Disusun Oleh:
Kelompok 5
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi besar Muhammad
SAW, kerabat, sahabat, dan seluruh umat beliau sampai hari kiamat. Tidak lupa
pula ucapan terima kasih kepada bapak Andri Hidayatullah, M.Pd selaku dosen
pengampu mata kuliah Pengelolaan Pengajaran Bahasa Arab yang telah
memberikan tugas ini dengan tujuan untuk mempelajari dan memahami cara
pengelolaan lingkungan berbahasa Arab.
Kelompok 5
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu kendala untuk lancar berbicara bahasa Arab adalah tidak
pernah praktik berbicara bahasa Arab secara langsung. Hal ini sangatlah
menghambat proses belajar bahasa Arab dan menjadikan peserta didik hanya
menguasai keterampilan membaca dan menulis saja. Pembelajaran bahasa
juga bergantung pada lingkungannya, jika ingin pandai berbicara bahasa Arab
maka hiduplah di lingkungan yang kesehariannya menggunakan bahasa Arab
sebagai bahasa komunikasinya. Lingkungan dalam proses
ini memiliki pengaruh yang besar bagi perkembangan bahasa Arab peserta
didik, karena lingkunganlah yang akan merangsang dan memaksa peserta
didik untuk membiasakan diri menggunakan bahasa Arab.
B. Rumusan Masalah
1
3. Apa saja prasyarat dan prinsip-prinsip pengembangan lingkungan
berbahasa Arab?
4. Bagaimana strategi penciptaan lingkungan berbahasa Arab?
5. Apa saja media penunjang pengembangan lingkungan berbahasa Arab?
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Andiopenta Purba, Peranan Lingkungan Bahasa Dalam Pemerolehan Bahasa Kedua,
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra 2 Vol. 02 No. 1, 2013, hal. 15.
3
3. Menumbuhkan kreativitas dan aktivitas berbahasa Arab yang terpadu
antara teori dan praktek dalam suasana informal yang menyenangkan. 2
Lingkungan bahasa Arab ini bisa juga tercipta dari suatu lingkungan
dimana tersedianya media pendukung seperti TV, telpon, majalah koran dan
sebagainya. Maka menciptakan lingkungan bahasa Arab oleh guru atau
lembaga pendidikan merupakan langkah tepat dalam pembelajaran bahasa
2
Irhamudin Abdullah dkk, Pembentukan Lingkungan Bahasa Arab Untuk
Mengembangkan Keterampilan Berbicara, Vol. 6, No. 2, 2020, hal. 75.
4
arab. Karena itulah, guru bahasa Arab idealnya dapat menerapkan bahasa
Arab dalam proses pembelajarannya karena hal tersebut merupakan bagian
dari lingkungan bahasa Arab.
5
memperkaya dan mendukung perkembangan keterampilan berbahasa.
Karakteristik lingkungan informal yang mempengaruhi trend
pembelajaran dan kualitas hasil belajar dipengaruhi oleh empat faktor,
yakni sifat alami bahasa target, cara siswa berkomunikasi dalam bahasa
kedua, ketersediaan model yang dapat ditiru untuk berbahasa dan ada
lingkungan linguistik yang mampu mendukung komunikasi (misalnya,
ada banyak teman atau pembicara yang telah belajar bahasa kedua).3
1. Sikap dan apresiasi positif terhadap bahasa Arab dari pihak-pihak terkait
seperti dosen bahasa Arab, ketua jurusan PBA, pimpinan fakultas,
mahasiswa, hingga karyawan. Sikap dan apresiasi positif mempunyai
implikasi yang besar terhadap pembinaan dan pengembangan
keterampilan berbahasa. Dari sikap ini akan timbul motivasi dan rasa
butuh yang tinggi. Motivasi tersebut akan menghasilkan:
3
Salah ‘Abdu al-Majid al-‘Arabi, Ta’allum al-Lughat al-Hayyah wa Ta’limuha Baina al-
Nazriyah wa al-Tatbiq, (Beirut: Maktabah Libnan 1981), cet. I, hal.12
6
2. Pedoman yang jelas mengenai format dan model pengembangan
pengembangan lingkungan berbahasa Arab yang diinginkan oleh
lembaga pendidikan. Pedoman ini sangat penting karena dapat
menyatukan visi untuk mengembangkan lingkungan berbahasa Arab.
Jika dipandang perlu, dalam aturan tersebut juga dibentuk “Mahkamah
al-Lughah” yang berfungsi sebagai pengawas, pemantau kedisplinan
berbahasa Arab sekaligus pemutus hukuman-hukuman tertentu bagi
pelanggar kesepakatan.
3. Figur yang mampu berkomunikasi dengan bahasa Arab aktif. Keberadaan
dosen native speaker harus dioptimalkan fungsi dan perannya dalam
mewarnai pembinaan dan pengembangan keterampilan berbahasa Arab.
Mereka merupakan penggerak utama dan tim kreatif dalam
mendinamisasi penciptaan lingkungan berbahasa Arab.
4. Penyediaan alokasi dana yang memadai, baik untuk pengadaan sarana
dan prasarana yang mendukung maupun untuk memberikan insentif bagi
para penggerak dan tim kreatif penciptaan lingkungan berbahasa Arab. 4
7
saling bertemu, diharapkan masing-masing bertegur sapa dengan
mengucapkan ahlan wa sahlan, shabahul khair, dan sebagainya.
3. Kebersamaan dan partisipasi aktif semua pihak. Kebersamaan dalam
berbahasa asing, secara psikologis dapat memberikan nuansa yang
kondusif dalam berbahasa sehingga mahasiswa yang tidak bisa
berkomunikasi akan merasa malu, kemudian berusaha untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Secara psikolinguistik,
lingkungan pergaulan.
4. Prinsip konsistensi dan keberlanjutan. Yang paling sulit dalam
penciptaan lingkungan berbahasa adalah sikap konsisten dari komunitas
bahasa itu sendiri. Karena itu, diperlukan sebuah sistem yang variatif dan
kreatif yang memungkinkan satu sama lain mengontrol dan
membudayakan penggunaan bahasa Arab secara aktif.
5. Prinsip pendayagunaan teknologi dan multi media. Keberadaann TV
yang dapat memancarkan siaran dari Timur Tengah perlu dioptimalkan
penggunaannya. Di pandang perlu semua civitas akademika diberikan
akses untuk menggunakan internet, terutama yang berbasis di negara-
negara Arab, agar dapat memperoleh dan mengupdate informasi aktual
mengenai bahasa Arab, dan pada gilirannya, dapat memperkenalkan kosa
kata baru untuk konsumsi warga di lingkungan kampus. 5
5
A. Hidayat, Bi’ah Lughawiyah (Lingkungan Berbahasa) dan Pemerolehan Bahasa, Jurnal
Pemikiran Islam, Vol. 7 No. 1 (Juni, 2012), hal. 41.
8
pesan, maka dapat ditulis dengan dua bahasa, Arab dan Indonesia.
Dosen-dosen yang mampu berbahasa Arab diwajibkan menggunakan
bahasa tersebut sebagai bahasa percakapan di kantor.
2. Lingkungan perpustakaan, untuk menciptakan bi’ah ‘arabiyah di
perpustakaan dapat digunakan “Zawiyah ‘Arabiyah” yang berisi buku,
majalah, koran. Gambar yang bernuansa Arab. Di pojok ini semua
mahasiswa diwajibkan berbahasa Arab.
3. Lingkungan laboratorium bahasa, laboratorium bahasa dapat dipandang
sebagai lingkungan formal maupun informal. Ia akan bersifat formal jika
digunakan oleh dosen untuk pembelajaran, dan bersifat informal jika
tidak sedang digunakan untuk pembelajaran. Dalam laboratorium harus
tersedia media yang memadai untuk mendukung penciptaan bi’ah
‘aranyah. Media- media tersebut dapat berupa media audio (dengar),
media visual (pandang) dan audio visual (dengar pandang). Dalam hal ini
dituntut keterampilan dosen atau petugas laboratorium dalam
memanfaatkan media tersebut.
4. Kantin, salah satu tempat yang disukai mahasiswa berkumpul di luar
kelas adalah kantin. Karena itu kantin dapat dimanfaatkan sebagai media
untuk menciptakan bi’ah ‘arabiyah yang berkaitan dengan percakapan
harian, ungkapan transaksional, satuan-satuan mata uang dan sebagainya.
Namun kesulitannya adalah bahwa kantin sulit dikontrol. Oleh karena itu
dituntut kesadaran mahasiswa untuk mengoptimalkan fungsi kantin
sebagai media penciptaan bi’ah ‘arabiyah. Langkah-langkah yang
dilakukan seperti menempel daftar ungkapan di dinding kantin.
5. Mesjid/ Musholla, mesjid/ musholla merupakan salah satu media yang
efektif untuk membentuk bi’ah ‘arabiyah, karena secara psikologis dan
relisius, mesjid berkaitan dengan bahasa Arab. Kegiatan yang bisa
dilakukan di mesjid / musholla adalah kultum setelah sholat dengan
bahasa Arab. Hal lain yang dapat digunakan adalah pengumuman lisan
dengan bahasa Arab.
9
6. Auditorium, auditorium merupakan tempat yang dapat dimanipulasi
sebagai media penciptaan bi’ah ‘arabiyah. Auditorium biasanya memuat
banyak orang, dan dilengkapi dengan fasilitas, seperti loud speaker,
podium, dan lain- lain. Tempat ini bisa dimanfaatkan untuk pekan Arab
atau yaum ‘araby. Pada pekan ini dapat dirancang kegiatan-kegiatan
bernuansa Arab, seperti: pidato Arab, puisi Arab, drama berbahasa Arab,
cerdas cermat bahasa Arab dan lain- lain.
2. Visual Arab
Sarana penunjang ini bertujuan agar mahasiswa:
10
e. Mampu menulis materi tayangan video secara imla’ dengan benar
dan tepat. Dari sarana penunjang ini mahasiswa akan mendapatkan
pengayaan materi baik berupa rekaman seminar/diskusi, rekaman
pidato (al -Kitabah), rekaman khutbah: Jumu’ah, ‘Id al-Fitri, ‘Id al-
Adha dan lain-lain.
11
a. Mampu mendengar percakapan dan ungkapan bahasa Arab dengan
benar.
b. Mampu menuliskan kembali inti materi bahasa Arab dengan
sempurna. Dari sarana penunjang ini mahasiswa akan mendapatkan
pengayaan materi baik berupa rekaman kitab al-arabiyah li al-
jam’iyah, rekaman pidato/khutbah Arab, rekaman muhadatsah,
rekaman lagu Arab (nasyidah arabiyah).
6. Kelas Terbuka
6
A. Hidayat, Bi’ah Lughawiyah (Lingkungan Berbahasa) dan Pemerolehan Bahasa, Jurnal
Pemikiran Islam, Vol. 7 No. 1 (Juni, 2012), 41-43.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
13
B. Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
15