Anda di halaman 1dari 18

PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Dosen Pengampu: Mujiburrohman, M.Hum

Semester VI
Disusun oleh Kelompok I :

Ulan Tarsih
NIM. 20.01.01.0037
Siti Hotimah
NIM. 20.01.01.0017

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NIDA EL ADABI. JURUSAN TARBIYAH.


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
BOGOR 2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah, atas rahmat dan


karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Standar Proses Belajar
dan Pembelajaran yang Mencakup Model, Strategi, Metode dan Tehnik
Pembelajaran dengan tepat waktu. Shalawat serta salam tercurah kepada
Rasulullah SAW, yang syafaatnya kita natikan.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas


mata kuliah Pembelajaran Bahasa Arab

Dalam penyelesaian makalah ini, kami mendapatkan bantuan serta


bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya jika kami
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Mujiburrohman, selaku dosen pengampu mata kuliah Pembelajaran


Bahasa Arab. Dan dalam penyusunan makalah ini kami juga memperoleh
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin menyampaikan ucapan
terima kasih kepada teman – teman yang sudah memberikan konstribusinya
dalam penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak


kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun. Semoga dengan terselesaikannya makalah Prinsip-prinsip
Pembelajaran Bahasa Arab.

Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Bogor, 25 Februari 2023


Penulis

Ulan Tarsih

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i


DAFTAR ISI ............................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................... 3
1.1. Latar Belakang Masalah ............................................................... 3
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................ 5
1.3. Apa Tujuan Faktor Pengembangan Psikologi Anak ...................... 5
BAB 2 PEMBAHASAN ............................................................................ 6
2.1 Prinsip Prinsip Pembelajaran Bahasa Arab ................................... 6
2.2 Bahasa Arab Sebagai Media Memahami Agama ........................ 11
2.3. Bahasa Arab Sebagai Media Komunikasi ................................... 11
2.4. Metode-Metode dalam Pembelajaran Bahasa Arab ..................... 12
BAB 3 PENUTUP ................................................................................... 16
3.1. Kesimpulan ................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 17

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Dalam kehidupan suatu bangsa, pasti mempunyai masing-masing
bahasa, baik itu bahasa Indonesia, bahasa Arab, maupun bahasa Inggris.
Keberadaan bahasa tersebut mempunyai peranan yang begitu penting untuk
setiap masyarakat. Karena gambaran suatu negara atau bangsa tersebut
mempunyai bahasa. Demikian juga dalam bahasa Arab, yang memiliki
keistimewaan. Bahasa arab dijadikan sebagai firman Allah adalah karena
sebagai penguatan untuk dapat memahami berbagai disiplin ilmu lainnya.
Maka perlunya memahami hubungan antara bahasa Arab dan Al Qur’an. Sebab Al-
Qur’an menggunakan bahasa Arab maka pada saat mengajarkannya pasti
memerlukan kaidah-kaidah bahasa Arab, demikian pula sebaliknya. Hubungan
bahasa Arab dan Al-Qur’an amat dikenal di seluruh dunia Islam. Bahasa Arab
memang sebagai Bahasa agama Islam meskipun tidak semua ummat Islam
menggunakannya secara praktis. Patut dicatat bahwa orang Arab sangat berbangga
dengan bahasanya, tidak terkecuali dengan mereka yang bukan muslim.
Bahasa merupakan salah satu ciri khas yang dimiliki oleh manusia.
Baginya, bahasa adalah alat komunikasi dan interaksi antar sesamanya
sebagai makhluk sosial. Komunikasi yang dilaku bisa berupa informatif
maupun persuasif. Komunikasi secara informanif memberikan pengertian
agar orang lain tahu dan mengerti, sedangkan persuasif bermaksud agar
orang lain bersedia menerima paham atau keyakinan pada suatu
kegiatan atau perbuatan yang sesuai dengan keinginan pembicara. Betapa
pentingnya komunikasi dalam kehidupan, maka perlu dipahami hal tersebut
secara mendalam agar tercipta suatu konikasi yang efektif.
Komunikasi dikatakan efektif bila antara komunikator dan
komunikan mampu mempersamakan makna. Sebagaimana yang telah
dijelaskan oleh Hamijoyo (2000) bahwa komunikasi merupakan suatu
proses atau usaha untuk menciptakan kebersamaan makna antara pelaku
4

komunikasi. Pada hakikatnya, komunikasi mentitik beratkan pada segi sosial


dengan berusaha menjadikan sesuatu menjadi miliki bersama. Sehingga
apabila dikatakan komunikasi, maka makna yang terkandung didalamnya
adalah usaha untuk mencapai kesamaan, baik dalam makna, tindakan, atau
gerakan (Adiwiria, 2007.
Karena gambaran suatu negara atau bangsa tersebut mempunyai
bahasa. Demikian juga dalam bahasa Arab, yang memiliki keistimewaan.
Bahasa arab dijadikan sebagai firman Allah adalah karena sebagai
penguatan untuk dapat memahami berbagai ilmu lainnya. Maka perlunya
memahami hubungan antara bahasa Arab dan Al Qur’an. Sebab Al-
Qur’an menggunakan bahasa Arab maka pada saat mengajarkannya
pasti memerlukan kaidah-kaidah bahasa Arab, demikian pula sebaliknya.
Hubungan bahasa Arab dan Al-Qur’an amat dikenal di seluruh dunia Islam.
Bahasa Arab memang sebagai bahasa agama Islam meskipun tidak semua
ummat Islam menggunakannya secara praktis. Patut dicatat bahwa orang
Arab sangat berbangga dengan bahasanya, tidak terkecuali dengan mereka
yang bukan muslim.
AllahTa’ala memilih Bahasa Arab sebagai bahasa kitab suci-Nya
bukan semata-mata karena Nabi Muhammad saw diutus kepada
masyarakat yang berbahasa Arab (bi lisan qawmihi) melainkan Bahasa
Arab juga dipandang layak atau mampu untuk mewadahi dan
mengekspresikan pesan-pesan Ilahi yang abadi dan universal.
Dalam konteks ini dapat ditegaskan, bahwa Bahasa Arab
memiliki posisinya yang penting dalam kaitannya dalam kajian dan
pengembangan ilmu keislaman dan bahkan pengembangan peradaban
Islam. Dengan kata lain Bahasa Arab bukan semata-mata bahasa
komunikasi harian antar penutur, akan tetapi lebih jauh dari itu
sebagai bahasa ilmu pengetahuan yang mampu mewadahi dan
mentransmisikan karya-karya keilmuan dan wacana pemikiran.

4
5

1.2. Rumusan Masalah


Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, dapat dirumuskan
beberapa masalah, yaitu:
1.2.1 Apa itu prinsip prioritas dalam proses penyajian?
1.2.2 Apa itu prinsip korektisitas?
1.2.3 Apa itu prinsip bertahap?
1.2.4 Apa itu prinsip kebermaknaan?
1.2.5 Apa itu prinsip pujian atau imbalan?

1.3. Apa Tujuan Faktor Pengembangan Psikologi Anak


Adapun maksud dari penulisan makalah ini secara terperinci adalah sebagai
berikut:
1.3.1 Mengetahui Apa itu prinsip prioritas dalam proses penyajian?
1.3.2 Mengetahui Apa itu prinsip korektisitas?
1.3.3 Mengetahui Apa itu prinsip bertahap?
1.3.4 Mengetahui Apa itu prinsip kebermaknaan?
1.3.5 Mengetahui Apa itu prinsip pujian atau imbalan?

5
6

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Prinsip Prinsip Pembelajaran Bahasa Arab


Belajar bahasa Arab berbeda dengan belajar bahasa ibu (lugha
al-umm/mother linguage). Dari pengalaman diketahui bahwa belajar selain
lugha al-umm ini sukar, karena pemerolehan bahasa bukan terjadi secara
alamiah. Pada dasarnya setiap anak mempunyai kemampuan menguasai
setiap bahasa. Walaupun kadar motivasi yang dimiliki oleh anak berbeda-
beda, tergantung tujuan masing-masing yang ingin dicapai serta kemampuan
dan minat yang dimiliki dan motivasi yang ada di dalam diri pembelajar.
Ada dua alasan mengapa belajar bahasa ibu (bahasa bawaan)
mudah dipahami oleh anak yaitu:
1. Belajar bahasa ibu (bahasa bawaan) merupakan kebutuhan, yaitu sebagai
alat komunikasi untuk mencapai sesuatu yang diinginkan dalam
hidupnya, oleh karena itu motivasi untuk mengetahui bahasa ibunya
(motivasi belajarnya) sangat tinggi.
2. Anak kecil memiliki kemampuan dasar yang bagus karena otaknya
masih bersih dan belum mendapat pengaruh bahasa lain sehingga
cenderung berhasil lebih cepat. Dengan demikian, bahasa yang terpatri di
dalam otak sang anak adalah bahasa ibunya, baik secara lisan, tertulis
maupun bahasa berpikirnya.
Lima prinsip dasar dalam pengajaran bahasa Arab, yaitu prinsip
prioritas dalam proses penyajian, prinsip korektisitas, prinsip bertahap,
prinsip kebermaknaan, serta prinsip pujian atau imbalan. Ada lima prinsip
dasar dalam pengajaran bahasa Arab, yaitu prinsip prioritas dalam proses
penyajian, prinsip korektisitas, prinsip bertahap, prinsip kebermaknaan,
serta prinsip pujian atau imbalan.
1. Prinsip Prioritas (Al Uluwyyat)
Dalam pembelajaran Bahasa Arab, ada prinsip-prinsip prioritas
dalam penyampaian materi pembelajaran, yaitu; pertama, mengajarkan,

6
7

mendengar, dan bercakap sebelum membaca dan menulis. Kedua,


mengajarkan kalimat sebelum mengajarkan kata. Ketiga, menggunakan
kata-kata yang lebih akrab dengan kehidupan sehari-hari sebelum
mengajarkan bahasa sesuai dengan penutur Bahasa Arab.
a. Mendengar dan berbicara terlebih dahulu daripada menulis.
Prinsip ini berangkat dari asumsi bahwa pengajaran bahasa yang
baik adalah pengajaran yang sesuai dengan perkembangan bahasa yang
dialami oleh manusia, yaitu setiap anak akan mengawali
perkembangan bahasanya dari mendengar dan memperhatikan
kemudian menirukan. Hal itu menunjukkan bahwa kemampuan
mendengar (menyimak) harus lebih dulu dibina, kemudian
kemampuan menirukan ucapan, lalu aspek lainnya seperti membaca dan
menulis. Ada beberapa teknik melatih pendengaran, yaitu:
1. Guru bahasa asing (Arab) hendaknya mengucapkan katakata yang
beragam, baik dalam bentuk huruf maupun dalam kata. Sementara
peserta didik menirukannya di dalam hati secara kolektif.
2. Guru bahasa asing kemudian melanjutkan materinya tentang bunyi
huruf yang hampir sama sifatnya. Misalnya : ‫ ء– ه‬,‫ ح‬-‫ س‬,‫ ز– ع‬,‫ذ – ش‬
dan lainnya.
3. Selanjutnya materi diteruskan dengan tata bunyi yang tidak
terdapat di dalam bahasa ibu (dalam hal ini bahasa Indonesia, -edt)
peserta didik, seperti : ‫ض‬,‫ خ ص‬,‫ ذ‬,‫ث‬, dan lainnya.
Hal itu menunjukkan bahwa kemampuan mendengar/menyimak
harus lebih dulu dibina, kemudian kemampuan menirukan ucapan, lalu
aspek lainnya seperti membaca dan menulis. Adapun dalam
pembelajaran pengucapan dan peniruan dapat menempuh langkah-
langkah berikut:
1. Peserta didik dilatih untuk melafalkan huruf-huruf tunggal yang
paling mudah dan tidak asing, kemudian dilatih dengan huruf-
huruf dengan tanda panjang dan kemudian dilatih dengan lebih
cepat dan seterusnya dilatih dengan melafalkan kata-kata dan

7
8

kalimat dengan cepat. Misalnya: dan seterusnya.


2. Mendorong peserta didik ketika proses pembelajaran menyimak
dan melafalkan huruf atau kata-kata untuk menirukan intonasi,
cara berhenti, panjang, maupun pendeknya.
b. Mengajarkan kalimat sebelum mengajarkan bahasa.
Dalam mengajarkan struktur kalimat, sebaiknya mendahulukan
mengajarkan struktur kalimat (nahwu), baru kemudian masalah
struktur kata (sharaf). Dalam mengajarkan kalimat (jumlah) sebaiknya
seorang guru memberikan hafalan bacaan yang mengandung kalimat
sederhana dan susunannya benar. Oleh karena itu, sebaiknya seorang
guru bahasa Arab dapat memilih kalimat yang isinya mudah
dimengerti oleh peserta didik dan mengandung kalimat inti saja, bukan
kalimat yang Panjang.
2. Prinsip korektisitas ( ‫)ةـقدال‬
Prinsip ini diterapkan ketika sedang mengajarkan materi
‫(تاوصألا‬fonetik), ‫( بكارتال‬sintaksis), dan ‫( ىناعمال‬semiotic). Maksud dari
prinsip ini adalah seorang guru tidak hanya menyalahkan peserta
didik, tetapi ia juga harus melakukan pembetulan dan membiasakan
peserta didik untuk kritis dalam pengajaran fonetik, sintaksis, dan
semiotic. Korektisitas pengajaran fonetik dapat dilakukan melalui latihan
pendengaran dan ucapan.
Jika peserta didik masih sering melafalkan bahasa ibu, maka
guru harus menekankan latihan melafalkan dan menyimak bunyi huruf
Arab yang sebenarnya, secara berkesinambungan dan fokus pada
kesalahan peserta didik. Tetapi, dalam bahasa Arab, hampir semua kata
mempunyai arti lebih dari satu, yang leih dikenal dengan istilah
mustarak (satu kata banyak arti) dan mutaradif (berbeda kata sama arti).
Oleh karena itu, guru bahasa Arab harus menaruh perhatian yang besar
terhadap masalah tersebut. Ia harus mampu memberikan solusi yang tepat
dalam mengajarkan makna dari sebuah ungkapan karena kejelasan
petunjuk.

8
9

3. Prinsip berjenjang ( ‫)جردتال‬


Berikut ini ada beberapa jenjang pengajaran dari materi-materi
bahasa Arab yaitu:
a. Jenjang pengajaran mufradat.
Pengajaran kosa kata hendaknya mempertimbangkan dari aspek
penggunaannya bagi peserta didik, yaitu diawali dengan
memberikan materi kosa kata yang banyak digunakan dalam
keseharian dan berupa kata dasar. Selanjutnya memberikan materi
kata sambung. Hal ini dilakukan agar peserta didik dapat menyusun
kalimat sempurna sehingga terus bertambah dan berkembang
kemampuannya.
b. Jenjang pengajaran qawaid (morfem).
Dalam pengajaran qawaid, baik qawaid nahwu maupun qawaid
sharaf juga harus mempertimbangkan kegunaannya dalam
percakapan/keseharian. Dalam pengajaran qawaid nahwu misalnya,
harus diawali dengan materi tentang kalimat sempurna (jumlah
mufidah), tetapi rincian materi penyajian harus dengan cara
mengajarkan tentang isim, fiil dan huruf.
c. Tahapan penagajaran makna ( ‫) ةلالد ىناعمال‬.
Dalam mengajarkan makna kalimat atau kata-kata, guru
hendaknya memulainya dengan memilih kata-kata/kalimat yang
paling banyak digunakan/ditemui dalam keseharian. Selanjutnya
makna kalimat lugas sebelum makna kalimat yang mengandung arti
idiomatik. Dilihat dari teknik materi pengajaran bahasa Arab,
tahapan-tahapannya dapat dibedakan menjadi: pelatihan melalui
pendengaran sebelum melalui penglihatan, pelatihan lisan/pelafalan
sebelum membaca, dan penugasan kolektif sebelum individu.
Agar teknik di atas berhasil dan dapat terlaksana dengan baik, ada
delapan langkah aplikasi yang diperlukan, yaitu:
1. Memberikan contoh-contoh sebelum memberikan kaidah
gramatika, karena contoh yang akan menjelaskan gramatika secara

9
10

mendalam dari pada gramatika saja.


2. Jangan memberikan contoh hanya satu saja, tetapi harus terdiri dari
beberapa contoh dengan perbedaan dan persamaan teks untuk
dijadikan analisa perbandingan bagi peserta didik.
3. Mulailah contoh dengan sesuatu yang ada di dalam ruangan
kelas/media yang telah ada dan memungkinkan menggunakannya.
4. Mulailah contoh tersebut dengan menggunakan kata kerja yang
bisa secara langsung dengan menggunakan gerakan anggota tubuh.
5. Ketika mengajarkan kata sifat hendaknya menyebutkan kata
yang paling banyak digunakan dan lengkap dengan
pasangannya. Misalnya, hitam-putih, bundar-persegi.
6. Ketika mengajarkan huruf jar dan maknanya, sebaiknya dipilih
huruf jar yang paling banyak digunakan dan dimasukkan
langsung ke dalam kalimat yang paling sederhana,
contoh: Jumlah ismiyah ( ‫) ةبيقحال يف باتكال‬
Jumlah fi’liyah ( ‫) لصفال نم بالطال جرخ‬
7. Jangan memberikan contoh yang membuat peserta didik harus
meraba-raba karena tidak sesuai dengan kondisi pikiran mereka.
8. Peserta didik diberikan motivasi yang cukup untuk berekspresi
melalui tulisan, lisan bahkan mungkin ekspresi wajah, agar mereka
merasa terlibat langsung dengan proses pengajaran yang
berlangsung.
4. Prinsip pembelajaran kebermaknaan
Prinsip pembelajaran kebermaknaan meyakini pentingnya
faktor ini dalam belajar untuk untuk menjadikan peserta didik menyerap
pelajaran secara lebih lama dari pada belajar secara hafalan. Misalnya
dalam mengajar kosa kata maupun gramatika guru sebaiknya
mengajarkannya dalam konteks.
5. Prinsip pujian atau imbalan
Prinsip pujian atau imbalan menegaskan bahwa manusia
secara universal terdorong untuk melakukan sesuatu karena ada

10
11

imbalan. Keampuhan imbalan, baik dalam perilaku binatang maupun


manusia sudah terbukti. Seekor lumba-lumba atau anjing yang cerdik
dalam sebuah sirkus mau melakukan perintah pawangnya semata-mata
karena adanya imbalan yaitu makanan. Guru seringkali lupa akan hal ini
sehingga mereka kebanyakan kikir dalam memberi reward dalam bentuk
pujian yang sebenarnya pada konteks-konteks tertentu diperlukan.
2.2 Bahasa Arab Sebagai Media Memahami Agama
Pada bentuk kedua ini, pembelajaran bahasa arab mengalami
perkembangan pada beberapa pesantren tradisional. Adapun materi yang
disampaikan yaitu ilmu alat/ bahasa dan juga terkait dengan aqidah, fiqih,
akhlaq, hadits dan tafsir. Sedangkan, metode pengajarannya dalam bentuk
gramatika-tarjamah dengan teknik yang masih tradisional. Pengajarannya,
dimana guru atau kiyai dan para murid (santri) masing-masing memegang
buku (kitab). Guru membaca dan mengartikan kata demi kata atau kalimat
demi kalimat ke dalam bahasa ibu atau bahasa daerah yang telah didekatkan
kepada sensivitas bahasa Arab.
Bentuk pengajaran bahasa Arab yang kedua ini merupaka hal yang
seringkali dilaksanakan beberapa pondok pesantren di tanah air. Dan
kontribusinya diakui sangat besar dalam memberikan pemahaman umat
islam terhadap teks-teks keagamaan mereka. Namun, dipandang dari aspek
komunikatif, kemahiran yang berhasil dicapai masih terbatas pada aspek
reseptif.
2.3. Bahasa Arab Sebagai Media Komunikasi
Pada bentuk ketiga ini sebagian besar pembelajaran bahasa arab siswa
diarahkan kepada metode langsung. Masa belajar selama enam tahun yaitu
setelah masa pendidikan dasar, bahkan lulusannya mampu berbahasa arab
dengan baik secara tertulis ataupun secara lisan. Hal lain juga yang
merupakan kemamampuan mereka yaitu dapat membaca dan memahami
kitab berbahasa arab.
Seiring perkembangan zaman, belajar mengajar bahasa Arab pada
perguruan islam modern tak hanya memakai metode langsung namun

11
12

mengikuti pembaharuan yang ada di dunia pembelajaran bahasa, contohnya


metode aural-oral (al-thariqah al-sam'iyah al-syafawiyah) dan pendekatan
komunikatif (althariqah al-itthishaliyah).
2.4. Metode-Metode dalam Pembelajaran Bahasa Arab
Dalam proses pembelajaran, pendidik hendaknya memiliki style dan
seni mengajar, sehingga peserta didik tidak merasa bosan dalam mengikuti
proses pembelajaran dan akan terjadi proses pembelajaran yang interaktif
yaitu terjadinya komunikasi dua arah antara peserta didik dan pendidik
secara aktif. Untuk merealisasikan hal tersebut, pendidik harus memberikan
kesempatan kepada peserta didik seluas mungkin, menstimulus, serta
memancing kreatifitas mereka dengan berbagai strategi pembelajaran bahasa
Arab yang efektif dengan menggunakan beberapa Metode.
Sedangkan, metode pengajaran bahasa Arab modern adalah metode
pengajaran yang berorientasi pada tujuan bahasa sebagai alat. Maksudnya,
bahasa Arab dijadikan sebagai media komunikasi dalam berkehidupan
modern, sehingga inti pembelajar bahasa Arab yaitu mampu menerapkan
bahasa tersebut secara aktif dan mampu memahami ungkapan dalam bahasa
Arab. Metode yang lazim digunakan dalam pengajarannya adalah metode
langsung (tariqah almubasyirah). Munculnya metode ini didasari pada
asumsi bahwa bahasa adalah sesuatu yang hidup, oleh karena itu harus
dikomunikasikan dan dilatih terus sebagaimana anak kecil belajar bahasa.14
Ada yang beranggapan bahwa metode populer dan yang masih digunakan
dalam belajar bahasa Arab, diantaranya:
1. Metode Gramatika Tarjamah
Metode ini merupakan gabungan antara metode gramatika dengan
metode terjemah.15 Metode ini biasa juga diistilahkan dengan metode
tradisional. Hal tersebut dikarenakan metode tersebut mengutamakan isi
teks bahasa dan informasi terkait kebahasaannya. Namun tak berarti
bahwa metode inilah yang tertua. Term tradisional yang melekat pada
metode ini, menurut Subyakto lebih merupakan suatu pencerminan yang
paling cocok dari cara beberapa bahasa Yunani kuno dan Latin yang

12
13

telah diajarkan selama beberapa abad yang lalu.


Landasan teoritis dari metode gramatika terjemah ini adalah bahwa
ada satu universal logic atau logika semesta yang termasuk dasar semua
bahasa yang ada di dunia ini, dan bahwa tata bahasa adalah bagian
logika dan filsafat. Jadi, belajar bahasa mampu memperkuat
kemampuan berfikir secara logis, pemecahan masalah, dan kemampuan
menghafal. Memang, anak didik dengan menggunakan metode ini
dituntut untuk menghafal teks kuno berbahasa asing dan terjemahannya
dalam bahasa anak didik atau bahasa ibu, terutama teks-teks yang
memiliki nilai sastra tinggi, meskipun pada teks tersebut seringkali ada
susunan kalimat yang sulit dan kosakata atau sebuah ungkapan yang
sudah tak dipakai.
Metode ini tak memberi perhatian pada percakapan secara intensif
dan anak didik cenderung pasif. Materi pelajarannya biasanya dari
berbagai kitab nahwu (gramatika), kamus atau mufradat, dan teks
bacaan. Dan hal yang begitu menonjol yaitu bahasa pengantarnya
adalah bahasa ibu pelajar.
2. Metode Langsung (‫)الطريقة المباشرة‬
Dalam bahasa Arab, metode ini dinamakan thariqah almubasyirah,
yang muncul di Eropa sekitar abad ke 19 sebagai reaksi dan
ketidakpuasan terhadap metode gramatika tarjamah. Asumsi metode ini
bertentangan secara diametral dengan metode gramatika tarjamah.
Asumsi dari metode langsung adalah bahwa proses pembelajaran bahasa
Arab sama dengan pembelajaran bahasa ibu, yang berarti bahwa
penggunaan bahasa tujuan/ asing harus dilakukan secara langsung dan
intensif dalam berkomunikasi melalui mendengar dan berbicara.
Sedangkan keterampilan membaca dan menulis dapat dikembangkan
kemudian. Penggunaan bahasa ibu dihindari sama sekali (ibti’ad an
lughah al-ummi) dan peserta didik dibiasakan berpikir dan praktiik dalam
bahasa asing/ tujuan.
Dengan demikian, dalam metode langsung, pengajar atau pendidik

13
14

bahasa Arab langsung menggunakan bahasa tujuan/ asing ketika


menjelaskan materi ajar dalam suatu proses pembelajaran dan bahasa
persrta didik “haram” untuk dipergunakan.
3. Metode Membaca
Sama halnya dengan metode sebelumnya, kemunculan metode
membaca ini juga merupakan reaksi dari metode langsung yang hanya
memprioritaskan kemahiran berbicara dan kurang memberikan perhatian
pada kemahiran membaca dan menulis. Atas dasar inilah, para pakar
pendidik dan pakar Bahasa termotivasi untuk mencetuskan sebuah
gagasan metode kontemporer sesuai dengan perkembangan pembelajaran
Bahasa pada waktu itu.
Meskipun dinamakan metode membaca, tidak berarti bahwa bahwa
proses pembelajaran terbatas pada Latihan membaca an sich, latihan
menulis dan berbicara juga diberikan kendatipun dengan porsi yang
terbatas. Tujuan utama metode ini adalah kemahiran membaca, yaitu agar
peserta didik mampu memahami teks untuk keperluan studi mereka.
4. Metode Audiolingual
Metode ini muncul dalam suasana Perang Dunia ke 2 di Amerika Serikat.
Pada waktu itu diperlukan personalia yang lancer berbahasa asing untuk
ditempatkan di beberapa Negara. Untuk keperluan tersebut, Departemen
Pertahanan Amerika Serikat membentuk suatu badan yang bernama Army
Specialized Training Program (ASTP) dengan bekerja sama 55
Universitas yang dimulai tahun 1943 dan betujuan agar peserta program
dapat mencapai keterampilan berbicara dalam beberapa bahasa asing
dengan pendekatan dan metode yang baru. Model ASTP tersebutlah yang
kemudian menjadi cikal bakal dari Metode Audiolingual. Pada waktu
yang bersamaan di Inggris juga dikembangkan 0ral-approach yang
sangat mirip dengan metode audiolingual.
5. Metode Komunikatif
Beberapa tahun kemudian setelah metode audio lingual kecaman dari
para ahli dan praktisi muncullah metode komunikatif yang didasarkan

14
15

atas asumsi bahwa setiap manusia memiliki kemampuan atau kompetensi


bawaan yang disebut dengan “alat pemerolehan bahasa” (Language
Acquisition Device/ LAD). Oleh karena itu, kemampuan berbahasa
bersifat kreatif dan lebih ditentukan oleh factor internal, sehingga
relevansi dan efektifitas kegiatan pembiasaan dengan model latihan
stimulus-respence-inforcment dipersoalkan. Asumsi berikutnya adalah
bahwa penggunaan bahasa tidak hanya terdiri atas empat kemahiran
berbahasa, akan tetapi mencakup beberapa kompetensi dalam kerangka
komunikatif yang luas, sesuai dengan peran dari partisipan, situasi dan
tujuan interaksi.

15
16

BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa pentingnya
memahami metode pembelajaran bahasa arab dengan kesesuaian dengan
berbagai sistem, dan prinsip. Menjadikan pembelajaran bahasa arab
sangat menunjang dan membuka wawasan baru khususnya bagi
pengajar bahasa arab. Karena dengan menggunakan metode, sistem, dan
prinsip yang benar dan sesuai, maka guru akan mudah menyampaikan
materi serta siswa juga dapat memahami materi yang diajarkan. Terlebih di
Indonesia dengan adanya bahasa arab sebagai bahasa kedua bagi siswa,
tentu metode, sistem dan prinsip haruslah diterapkan sesuai proporsinya.
Dengan upaya tersebut harapan tercapainya tujuan pembelajaran
bahasa arab, pasti akan mudah didapatkan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Annas, Azwar, Komunikasi Reseptif dalam Pembelajaran Bahasa Arab


bagi Mahasiswa, dalam buku Bunga Rampai Strategi &
Pembelajaran Bahasa Arab, (Jawa Barat : Nusa Litera Inspirasi,
2020)

Nur, Prinsip Dasar Metode Pembelajaran Bahasa Arab, Vol. 6, No. 1, Mei
2013 Rosyidi dan Ni’mah, Memahami Konsep Dasar Pembelajaran
Bahasa Arab, (Malang : UIN-Maliki Press, 2011)

Asy’ari, H. (1988). Bahasa Arab dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan.


Makalah Seminar Nasional Bahasa Arab (hal. 2). Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada.

Banaamah, Adil Ahmad. (2014). Watsiqah Bina’ Manhaj Ta’lim al-


Lughah al-‘Arabiyah Lighair al-Nathiqina Biha. Mekkah: Ummul Qura
University.

Dardiri, Ahmad. (2008). Ta’lim al-‘Arabiyah fi Indonesia. Jakarta: Jurnal


Lingua Franca al-Jamiah Vol. I No. 1 Pusat Bahasa UIN Syarif
Hidayatullah.

Anda mungkin juga menyukai