf Arab yang dipakai untuk memuliakan

bahasa Melayu. Sedangkan aksara Arab itu sendiri adalah aksara yang mula-

mula dipakai untuk menuliskan bahasa Arab, diturunkan dari aksara Aramea,

sekitar wilayah Syiria dan Irak. Adapun peninggalan tertua beraksara Arab

berasal dari tahun 512 M. Dalam penyebarannya juga dipakai untuk

menuliskan bahasa Urdu, bahasa Melayu, bahasa Jawa yang dituliskan dari

kanan ke kiri. Disebut dengan istilah Jawi untuk huruf-huruf Arab, berkaitan

erat dengan panggilan Jawi yang digunakan oleh orang Arab terutama di

Mekkah terhadap Bangsa Melayu dan Indonesia sampai saat ini. Istilah Jawi

ialah kata sifat yang artinya orang Jawa atau artinya yang berasal dari tanah

Jawa.

Tulisan Arab Melayu merupakan bukti dari penyebaran agama Islam di

beberapa daerah di Asia Tenggara. Penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa

sehari-hari di tanah Melayu sangatlah sulit. Sebab masyarakat sudah terbiasa

dengan bahasa mereka sendiri. Maka dari itu terjadilah akulturasi yang

menghasilkan tulisan Arab dengan bahasa Melayu atau yang dikenal sebagai

huruf Jawi.
Pada dasarnya, tulisan Arab Melayu memiliki beberapa persamaan

bentuk dan bunyi dengan huruf Hijaiyah. Namun terdapat hal yang

membedakan antara keduanya, yaitu: 1) Huruf Arab Melayu tidak

menggunakan tanda baca harakat seperti fathah, kasrah, dhammah, maupun

tanwin. 2) Huruf Hijaiyah tidak dapat menampung seluruh kosa kata bahasa

Melayu, sehingga terdapat enam tambahan aksara yang tidak dimiliki huruf

Hijaiyah.

Tulisan huruf Jawi adalah campuran huruf-huruf arab yang terdiri dari

29 huruf dengan 5 huruf bukan huruf Arab, melainkan huruf yang diciptakan

oleh orang Melayu sendiri. Hal ini disebabkan huruf-huruf Arab mempunyai

kekurangan dari sudut lambang-lambang untuk fonem Melayu, atau orang-

orang Melayu telah meminjam beberapa huruf Arab yang telah di variasikan

dengan ini bertambahlah jumlah huruf Jawi. Huruf-huruf tambahan ini ialah

ca, (‫) ج‬, nga (‫) غ‬, pa (‫) ف‬, ga(‫) ك‬, nya ( ‫) ث‬, huruf yang lima ini adalah

menurut Prof S.M Naguib Al-Attas bahwa huruf-huruf baru ini diciptakan

untuk melambangkan bunyi-bunyi yang lazim untuk lidah orang Melayu.

Huruf-huruf baru ini ditiru dari huruf Arab misalnya ca ( ‫) ج‬, diambil dari

huruf jim ( ‫) ج‬, huruf nga ( ‫) ع‬, dari huruf ain ( ‫ ) ع‬huruf pa ( ‫ ) ف‬dari huruf fa

( ‫ ) ف‬dan ga ( ‫ ) ك‬dari huruf kaf ( ‫) ك‬. Tetapi menurut Omar Awang pula huruf

ca ( ‫ ) ج‬dan ga ( ‫ ) ك‬diambil dari huruf Parsi karena bahasa itu berkembang

dengan luas di Asia tengah dan India dan pengaruhnya sampai ke alam

Melayu dibawa oleh penulis Islam Hamzah Fansuri.


B. Saran
Dari makalah kami ini, kami berharap pada pembaca mampu

memanfaatkannya sebagai sumber belajar untuk menambah wawasan dan

pengetahuan. Dan tak lupa kritik, masukan, saran, dalam bentuk apapun

sangat kami hargai agar kedepannya penulisan buku kami menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Acep Hermawan. (2011). Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung:

Remaja Rosda Karya.

Ahmad Sayuti Anshari Nasution. (2010). Bunyi Bahasa ‘Ilm Al-Ashwat Al-

‘Arabiyyah. Jakarta: Amzah.

al-Ghani, Nasir Abdullah dan Abdul Hamid Abdullah. (t.th). Usus I’dad al-Kutub

al-Ta’limiyyah Li Ghairi al-Nathiqinabiha bi al-Arabiyyah. Dar al-I’tisham.

Al-Naaqah, Muhammad Kamal. (1985). Ta’lim al ‘Arabiyah li al-Nathiqina bi

Lughatin Ukhra. Makkah al Mukarramah: al Jami’ah Ummul Qura.

Al-Samman, Muhammad Ali. (1983). Al Taujih Fi Tadris al Lughah al Arabiyah.

Cairo EGYPT: Dar al Ma’arif.

Anton M. Mulyono, dkk. (1998). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka.

Chatibul Umam. (1999). "Problematika Pengajaran Bahasa Arab". Jurnal al-

Turats. No. 8. 1999

Fadillah Om. (t.th). LAMBANG Pelajaran Tulisan Arab Melayu. Pekanbaru:

Penerbit Usaha Putra Riau.

Gong Gyong Suk. (1990). Perkembangan Tulisan Jawi Dalam Masyarakat

Melayu. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.

Henri Guntur Tarigan. (1994). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa.

https://jejakrekam.com/2019/12/27/mengenal-aksara-arab-melayu-dan-huruf-jawi/
https://m.kumparan.com/amp/berita-terkini/memahami-tulisan-arab-melayu-dan-

pembagian-hurufnya-1xRm0B7MIRX

Ibrahim, Abdul ‘Alim. (1962). Al-Muwajjih al-Fanni li Mudarrisi al-Lughah al-

‘Arabiyah. Mesir: Dar al-Ma’arif.

Ismail Hamid. (1989). Kesusasteraan Indonesia Lama Bercorak Islam. Jakarta: Al

Husna.

-------. (1991). Masyarakat dan Budaya Melayu. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa

dan Pustaka. Israr C. (1985). Sejarah Kesenian Islam”. Jakarta: Bulan

Bintang.

Jamaluddin bin Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari. (t.th). Perukunan.

Semarang: Penerbit Thoha Putra.

-------. (t.th). Sabilul Muhtadin. Semarang: Penerbit Thoha Putra.

-------. (t.th). Tuhfatur Raghibin. Semarang: Penerbit Thoha Putra.

JS Badudu Zain. (2001). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan

M. Irfan Shofwani. (2005). Mengenal Tulisan Arab Melayu. Yogyakarta: Adicita

Karya Nusa.

M. Luthfi Fathullah. (2008). Manuskrip Ulama Nusantara Dijarah Penjajah.

Jordan: Jordan University.

Nurfitria Dewi. (2008). “Sejarah Perkembangan Tulisan Arab Melayu di

Nusantara”. Makalah seminar Jurusan Sejarah Peradaban Islam. Padang:

Fakultas Ilmu Budaya Adab, IAIN Imam Bonjol.


Raja Ali Haji. (1929). Kitab Pengetahuan Bahasa (1858/1275). Singapura: Al

Ahmadiyah Press.

Razliza binti Abd. Rahman. 2006. Cerdik Jawi: Tahun 4 KBSR. Shah Alam:

Cerdik Publications Sdn. Bhd.

Syed Muhammad Naguib al-Attas. 1972. Islam dalam sejarah dan kebudayaan

Melayu. Bangi: Universiti Kebangsaan Malaysia.

Syed Nurul Akla Syed Abdullah dan Adi Setia Mohd. Dom (terj). 2010.

Pengembaraan Ibnu Battutah. Kuala Lumpur: Institut Kefahaman Islam

Malaysia (IKIM).

Tan Boon Chye. 2009. Cerdik Jawi. Shah Alam: Cerdik Publications Sdn. Bhd.

T. Iskandar. 1995. Kesusastraan klasik Melayu sepanjang abad. Bandar Seri

Begawan: Jabatan Kesuasteraan Melayu, UBD.

Za’ba. 1949. Daftar ejaan Jawi. Tanjong Malim: Pejabat Karang Mengarang

Sultan Idris Training College.

Za’ba. 2009. Rahsia ejaan Jawi: Edisi ejaan rumi. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa

dan Pustaka.

Zalilah Ahmad. 2005. Cerdik Jawi: Tahun 2 KBSR. Shah Alam: Cerdik

Publications Sdn. Bhd.

Zarina Sidek dan Siti Ramilah Abu Najar. 2005. Cerdik Jawi: Tahun 1 KBSR.

Shah Alam: Cerdik Publications Sdn. Bhd.

Anda mungkin juga menyukai