MAKALAH
BAHASA INDONESIA
(Pemilihan dan Penggunaan Kata)
Kelompok 4 :
1. Marwiah
2. Alfira
3. Ummiana
FAKULTAS FAI
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
TAHUN AJARAN 2022-2023
2
KATA PEN6ANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan
hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah bahasa indonesia tentang
pemilihan dan penggunaan kata,yang mana referensinya berasal dari internet.Maksud
dan tujuan dari pembuatan makalah ini adalah guna mengetahui penjelasan tentang
pemilihan dan penggunaan kata dan semua yang berhubungan dengan pemilihan dan
penggunaan kata.
Tersebut.dan kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
membantu dalam pembuatan makalah ini.namun tentu saja makalah ini masih jauh
dari sempurna, untuk itukami sangat mengharapkan saran saran positif yang bersifat
membangun guna kesempurnaanmakalah ini.akhir kata, semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan juga bagi penulis pada khususnya.
Sekian dan terima kasih.
Jum'
at,07 Oktober 2022
Ke
lompok 4
3
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................4
A. Latar belakang masalah...........................................................................4
B. Rumusan masalah....................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................5
A. Kaidah makna..........................................................................................5
B. pengembangan kosa kata Bahasa Indonesia............................................6
BAB III PENUTUP.........................................................................................10
A. kesimpulan..............................................................................................10
B. Saran........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................11
4
BAB I. PENDAHULUAN
A. Kaidah Makna
Makna merupakan penentu informasi kebahasaan dapat dipahami, sebab
makna adalah penghubung antara bahasa dan dunia luar. (Aminuddin, 2015 : 53)
jika makna itu tidak diketahui maka dapat dipastikan informasi yang ingin
disampaikan oleh penutur baik secara lisan maupun tulisan tidak akan
tersampaikan, begitupun seseorang yang sedang mencari informasi dengan
perantara lambang-lambang bahasa baik dalam bentuk suara maupun tulisan
selama makna tidak dikatahui informasi tersebut tidak akan didapatkan.
Sementara bahasa adalah sarana utama untuk menyampaikan informasi,
sebagaimana definisi bahasa yaitu sistem suara yang diungkapkan oleh suatu
kaum untuk mengungkapkan maksud tujuannya (al-Hamdi, 2005 : 18)
Namun, dalam penelitian tentang makna terdapat beberapa masalah yang
sering dihadapi, di antaranya yaitu perubahan makna. Makna suatu lambang
bahasa nampaknya tidak selamnya tetap, ia terkadang berubah disebabkan oleh
berbagai faktor di sekitar bahasa itu. Ibrahim Anis mengatakan “Begitulah kita
dapati di tengah gelombang (perubahan budaya peny.) yang besar ini lafazh-
lafazh lama yang bermakna baru” (Umar, 1998 : 238)
Di antara perubahan makna yang sering terjadi antara lain adalah dalam
memahami lambang bahasa dalam dalil al-Quran dan as-Sunnah. Akan sering
dijumpai dalam buku-buku yang memuat kajian fiqih (yang bersumber dari
pemaknaan dalil al-Quran dan sunnah) dikotomi makna bahasa dan makna istilah
syariat, sebagai contoh, kata shalat secara bahasa berarti doa, namun secara
istilah syariat maknanya berubah menjadi ibadah khusus dan jelas yang dibatasi
waktunya menurut aturan syariat.(Anis, 1972 : 547) Begitu juga dengan makna
shaum atau shiyâm, Zakâh, Ziarah dan sebagainya yang masing-masing berubah
dari makna bahasa ke dalam makna yang diikat dalam konteks istilah syariat.
6
berdirinya Angkatan Pujangga Baru tahun 1933. Para pelopornya antara lain: Sutan
Takdir Alisjahbana, Armijn Pane, dan Amir Hamzah. Angkatan ini tampil dengan
tema : “Pembinaan bahasa dan kesusastraan Indonesia.”
Pada masa itu terjadi krisis terhadap keberadaan bahasa Indonesia. Kaum
penjajah (Belanda), berusaha mengganggu keberadaan bahasa Indonesia. Sehingga
sejumlah pakar bahasa Indonesia sepakat untuk mengadakan Kongres I Bahasa
Indonesia yang dilaksanakan di Surakarta (Solo) pada tanggal 25-28 Juni 1938.
Sejumlah pakar yang ikut ambil bagian dalam kongres tersebut antara lain: K. St
Pamoentjak; Ki Hadjar Dewantoro; Sanoesi Pane; Sultan Takdir Alisjahbana; Dr.
Poerbatjaraka; Adinegoro; Soekrdjo Wirjopranoto; R. P. Soeroso; Mr. Moh. Yamin;
dan Mr. Amir Sjarifudin. Kongres ini membahas bidang-bidang peristilahan, ejaan,
tata bahasa, dan bahasa persuratkabaran. Dari hasil kongres itu dapat disimpulkan
bahwa usaha pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara
sadar oleh cendekiawan dan budayawan Indonesia saat itu. Kongres ini berarti pula
sebagai cetusan kesadaran akan perlunya pembinaan yang lebih mantap terhadap
bahasa Indonesia.
2. Perkembangan Bahasa Indonesia pada Zaman Kemerdekaan
Bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945.
Keesokan harinya yaitu tanggal 18 Agustus ditetapkan Undang-Undang Dasar 1945.
Dalam pasal 36 bab XV UUD ‘45 berbunyi: “Bahasa negara ialah bahasa Indonesia.”
Pada tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan Ejaan Republik (Ejaan
Soewandi) sebagai pengganti Ejaan van Ophuijsen yang berlaku sebelumnya.
Ciri-ciri ejaan ini yaitu:
a) Huruf oe diganti dengan u pada kata-kata guru, itu, umur, dsb.
b) Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k pada kata-kata tak, pak, rakjat,
dsb.
c) Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2 seperti pada kanak2, ber-jalan2, ke-
barat2-an.
8
d) Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang
mendampinginya.
Peristiwa-peristiwa penting lainnya yang berkaitan dengan perkembangan
bahasa Indonesia pada zaman kemerdekaan sampai sebelum masa reformasi antara
lain: Kongres Bahasa Indonesia II di Medan pada tanggal 28 Oktober s.d. 2
November 1954 salah satu perwujudan tekad bangsa Indonesia untuk terus-menerus
menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai bahasa kebangsaan dan
ditetapkan sebagai bahasa negara.Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik
Indonesia H. M. Soeharto, meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan (EYD) melalui pidato kenegaraan di hadapan sidang DPR yang
dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No. 57, tahun 1972.Pada tanggal 31
Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan
Istilah resmi berlaku di seluruh wilayah Indonesia (Wawasan Nusantara).
3. Perkembangan Bahasa Indonesia pada Zaman Reformasi
Perkembangan bahasa Indonesia masa reformasi, diawali dengan Kongres
Bahasa Indonesia VII yang diselenggarakan di Hotel Indonesia, Jakarta pada tanggal
26-30 Oktober 1998. Kongres itu mengusulkan dibentuknya Badan Pertimbangan
Bahasa dengan ketentuan sebagai berikut.
Keanggotaannya terdiri dari tokoh masyarakat dan pakar yang mempunyai
kepedulian terhadap bahasa dan sastra.Tugasnya memberikan nasihat kepada Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa serta mengupayakan peningkatan status
kelembagaan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Selain itu sampai tahun 2007, Pusat Bahasa berhasil menambah kira-kira
250.000 kata baru. Dengan demikian, sudah ada 590.000 kata di berbagai bidang
ilmu. Sementara kata umum telah berjumlah 78.000. Namun, angin reformasi yang
muncul sejak tahun 1998 justru membawa perubahan buruk bagi bahasa Indonesia.
Kerancuan penggunaan bahasa Indonesia makin marak di era reformasi. Penggunaan
bahasa asing kembali marak dan bahasa Indonesia sempat terpinggirkan. Pada zaman
9
reformasi salah satu pihak yang memiliki andil dalam perkembangan bahasa
Indonesia adalah media massa baik cetak maupun elektronik. Tokoh pers Djafar
Assegaf menuding sekarang ini kita tengah mengalami “krisis penggunaan bahasa
Indonesia” yang amat serius. Media massa sudah terjerumus kepada situasi “tiada
tanggung jawab” terhadap pembinaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Media
massa kini cenderung menggunakan bahasa asing padahal dapat diterjemahkan ke
dalam Bahasa Indonesia.
10
A. Kesimpulan
Makna merupakan penentu informasi kebahasaan dapat dipahami, sebab
makna adalah penghubung antara bahasa dan dunia luar. Namun, dalam penelitian
tentang makna terdapat beberapa masalah yang sering dihadapi, di antaranya yaitu
perubahan makna. dikotomi makna bahasa dan makna istilah syariat, sebagai
contoh, kata shalat secara bahasa berarti doa, namun secara istilah syariat
maknanya berubah menjadi ibadah khusus dan jelas yang dibatasi waktunya
menurut aturan syariat.
Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Penerimaan tersebut tidak
terjadi begitu saja Ada beberapa tahapan proses penerimaan itu membutuhkan
waktu yang lama. Tahapannya meliputi Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia
pada Zaman Pra Kemerdekaan, Perkembangan Bahasa Indonesia pada Zaman
Kemerdekaan dan Perkembangan Bahasa Indonesia pada Zaman Reformasi.
B. Saran
Penulis mendapatkan pengalaman yang sangat berharga dalam pembuatan
makalah inimengenai pengetahuan diksi pilihan kata. Penulis menyarankan kepada
semua pembaca untuk mempelajari pengolahan kata dalam membuat kalimat. Dengan
mempelajari diksi diharapkan mahasiswa dan mahasiswi memiliki ketetapan dalam
menyampaikan dan menyusun suatu gagasan agar yang disampaikan mudah dipahami
dengan baik.
11
DAFTAR PUSTAKA