Disusun oleh:
Segala puji bagi allah subhanahu wa ta‟ala yang telah memberikan kami
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tapat waktu.
Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam somoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad Saw yang kita nanti-nantikan
safaaatnya diakhiraat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehatnya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah
BAHASA ARAB dengan judul “KEHIDUPAN SEHARI-HARI”
Kami tentu menyadari bahwa makalah makalah ini jauh dari kata sempurna
dan ,asih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu,kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk pendengar supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah ini menjadi lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya.
Kami juga mengucapkan terimah kasih kepada semua pihak terutama kepada
dosen pengampu kami BAHASA ARAB yang telah membimbing kami dalam
menulis makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima
kasih
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Teoritik .......................................................................................................3
B. Praktik ........................................................................................................15
A. Kesimpulan .................................................................................................17
B. Saran ...........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Muhammadiyah tingkat nasional untuk pencerahan umat dan bangsa menuju
peradaban utama”. Dalam mewujudkan kader ulama tidak terlapas dari sistem
pendidikan yang diterapkan dalam memberikan pelajaran, khususnya pelajaran
bahasa Arab.
Pada dasarnya dalam mempelajari bahasa Arab tidak hanya teori saja, akan
tetapi praktek juga diperlukan dalam mempelajarinya. Namun realita yang
terjadi Pondok Shabran menerapkan proses pembelajaran bahasa Arab melalui
sistem perkuliahan yang lebih menekankan pada penyampaian materi Karena
tidak semua mahasantri berasal dari sekolah agama atau pondok pesantren
yang mempelajari bahasa Arab sebelumnya, sehingga pengetahuan bahasa
Arab mahasantri masih kurang. Hal ini berdampak pada mahasantri dilihat dari
sulitnya memahami bahasa Arab apalagi dalam hal membaca kitab. Oleh
karena itu, untuk meningkatkan kemampuan bahasa Arab mahasantri perlu
didukung dengan upaya pondok dalam membenahi sistem pendidikan dan
menggunakan metode-metode yang berkembang pada saat ini dalam
melaksanakan proses pembelajaran khususnya pembelajaran bahasa Arab.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengertian takib idhafy?
C. Manfaat Penulis
1. Mengetahui dan memahami pengertian takib idhafy
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teoritik
1. Takib Idhafy
Menurut Mustafa dalam bukunya dalam bukunya yang berjudul Jaami‟u
Ad-Durus Al-„Durus Al-Aroniy menyatakan bahwa yang dimaksud dengan
tarkib idhafy adalah apa-apa yang terdiri atau tersusun dari kata yang
disandarkan (mudhof) dan kata yang disandari (Mudhof ilaih).1Jadi, tarkib
idhafy atau idhofah itu adalah dua kata atau lebih yang bergandengan, dimana
dua kata tersebut tersusun dari dua unsur dan dua kata atau lebih tersebut
menjadi satu makna. Dua unsur tesebut, antara lain, Mudof, Yang dimaksud
mudhof adalah kata yang disandarkan kepada kata lainnya, sehingga membuat
satu makna. Sedangkan mudhof ilaih dapat diartikan sebagai kata yang
disandari oleh kata lainnya
Adapun hukum mudhof terdiri dari dua unsur yang unsur mudhof dan
mudhof ilaih yang dimana hukum mudhof kedudukan katanya terdapat dalam
kalimat. Jika kata mudhof kedudukannya menjadi subjek maka, hukum mudhof
tersebut menjadi marfu‟dab apabila menjadi objek maka hukum mudhof
tersebuit menjadi mansud dan begitupun seterusnya harus disesuaikan dengan
kedudukan dalam suatu kalimat. Sedangkan hukum mudhof ilaih di dalam
kitab Jaami”u Ad-Duruus Al-Arobiy sebelumnya adalah mujur. Tanda
mujurnya tergantung kata tersebut, jika ia mufrod atau jamak taksir maupun
jamak mu‟annats salim makan tanda majurnya dengan harakat kasrah.
Sedangkan apabila ia mutsanna atau jamak mudzakkar salim maka tanda
majurnya dengan yang mati ()ي
Dalam hal ini, cara membentuk idhofah sebagaimana yang kita ketahui
bahwa salah satu ciri isim adalah adanya alif lam ( )اهatau tanwin ( ٍ ً ) dan
tidak boleh dalam suatu isim ada dua ciri tersebut, yakni alif lam dan tanwin.
1
Mustafa Al-Gholaayani, Jaami’u Ad-Durus Al-‘Arobiy (Mesir: Daar As-Salam) hal 9
3
Sehingga harus pilih salah satu, kalau ingin menggunakan alif lam, maka
tanwin tidak boleh digunakan. Contoh:ُ ا َ ْى ََس ِْجذ. Namun, jika ingin menggunakan
tanwin maka tidak boleh menggunakan alif lam. Contoh: ٍَس ِْجذ. Di dalam buku
yang berjudul Al-Muwajjih yang disusun oleh Harun menyatakan bahwa
berdasarkan proses pembentukannya, ada dua cara dalam membentuk idhofah
atau mudhof dan mudhof ilaih, di antaranya adalah:
1) Pada kata pertama yang berstatus sebagai mudhof wajib membuang alif
lam dan tanwin, dan pada kata keduannya yakni yang berstatus sebagai
mudhof ilaih wajib membuang salah satunya, yakni membuang tanwin.
Kemudian kata yang berunsur mudhof ilaih diberi harokat kasroh.
4
Adapun fungsi idhofah menurut Manshur dalam bukunya yang
berjudul Al-Muharrar fi An-Nahwi Al-Mujalladu Al-Awwal menyatakan
bahwa secara struktur atau sintaksis ada dua fungsi dalam idhofah, yaitu:
a) Lit Ta‟rif
Yang dimaksud dengan fungsi ini adalah apabila suatu mudhof
disandarkan atau diidhofahkan kepada isim ma‟rifah atau dapat
dikatakan bahwa mudhof ilaihnya itu berbentuk ma‟rifah.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa ada dua jenis isim, salah
satunya adalah isim ma‟rifah. Yang dimaksud isim ma‟rifah
dalam buku yang berjudul Al-Qowaaid Al-„Arobiyah Al-
Muyassaroh adalah:
b) Lit Takhshiish
Yang dimaksud dengan fungsi ini adalah bahwa apabila ada
suatu mudhof yang disandarkan atau diidhofahkan kepada isim
nakiroh atau dengan kata lain bahwa mudhof ilaihnya itu berbentuk
isim nakiroh. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa isim nakiroh
merupakan salah satu jenis isim dari dua jenis isim lainnya. Yang
dimaksud isim nakiroh dalam buku yang berjudul Al-Qowaaid Al-
„Arobiyah Al-Muyassaroh adalah:
5
“Isim nakiroh adalah isim yang tidak menunjukkan kepada
sesuatu yang dibatasi dan sudah dikenal.”
Susunan Idhofah
(1) Susunan Mudhof
Di dalam buku Al-Muwajjih yang dikarang oleh Harun,
beliau menyebutkan bahwa ada 3 jenis susunan mudhof, antara
lain:
Mufrad ()مفرد
Hukum mudhof jika dia dalam keadaan mufrod maka
disesuaikan dengan kedudukannya dalam kalimat.
6
Jika mudhof bertempat sebagai objek, maka hukumnya menjadi
mansub dengan harakat fathah.
Jika mudhof bertempat sebagai isim majru, maka hukumnya
menjadi majrur dengan harakat kasroh.
Dan lain sebagainya.
Contoh:
سأٌدُ حقٍثح األسرا ِر:ٍثو.
Mutsanna ()مثنّى
Hukum mudhof jika dia dalam keadaan mutsanna maka
disesuaikan dengan kedudukannya dalam kalimat.
7
اإلسالً فً اىَعشمح
ِ قاً ٍجإذ ُْو:ٍثو.
اإلسالً فً اىَعشمح
ِ ْ سأٌدُ ٍجإذ:ٍثو.
ِي
اإلسالً فً اىَعشمح
ِ ْ ٍشسخُ تَجإ ِذ:ٍثو.
ي
Contoh:
Jamak Taksir
Hukum mudhof jika dia dalam keadaan jamak taksir maka
disesuaikan dengan kedudukannya dalam kalimat.
8
Jika mudhof bertempat sebagai objek, maka hukumnya menjadi
mansub dengan harakat fathah.
Jika mudhof bertempat sebagai isim majru, maka hukumnya
menjadi majrur dengan harakat kasroh.
Dan lain sebagainya.
Contoh:
Mufrad ()مفرد
Hukum mudhof ilaih jika dia dalam keadaan mufrod maka
wajib majrur dengan harakat kasroh selamanya.
Contoh:
اىَذس ِط
ّ مراب:ٍثو
Mutsanna ()مثنّى
Hukum mudhof ilaih jika dia dalam keadaan mutsanna
maka wajib majrur dengan ya mati selamanya tanpa membuang
nun.
Contoh:
ِِْ ٍس
َ اىَذس
ّ مراب:ٍثو
Jamak ()جمع
Jamak Mudzakkar salim
Hukum mudhof ilaih jika dia dalam keadaan jamak
mudzakkar salim maka wajib majrur dengan ya mati selamanya
tanpa membuang nun.
9
Contoh:
ٍَِْاىَذس ِس
ّ مراب:ٍثو
Jamak Mu‟annats salim
Hukum mudhof ilaih jika dia dalam keadaan jamak
mu‟annats salim maka wajib majrur dengan harakat kasroh
selamanya.
Contoh:
مراب اىَذسساخ:ٍثو
Jamak Taksir
Hukum mudhof ilaih jika dia dalam keadaan jamak taksir
maka wajib majrur dengan harakat kasroh selamanya.
Contoh:
مراب األساذز ِج:ٍثو
Dhomir
Hukum mudhof ilah jika ia dalam bentuk dhomir maka dia
tidak berubah (mabni), namun dia berada ditempat majrur sehingga
dhomir tersebut dapat dikatakan sebagai mudhof ilaih.
اىنرابُ ألحَذَ و مراتُُٔ جٍَو:ٍثو
Pembagian Idhofah
Menurut Manshur dalam bukunya yang berjudul Al-
Muharrar fi An-Nahwi Al-Mujalladu Al-Awwal, beliau membagi
idhofah menjadi 2 macam berdasarkan makna yang terkandung di
dalamnya, yaitu:
(1) Idhofah Mahdhoh ()اإلضافح اىَحضح
10
Idhofah yang menyisipkan makna lam ()ه, yaitu idhofah
yang menunjukkan makna kepunyaan atau kepemilikan.
Dalam kitab Alfiyah, istilah idhofah ini disebut juga dengan
idhofah lamiyah.
Makna penjelasan
ً
ّ ذعطً خاذٌ اىفضّح إى:ٍثو.
11
sehingga contoh kalimat tersebut bermakna bahwa kamu
memberikan cincin yang terbuat dari perak kepadaku.
(2) Idhofah Ghoir Mahdhoh ()اإلضافح غٍش اىَحضح
Yaitu idhofah yang maknanya tidak murni. Maksudnya,
makna bentukan idhofahnya tidak bermakna pada asalnya atau
pada aslinya. Atau bisa juga dikatakan idhofah yang tidak
memiliki dua fungsi, seperti yang dijelaskan sebelumnya, yaitu
yang tidak berfungsi sebagai lit ta‟rif dan lit takhshiish.
Namun, idhofah ini hanya berfungsi sebagai takhfif yang
artinya meringankan. Maksudnya meringankan bacaannya agar
menjadi lebih mudah dibaca lafadz idhofahnya.
Contohnya pada kalimat: ٕزا ضاسبُ صٌ ٍذ (أصئ) ٕزا ضاسب صٌذا.
Pada contoh tersebut, terjadi takhfif dalam kata idhofah.
Aslinya, pada kata ضاسبyang merupakan isim faa‟il yang
dapat beramal sebagai fi‟il sehingga kata setelahnya wajib
mansub sehingga menjadi صٌذ ضاسب. Namun, dalam
pengucapan lafadz tersebut agak sulit diucapkan, maka lafadz
tersebut ditakhfif (diringankan) agar dalam pengucapannya
lebih mudah. Sehingga bentukan lafadz yang tadinya terdiri
dari isim faa‟l dan maf‟ul bih menjadi bentukan lafadz idhofah,
yaitu ضاسبُ صٌذ.
2.Tarkib Washfy
Secara literal, tarkiv washfy frasa bermakna adjectival. Namun, dalam
bahasa arab tidaklah demikian adanya, karena tarkib washfy bisa juga berbntuk
frasa adjektiva dan frasa normal. Tarkib washfy adalah gabungan dua kata atau
lebuh yang berbentuk satuan frasa dengan pola hubungan nominal yang disifati
(man‟ut) dan adjectival yang menjadi sifatnya (na‟at). Bentuk frasa ini dalam
bahsa Arab kurang lebih sama dengan frasa Indonesia, yang berpola sebagai
berikut:
12
Kata benda (N)+kata sifat (Adj), seperti حذٌث ٍجرَعditerjemahkan dengan
masyarakat modern N+N dijadikan sebagai kata Adj, dengan menambahkan
ya‟ nisbah (nomina dan adjektiva relative), seperti اىفنش اىسٍا سىyang
ditrjemahkan dengan pemikiran politik. Menerjemahkan frsa ini secara umum
tidak perlu ditambahkan kata yang. Namun tidak jarang juga kata yang ini
tidak perlu ditambahkan, karena dalam bahasa Indonesia frasa tersebut sering
kali tidak menunjukan hubungan makna sifat. Bila na‟t (adjektiva) kata
sifatnya terdiri lebih dari dua maka bisa saja na‟t pertama diterjemahkan
swperti biasa, sementara na‟t kedua diterjemahkam dengan dan, seperti جٍو جذ
ٌذ حذ ٌثyang diterjemahkan dengan generasi baru dan modern. Ini berlaku bila
kedua na‟t itu merupakan adjektifa. Bila na‟t pertama berupa nomina yang
ditambahkan ya‟ nisba dan na‟t kedua beruap adjektifa, maka na‟t kedua
diterjemahkan dengan yang seperi ً ٍجرَع اىسال ًٍ عشتyang diterjemahkan
dengan masyarakat islam arab.
3. Tarkib Mazjy
Tarkib mazjy merupakamn pembahasan yang cukup pening dalam ilmu
nahwu karena mempunyai hukum yang berbeda dengan isim mu‟rob biasa.
Namun sebelumnya, perlu kita ketahui terlebih dahulu apa itu pengertian tarkib
atau murokkab mazjy. Pengertian tarkib mazjy adalah setiap dua kalimat yang
disusun dan dijadikan menjadi satu kalimat. Atau dalam artian mudahnya
tarkib mazjy adalah pengunaan dua kalimat yang dijadikan satu kalimat.
Misalnya kata Surabaya yang berasal dari kata surah (Hiu) dan baya (Buaya)
dus kata dijadikan satu sehingga menjadi satu kata. Dan akhirnya menjadi arti
yang baru yakni Surabaya adalah nama ibukota provinsi jawa timur, bukan hiu
dan buaya lagi.
Dalam hal ini adapun contoh tarkib mazjy yaitu:
1. تعَثلartinya sebuah kota yang berada di Lembah bekaa, Lebanon
terdapat banyak reruntuhan kuil Romawi disini ( تعيثل تيذج طٍثحBalek
adalah Negara yang damai)
13
2. ٌ تٍد ىحartinya Betlehem, sebuah kota di yarusalem. Disinilah tempat
Nabi Isa dilahirkan ٌ( ثنْد تٍد ىحtelah tinggal di Betlehem)
3. حضش ٍوخarinya Hadramaut, sebuah lembah di negeri yaman yang
sering dijuluki dengan negeri para habib ( سافشخ اىى حضش ٍوخaku
telah bepergian ke Hadramaut
sedangkan jika diteliti secara hukumnya maka tarkib mazjy mempunyai
perincian sebagai berikut:
1. jika murokkab mazjy merupakan „alam (nama) maka I‟robnya sama
dengan I‟robnya isim ghoiru munsahorif
ّحو
تعيثل تيذج طٍثح
ٌسنْد تٍد ىح
سافشذاىً حذس ٍوخ
2. kecuali jika bagian kedua merupakan ٌٔ وmaka iya hukumnya mabni
ala alkasri sebelumnya
ّحو
(sibawahi adalah sorang alim yang besar) bahasa arabnya سٍثؤٌ عا
ىَنثٍش
(Aku telah melihat sibawi)ٌٔسٌد سٍثو
Dan jika bukan „alam maka kedua bagin dari tarkib atau murokab
mazjy berhukum mabni fathah
ّحو
صسّئ صثا ح ٍساء
اّد جاسئ تٍد تٍد
ذفشق اىقوً شذسٍذس
14
B. Praktik
2. menerjemahkan Maknah
ٌعيَ ٍْ ُن
َ ًُ ىس ََّال أحَذ
مٍف َحاىُل؟
َ أحَذ
خ
ِ صْ َِع اىذ ََّّسا َجا
ْ ٍَ ًِعاٍِ و ف
َ َوا ِىذِي ع ْثذ ُ اىعَ ِضٌ ِْض
َ
َِّاساخ
َ ٍس َّ صْ َِع اى
ْ ٍَ ًِعاٍِ و ف
َ َوا ِىذِي للا
ِ ُ ع ْثذ
َ
15
َّاسج
َ ٍس َ
َ ُطثْعا َوا ِىذ ُكَ ٌَ ْـَ ِيل ع ْثذ ُ اىعَ ِضٌ ِْض
َ
ة
َ َسث ُ َوأ َ ّْدَ ذ َ ْع ِش، َّاسج
َّ ف اى َ ٍس َ َ ى ِْأل
َ ُسفِ ٕ َُو َال ٌَ ْـَ ِيل للا
ِ ُ ع ْثذ
َ
ة؟
ُ َسث
َّ ٍَا اى ع ْثذ ُ اىعَ ِضٌ ِْض
َ
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
17
DAFTAR PUSTAKA
18