Anda di halaman 1dari 17

“KAIDAH-KAIDAH IMLA’ DALAM PERSPEKTIF

PRAKTIK (PEGON, HURUF YANG DISAMBUNG


DAN DIPISAH)”

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah


Qawaid Imla‟
Dosen pengampu:
Imam Dia Ul Islam, M.Pd.

Oleh Kelompok 4:
Aisyah 22.88204.02188

Aliya Fajilla 22.88204.02100

Annisa Hafizah 22.88204.02193

Hafizah 22.88204.02107

Saidah 22.88204.02138

SEKOLAH TINGGI ILMU AL-QUR’AN (STIQ) AMUNTAI


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt, shalawat dan salam semoga selalu
tercurah keharibaan junjungan Nabi besar Muhammad saw. Beserta seluruh
keluarganya, sahabat dan para pengikutnya sampai akhir zaman.
Alhamdulillah, dengan segala rahmat dan inayah-Nya makalah yang
berjudul “Kaidah-Kaidah Imla’ Dalam Perspektif Praktik (Pegon, Huruf Yang
Disambung Dan Dipisah)” sebagai salah satu tugas pada mata kuliah Qawaid
Imla‟ program studi Pendidikan Bahasa Arab Sekolah Tinggi Ilmu Al-Quran
(STIQ) Amutai dapat diselesaikan.
kami sangat menyadari, dalam penulisan makalah ini banyak sekali
menerima bantuan, baik tenaga maupun pikiran. Oleh karena itu, kami
menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan tersebut, terutama kepada
Muallim Imam Dia Ul Islam, M.Pd yang telah banyak memberikan bimbingan
dan petunjuk serta koreksi dalam penulisan makalah ini.
Atas bantuan dan dukungan yang tak ternilai harganya tersebut kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-
tingginya teriring do‟a yang tulus semoga Allah swt membari ganjaran yang
berlipat ganda. Amin.
Akhirnya kami berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua dan
mendapat taufik serta inayah dari Allah swt.

Amuntai, 30 September 2023

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i


KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1


A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ...................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 3


A. Sekilas Tentang Pegon .............................................................. 3
B. Pengertian dan Huruf-Huruf Pegon .......................................... 4
C. Kaidah Menulis Huruf Pegon.................................................... 7
D. Huruf Yang Disambung dan Dipisah ........................................ 9

BAB III PENUTUP ....................................................................................... 13


A. Kesimpulan ............................................................................... 13
B. Saran .......................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akulturasi kebudayaan Islam dengan kebudayaan yang sudah ada
sebelumnya di Indonesia tidak hanya pada peninggalan-peninggalan
bangunan, tetapi juga dalam penggunaan aksara. Hal ini terlihat dalam
penggunaan huruf Arab untuk menulis naskah dalam bahasa Melayu.
Tulisan Arab Melayu dikenal dengan istilah huruf Jawi, yaitu huruf
Arab yang diberi tanda tertentu, seperti titik tertentu, seperti titik satu, dua,
atau tiga di bawah atau di atas huruf yang bunyinya disesuaikan dengan
fenom atau ucapan serta ejaan dalam bahasa Melayu. Untuk wilayah yang
menggunakan bahasa Sunda, Jawa, dan Madura, penggunaan huruf Arab
untuk penulisan karya sastranya menggunakan huruf Arab pegon, yaitu
penggunaan huruf-huruf Arab yang disesuaikaan dengan fenom bahasa
tersebut.1
Banyak tulisan yang menggunakan sistem aksara yang bermacam-
macam atau yang telah dimodifikasi untuk memberikan pemahaman yang
lebih, khususnya bagi pembaca. Salah satu contoh modifikasi aksara yang
digunakan pada kitab-kitab Islam adalah aksara pegon.2
Dalam sejarah penyebaran Islam di Nusantara, melalui aksara pegon
bahasa Jawa menjadi alat komunikasi ulama dalam dakwahnya baik
komunikasi secara langsung ataupun tertuang dalam karya tulis. Sehingga
keberhasilan penyebaran Islam di Jawa tidak bisa dipisahkan dari pengaruh
internalisasi nilai budaya Jawa dalam aksara pegon.3
Oleh karena itu, pada makalah ini kami ingin memaparkan lebih luas
tentang apa itu pegon, hurufnya dan kaidahnya, serta sedikit tambahan
tentang huruf yang disambung dan dipisah. Karena, kemahiran dalam
membentuk dan menyambung huruf sudah seharusnya dikuasai oleh pelajar

1
Abdurrakhman dan Arif Pradono, Eksplore Sejarah Indonesia Jilid 1 Untuk
SMA/MA Kelas X (Penerbit Duta, 2019), Hal. 116.
2
Muhammad Abdul Rohman, Nurul Izati, dan Amir Khosim, “Eksistensi Aksara
Pegon : Media Penyebaran Ilmu Agama Di Demak Kota Wali Dengan Pendekatan Mix
Method” 1, no. 1 (2022): Hal. 16.
3
Milla Ahmadia Apologia, “Aksara Pegon ;Simbol Karakter Nilai Dalam Budaya
Jawa” 1, no. 1 (2023): Hal. 1-2.
1
sebelum kemahiran melahirkan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan.
Semoga dengan makalah ini pembaca dapat menambah wawasanya terhadap
penulisan sastra Arab baik yang dimodifikasi ataupun tidak.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan apa itu pegon?
2. Jelaskan apa pengerian dan huruf-huruf pegon?
3. Bagaimana kaidah penulisan huruf pegon?
4. Jelaskan apa itu huruf yang disambung dan dipisah?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa itu pegon.
2. Mengetahui pengertian dan huruf-huruf pegon.
3. Mengetahui kaidah penulisan huruf pegon.
4. Mengetahui huruf yang disambung dan dipisah.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sekilas Tentang Pegon
Pegon muncul bersama masuknya Islam di Jawa. Pada saat itu, orang-
orang Jawa masih menggunakan aksara Kawi dan aksara Jawa untuk
menuliskan teks berbahasa Jawa klasik, dan aksara Sunda kuno untuk
menuliskan bahasa Sunda klasik. Ketika Islam masuk ke tanah Jawa,
penggunaan abjad Arab sangat diintensifkan karena dibutuhkan untuk
memaknai Al-Qur‟an dan tafsirnya, serta kitab-kitab hadis.4
Perkembangan aksara Pegon tidak lepas dari peran para santri yang
belajar di pondok pesantren. Para santri selain belajar pengetahuan agama
Islam, mereka juga mempelajari aksara Arab. Semula aksara Arab hanya
digunakan oleh guru-guru agama untuk dimodifikasi oleh para santri sesuai
dengan bunyi lidah Jawa, sehingga masyarakat yang tidak pandai bahasa
Arab, dapat mengerti dan memahami ajaran Islam dengan baik.5
Penerapan penerjemahan kitab kuning dengan menggunakan bahasa
pegon Arab dalam dunia pendidikan biasa disebut dengan ngabsahi (untuk
daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur), atau ngalogat (untuk daerah Jawa
Barat dan Banten) saat mereka menerjemahkan dan menafsirkan kitab
kuning. Terjemahan bahasa Arab pegon merupakan kearifan lokal dan tradisi
dalam mempelajari teks-teks Islam abad pertengahan di pesantren tradisional
di Jawa yang masih eksis hingga kini. Terjemahan bahasa Arab pegon ini
murni hasil karya cendikiawan Jawa yang dikembangkan menjadi sebuah
keunikan kitab kuning itu sendiri dan dipelajari oleh para santri yang jauh
dari lingkungan komunikasi lisan bahasa Arab.6
Huruf pegon diyakini dikembangkan pada tahun 1400an oleh Sunan
Ampel dan ada yang mengatakan dikembangkan oleh murid beliau yaitu
Imam Nawawi asal Banten. Yang pasti, huruf pegon lahir dari kalangan

4
Lukman Hakim, NU Rahmatan Lil ’Alamin (Yogyakarta: Zahir Publishing, 2023),
Hal. 189.
5
Fika Hidayani, “Paleogarfi Aksara Pegon” 8, no. 2 (2020): Hal. 303.
6
Mohammad Mahrussilah, Fiqh Neurostorytelling: Tradisi Lisan Pengajaran Fath al-
Mu’in di Banten (Serang: A-Empat, 2022), Hal. 211.
3
pemuka agama Islam dan diajarkan secara umum di pesantren-pesantren
semasa penjajahan kolonial Belanda.
Pada masa itu, muncul fatwa yang menolak menggunakan produk-
produk penjajah, termasuk tulisan mereka. Maka kalangan ini menggunakan
pegon sebagai bentuk perlawanan, juga sebagai bahasa sandi dalam
mengelabui penjajah ketika berkomunikasi dengan sesama anggota pesantren
dan juga beberapa pahlawan nasional yang berasal dari golongan santri.
Secara historis, para Kiai pesantren sengaja menggunakan bahasa lokal
(local language) dalam menulis dan menerjemahkan kitab-kitab Arab. Upaya
ini tidak semata bertujuan agar masyarakat memahami isi kandungan kitab,
tapi lebih dari itu, sebagai bentuk loyalitas (kesetiaan) para Kiai terhadap
bahasa daerahnya. Secara teoritis, inilah yang disebut dengan sikap
kebanggaan bahasa (language pride) para kiai pesisir terhadap bahasa Jawa.7
Hampir mayoritas kitab di pondok pesantren Indonesia menggunakan
Arab pegon. Tulisan Arab pegon merupakan budaya dari Persia, artinya
tulisan Arab versi Persia yang diadopsi ke Indonesia. Teori terssebut
dikemukakan oleh Hussein Jayadiningrat, seorang sejarawan Serang yang
juga murid Snouck Hurgronje.8

B. Pengertian dan Huruf-Huruf Pegon


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pegon artinya aksara
Arab yang digunakan untuk menuliskan bahasa Jawa; tulisan Arab yang tidak
menggunakan tanda-tanda bunyi (diakritik); tulisan Arab gundul.9
Kata pegon konon berasal dari kata berbahasa Jawa pego yang berarti
„menyimpang‟ sebab bahasa Jawa yang ditulis dalam huruf Arab dianggap
sesuatu yang tidak lazim. Meski diturunkan langsung dari abjad Arab, abjad
ini bersama abjad Jawi diyakini masih bersaudara dengan abjad Persia yang

7
Muhammad Jaeni, Sang Pecinta Ilmu (Simbah KH. Zainuddin Lasem (Pendiri
Madrasah An-Nashariyyah) (Jawa Tengah: PT Nasya Expanding Management, 2021), Hal.
51-52.
8
Hasanuddin Ali dan Lilik Purwandi, Millennial Nusantara (pahami karakternya,
rebut simpatinya) (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2017), Hal. 173.
9
Yusak Burhanudin dan Ahmad Fida‟, Sejarah Kebudayaan Islam (Madrasah
Ibtidaiyah Kelas VI) (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2019), Hal. 28.
4
juga diturunkan dari abjad Arab. Abjad tersebut kini dipakai untuk menulis
bahasa Persia dan Urdu.10
Dikatakan “pego” yang berarti menyimpang, tidak biasa diucapkan
karena huruf-hurufnya tidak sesuai dengan aturan tulisan Arab fusha dan juga

aturan penulisan bahasa Jawa, seperti huruf ‫(چ‬cha), ‫(ڤ‬pa), ‫(ۑ‬nya) ‫ڮ‬

(ga) ‫(ل‬ta)‫(ڠ‬nga). Dari sini tampak bahwa huruf-huruf itu berasal dari

aksara Arab, tapi bahasanya Jawa, Sunda, Madura atau bahasa-bahasa lokal
lain yang ada di bumi Nusantara.11
Tulisan Arab terbagi menjadi 3 macam, yaitu:
1. Tulisan arab TPQ adalah tulisan Arab yang bunyinya selain bahasa
Arab (Indonesia, Jawa, Sunda, Betawi dan lain-lain) dengan

menggunakan harokat contoh: ‫َص‬


ِ ٗ ْٖ ٌَ َٓ ‫ب‬
ُ ‫ِإ‬
2. Tulisan Arab pegon adalah tulisan Arab bunyinya selain bahasa Arab
(Indonesia, Jawa, Sunda, Betawi dan lain-lain) tanpa menggunakan

harokat contoh: ‫ٗاضي‬ ٕ‫ ٓاًا‬ٞ‫ايث‬


3. Tulisan Arab asli yang bunyinya bahasa Arab, baik dengan

menggunakan harokat ataupun tidak. Contoh: َ‫أ َ ًَ ِْثُ ْاُ ُؽثْس‬


Sehingga sulit dibedakan antara tiga tulisan tersebut, karena kadang

kala ‫م‬ِٞ‫ٓؽ‬ ditulis ‫ى‬ِٞ‫ ٌٓع‬, ‫اؼالم‬ ditulis ‫اظالى‬, dan terkadang ‫ػؿر‬
menjadi ‫ػاضار‬, dan sebagainya. Maka mengetahui tulisan Arab pego/pegon
menjadi suatu hal yang sangat penting.
Transkripsi huruf pegon kedalam huruf Jawa dan Latin (abjad)
No Aksara Jawa Aksara Latin Aksara Pegon

1 Ha H/A ٙ/‫أ‬

10
Hakim, NU Rahmatan Lil ’Alamin, Hal. 189.
11
Jaeni, Sang Pecinta Ilmu (Simbah KH. Zainuddin Lasem (Pendiri Madrasah An-
Nashariyyah), Hal. 52-53.
5
2 Na N ٕ
3 Ca C ‫چ‬
4 Ra R ‫ر‬
5 Ka K ‫ى‬
6 Da D ‫ؾ‬
7 Ta T ‫ت‬
8 Sa S ‫ش‬
9 Wa W ٝ
10 La L ٍ
11 Pa P ‫ڤ‬
12 Dha Dh ‫ؾ‬
13 Ja J ‫ز‬
14 Ya Y ‫ي‬
15 Nya Ny ‫ۑ‬
16 Ma M ّ
17 Ga G ‫ڭ‬
18 Bha B ‫ب‬
19 Tha Th ‫ل‬
20 Nga Ng ‫ڠ‬

6
C. Kaidah Penulisan Arab Pegon
Penulisan huruf pegon tidak menggunakan harakat. Akan tetapi,
menggunakan huruf vokal. Namun, ada juga yang menggunakan harakat bila
terjadi kerancuan dalam membaca.12Huruf pegon ini merupakan huruf
konsonan digandeng/disambung dengan huruf vokal dan sandangan huruf
lain. huruf vokalnya, yaitu:
 Alif (‫ )ا‬: untuk bunyi A
 Ya (‫ )ي‬:untuk bunyi I
 Wawu (ٝ) :untuk bunyi U

1. Bunyi a

‫= چا‬ca ‫= شا‬ja ‫= جا‬ta ‫= تا‬ba ‫= أ‬a


‫= ڠا‬nga ‫= ضا‬sa ‫= زا‬za ‫= را‬ra ‫= ؾا‬da
‫= ال‬la ‫= ڮا‬ga ‫= ًا‬ka ‫= ڤا‬pa ‫= كا‬fa
‫= يا‬ya ‫ا‬ٛ =ha ‫ا‬ٝ =wa ‫= ٗا‬na ‫= ٓا‬ma
‫= ۑا‬nya

‫= چاب‬cab ‫= شاب‬jab ‫= جاب‬tab ‫= تاب‬bab ‫= اب‬ab


‫= ڠاب‬ngab ‫= ضاب‬sab ‫= زاب‬zab ‫= راب‬rab ‫= ؾاب‬dab
‫= الب‬lab ‫= ڮاب‬gab ‫= ًاب‬kab ‫= ڤاب‬pab ‫= كاب‬fab
‫= ياب‬yab ‫اب‬ٛ =hab ‫اب‬ٝ =wab ‫= ٗاب‬nab ‫= ٓاب‬mab
‫= ۑاب‬nyab

12
Burhanudin dan Fida‟, Sejarah Kebudayaan Islam (Madrasah Ibtidaiyah Kelas VI),
Hal. 28.
7
2. Bunyi i, dan e

‫= چي‬ci/ce ‫= شي‬ji/je ‫= جي‬ti/te ‫= تي‬bi/be ‫= اي‬i/e


‫ڠي‬ ‫= ضي‬si/se ‫= زي‬zi/ze ‫= ري‬ri/re ‫= ؾي‬di/de
=ngi/nge
‫= يي‬yi/ye ‫ي‬ٛ =hi/he ‫ي‬ٝ =wi/we ‫= ٗي‬ni/ne ‫= ٓي‬mi/me
‫ۑي‬
=nyi/nye

‫چية‬ ‫شية‬ ‫= جية‬tib/teb ‫تية‬ ‫= اية‬ib/eb


=cib/ceb =jib/jeb =bib/beb
‫ڠية‬ ‫ضية‬ ‫زية‬ ‫رية‬ ‫ؾية‬
=ngib/ngeb =sib/seb =zib/zeb =rib/reb =dib/deb
‫= ُية‬lib/leb ‫ڮية‬ ‫ًية‬ ‫ڤية‬ ‫كية‬
=gib/geb =kib/keb =pib/peb =fib/feb
‫يية‬ ‫ية‬ٛ ‫ية‬ٝ ‫ٗية‬ ‫ٓية‬
=yib/yeb =hib/heb =wib/web =nib/neb =mib/meb
‫ۑية‬
=nyib/nyeb

3. Bunyi u dan o
ٞ‫= چ‬co/co ٞ‫= ش‬ju/jo ٞ‫= ج‬tu/to ٞ‫= ت‬bu/bo ٝ‫= ا‬u/o
ٞ‫ڠ‬ ٞ‫= ض‬su/so ٝ‫= ز‬zu/zo ٝ‫= ر‬ru/ro ٝ‫= ؾ‬du/do
=ngo/ngo
ُٞ =lu/lo ٞ‫= ڮ‬gu/go ًٞ =ku/ko ٞ‫= ڤ‬pu/po ٞ‫= ك‬fu/fo
ٞ‫= ي‬yu/yo ٞٛ =hu/ho ٝٝ =wu/wo ٞٗ =nu/no ٞٓ
=mu/mo
ٞ‫ۑ‬
=nyu/nyo

‫ب‬ٞ‫چ‬ ‫ب‬ٞ‫ش‬ ‫ب‬ٞ‫ج‬ ‫ب‬ٞ‫ت‬ ‫ب‬ٝ‫ا‬


=cub/cob =jub/job =tub/tob =bub/bob =ub/ob

8
‫ب‬ٞ‫ڠ‬ ‫ب‬ٞ‫ض‬ ‫ب‬ٝ‫ز‬ ‫ب‬ٝ‫ر‬ ‫ب‬ٝ‫ؾ‬
=ngub/ngob =sub/sob =zub/zob =rub/rob =dub/dob
‫ب‬ُٞ ‫ب‬ٞ‫ڮ‬ ‫ب‬ًٞ ‫ب‬ٞ‫ڤ‬ ‫ب‬ٞ‫ك‬
=lub/lob =gub/gob =kub/kob =pub/pob =fub/fob
‫ب‬ٞ‫ي‬ ‫ب‬ٞٛ ‫ب‬ٝٝ ‫ب‬ٞٗ ‫ب‬ٞٓ =
=yub/yob =hub/hob =wub/wob =nub/nob mub/mob
‫ب‬ٞ‫ۑ‬
=nyub/nyob

4. Bunyi e
‫= چ‬ce ‫= ز‬je ‫= ت‬te ‫= ب‬be ‫= ا‬e
‫= ڠ‬nge ‫= ش‬se ‫= ز‬se ‫= ر‬re ‫= ؾ‬de
ٍ =le ‫= ڮ‬ge ‫= ى‬ke ‫= ڤ‬pe ‫= ف‬fe
‫= ي‬ye ٙ =he ٝ =we ٕ =ne ّ =me
‫=ۑ‬nye

‫= چة‬ceb ‫= شة‬jeb ‫= جة‬teb ‫= تة‬beb ‫= اب‬eb


‫= ڠة‬ngeb ‫= ضة‬seb ‫= زب‬zeb ‫= رب‬reb ‫= ؾب‬deb
‫= ُة‬leb ‫= ڮة‬geb ‫= ًة‬keb ‫= ڤة‬peb ‫= كة‬feb
‫= ية‬yeb ‫ة‬ٛ =heb ‫ب‬ٝ =web ‫= ٗة‬neb ‫= ٓة‬meb
‫= ۑة‬yeb13

D. Huruf Yang Disambung dan Dipisah


Huruf-huruf itu ada yang dapat menyambung dan disambung, ada yang
bisa disambung tetapi tidak bisa menyambung. Masing-masing mempunyai
bentuk huruf sesuai posisinya (di depan, di tengah, di belakang, atau
terpisah). Di antara huruf-huruf itu terdapat beberapa huruf yang dapat

13
Mazidatul Faizah, Siti Hanifah, dan Tomi Ariffaturakhman, “Peningkatan
Keterampilan Membaca dan Menulis Arab Pegon Santri TPQ Nu Ar Rohman” 2, no. 2
(2021): Hal. 58-60.
9
disambung dan menyambung dan beberapa huruf yang hanya dapat di
sambung.14
Secara umum dalam penyambungan huruf-huruf hijaiyah terbagi
menjadi 2 (dua) bagian:
1. Huruf-huruf yang bisa disambung dengan huruf lain di semua tempat
dalam kata baik sebelum maupun sesudahnya, huruf-huruf tersebut
adalah:

‫بتثجحخسشصضطظعغفقكلمنهي‬

Adapun tata cara penyambungannya adalah sebagaimana contoh dalam


tabel berikut:
Contoh Di akhir Di Di awal Berdiri Bunyi Nama
tengah sendiri

‫تثة‬ ‫ـة‬ ‫ـثـ‬ ‫تـ‬ ‫ب‬ b Ba

‫جحث‬ ‫ـث‬ ‫ـحـ‬ ‫جـ‬ ‫ت‬ t Ta

‫ذرد‬ ‫ـد‬ ‫ـرـ‬ ‫ذـ‬ ‫خ‬ ts Tsa

‫شصس‬ ‫ـس‬ ‫ـصـ‬ ‫شـ‬ ‫ز‬ j Jim

‫ظعط‬ ‫ـط‬ ‫ـعـ‬ ‫ظـ‬ ‫ض‬ h Ha

‫ؼؽػ‬ ‫ـػ‬ ‫ـؽـ‬ ‫ؼـ‬ ‫غ‬ kh Kha

‫ضطص‬ ‫ـص‬ ‫ـطـ‬ ‫ضـ‬ ‫ش‬ s Sin

‫غػع‬ ‫ـع‬ ‫ـػـ‬ ‫غـ‬ ‫ظ‬ sy Syin

‫ؾؿؽ‬ ‫ـؽ‬ ‫ـؿـ‬ ‫ؾـ‬ ‫ؼ‬ sh Shad

‫قكف‬ ‫ـف‬ ‫ـكـ‬ ‫قـ‬ ‫ـ‬ dh Dhad

‫لطم‬ ‫ـم‬ ‫ـطـ‬ ‫لـ‬ ‫ل‬ th Tha

14
Muhammad hafidz, Imla’ Aplikatif (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2018),
Hal. 2.
10
‫ظظع‬ ‫ـع‬ ‫ـظـ‬ ‫ظـ‬ ‫ظ‬ zh Zha

‫ػؼغ‬ ‫ـغ‬ ‫ـؼـ‬ ‫ػـ‬ ‫ع‬ „ „ain

‫ؿـؾ‬ ‫ـؾ‬ ‫ـــ‬ ‫ؿـ‬ ‫ؽ‬ gh Ghain

‫كلق‬ ‫ـق‬ ‫ـلـ‬ ‫كـ‬ ‫ف‬ f Fa

‫هون‬ ‫ـن‬ ‫ـوـ‬ ‫هـ‬ ‫م‬ q Qaf

‫ًٌي‬ ‫ـي‬ ‫ـٌـ‬ ‫ًـ‬ ‫ى‬ k Kaf

َُِ َ‫ـ‬ ‫ـِـ‬ ‫ُـ‬ ٍ l Lam

ْٔٓ ْ‫ـ‬ ‫ـٔـ‬ ‫ٓـ‬ ّ m Min

ٖ٘ٗ ٖ‫ـ‬ ‫ـ٘ـ‬ ‫ٗـ‬ ٕ n Nun

ٜٚٛ ٚ‫ـ‬ ‫ـ‬ٜ‫ـ‬ ‫ـ‬ٛ ٙ h Ha

‫ييي‬ ‫ـي‬ ‫ـيـ‬ ‫يـ‬ ‫ي‬ y Ya

2. Huruf-huruf yang bisa disambung dengan huruf sebelumnya saja.


Kelompok kedua ini adalah kelompok huruf-huruf hijaiyah yang hanya
bisa disambungkan dengan huruf yang datang sebelum huruf tersebut,
sedangkan dengan huruf setelahnya tidak bisa. Jumlah huruf ini hanya
enam huruf;

ٝ‫اؾـرز‬
Ada beberapa pengecualian kaidah penulisan terkait kelompok kedua
ini, diantaranya; Apabila huruf-huruf yang enam ini berada di belakang atau
di tengah kata, huruf-huruf ini hanya boleh disambung oleh huruf-huruf yang
merupakan salah satu huruf dari kelompok yang pertama (huruf yang bisa

َ ), atau (‫) ُش ْ٘ؿ‬. Sedangkan


َ ), (‫غ ِر ْي ٌَة‬
disambung di semua tempat). Seperti (‫ظ ِٔ ْيؿ‬

jika huruf yang sebelumnya merupakan huruf yang berada di kelompok yang

11
sama (kelompok kedua), maka tetap harus dipisah. Contoh (‫ؾ‬ُْٝ ‫) َٓ ْرؾ‬, (‫)هَؿْر‬,

atau (‫ض ُرر‬


ُ ).15

15
Yunan Putra, PengantarAl Imla’ Dasar (Kaidah Praktis Menulis Arab) (Jakarta:
Guepedia, 2020), Hal. 26-29.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pegon muncul bersama masuknya Islam di Jawa, Huruf pegon diyakini
dikembangkan pada tahun 1400an oleh Sunan Ampel dan ada yang
mengatakan dikembangkan oleh murid beliau yaitu Imam Nawawi asal
Banten. Perkembangan aksara Pegon tidak lepas dari peran para santri
yang belajar di pondok pesantren.
2. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pegon artinya aksara
Arab yang digunakan untuk menuliskan bahasa Jawa; tulisan Arab yang
tidak menggunakan tanda-tanda bunyi (diakritik); tulisan Arab gundul.
Kata pegon konon berasal dari kata berbahasa Jawa pego yang berarti
„menyimpang‟
3. Penulisan huruf pegon tidak menggunakan harakat. Akan tetapi,
menggunakan huruf vokal. Namun, ada juga yang menggunakan
harakat bila terjadi kerancuan dalam membaca. Hurruf vokalnya yaitu,

alif (‫)ا‬,ya (‫)ي‬, dan wawu (ٝ)

4. Huruf-huruf yang bisa disambung dengan huruf lain di semua tempat


yaitu baik sebelum atau sesudahnya;

‫بتثجحخسشصضطظعغفقكلمنهي‬

Dan Huruf-huruf yang bisa disambung dengan huruf sebelumnya saja,


yaitu;

ٝ‫اؾـرز‬
B. Saran
Demikianlah pokok bahasan makalah ini yang dapat kami paparkan,
besar harapan kami makalah ini dapat bermanfaat untuk kalangan banyak.
Karena keterbatasan pengetahuan dan referensi, kami menyadari makalah ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun
sangat diharapkan agar makalah ini dapat disusun menjadi lebih baik lagi
dimasa yang akan datang.

13
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrakhman, dan Arif Pradono. Eksplore Sejarah Indonesia Jilid 1 Untuk


SMA/MA Kelas X. Penerbit Duta, 2019.

Ali, Hasanuddin, dan Lilik Purwandi. Millennial Nusantara (pahami


karakternya, rebut simpatinya). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2017.

Apologia, Milla Ahmadia. “Aksara Pegon ;Simbol Karakter Nilai Dalam


Budaya Jawa” 1, no. 1 (2023).

Burhanudin, Yusak, dan Ahmad Fida‟. Sejarah Kebudayaan Islam


(Madrasah Ibtidaiyah Kelas VI). Jakarta: PT Bumi Aksara, 2019.

Faizah, Mazidatul, Siti Hanifah, dan Tomi Ariffaturakhman. “Peningkatan


Keterampilan Membaca dan Menulis Arab Pegon Santri TPQ Nu Ar
Rohman” 2, no. 2 (2021).

hafidz, Muhammad. Imla’ Aplikatif. Jakarta: PT Elex Media Komputindo,


2018.

Hakim, Lukman. NU Rahmatan Lil ’Alamin. Yogyakarta: Zahir Publishing,


2023.

Hidayani, Fika. “Paleogarfi Aksara Pegon” 8, no. 2 (2020).

Jaeni, Muhammad. Sang Pecinta Ilmu (Simbah KH. Zainuddin Lasem


(Pendiri Madrasah An-Nashariyyah). Jawa Tengah: PT Nasya
Expanding Management, 2021.

Mahrussilah, Mohammad. Fiqh Neurostorytelling: Tradisi Lisan Pengajaran


Fath al-Mu’in di Banten. Serang: A-Empat, 2022.

Putra, Yunan. PengantarAl Imla’ Dasar (Kaidah Praktis Menulis Arab).


Jakarta: Guepedia, 2020.

Rohman, Muhammad Abdul, Nurul Izati, dan Amir Khosim. “Eksistensi


Aksara Pegon : Media Penyebaran Ilmu Agama Di Demak Kota Wali
Dengan Pendekatan Mix Method” 1, no. 1 (2022).

14

Anda mungkin juga menyukai