A. LATAR BELAKANG
Di dunia ini sungguh begitu beragam akan ciri khas, kebudayaan, peradaban, agama, dan
semuanya terutama dalam ruang lingkup berbahasa. Bahasa merupakan sistem lambang-
lambang (simbol-simbol) berupa bunyi yang digunakan oleh sekelompok orang atau
masyarakat tertentu untuk berkomunikasi dan berinteraksi.1
Diantara fungsi dan peranan bahasa baik lisan maupun tulisan adalah digunakan orang untuk
menyatakan atau mengekspresikan perasaan, emosi, harapan, keinginan, cita-cita dan pikiran
seseorang, sebagai alat berpikir, sebagai alat usaha untuk meyakinkan orang lain atau
mempengaruhi sekelompok orang atau masyarakat baik melalui forum diskusi formal,
pertukaran pikiran, karya-karya ilmiah, maupun siaran- siaran radio dan televisi.2
Demikian pula dengan bahasa Arab yang memiliki keistimewaan, diantaranya bahasa Arab
mampu beradaptasi dengan dengan perkembangan zaman karena bersifat dinamis, bervariasi,
fleksibel dan memiliki fungsi yang istimewa dari bahasa-bahasa lainnya. Bahasa Arab bukan
hanya memiliki sastra yang bermutu tinggi bagi mereka yang mengetahui dan mendalaminya,
akan tetapi bahasa Arab adalah bahasa Al-Qur’an yang tidak dapat dipisahkan antara yang satu
dengan yang lainnya. Maka peranan bahasa Arab yang pertama di nusantara disamping sebagai
alat komunikasi antar sesama manusia juga sebagai alat komunikasi manusia kepada
Tuhan untuk memenuhi
kebutuhan seorang muslim dalam menunaikan ibadah, khususnya ibadah sholat. 3 Sesuai
dengan firman Allah SWT dalam surat Yusuf ayat 2 :
Artinya : Sesungguhnya kami menurunkan Al-Qur’an dengan berbahasa Arab agar kamu
memahaminya.4
Dalam proses pembelajaran bahasa, faktor pendukung sangat dibutuhkan keberadaannya, salah
satunya adalah lingkungan berbahasa (Bi’ah Lughawiyah). Lingkungan adalah segala hal yang
didengar dan dilihat oleh pembelajar karena adanya lingkungan yang mendukung untuk selalu
menggunakan bahasa Arab dalam kegiatan sehari-hari dapat mempermudah tercapainya
penguasaan keterampilan berbicara.
Dari pengertian lingkungan bahasa tersebut dapat didefinisikan, bahwa lingkungan berbahasa
dapat dibagi menjadi dua, yaitu lingkungan formal dan lingkungan informal. Lingkungan
formal adalah salah satu lingkungan belajar bahasa yang memfokuskan pada penguasaan
kaidah atau aturan-aturan bahasa secara sadar dalam bahasa target. 5 Lingkungan formal sengaja
dibentuk melalui kegiatan belajar dalam kelas yang didalamnya pembelajar bahasa diarahkan
untuk melakukan aktivitas bahasa yang menampilkan kaidah bahasa yang telah dipelajarinya,
dan diberikannya umpan balik oleh guru yang berupa mengoreksi kesalahan yang dilakukan
oleh pembelajar. Sedangkan lingkungan informal adalah lingkungan berbahasa Arab yang
terjadi secara alami.6 Lingkungan bahasa informal dapat terjadi melalui bahasa yang dipakai
oleh kawan-kawan sebaya, bahasa pengasuh atau orang tua, bahasa yang dipakai oleh
kelompok pembelajar dan bahasa yang dipakai oleh guru dalam proses belajar mengajar dikelas
bahasa maupun bukan dalam kelas bahasa.
Berbicara merupakan keterampilan yang pertama kali dipelajari oleh manusia serta mempunyai
peranan penting dalam kehidupan manusia. Dalam kesehariannya manusia dihadapkan dalam
berbagai kegiatan yang menuntut keterampilan berbicara, baik itu dalam lingkungan keluarga,
sekolah maupun masyarakat pada umumnya. Menurut Abdul Wahab Rosyidi sebagai berikut:
Terdapat beberapa kendala dalam aktivitas keterampilan berbicara yaitu peserta didik gerogi
berbicara karena khawatir melakukan kesalahan, takut dikritik, kurangnya motivasi untuk
mengungkapkan apa yang dirasakan, kurang partisipasi dari peserta didik lainnya serta sering
menggunakan bahasa ibu yang merasa tidak bias berbahasa asing.7
Penggunaan bahasa Arab di MAN 1 Pandeglang masih belum maksimal dalam hal berbicara,
karena masih banyaknya dari pihak siswi- siswi maupun dari pihak guru-guru yang masih
menggunakan bahasa ibu dan bahasa Nasional dalam proses pembelajaran yang seharusnya
menunjang empat keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan
berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis manggunakan bahasa yang baik
dan benar, akan tetapi tidak sesuai dengan yang semestinya.
Bahasa ibu maksudnya adalah bahasa yang diperoleh seseorang pertamakali di keluarga,
sehingga oleh Brown disebut sebagai bahasa pertama. Sedangkan bahasa Nasional adalah
bahasa yang digunakan oleh suatu bangsa sebagai bahasa resmi negaranya.8
Lingkungan bahasa Arab belum maksimal karena kurangnya dorongan dan ketegasan dari
pihak lembaga serta kesadaran dari siswi-siswi dalam menggunakan bahasa Arab yang baik
dan benar.
Berangkat dari permasalahan dan kenyataan demikian, penulis tertarik untuk meneliti dan
mengangkat judul “ Peran Lingkungan Bahasa (Bi’ah Lughawiyah) dalam Meningkatkan
Keterampilan Berbicara Bahasa Arab Siswa/I MAN 1 Pandeglang”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan konteks penelitian diatas, maka peneliti dapat menarik masalah sebagai
berikut:
i. Bagaimana Poses Pembelajaran Keterampilan Berbicara Bahasa Arab di
MAN 1 PANDEGLANG
ii. Bagaimana Faktor-Faktor Yang Mendukung Terciptanya Lingkungan
Berbahasa Arab Di MAN 1 PANDEGLANG
iii. Bagaimana Peran Bi’ah Lughowiyah Dalam Meningkatkan Keterampilan
Berbicara Bahasa Arab Siswa/i MAN 1 Pandeglang
b. Tujuan dan manfaat Penulisan
i. Tujuan
Adapun tujuan yang hendak dicapai peneliti dalam
penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Poses Pembelajaran
Keterampilan Berbicara Bahasa Arab di MAN 1
PANDEGLANG
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Faktor-Faktor
Yang Mendukung Terciptanya Lingkungan
Berbahasa Arab Di MAN 1 PANDEGLANG
3. Unutk mengetahui Peran Bi’ah Lughowiyah
Dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara
Bahasa Arab Siswa/i MAN 1 Pandeglang
ii.Manfaat.
d. Metode Penelitian
i. Sumber Data
menggunakan pengamatan terhadap objek penelitian.37 Observasi dapat dilakukan dengan cara:
a. Observasi langsung (direct observation), yaitu observasi yang
dilakukan tanpa perantara (secara langsung) terhadap objek yang
diteliti, seperti mengadakan observasi langsung terhadap proses
belajar mengajar dikelas.
b. Observasi tidak langsung. Adalah observasi yang dilakukan
terhadap suatu objek melalui perantaraan suatu alat atau cara, baik
dilaksanakan dalam situasi sebenarnya maupun buatan.
c. Partisipasi, yaitu pengamatan yang dilakukan dengan cara ikut
ambil bagian atau melibatkan diri dalam situasi objek yang
diteliti.38
2. Dokumentasi
Metode ini merupakan salah satu bentuk pengumpulan data
yang paling mudah, karena penulis hanya mengamati benda mati dan
apabila terjadi kekeliruan maka mudah merevisinya, karena sumber
datanya tidak berubah. Menurut Suharsimi Arikunto, bahwa
Metode dokumentasi adalah mencari data-data hal-hal atau
variabel yang berupa catatan transkrip, buku, surat kabar,
majalah, parasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan
sebagainya”.
Metode ini penulis digunakan untuk mengumpulkan data
melalui dokumen-dokumen yang dimiliki oleh MAN 1 Pandeglang
tentang sarana dan prasarana serta dokumen-dokumen yang berkaitan
dengan data yang diperlukan oleh peneliti.
Dalam penelitian kualitatif peneliti ingin mendapatkan data
yang sebanyak-banyaknya guna menjawab esensi persoalan yang
muncul dilokasi penelitian. Sehubungan dengan hal ini data atau
informasi tersebut dapat diperoleh dari informen sebagai berikut:
a. Guru bidang studi bahasa Arab MAN 1 Pandeglang
2. Letak Geografis
4. Keadaan siswi
5. Tenaga Pendidik/Guru
Tata bunyi dalam hal ini merupakan langkah awal yang dilakukan
oleh guru bahasa Arab dalam mewujudkan keterampilan berbicara bahasa
Arab pada siswi-siswi yang ada. Seperti halnya yang diungkapkan oleh
Kharkhi Ma’ruf bahwa tata bunyi adalah hal yang penting untuk diajarkan
kepada siswi agar tidak mengalami kesalahan dalam pengucapan bahasa
Arab.
2. Struktur Kalimat
Kesadaran dalam hal ini adalah kunci, yang mana kesadaran akan
membimbing siswi dalam berusaha lebih semangat lagi dalam belajar
bahasa Arab. Seperti yang diungkapkan oleh Miftahul Jannah bahwa
membiasakan diri dalam belajar bahasa Arab adalah hal yang harus
dilakukan oleh siswi dalam meningkatkan kemampuan berbicara bahasa
Arab. Sadar akan masih kekurangan dan sadar akan pentingnya bahasa Arab
adalah kuncinya.73
2. Siswi takut salah untuk berbicara
Metode mengajar guru dalam hal ini memiliki peran penting dalam
proses peningkatan kemampuan berbicara bahasa Arab. Ketika siswi tidak
mampu merespon dengan baik metode yang digunakan, maka harus ada
metode yang baru, yang dapat memberikan siswi lebih mudah untuk
dimengerti. Dengan demikian, untuk mencapai atau mewujudkan
keberhasilan dalam pembelajaran, guru dalam hal ini harus memiliki
responsif terhadap keberhasilan atau kegagalan dalam penggunaan metode.
1. Melakukan evaluasi bagi siswi yang merasa sulit belajar bahasa Arab,
dengan program remedial atau memberi perhatian khusus kepada siswi-
siswi yang mengalami kesulitan tersebut dengan pendekatan-
pendekatan untuk memberi semangat untuk belajar.
2. Menerapkan bi’ah lughawiyyah dapat membiasakan siswi untuk
berkomunikasi bahasa Arab baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
3. Guru memberi pemahaman sekaligus menjadi motivator untuk siswi
bahwa belajar bahasa Arab adalah tidak sulit.
4. Adanya pelatihan-pelatihan guru bahasa Arab akan menambah
pengetahuan guru tentang metodologi pengajaran maupun wawasan
tentang kependidikan dan kebahasaan. Tapi pelatihan-pelatihan tersebut
masih jarang diadakan.
5. Adanya fasislitas penunjang pembelajaran akan membantu dalam
pengajaran keterampilan berbicara bahasa Arab seperti laboratorium
bahasa. Akan tetapi belum ada upaya dari pihak lembaga untuk
menyediakan laboraturium bahasa.84
C. Faktor-faktor yang mendukung terciptanya lingkungan berbahasa Arab
di MAN 1 Pandeglang
Lingkungan merupakan salah satu unsur terpenting dalam sebuah
pengajaran bahasa Arab. Keberadaan lingkungan Madrasah menjadi faktor
yang sangat penting, karena lingkungan selalu hadir, melingkupi dan memberi
nuansa bagi proses pembelajaran keterampilan berbicara. Lingkungan
berbahasa Arab seperti yang dikemukakan sebelumnya terdiri dari lingkungan
formal dan lingkungan informal. Lingkungan formal tercipta karena adanya:
1. Faktor Guru.
2. Faktor Siswi.
Siswi adalah mereka yang secara khusus diserahkan oleh orang tua
mereka untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di Madrasah,
dengan tujuan untuk menjadi manusia yang berilmu pengetahuan,
berketerampilan, berkepribadian, dan berakhlaq mulia. Seperti halnya guru,
faktor yang menunjang terciptanya lingkungan berbicara bahasa Arab
adalah siswi itu sendiri. Siswi yang aktif dan yang memiliki motivasi tinggi
terhadap pentingnya berbahasa Arab, maka mereka akan dengan sendirinya
memanfaatkan yang ada, baik dari segi lingkungannya, medianya serta
dalam proses pembelajaran bahasa Arab juga mereka belajar
mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi tidak semua
siswi yang sadar akan pentingnya berbahasa Arab.86
85
Fahrurrozi (Guru Bahasa Arab kelas XI Bahasa MAN 1 Pandeglang),
wawancara, Kapek Gunungsari, tanggal 18 September 2017
86
Observasi, tanggal 17 September 2017
3. Materi-materi berbahasa Arab tambahan selain materi bahasa Arab untuk
Madrasah Aliyah seperti: pelajaran bahasa Arab, Imla’, pemberian kosa kata
yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari serta kosa kata yang berkaitan
dengan lingkungan pondok’.
D. Peran Lingkungan Bahasa dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara
Bahasa Arab Siswi Kelas XI MAN 1 PANDEGLANG.
Dalam setiap kegiatan pendidikan, terutama kegiatan pengajaran di
dalam melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar (KBM) di kelas,
lingkungan berbahasa (bi’ah lughawiyah) sangat berperan dalam pembelajaran
bahasa Arab, terutama untuk menunjang keterampilan berbicara bahasa Arab.
Lingkungan akan membuatnya terbiasa menggunakan suatu bahasa secara
terus-menerus untuk menyampaikan maksud dan tujuan dalam hatinya.
Adapun peran lingkungan bahasa dalam menigkatkan keterampilan berbicara
BAB III
PEMBAHASAN
3. Kelancaran
Kelancaran dalam berbicara merupakan hal yang ingin dicapai dalam
belajar bahasa asing, karena akan mudah dan jelas dipahami oleh lawan
bicara, sebagaimana berbicara adalah sarana untuk berkomunikasi denan
orang lain. Untuk melancarkan siswi dalam berbicara bahasa Arab guru
ketika proses pembelajaran membiasakan siswi untuk membaca percakapan
dalam buku, siswi diminta untuk melakukan percakapan berpasangan.
Berdasarkan hasil observasi maupun wawancara oleh peneliti, berikut
beberapa kendala yang terdapat dalam pembelajaran keterampilan berbicara
bahasa Arab siswi kelas XI Bahasa di MAN 1 Pandeglang:
1. Kurangnya kesadaran siswi untuk membiasakan diri berbicara bahasa Arab.
Membiasakan diri untuk melatih berbicara dengan menggunakan
bahasa Arab adalah hal yang perlu dilakukan oleh siswi ketika sudah
menguasai kemampuan dasar dalam mengidentifikasi bunyi huruf hijaiyah.
Bagi siswi yang memiliki minat belajar yang kuat, maka akan memiliki
kesadaran untuk belajar dan berlatih berbicara menggunakan bahasa Arab.
Sedangkan siswi yang kurang minatnya dalam belajar, maka otomatis
kesadaran untuk membiasakan diri untuk berbicara itu bahkan tidak ada.
Siswi kelas XI Bahasa di MAN 1 Pandeglang baik di dalam kelas
maupun di luar kelas masih jarang yang berbicara bahasa Arab, karena guru
belum mampu menciptakan lingkungan yang efektif dalam mendalami
pelajaran berbicara bahasa Arab bagi siswi. Siswi berbicara bahasa Arab
ketika dalam proses belajar mengajar saja, misalnya ketika ada tugas dari
guru untuk melakukan percakapan dengan temannya dan ketika guru
melontarkan pertanyaan. Apalagi di luar kelas, walaupun ada program dari
OSIS yang menganjurkan kepada siswi-siswi untuk menghafal kosa kata,
namun kesadaran siswi untuk melatih kemampuan berbicara bahasa Arab
dengan teman-temannya masih sangat minim, bahkan siswi lebih cenderung
menggunakan bahasa daerah. Itu karena minat belajar siswi kurang dan juga
kebiasaan belajar siswi yang malas untuk mengulangi pelajaran dan malas
untuk mempraktekkan berbicara dengan bantuan kosa kata yang telah
dihafal.
2. Siswi takut salah untuk berbicara
Dalam proses pembelajaran bahasa Arab, sering ditemukan siswi
yang masih takut untuk berbicara. Ini tidak terlepas dari faktor siswi yang
tidak membiasakan berbicara menggunakan bahasa Arab dan merasa gerogi
atau takut salah dalam berbicara bahasa Arab dan juga siswi takut salah
dalam menggunakan kaidah dalam kalimat-kalimat yang diucapkan.
3. Metode mengajar guru
Guru merupakan pelaku utama yang merencanakan, mengarahkan,
menggerakkan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran yang bertumpu
pada upaya memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada siswi dalam
menciptakan lingkungan berbahasa Arab. Selain sebagai orang yang
memiliki latar belakang pendidikan keguruan, guru juga dituntut untuk
memiliki keterampilan mengajar, memiliki pengetahuan terhadap karakter
para siswi dan materi ajar yang akan disampaikan kepada siswi, serta
mampu untuk menciptakan lingkungan pembelajaran bahasa Arab yang
efektif.
Adapun solusi atau upaya untuk mengatasi kendala-kendala yang
terjadi dalam pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Arab adalah
sebagai berikut:
1. Rendahnya minat belajar siswi dan siswi takut serta malu berbicara
bahasa Arab dalam proses pembelajaran karena kurangnya motivasi dari
pihak guru, maka guru harus membiasakan siswi untuk melatih
keterampilan berbicara bahasa Arab dengan cara menugaskan kepada
siswi untuk menghafal kosa kata secara intensif yang dituntut untuk
dihafal dalam waktu yang ditentukan, selanjutnya dituntut untuk
membuat kalimat dari kosa kata yang telah dihafal dan
memperagakannya, dengan itu siswi akan terbiasa berbica bahasa Arab.
2. Tidak adanya keseimbangan tingkat kecerdasan siswi dalam kelas studi
bahasa Arab. Kemampuan siswi bervariasi dan latar belakang siswi, ada
yang sebelumnya sudah mengenal bahasa Arab dan ada yang tidak
memiliki latar belakang belajar bahasa Arab. Hal guru harus pandai
mengatur bagaimana caranya agar yang tidak memiliki latar belakang
belajar bahasa Arab jadi cepat memahami bahasa Arab dengan cara
adanya kelas khusus dan intensif di luar jam pelajaran
BAB IV
PENUTU
P
A. Kesimpulan
Daftar Rujukan
2003)
Peter Salim dan Yeni Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontempores
(Jakarta: Modern English Press, 1991)