Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL PENELITIAN

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BAHASA ARAB MELALUI METODE


COMMUNITY LANGUAGE LERNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN
BERBICARA DI MA SYAIKH ZAINUDDIN NW ANJANI

Dosen Pengampu : Hamzani, M.Pd.I

Oleh :
M. RENDI KURNIAWAN
(2001020035)
HABIBATUL ISLAMIYAH
(2001020018)
LALU M. IBRAHIM KHOLIL
(2001020029)
HIDAYATUL ADZKIYA
(2001020021)
KHAIRUL MUTTAQIN
(2001020026)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB (PBA)

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM HAMZANWADI NW LOMBOK TIMUR

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


KATA PENGANTAR

‫الحمد هلل وكفي وسالم علي عباده الذين اصطفي رب زدني علما رب زدني علما رب زدني‬
‫علما يا ميسر يسر يا مدبر دبر يا مسهل سهل سهل علينا كل عسير بجاه البشير النذ ير‬

Puji dan syukur kami panjatkam kepada Allah SWT karena berkat rahmat, hidayah,
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan proposal penelitian dengan judul “
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BAHASA ARAB MELALUI METODE
COMMUNITY LANGUAGE LERNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN
BERBICARA DI MA SYAIKH ZAINUDDIN NW ANJANI ”.
Proposal penelitian ini disusun sebagai langkah awal dalam pembuatan atau
penulisann skripsi agar penelitian yang akan dilakukan dapat terlaksana secara sistematis dan
terarah. Penulisan proposal penelitian ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik
berupa dukungan moril maupun materil, sehigga dapat terselesakan sebagaimana mestinya.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kami menghaturkan terima kasih kepada :
1. Bapak Hamzani M.Pd,I selaku Dosen Pengampu yang telah memberikan tugas
pembuatan proposal penelitian dalam bentuk PTK (Penelitian Tindakan Kelas).
2. Teman-teman yang telah meluangkan waktunya membantu dengan sepenuh hati
sehingga proposal ini dapat dirampungkan.
Penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan dan
membutuhkan penyempurnaan setelahnya. Oleh karena itu, penulis berharap adanya saran
dan kritikan yang membangun dari semua pihak yang menelaah isi proposal ini.
Anjani, 7 Mei 2023

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kerangka Teori

B. Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Teknik Pengumpulan Data

B. Analisis Data

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti sistem lambang bunyi yang
arbitrer, yang di gunakan oleh suatu anggota masyarakat untuk bekerja sama,
berinteraksi dan mengidentifikasikan diri. Bahasa juga dapat di interpretasikan sebagai
alat komunikasi lisan maupun tulisan yang disampaikan untuk menyampaikan suatu
maksud tertentu. Menurut James A.F. Stoner, dalam bukunya yang berjudul Manajmen,
menyebutkan bahwa komunikasi adalah proses dimna seseorang berusaha memberikan
pengertian dengan cara pemindahan pesan. Komunikasi sebagai kegiatan berbahasa
secara lisan disebut berbicara. Sedangkan berbicara merupakan salah satu tujuan dari
pembelajaran bahasa1.
Dan salah satu basa yang paling popular di Indonesia selain bahasa Inggris adalah
bahasa Arab. Bahasa Arab di Indonesia sering diterapkan di madrasah-madrasah atau
sekolah-sekolah yang pelajarannya berbasis islam karena bahasa Arab merupakan bahasa
pokok serta ciri khas didalam mempelajari buku-buku dan kitab-kitab yang bertulisan
Arab untuk mendalami agama islam. Bahasa Arab merupakan bahasa yang paling tua
dan tetap eksis sampai saat ini. Bahasa Arab tetap eksis sampai sekarang disebabkan oleh
posisinya sebagai bahasa yang dipilih oleh Allah sebagai nahasa kitab suci Al-Qur’an
dan sebagai bahasa agama dalam beribadah kepada Allah Swt.
Bahasa arab merupakan bahasa internasional yang diakui dunia setelah bahasa
inggris. Meskipun diakui sebagai bahasa kitab suci ummat Islam namun tidak
berpengaruh secara segnifikan terhadap sikap dan keterampilan belajar bagi peserta
didik. Dalam pembelajaran bahasa arab, ada empat kererampilan yang harus dikuasai
oleh peserta didik, yaitu: Maharah Istima’, Maharah Kalam, Maharah Qiraah dan
Maharah Kitabah. keempatbmaharah tersebut harus diajarkan sesuai dengan fungsi dan
konteksnya. Sehingga proses pembelajaran bahasa Arab dapat berjalan dengan baik
sesuai yang diharapkan. Pengajaran bahasa arab dilakukan guna mencapai tujuan
pengajaran tersebut dirumuskan sedemikian rupa sehingga tujuan pengajaran yang
diinginkan tercapai dengan baik2.

1
Widjaya, Kominikasi dan Hubungan Masyarakat, Jakarta, 2010. hlm: 8
2
Syrifah Hanum, Rahmawati, Implementasi Pendekatan Fungsional Dalam Pembelajaran Bahasa Arab Melalui
Metode Community Language Learning, UIN Sunan Kalijaga, Yogjakrta, 2019. hlm: 328
Selama ini muncul anggapan bahwa bahasa Arab adalah bahasa yang rumit untuk
dpelajari, bahkan menjadi pelajaran yang sangat ditakuti bagi para siswa. Anggapan
tersebut pada akhirnya menjadi kendala dalam proses pembelajaran bahasa Arab.
biasanya kesulitan yang banyak dihadapi semua peserta didik adalah kurangnya
kemampuan dalam berbicara bahasa Arab. dalam hal ini, tentunya pendidik tidak hanya
menyampaikan materi semata, namun seorang pendidik harus memperhatikan metode,
teori serta pemanfaatan sumber belajar.
Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan. segala sesuatu
yang diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian,
kegitan belajar mengajar yang bagaimnapun juga ditentukan dari baik atau tidaknya
program pengajaran yang telah dilakuakan dan akan berpengaruh pada tujuan yang akan
dicapai. Belajar mengajar bkanlah proses dalam kehampaan, akan tetapi berproses dalam
kemaknaan, di dalamnya ada sejumlah nilai yang disampaikan kepada peserta didik. Dan
nilai-nilai itu tidak datang dengan sendirinya, akan tetapi datang dari berbagai sumber
agar bisa dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar.
Pelajaran bahasa komunitas, didasarkan pada teknik-teknik terapi yang di ambil
dari bidang konseling psikologis. pendekatan yang dikembangkan menekannkan pada
perlunya memandang pembelajaran sebagai “manusia utuh” dan bukan sekedar
“makhluk kogitif”. Pengajar perlu memperhatikan kebutuhan masing-masing individu
dari ketakutan, masalah dalam pembelajaran peserta didik. Dengan membangkitkan
perasaan diterima oleh lingkungan (sense of community) dalam diri peserta didik, maka
guru bisa mengarahkan energy positif siswa agar terarah pada pembelajaran bahasa.
Guru dalam hal ini bertindak sebagai “konselor” yang memungkinkan siswa untuk
mengekpresikan apapun yang ingin mereka katakana dalam bahasa target3
Dalam kenyataannya di sekolah terutama di madrasah, masih banyak
pembelajaran bahasa Arab menggunakan metode pembelajaran yang masih konvesional.
Disini peneliti mengambil contoh dari pengalaman peneliti sendiri selama bersekolah di
Madrasah Aliah Program Khusus (MAPK) ditambah juga dari data yang peneliti ambil
dari siswa-siswi yang sedang menempuh sekolah di sana yang metode pembelajaran
bahasa Arabnya masih menggunakan metode konvesional. Yang dimna pada metode ini
masih bagus untuk di gunakan dan lanjutkan dalam mengajarkan peserta didik berbahasa
Arab, namun akan lebih baiknya lagi apabila metode ini dikembangkan, karena kalau

3
Syukur Gazali,Pembelajaran Keterampilan Berbahasa dengan endekatan Komunikatif-Interaktif, Bandung,
2010. hlm: 99
hanya metode tersebut saja yang digunakan maka akan membuat beberapa peserta
kurang semangat dalam mempelajari bahasa Arab dan akan menjadi kuranag perhtian
dalam memerhatikan penyampaian pengajar di dalam kegiatan dan pembelajaran secara
formal maupun non-formal. Oleh karena itu, diantara empat keterampialan dalam belajar
bahasa arab, peneliti memilih Maharah Kalam agar sesuai dengan perbincangan sekilas
dengan pengajar bahasa Arab bahwa tujuan pembelajaran tersebut adalah peserta didik
terbiasa berbicara menggunakan bahasa arab dan mampu memahami apa yang
disampaikan oleh pengajar dengan menggunakan bahasa arab.
Proses pembelajaran akan efektif apabila memanfaatkan berbagai prasarana yang
tersedia termasuk memanfaatkan berbagai sumber belajar dan metode yang tepat 4. Oleh
karena itu Peneliti sangat tertarik untuk memilih metode Community Language Learning
yang ditetapkan diluar kelas agar peserta didik saling belajar dalam komunitasnya dan
saling bekerja sama. Oleh kaena itu, peneliti ingin mengajak peserta didik belajar di luar
kelas. dari uraian yang telah dipaparkan itu, peneliti tertarik mengankat judul:
“Efektivitas Pembelajaran Bahasa Arab Melalui Metode Community Language Lerning
Dalam Meningkatkan Kemampuan Berbicara”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan oleh peneliti, maka rumusan
masalah yang dapat diajuakan sebagai berikut: Apakah Metode Community Language
Learning efektif terhadap peningkatan kemampuan berbicara bahasa Arab di MA Syaikh
Zainuddin NW Anjani ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keefektifan Metode Community
Language Learning dalam pembelajaran bahasa Arab di MA Syaikh Zainuddin NW
Anjani terhadap peningkatan kemampuan berbicara siswa.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini dapat berupa manfaat teoritis dan
praktis sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Secara teori ada tiga manfaat yang didapatkan yaitu:
a. Hasil penelitian ini dapat memberikan konstribusi bagi madrasah tentang
pembelajaran bahasa arab dengan metode community language learning sebagai
upaya meningkatkan kemampuan berbicara siswa dalam berbahasa arab.
4
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta, 2010. hlm: 32
b. Tambahan bagi khazanah pengetahuan berupa metode pembelajaran yang dapat
meningkatkan kemampuan mereka dalam berbicara bahasa arab sehingga dapat
meningkatkan mutu pendidikan.
c. Meningkatkan kemampuan siswa-siswi dalam berbicara bahasa arab serta
peningkatan penguasan materi dalam pembelajaran.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat memberikan konstribusi langsung baik bagi siswa, guru,
sekolah maupun peneliti sendiri sebagaimana dijabarkan sebagai berikut:
a. Memudahakan siswa dalam mengembangkan pikiran, gagasan atau ide kreatif
dalam meningkatkan kemampuan berbicara bahasa arab.
b. Meningkatkan keterampialan siswa dalam mengingat dan memperbanyak kosa kata
bahasa arab, sehingga mempermudah dalam berkomunikasi dengan menggunakan
bahasa arab.
c. Memberikan pembelajaran aktif, mengasikkan serta memberikan kepuasa bagi
peserta didik dari segi materi maupun wawasan berfikir.
d. Diharapkan metode ini mampu meningkatkan semangat peserta didik dalam
berbicara menggunakan bahasa arab.
e. Dengan metode ini, juga diharapkan agar peserta didik dapat bekerja sama
membangun solidaritas antar mereka dengan berkomusikasi menggunakan bahasa
arab.
f. Membeikan jalan alternatif bagi guru dalam memilih metode pembelajaran bahasa
arab bagi siswanya
g. Wawasan tambahan bagi guru tentang penggunaan metode pembelajaran serta
sebagai ranah intropeksi sejauh mana peran guru dalam meningkatkan kemampuan
siswanya dalam berbicara dengan menggunakan bahasa arab.
h. Memberikan sumbangsih yang bernilai baik bagi madrasah dalam rangka
penyempurnaan kurikulum pendidikan khususnya dalam pembelajaran bahasa
arab.
i. Pengalaman dan pembelajaran bagi peneliti dalam mengembangkan metode
pembelajaran bahasa Arab dan memperbaiki mutu pembelajaran.

BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kerangka Teori
1. Efektivitas
Pengertian efektivitas secara umum menunjukkan samapai seberapa jauh
tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal ini sesuai dengan
pengertian efektivitas menurut Hidayat yang menjelaskan bahwa:
Efektivitas adalah Suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target
(kuantitas, kualitas, waktu) telah tercapai. Yang dimana makin besar persentase
target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya.
Sedangkan efektivitas menurut Prasetyo Budi Saksono adalah seberapa besar
tingkat keletakan output yang dicapai dengan output yang diharapkan dari sejumlah
input.
Pendapat lain juga mengatkan bawa efektivitas adalah bagaimana suatu
organisasi berhasil mendapatkan dan memanfaatkan sumber daya dalam usaha
mewujutkan tujuan operasional. Efektivitas sering kali berkaitan erat dengan
perbandingan antara tingkat pencapaian tujuan dengan rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya, atau perbandingan hasil nyata dengan hasil yang direncanakan5.
Dari semua pengertian tentang efektivitas yang telah terpaparkan diatas maka
dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa
jauh target (kuantitas, kualitas, waktu) yang telah di capai dengan manajemen, yang
pada awalnya target tersebut teleh ditentukan sebelumnya.
2. Pembelajaran Bahasa arab
Pembelajaran diambil dari kata “belajar” yang merupakan hal yang wajib
dilakukan oleh subjek dan objek pendidikan yaitu manusia itu sendiri. Karena pada
kenyataannya, manusia belajar setiap hari dikehidupan ini hanya untuk
keberlangsungan hidup sebagai makhluk yang bereksistensi6. Menurut WS. Winkel,
belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi
aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sebuah perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, keterampialan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan
berbekas7.

5
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Remaja Rosdakarya, Bandung (2003), Hlm. 82.
6
Abd. Muhith, Metodologi Pembeljaran Bahasa Arab, Interpena, Hlm. 11.
7
Winkel WS, Psikologi Pengajaran, Media Abadi, Yogyakarta (1998), Hlm. 59.
Dalam berbicara menggunakan bahasa asing, kita tidak hanya menggunakan
kata atau kosa kata yang telah kita hafal kemudian kita susun menjadi suatu kalimat
tanpa memperhatikan gramatika dari bahasa asing tersebut. Oleh sebab itu kita perlu
menguasai gramatika bahasa tersebut demi menciptakan kalimat-komukisai yang
bisa difahami oleh orang yang kita ajak berkomunikasi. Dalam bahasa arab kita
diperkenalkan dengan gramtika atau sistematika pengolahan kalimatnya menjadi
kalimat yang sempurna artinya bisa dipahami oleh orang yang kita ajak komunikasi
atau yang mendengar.
Didalam berbahasa arab ada empat keterampilan yang harus kia kuasai8:
1) Keterampilan menyimak (Al-Istima’)
Menyimak merupakan kemampuan yang memungkinkan seseorang
pemakai bahasa untuk memahami bahasa yang digunakan secara lisan.
Menyimak dengan baik adalah keterampilan dasar dalam mempelajari bahasa
asing atau bahasa ibu. sehingga seseprang yang belum memiliki kemampuan ini,
maka ia tidak dapat mempelajari bahasa dengan baik dan berkurang
kemampuannya. Para ahli linguistic membedakan antara mendengar (sima’),
menyimak (istima’) dan mendengar dengan serius (inshot). Mendengar
hanyalah menerima suara yang tanpa adanya perhatian dan unsure kesengajaan,
seperti suara bising atau hiruk pikuk di jalan raya. Sedangkan menyimak adalah
menuntut adanya kesengajaan dan perhatian dalam mendengar segala sesuatu,
dan mendengar dengan serius adalah tingkatan lebih di atas menyimak yang
menuntut konsentrasi dan perhatian yang lebih pada pembicaraan si penutur.
Abdul Majid Sayyid Ahmad Mansur mendefinisikan istima’ adalah
Proses mendengarkan dengan serius (inshat) kode-kode bahasa yang diucapkan
kemudian ditafsirkan. Lebih lanjut bliau jelaskan bahwa ada empat unsure yang
dalam menyimak yang mana keempat unsure tersebut harus saling mengisi dan
tidak boleh dipisah-pisahkan, yaitu:
a) Memahami makna secara umum
b) Menafsiri pembicaraan dan berinteraksi
c) mengevaluasi dan mengkritik pembicaraan
d) menggabungkan isi yang diterima dengan pengalaman individu yang telah
dimiliki.

8
Abd. Wahab Rasyid, Mamlu’atul Ni’mah, Memahami Konsep Dasar Pembelajaran Bahasa Arab, UIN Malik
Press, Malang (2011), Hlm. 83-99.
Selain dari pada itu ada beberapa tujuan yang segnifikan yang
disebutkan oleh Akhmad Fuad Ulyan:
a) Mampu menyimak, perhatian dan terpokus pada materi yang didengar
b) Mampu mengikuti apa yang didengar dan menguasainya sesuai dengan
tujuan menyimak
c) Mampu memahami apa yang didengar dari ucapan penutur dengan cepat
dan tepat
d) Menanamkan kebiasaan mendengar sesuai dengan nilai-nilai social dan
pendidikan yang sangat penting
e) Menanamkan segi keindahan pada saat menyimak
f) Mampu mengetahui makna kosa kata sesuai denagan bentuk perkataan yang
didengar
g) Mampu menetapkan kebijaksanaan atau perkataan yang didengar dan
menetapkan keputusan yang ssuai.
2) Keterampilan berbicara (Al-Kalam)
Keterampilan berbicara adalah keterampilan yang paling penting dalam
berbahasa. Sebab berbicara adalah baagian dari keterampilan yang dipelajari
oleh para peserta didik, sehingga keterampilan berbicara dianggap sebagai
bagian yang sangat mendasar dalam mempelajari bahasa asing.
Yang dimaksud dengan kalam adalah pengucapan bunyi-bunyi
berbahasa arab dengan baik dan benar sesuai dengan bunyi-bunyi yang berasal
dari makhraj yang dikenal oleh para linguistik. Adpun tujuan pembelajaran
kalam adalah sarana berinteraksi dengan orang lain dan memahami apa yang
diinginkan penutur. pembelajaran ini dimulai setelah peserta didik mngetahui
huruf-huruf bahasa arab, mengetahui perbedaan antara bunyi huruf satu dengan
yang lainnya yang berbeda.
3) Keterampilan membaca (Al-Qira’ah)
Keterampilan membaca merupakan materi teroenting diantara materi-
materi pelajaran. Peserta didik yang unggul dalam pelajaran membaca meraka
unggul dalam pelajaran yang lain pada semua jenjang pendidikan. Membaca
adlah kegiatan yang meliputi pola berfikir, menilai, menganalisa dan
memecahkan masalah.
Membaca adalah melihat dan memaahami isi dari apa yang tertulis
dengan melisankan atau didalam hati dan mengeja atau melafalkan apa yang
tertulis. Jadi membaca mencakup dua kemahiran sekaligus yaitu mengenali
symbol-simbol tertulis yang ada didalamnya dan memahami isinya.
Membaca dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu:
a) Membaca dari segi penyampaian ada dua:
i. Membaca nyaring (qira’ah jahriyah) yaitu membaca dengan
menekankan kepada aktifitas anggota bicara: lisan, bibir, tenggorokan
untuk mengeluarkan bunyi.
ii. Membaca dalam hati (qira’ah shomitah) yaitu membaca dengan
melihat huruf dan memahami makna bacaan tanpa aktifitas organ
bicara
b) Membaca dari segi bentuknya
i. Membaca intensif (qira’ah mukatstsafah) yang mempunyai karakteristik
(1)Dilakuakan de kelas bersama pengajar, (2)Bertujuan untuk
meningkatkan keterampilan, utamanya dalam membaca dan
memperbanyak perbendaharaan kata serta menguasai tata bahasa yang
dibutuhkan dalam membaca, (3)Pengajar mengawasi dan membimbing
kegiatan itu serta memantau kemajuan peserta didik.
ii. Membaca ekstensif (qira’ah muwassa’ah) yang mempunyai karakteristik
(1)Kegiatan membaca dilakukan di luar kelas, (2)Tujuannya untuk
meningkatkan pemahaman isi bacaan, (3)Sebelum kegiatan dilakukan
pengajar mengarahkan, menentukan materi bacaan dan
mendiskusikannya.
4) Keterampilan menulis (Al-Kitabah)
Menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa.
Menurut Rusyana menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola
bahasa secara tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan atau pesan.
Sedangkan Taringan mendefinisikan menulis sebagai proses menggambarkan
suatu bahasa sehingga pesan yang disampaikan penulis dapat difahami
pembaca. Kedua pendapat tersebut sama-sama mengacu kepada menulis sebagai
proses melambangkan bunyi-bunyi ujaran berdasarkan aturan-aturan tertentu.
Srtinya segala ide, fikiran dan gagasan yang ada pada penulis disampaikan
dengan cara menggunakan lambing-lambang tersebutlah pembaca dapat
memahami apa yang dikomunikasikan penulis.
Sebagai bagian dari kegiatan berbgasa, menulis berkaitan erat dengan
aktifitas berfikir. Keduanya saling melengkapi. Sehubungan dengan itu,
menulis dan berfikir merupakan dua kegiatan yang dilakukan dengan cara
bersama dan berulang-ulang. Tulisan adalah wadah yang sekaligus meruoakan
hasil dari pemikiran.
3. Metode Pembelajaran
Metode adalah rencana menyeluruh penyajian bahasa secara sistematis
berdasarkan pendekatan yang ditentukan. Dalam bahasa arab, istilah yang sering
dipakai untuk menunjuk kata metode adalah tariqah9. Kurang efektifnya
pembelajaran bahasa arab yang ada disekolah maupun pondok pesantren desebabkan
karena pendekatan atau metode yang digunakan kurang sesuai dengan karakter dan
jiwa peserta didik. Padahal adanya metode dalam suatu pembelajaran memiliki
fungsi yang sangat urgen, sebagaimana yang dikatakan oleh Mahmud Yunus: At-

Tariqah Ahammu Minal-Maddati (‫املدة‬ ‫)الطريقة أهم من‬, yang artinya: “Metode lebih
penting ketimbang materi”.
Adapun menurut Muhammad Surya, Pelajaran merupakan suatu proses
perubahan yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku dan
sifat yang baru secara keseluruhan sebagai hasil dan pengalama individu itu sendiri
dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa dalam proses pembelajaran
siswa-siswi berada pada posisi proses mental aktif, dan guru berfungsi
mengkondisikan proses terjadinya pembelajaran10.
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru untuk menyampaikan
pelajaran kepada peserta didik, dikarenakan penyampaian itu berlangsung dalam
interaktif edukatif, metode pembelajaran dapat di maknai sebagai suatu cara yang
digunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat
berlangsungnya pembelajaran11. Dengan demikian, metode pembelajaran adalah alat
untuk menciptakan proses belajar mengajar12.

9
Suja’I, Inovasi Pembelajaran Bahasa Arab Strategi dan Metode Pengembangan Kompetensi, Walisongo Press,
Semarang (2008), Hlm. 31.
10
Isjani, Efektivitas Model Cooperative learning, Repository Universitas Of Riau, Pekanbaru (2009), Hlm. 73.
11
Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, CV. Pustaka Setia, Bandung (2010), Hlm. 80.
12
Departemen Agama RI, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam,
Jakarta (2002), Hlm. 88.
Dari beberapa pengertian yang telah dipaparkan tersebut, dapat disimpulkan
bahwa metode pembelajaran adalah suatu tatacara bagaimana guru mengajar di
dalam kelas.
4. Community Language Learning
Metode adalah langkah-langkah umum tentang penerapan teori-teori yang
ada pada pendekatan tertentu. Metode jauh lebih operasional daripada pendekatan,
sebab metode sudah menginjak ke tingkat pelaksanaan dilapangan. Community
Language Learning adalah sebuah metode yang diperkenalkan oleh Carles A.
Curran. Curran bukan ahli bahasa, melainkan ia adalah ahli psikologi yang
mengambil spesialisasi penyuluhan. Dari hasil pengalamannya dibidan penyuluhan,
akhirnya curran menciptakan metode yang diberi nama: Counseling Learning
Method atau di sebut juaga Community Language Learning. Metode ini lahir dari
humanistic yang memperlakukan manusia secara utuh dengan melalui pendekatan
konseling13. Dalam belajar mengajar bahasa, guru bisa disebut sebagai konselor,
sedangkan murid disebut klien, maka guru berperan sebagai penyuluh bahasa.
Maka silabus ini disesuaikan dengan kondisi dari pembelajaran dan terdiri
dari lima tahapan:
a. Tiap peserta didik mengekspresikan dirinya dalam bahasa pertama kepada
konselor tentang apa yang ingin dia sampaikan kepada teman kelasnya atau kepda
kelompoknya. Guru menerjemahkan maksud peserta didiknya kedalam bahasa
target, lalu siswa mengulang contoh dari guru tadi dan merekamnya di tape
recorder. Teman sekelasnya yang ingin menjawab ekspresi dari peserta didik tadi
bisa mengatakannya pada gurukonselor, yang juga akan menerjemahkannya
untuk peserta didik kedua ini juga untuk ditirukan dan direkam di tape recorder.
Dengan cara ini, keseluruhan dialong dalam satu sesi itu akan direkam. Kaset
rekaman ini kemudian digunakan pada sesi berikutnya untuk digunakan sebagai
input lakukan analisis bahasa atau untuk praktik bahasa.
b. Peserta didik berusaha untuk berbicara secara langsung kepada kelompok yang
dimana bantuan guru dikurangi. Guru hanya membantu tatkala peserta didik ragu-
ragu atau meminta bantuannya.
c. Peserta didik bebicara secara langsung kepada kelompok dalam bahasa target.
dalam tahap ini pembelajar sudah memiliki rasa percaya diri dan kemampuan

13
Nanang Kosim, Ami Gusmiati, Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban, Bandung (2018), Vol.
2.
bahasa yang lebih besar dari tahap-tahap sebelumnya, baik dari segi kosa kata,
tata bahasa maupun fungsi bahasa. Terjemahan dilakukan gur jika hanya teman
kelas yang memintanya.
d. Peserta didik berbicara langsung kepada kelompok dengan menggunakan
struktur-struktur bahasa yang lebih kompleks dan telah merasa cukup percaya diri
sehingga tidak takut lagi kalau dikoreksi kesalahan tata bahasa atau pengucapan
oleh guru.
e. Pesertadidik berintraksi dengan teman kelas dan dengan guru secara bebas.
Masukan beberapa koreksi hanya diberikan oleh guru untuk menambah idiom dan
memperbaiki gaya bahasanya saja. Tidak ada individu yang merasa terancam
karena mereka kurang mampu di dalam kelompok. Suasananya adalah suasana
salimg percaya, saling menerima dan saling memahami. Peserta didik bahakan
dapat menjadi konselor bagi peserta didik lainnya yang masih berada dalam tahap
1, 2 dan 314.
Ada beberapa istilah tahapan yang disebut oleh Paul G. La. Porge yaitu
sebagai berikut:
a. Embrionic Stage. Pada tahap ini peserta didik bergantung penuh kepada guru.
b. Self-assertion Stage. Pada tahapan ini peserta didik mulai mempunyai keberanian
berbicara karena beberapa kata dan prase mulai tersimpan dalam otak.
c. Saparated Existence stage. Pad tahap ini timbul rasa ketidakketergantungan
peserta didik kepada orang lain, jika ada sedikit kesalahan, maka gurudapat
memperbaikinya.
d. Reversal Stage. Pada tahap ini kebutuhan peserta didik pada guru hanya berupa
idioms dan beberapa ekspresi serta tata bahasa yang pelik.
e. Independen Stage. Pada tahap ini peserta didik mulai memiliki kemandirian
penuh. Ia berkomunikasi secara bebas dengan bahaa asing15.
Sesuai perannya sebagai penyuluh bahasa, metode ini memberikan langkah-
langkah atau teknik-teknik aplikatif yang di ambil guru dalam mengajar bahasa
asing sebagai berikut:
a. Sebagai pendahuluan, Guru menyediakan peralatan yang akan diguankan di
dalam proses belajar mengajar, terutama alat perekam suara (tape recorder) untuk
14
Syukur Gazali, Pembelajaran Keterampilan Berbahasa dengan Pendekatan Komunikatif-Interaktif, Rafika
Aditama, Bandung (2010), Hlm. 99-100.
15
Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung (2011), Hlm.
209.
merekam percakapan para peserta didik, selanjutnya guru membagi para peserta
didk menjadi kelompok-kelompok kecil, minsalnya 5-10 0rang per kelompok
arag program pembelajaran bahasa asing yang bersangkutan menjadi lebih
efektif.
b. Guru member kesempatan kepada setiap kelompok untuk memnentukan topik
yang akan dipelajari secara consensus. Sesudah mereka menyiapkan diri, mereka
diminta untuk merekam suaranya. Setiap pelajar diberi kesempatan secara
bergiliran untuk menyatakan sesuatu dan guru member terjemah setiap kalimat
yang diminta.
c. Setelah rekaman percakapan selesai dengan waktu yang ditentukan (minsalnya 25
menit), rekaman diputar kembali agar mereka dapat mendengarkannya.
Pemutaran rekaman ini tidak dilangsungkan semuanya, melainkan ujaran demi
ujaran, agar para peserta didik dapat mendengarkan secara jelas.
d. Sesudah setiap ujaran diperdengarkan, guru memberikan kesempatan kepada para
peserta didik untuk mengusulkan perbaikan jika ada kesalahan yang mereka
lakukan.
e. Pada pertemuan berikutnya, para peserta didik disuruh untuk mendengarkan
kembali rekaman tersebut, selanjutnya mereka disuruh untuk menulis transkripsi
rekaman dengan kerja sama. Transkripsi ini selanjutnya dibaca oleh guru, ia dpat
menentukan aspek-aspek struktur bahsa yang harus dipelajari ulang. Percapan
yang dikemukakan oleh para peserta didik tentu banyak sekali ragamnya, maka
guru harus menekankan jenis ungkapan yng mengandung stuktur-struktur yang
dibutuhkan saja. (minsalnya pertanyaan yang memerlukan jawaban “ya” atau
“tidak”, pertanyaan yang memerlukan jawaban penjelasan dan pertanyaan tentang
waktu dan sebagainya).
f. Dalam mengembangkan struktur tersebut, guru dapat menyuruh para peserta
didik untuk mengubah bentuk kalimat yang telah mereka buat kedalam bahasa
lainya. Minsalnya dari kalimat berita menjadi kalimat pertanyaan atau sebaliknya,
dari kalimat aktif menjadi pasif atau sebaliknya. selain itu guru juga dapat
member latihan kedalam bentuk lain, minsalnya menyuruh menerjemahkan
kalimat-kalimat yang menarik kedalam bahasa asing yang dipelajari. Jika dalam
latihan ini para peserta didik membutuhkan kosa kata, maka guru dapat
membntunya.
g. Sebagai penutup, guru dapat mempraktikkan struktur-struktur yang telah
dipelajari kedalam ungkapan-ungkapan bebas sesuai keinginan para peserta didik
untuk memantapkan penguasaan mereka terhadap materi.
Ada beberapa hal yang merupakan kelebihan dan kekurangan metode
Community Language Learning.
Diantara kelebihannya adalah:
a. Adanya aktivitas amandiri peserta didik dalam mengikuti proses belajar
mengajar.
b. Belajar bahasa asing dilakukan dengan kerja sama. Cara ini akan menghasilkan
suasana yang sehat dan mengurangi rasa rendah diri pada peserta didik yang
lambat belajar.
c. Sejak permulaan proses belajar mengajar, para peserta didik sudah dilibatkan
untuk saling berkomunikasi timbale balik dan menggunakan kemampuan kognitif
mereka untuk menerapkan kaidah-kaidah bahasa.
Diantara kekurangannya adalah:
a. Pada permulaan pengajaran, guru sudah menekankan para peserta didik untuk
membuat kalimat-kalimat sendiri. ini hanya dapat berjalan dengan lanjar jika para
peserta didik sudah memiliki pengetahuan tata bahasa dan kosa kata bahasa asing
yang sedang dipelajari. Jika guru selalu memberikan terjemahan, maka corak
penyajian cenderung berubah menjadi “penyajian terjemah”, maka guru akan
cenderung berperan sebagai “penerjemah”.
b. Materi pelajaran dalam metode ini berdasarkan proses, tidak berdasarkan isi,
maka akan sulit untuk dibukukan, karena setiap kelas akan memiliki materi yng
tidak sama. Atas dasar ini materi yang bisa disajikan untuk semua kelas hanya
mengenai struktur bahasa.
c. Peran guru bahasa sebagai penyuluh, yang dapat dikatakan tidak bisa dalam
pengajaran bahasa, guru hanya sebagai pemberi rasa aman. peran ini nampaknya
tidak akan memacu perkembangan kemmpuan berbahasa
d. Evaluasi kemajuan peserta didik (tes formatif) maupun evaluasi akhir program
(tes sumatif) mungkin lebih rumit dilakukan dibandingkan dengan evaluasi-
evaluasi dalam kelas biasa.
Dalam pandangan metode ini apa yang sebenarnya dipelajari oleh manusia
pada umumnya bersifat kognitif (pikiran) dan afektif (perasaan). Pelajaran disajikan
sedemikian rupa sehingga tercipta suasan yang memungkinkan pserta didik bahasa
berkomunikasi dan berinteraksi sesame peserta didik yang lainnya secara bebas16.
Disini dapat dilihat perkembangan bahasa client mulai ia dalam status “zero”
(bergantung penuh) sampai ke status “total independen” (tidak bergantung sama
sekali kepada orang lain) dalam berkomusikasi 17. Bahasa dimulai dari apa yang mau
dikatakan oleh peserta didik. Jika diperlukan terjemahan, guru dapat memberikan
terjemahan sesuai dengan permintaan. Peserta didik mengatakan apa-apa yang ingin
dikatakan dan guru menunjukkan kepadanya bagaimana mengatakan sesuatu sampai
akhirnya peserta didik merasa leluasa memakainya dan mampu menjawab
pertanyaan secara produktif.
B. Metodologi Penelitian
Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan oleh seorang peneliti untuk
mengumpulkan, mengklasifikasi dan menganalisis data yang ada ditempat penelitian
dengan menggunakan ukuran-ukurandan pengetahuan, hal ini dilakukan untuk mencari
dan mengungkap suatu kebenara.
Dalam metode penelitian, mempunai peran yang penting sehingga dapat
mencapai tujuan yang diinginkan, metode penelitian yang akan digunakan dalam
pnelitian ini sebagai berikut:
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang menggunakan data
kualitatif, yaitu suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang
bertujuan untuk menjelaskan berbagai kondisi, situasi atau berbagai variable yang
timbul dimasyarakat yang menjadi objek penelitian berdasarkan apa yang terjadi
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati
18
sehingga menggunakan pendekatan kuantitatif . Yang mana pada pendekatan
kuantitatif menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu situasi tertentu (konteks
tertentu) dan lebih banyak meneliti dalam kehidupan sehari-hari19.
2. Penetuan Subjek
Data penelitian ini digolongkan sebagai data primer dan data sekunder.
Adapun data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek yang diteliti
16
Abd Wahab Rosyidi, Mmlu’atul Nikmah, Memahami Konsep Dasar Pembelajaran Bahasa Arab, Hlm. 62.
17
Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya, Pustaka Pelajar, Yogyakarta (2010), Hlm, 27.
18
Prof. Dr. H.M. Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M.,M.Si, Metodologi penelitian kuantitatif, Aswaja Pressindo,
Yogyakarta (2015), Hlm. 79.
19
Prof.Dr. Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung (2012), Hlm.
24.
dengan cara mewawancarai guru dan siswa-siswi20 MA Syaikh Zainuddin NW Anjani,
Kecamaan Suralaga, Kabupaten Lombok Timur dan data tersebut dapat direkam atau
dicatat oleh peneliti.
Sedangkan data sekunder adalah data sekunder yang berupa data-data yang
sudah tersedia dan dapat diperoleh oleh peneliti dengan membaca, melihat atau
mendenganrkan21. Data ini biasanya berasal dari dta primer yang sudah diolah oleh
peneliti sebelumnya termasuk dalam kategori data tersebut adalah:
a) Data berbentuk teks meliputi dokumen, pengumuman, surat-surat dan sepanduk.
b) Data berbentuk gambar meliputi foto, animasi dan billboard.
c) Data berbentuk suara yakni hasil rekaman kaset
d) Kombinasi teks, gambar dan suara, filem, video, iklan di televise dan lain
sebagainya22.
Pendapat lain juga mengatakan bahawa data sekunder adalah data yang
diperoleh melalui kepala sekolah dan karyawan 23, yang mana fungsinya pihak lain
tidak dapat diperoleh dari subjek penelitiannya, yaitu mereka para guru dan siswa-
siswi dianggap mampu untuk menjelaskan situasi dan kondisi sekolah.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Teknik Pengumpulan Data


Dalam pengumpulan data, penelitian ini menggunakan metode sebagai berikut:
1. Metode Interview
Interview atau yang sering kita sebut sebagai metode wawancara adalah proses
tanya jawab dalam sebuah penelitian yang berlangsung secara lisan anatar dua orang

20
Saefuddin Anwar, Metode Penelitian, Pustaka Pelajar, Yogyakarta (1999), Hlm. 91.
21
Adhi Kusumastuti, Ahmad Mustamil Khoiron, Metode Penelitian Kuantitatif, PT. Lembaga Pendidikan
Soekarno Pressindo (LPSP), Semarang (2019), Hlm. 34
22
Ibid, Hal. 34.
23
Saefuddin Anwar, Op. Cit, Hal. 91.
atau lebih, saling bertatap muka dan mendengarkan secara langsung informasi-
informasi yang diberikan. Adapun bentuk interview yang digunakan dalam penelitian
ini adalah interview bebas dan terpimpin atau sering disebut dengan interview
tercontrol atau controlled interview. Artinya peneliti bebas mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang terkait dengan penelitian24.
Metode ini digunakan untuk memperoleh data khusus berupa keterangan-
keterangan secara langsung dari pihak sekolah baik itu guru bahasa arab ataupun
siswa dan siswinya tentang pelaksanaan metode Community Language Learning
dalam meningkatkan kemampuan berbicara bahasa arab bagi siwa-siswi MAPK
Syaikh Zainuddin NW Anjani, Kecamatan Suralaga, Kabupaten Lombok Timur.
2. Metode Observasi
Metode observasi adlah suatu metode pengumpulan data dengan mengadakan
pengamatan dan pencatatan secara sistematik mengenai fenomena-fenomena yang
diselidiki25. Ada juga yang berpendapat bahwa metode observasi juga bisa dengan
cara memperhatikan dan menggunkan alat indra yaitu pengelihatan26.
Metode ini digunakan untuk mengamati dan mencatat situasi yang ada yaitu
letak geografis, sarana prasarana yang dimiliki dan letah gedung.
3. Metode Dokumentasi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Dokumentasi berasal dari kata
“Dokumen” yaitu surat yang tertulis atau tercetak yang dapat dipakai sebagai bukti
keterangan. Metode dokumentasi berarti cara memperoleh data dengan menyelidiki
benda-benda tertulis dan bergambar seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-
peraturan, notulen rapat, catatan harian dan gambar lokasi penelitian.
Dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data
berupa keadaan guru, murid gambaran umum MA Syaikh Zainuddin NW Anjani,
Kecamatan Suralaga, Kabupaten Lombok Timur.
4. Metode Tes
Yang akan dilakukan adalah dengan menguji kemampuan berbicara peserta
didik untuk melihat sejauh mana kelancaran mereka berbicara menggunakana bahasa
arab sesuai dengan metode yang diterapkan oleh guru pada sebelumnya dan gur akan

24
Ibid, Hlm. 123.
25
Ibid, Hlm. 98.
26
Suharsimi Ari Kunto,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, PT. Rineka Cipta, Jakarta (2010), Hlm.
34.
memberikan sekor kepada siswa-siswi sesuai kemampuan berbicara bahasa arab yang
mereka tunjukkan.
B. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh melaluai wawncara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain, sehingga dapat
mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Dilakukan
dengan mengorganisasikan data, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun ke dalam pola, memilih dan membuat kesimpulan27.
Dalam proses analisis data dilakukan secara simultan dengan pengumpulan data,
artinya peneliti dalam mengumpulkan data juga menganalisis data yang diperoleh di
lapangan. Aktivitas dalam analisis data yaitu: data reduction, data display dan
conclution drawing/verification28.
Dalam teknik analisis data, peneliti menggunakan teknik siteanalysis meeting:
1. Reduksi data
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian,
penyederhanaan, pengabstrakan dan transparansi data kasar yang muncul di lapangan.
oleh karena itu langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti adalah melakukan
perampingan data dengan cara memilih data yang penting kemudian
menyederhanakan dan mengabstraksikan. Dalam reduksi data ini, peneliti melakukan
proses living in (data yang terpilih) dan living out (data yang terbuang) baik dari hasil
pengamatan, wawancara maupun dokumentasi.
Proses reduksi data ini tidak dilakukan pada akhir penelitian saja, tetapi
dilakukan secara terus-menerus sejak proses pengumpulan data berlangsung karena
reduksi data ini bukanlah suatu kegiatan yang terpisah dan berdiri sendiri dari proses
analisis data, akan tetapi merupakan bagian dari proses analisis itu sendiri.
2. Sajian data (display data)
Display data merupakan suatu proses pengorganisasian data sehingga mudah
dianalisis dan disimpulkan. Penyajian data dalam penelitian ini berbentuk uraian
narasi serta dapat diselingi dengan gambar, skema, matriks, tabel, rumus, dan lain-
lain. Hal ini disesuaikan dengan jenis data yang terkumpul dalam proses pengumpulan
data, baik dari hasil observasi partisipan, wawancara mendalam, maupun studi
dokumentasi.

27
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Alfabeta, Bnadung (2009), Hlm. 334.
28
Ibid. Hlm. 91.
Penyajian data ini merupakan hasil reduksi data yang telah dilakukan
sebelumnya agar menjadi sistematis dan bisa diambil maknanya, karena bisaanya data
yang terkumpul tidak sistematis.
3. Verifikasi dan Simpulan Data
Verifikasi data simpulan merupakan langkah ketiga dalam proses analisis.
Kesimpulan yang pada awalnya masih sangat tentatif, kabur, dan diragukan, maka
dengan bertambahnya data, menjadi lebih grounded. Kegiatan ini merupakan proses
memeriksa dan menguji kebenaran data yang telah dikumpulkan sehingga kesimpulan
akhir didapat sesuai dengan fokus penelitian.
Simpulan ini merupakan proses re-check yang dilakukan selama penelitian
dengan cara mencocokkan data dengan catatancatatan yang telah dibuat peneliti dalam
melakukan penarikan simpulan-simpulan awal. Karena pada dasarnya penarikan
simpulan sementara dilakukan sejak awal pengumpulan data. Data yang telah
diverifikasi, akan dijadikan landasan dalam melakukan penarikan simpulan.
Simpulan awal yang telah dirumuskan dicek kembali (verifikasi) pada catatan
yang telah dibuat oleh peneliti dan selanjutnya menuju ke arah simpulan yang mantap.
Simpulan merupakan intisari dari hasil penelitian yang menggambarkan pendapat
terakhir peneliti. Simpulan ini diharapkan memiliki relevansi sekaligus menjawab
fokus penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Widjaya, Kominikasi dan Hubungan Masyarakat, Jakarta, (2010).

Syrifah Hanum, Rahmawati, Implementasi Pendekatan Fungsional Dalam Pembelajaran


Bahasa Arab Melalui Metode Community Language Learning, UIN Sunan Kalijaga,
Yogjakrta, (2019).
Syukur Gazali,P embelajaran Keterampilan Berbahasa dengan endekatan Komunikatif-
Interaktif, Bandung, (2010).

Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta, (2010).

E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Remaja Rosdakarya, Bandung (2003).

Abd. Muhith, Metodologi Pembeljaran Bahasa Arab, Interpena.

Winkel WS, Psikologi Pengajaran, Media Abadi, Yogyakarta (1998).

Abd. Wahab Rasyid, Mamlu’atul Ni’mah, Memahami Konsep Dasar Pembelajaran Bahasa
Arab, UIN Malik Press, Malang (2011).

Suja’I, Inovasi Pembelajaran Bahasa Arab Strategi dan Metode Pengembangan Kompetensi,
Walisongo Press, Semarang (2008).

Isjani, Efektivitas Model Cooperative learning, Repository Universitas Of Riau, Pekanbaru


(2009).

Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, CV. Pustaka Setia, Bandung (2010).

Departemen Agama RI, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Direktorat Jendral


Kelembagaan Agama Islam, Jakarta (2002).

Nanang Kosim, Ami Gusmiati, Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban,
Bandung (2018).

Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung
(2011).

Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
(2010).

Prof. Dr. H.M. Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M.,M.Si, Metodologi penelitian kuantitatif, Aswaja
Pressindo, Yogyakarta (2015).

Prof.Dr. Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya,


Bandung (2012).

Saefuddi Anwar, Metode Penelitian, Pustaka Pelajar, Yogyakarta (1999).


Adhi Kusumastuti, Ahmad Mustamil Khoiron, Metode Penelitian Kuantitatif, PT. Lembaga
Pendidikan Soekarno Pressindo (LPSP), Semarang (2019).

Suharsimi Ari Kunto,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, PT. Rineka Cipta,
Jakarta (2010).

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Alfabeta, Bnadung (2009).

Anda mungkin juga menyukai