DISUSUN OLEH :
23234073
Sesi 202312340011
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah materi 10,11,
12,13 dan melatinkan naskah arab melayu dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
Dalam kesempatan ini juga kami berterima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah
Kami jauh dari kata sempurna dan merupakan angkah yang baik dari studi sesungguhnya.
Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami adanya kritik dan saran senantiasa
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................
BAB 1...........................................................................................................................................
PENDAHULUAN........................................................................................................................
BAB 2...........................................................................................................................................
ISI.....................................................................................................................................
TEKANAN KATA...................................................................................................
BAB 3
PENUTUP........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
Kodekologi adalah ilmukodeks. Kodeks adalah bahan tulisan tangan atau menurut The
New Oxford Dictionry (1928) “ gulungan atau buku tulisan tangan , terutama dari teks
teks klasik” kodekologi memperlajari mengenai semua aspek fisik dari naskah, antara lain
bahan, umur, tempat penulisan naskah, dan perkiraan penulis naskah. Kodekologi juga
merupakan bagian dari ilmu filologi. Dalam penelitian kodekologi akan dicari informasi
mengenai naskah tersebut dari kertas apa, berapa umur naskah tersebut, siapa penulis atau
penyalin naskah ,dimana naskah ditulis, naskah ditulis menggunakan apa, bagaimana cara
perawatan naskah, naskah ditulis dengan menggunakan aksara dan bahasa apa, serta
Kodekologi juga berhubungan erat dengan manuskrip. Manuskrip adalah tulisan tangan
asli yang berumur minimal 50 tahun dan punya arti penting bagi peradaban, sejarah
,kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Tentunya sebagai seorang ilmuwan ata pustakawan
tentu kita harus melihat dari segi 18 aspek (bentuk naskah, ukuran naskah, huruf aksara)
D. Bagaimana dengan vokal dan harakat dari bacaan arab melayu tersebut?
E. Bagaimana pula penggunaan huruf waw, alif dan ya secara panjang dan
tekanannya?
E. Agar mahasiswa mengetahui letak perbedaan setiap huruf dan cara bacanya
F. Agar mahasiswa mengetahui huruf huruf apa saja yang digunakan dalam
penulisannya
BAB 2
PEMBAHASAN
MELAYU
A. AKSARA/EJAAN DAN TULISAN NASKAH
menyebabkan generasi
Melayu tidak segera bisa tergali. Hanya dengan mengenal dan memahami karakter
dalamnya akan terpecahkan. Berikut adalah beberapa kaidah Aksara Arab Melayu
NASKAH
Abjad Arab adalah deretan konsonan yang baru berbunyi vokal jika diberi
Bahasa Arab termasuk rumpun bahasa yang lain sekali dengan bahasa Melayu.
awal sebuah teks di mulai dari kanan. Hal ini juga berlakuuntuk bahasa Melayu;
syair, jenis puisi yang terdiri atas empat baris sebait dengan persajakan akhir aaaa,
yang ditulis berkolom tetap mengikuti baris yang sama (baris satu dan tiga di
kanan, baris2dan 4 di kiri. Karena itu harus dibaca mengikuti baris-baris yang ada,
dari kanankekiri. Pada hal kolomnya berbeda. Berikut ini adalah abjad Arab-
murni.
danbahasaMelayu.
3. 14 huruf diadaptasi oleh orang Melayu sekaligus dengan kosa kata Arab,
4. Di antara 33 huruf itu. Huruf چca, ڠnga, ڨpa, ݢga dan پnya tidak
terdapat padahuruf abjad Arab dan dibentuk sendiri oleh orang Melayu
bertitik tiga).
5. Huruf ثtsa, حha, خkha, ذdzal, زzai, شsyin, صshad, ضdhad, طtha,
ظzha, عaindan غghain, فfa, قqaf. Tidak terdapat dalam kata Melayu
murni sebaliknya hanyatampil dalam pungutan dari bahasa Arab dan Parsi.
6. Semua huruf bisa dirangkaikan dengan huruf lain, baik ke kiri maupun ke
kanankecuali اalif , دdal, ذdzal, رra, زzai dan وwau. Huruf-huruf itu
hanya dapat dirangkaikan dari kanan tetapi tidak pernah ke kiri. Namun, di
DIDALAM KATA
semuahuruf memiliki empat bentuk jika berada pada empat posisi itu. Keempat bentuk huruf
A. HURUF PERTAMA
Bentuk pertama adalah bentuk berdiri sendiri dan pada akhir kata (kadang-
kadangjuga di tengah kata jika kata mengandung huruf yang 6; alif, dal, dzal, ra,
zai, danwawberurutan, seperti kata berarak), setelah huruf yang tidak dapat
dirangkaikan ke kiri. Padabentuk pertama ini bentuk huruf-huruf itu sama dengan
bentuk yang ada pada daftar abjad. Huruf-huruf tersebut tidak dirangkai dari
kanan, tidak juga dirangkaikan ke kiri. Bentukpertama ini berlaku untuk semua
huruf.
B. BENTUK KEDUA
Bentuk kedua adalah bentuk huruf berada pada awal kata dan di tengah kata,
setelahhuruf yang tak dapat dirangkaikan ke kiri (alif, dal, dzal, ra, zai, dan waw) .
Pada bentukkedua ini huruf hanya dirangkaikan ke kiri. Bentuk kedua ini berlaku
untuk 22 huruf (selainhuruf alif, dal, dzal, ra, zai, dan waw yang tidak boleh
C. BENTUK KETIGA
Bentuk ketiga adalah bentuk huruf berada di tengah kata setelah huruf yangdapat
dirangkaikan dari kanan. Pada bentuk ketiga ini huruf-huruf tersebut berada
D. BENTUK KEEMPAT
Bentuk keempat adalah bentuk huruf ketika berada pada akhir kata. Pada
bentukkeempat ini huruf-huruf menempati posisi akhir sesudah huruf yang dapat
dirangkaikandari kanan. Bentuk keempat ini ini berlaku untuk semua huruf Arab-
Melayu tersebut, tidakterkecuali 6 huruf (alif, dal, dzal, ra, zai, dan waw). Empat
bentuk penggunaan huruf sesuai dengan posisinya secara jelas terlihat padatabel
berikut ini.
2.3 MATERI 12: KAIDAH VOKAL DAN HARAKAT SERTA KONSONAN DALAM
NASKAH ARAB-MELAYU
1. Meskipun jarang dipakai oleh orang Melayu, namun perlu juga kiranya
2. Vokal dan harakat yang dalam bahasa Melayu biasa disebut اج نس
3. ح تفFatha (*) oleh orang Melayu disebut س تاد سرابbaris di atas. Tanda
tersebut; misalnya ت امmata (lihat Bab IV): bila tanda ini menekankan
bunyi é, tentu saja tidak dapat diperpanjang. Bila suatu kata 'mulai dengan
bunyi a atau ě pendek, maka Fatha diiring, oleh sebuah tanda ا,misalnya فما
imalän) lihat paragraph 11; hal yang terakhir ini telah diterima oleh Tuan
von de Wall dalam kamusnya. Hal yang sama dapat dicatat mengenai
hanya bertugas menyatakan bunyi a panjang pada awal kata dan terletak di
atas tanda اYang ditandainya; misalnya 'ا ق نanaq' . Tanda Madda dengan
sebab itu Fatha juga digantikan oleh aliſ pemanjang ini, bilamana karena
suatu perubahan tata bahasa bunyi a panjang tidak lagi terdapat pada awai
mulai dengan ulai dengan bunyi i, è atau é pendek, maka Kesrah diiringi
oleh sebuah إmisalnya ق ج نإindjaq (injak); jika suatu kata mulai dengan
atau baris di depan I'. Tanda itu diletakkan di atas konsonan dan memberi
lain وdi atas konsonan yang ditandai, misalnya روت ب تtoeroet. Bila
suatu kata mulai dengan o atau oe pendek, maka Dlarnma diiringi oleh أ
misalnya ق بمأoembag. ردن أoendoer. Bila suatu kata mulai dengan bunyi o
atau oe panjang, maka tanda itu pun ditulis, tetapi diperpanjang oleh و
7. Dalam bahasa Arab ketiga tanda itu pada akhir kata seringkali terdapat
secara rangkap; maka tanda (=) adalah an; (=) adalalah in atau en:(( ا ا
8. زمهHamza ( ء. (Tanda ini ditaruh dekat tanda اyang secara mandiri sama
sekali tidak berbunyi, bila tugasnya adalah mengiringi salah satu vokal
9. مزجDjezma ("atau '), cleh orang Melayu disebut ي تام دن تtanda mati.
belakang konsonan itu tidak ada bunyi vokal, atau dengan kata lain,
10. و ل صWeçla ( ~ ). Tanda ini terdapat di atas اpada awal sebuah kata untuk
yang dalam hal itu selalu harus diikuti oleh sebuah konsonan tanpa vokal,
pertama dan suku kata awal dari kata kedua lutúh ِن ن نلمل ب ا ب ل
Misalnya. kata suku satu menjadi ِن نلملbukan dan lmelik'ibnoe بِ لب ب إ ب
tanda apostrof.
11. دي د شتTasjdid. Tanda ini dalam ucapan menggandakan konsonan yang
juga ditulis di atas وdan ي, bila mana dua huruf terakhir ini sekaligus
wat,.jang-tiت ڠي
12. Akhirya kami tambahkan di sini ا لعِ ودangka dua atau tanda pengganda,
yaitu huruf angka. Meskipun ini tidak termasuk tanda-tanda bunyi, namun
banyak timbul dalam naskah- naskah Melayu pada akhir kata, dan
memperlihatkan bahwa kata ini harus diucapkan dua kali; misalnya ق پاب٢
banjaq-banjaq
B. Konsonan Arab-Melayu
disampaikan dalam bahan ajar 10; tanda-tanda tersebut dinamakan dalam bahasa
akhir suku kata. Kekuatan itu terdapat misalnya dalam tulisan ت اكkata
dan sebagainya.
3. Alif berbaris hanya muncul pada awal kata: misal س تآatau س تاatas. Jika
alif befungsi sebagai pengiring vokal pendek maka gugurlah kedua tanda
alif dan hamzah, ketika kata itu mendapat awal yang huruf akhirnya bunyi
sebagai t bila diikuti oleh atribut; misalnya cedeqat atau cedeqah; kabat
namakan ta pandjang.
itsnein.
8. Huruf چsepadan dengan tj, lebih keras daripada huruf ; جmisalnya چابba-
tja.
9. Huruf حmenggambarkan sesuatu yang kuat, perbedaan حdengan هitu
dilihat saat penulisan Latin, tanda khususnya (h yang ada diberi titik di
bawahnya).
14. Huruf زmisalnya dalam kata ي كزرrezeki, kadang digunakan orang melayu
16. Huruf شterdapat misalnya dalam kata روك شsjoekoer, kadang orang
17. Huruf صberbunyi sepeti ts, tetapi sering digunakan sebagai s, misalnya :
رب صsabar.
21. Huruf عdihilangkan karna tidak relevan dalam pengucapan, orang melayu
22. Huruf غdigambarkan dengan tanda GH atau GR, misalnya : ”ب الغ
galib”(pemenang).
24. Huruf فmisalnya : رك فfakir, orang melayu sulit mengucapkan huruf ini,
26. Huruf ڤdinyatakan dengan q, dalam melayu digunakan pada akhiran kata,
29. Huruf )لsepadan dengan l) terdapat antara lain dalam kata ل لlaloe; ي ل
ڠlelang'.
30. Huruf )مsepadan dengan m) ditemukan dalam kata ت نممmeminta : رب ممي
memberi.
31. Huruf )نsepadan dengan n) antara lain dalam kata ي ت ننnanti; وت نت
tentoe.
32. Huruf و.) sepadan dengan w); w.yang didahului oleh bunyi u pendek sekali
روام,mawar.
33. Huruf هpada awal beberapa kata sama dengan [...] h, dan dalam beberapa
kata lain bisu, sehingga di situ tugasnya hanya mengiringi vokal, jadi
sifatnya sepadan dengan Alif Ham-za. Maka dalam hal ini sering
pemanjang Alif pemanjang itu lalu menjadi Alif berbaris dan mengambil
pasangannya, dan kata kata tersebut diatas seharusnya ditulis خي, ي ِ اد,ي
Kesrah pendahulu. Dalam itu tidak ada pasangan vokal bersamanya dan
A. Penggunaan Huruf ا, وDan يSebagai Huruf Pemanjang dan Tekanan Kata
1. Masalah apakah ا, وdan يdipakai atau tidak dipakai sebagai huruf
pemanjang,sama juga, tentu saja dengan masalah tentang suku kata mana yang
didalamnya vokal bahasa Melayu dianggap panjang dan suku kata mana
tempatvokal tersebut dianggap pendek. 1° patokan itu hanya berlaku untuk kata
Melayu murni (asli), sebab kata-kata dari bahasa lain pada umumnya ditulis sesuai
dengan kaidah nya yaitu 2°. patokan itu berlaku untuk kata majemuk atau bahkan
yang bukan majemuk. Sebab dalam merangkai-kan kata panjang vocal sering
berubah, maka dari pada itu pada bab ini akan diadakan pembahasan 3°. Orang
nya.
2. I vokal itu panjang atau dengan kata lain huruf ا, وdan يharus dipakai
itu tidak ditutup oleh konsonan misalnya: نل ت سatau ْ انa-tas; إ ت سatau ْ انi-
b. dalam suku kata pra-akhir dalam kata bersuku tiga atau lebih dan tidak ditutup
dengan konsonan. Misalnya: ا س ت راatau ارانْ لanta-ra; kata suku dua yang
suku kata tersebut juga bila mendapat suatu awalan; misalnya ردdari.
c. yang berakiran pada o, oe, atau i, biasanya dianggap panjang dan ditulis dengan
3. II vokal-vokal adalah pendek, maka huruf pemanjang ا, و,يtidak berlaku dalam hal
bersangkutan.
b. dalam suku akhir sebuah kata, berakhir pada huruf a; misalnya: ; نل نل نللbinasa
ساtatkala;
c. dengan sendirinya dalam suku-suku kata tempat timbul pepet [........]; misalnya
sebagai a, dan
dalam bahasa melayu hanya timbul dalam suku kata pra-akhir dan akhir kata.
Tetapi ada kata dari bahasa lain sepeti sanskerta atau kawi yang mempertahankan
5. mengenai tekanan perlu dicatat bahwa tekanan itu pada umumnya lemah sekali,
karena orang melayu mengucapkan semua suku kata yang tidak seluruhnya datar
dengan tekanan yang lebih kurang sama. Melainkan hanya dengan jalan
mengucapkan suku kata itu lebih lambat atau lebih tersere. Misalnya: ل نل نل
tatkala; راهنbaharoe;
6. bila suku kata pra-akhir mempunyai bunyi e pepet tekanan jatuh pada suku kata
mempertahankan tekanan pada suku kata terakhir yang mendapat tekanan dalam
kata dasaar. Misalnya: ْ ا نلْ لitoelah; dari اْ تitoe; اْ لْ ْلinilah; dari ِْْ اini; terkadang
1. Akhiran-akhiran yang perlu diperhatikan di sini ialah ن أan ئ، i ن ك، kan ك، koe, م
Moe, پnja; terkadang juga dimasukkan disini هتtah, هكkah, هلlah, yang artinya akan
di terangkan kemudian.
1. Akhiran yang mulai dengan vokal, yaitu نءan dan يءi; Akhiran yang mulai dengan
konsonan, yaitu semua'akhiran lainnya. Adapun kata-kata tempat akhiran itu semua
Sesudah pembagian ini patokan-patokan yang berikut dapat ditetapkan; namun oleh orang
Melayu sendiri sering diabaikan; terutama dalam banyak naskah panjang vokal tidak
3. I. Bila suatu kata yang berakhir pada vokal mendapat suatu akhiran- tidak
perduliapakah akhiran ini mulai dengan vocal atau dengan konsonan - vokal akhir kata
tersebut menjadi panjang. Dan jika dalam suku pra-akhir kata tersebut terdapat vokal
panjang, vocal ini menjadi pendek. Misalnya دوكkoeda, ادك پkoedanja, ءادكْ ڤ
وهاتTahoe, يءنوتءمmengetahui 2) Dengan sendirinya, jika dalam suku akhir kata sudah
ada vocal panjang, maka vocal ini tidak berubah, dan hanya vokal suku praakhir yang
menjadi pendek, misalnya: وك لlakoe, پ وک لlakoenja, نءوك لكkelakoean. Jika dalam hal
ini suku praakhir bervokal pendek, maka panjang vokal tak berubah. Misalnya نر
4. II. Bila sebuah kata yang berakhir pada konsonan mendapat akhiran yang mulai dengan
vokal, maka vokal pendek dalam suku pra-akhir menjadi panjang. Sebaliknya andai kata
dalam vocal pra-akhir terdapat vokal panjang, ini menjadi pendek. Sebab perubahan ini
dalam ucapan orang suku akhir kata luluh kepada akhiran dan mengambil-alih vokal awal
akhiran tersebut (bandingkan halaman 12 dalam catatan); suku kata akhir yang karena
masuknya akhiran. berubah menjadi suku pra-akhir,berhenti sebagai suku tertutup dan
harus mendapat vokal panjang (lihat Bab V, 2, b) ,lihat; تنیلmendatangi يڠاتدْم,datang اد ڠت
dengan konsonan, maka panjang vokal tetap; Misalnya ل نبbebal 'bodoh' ;sepatoetnja, پ
6. IV. Bila ada kata yang diulang, maka kata itu hanya ditulis sekali dan dibelakangnya
ditambahkan angka doewa (garis bawah penerjemah) (Lihat Bab III,12). Bila kata
berulang mendapat akhiran, yang tidak mengubah panjang vokal, maka cara penulisan ini
dapat dipertahankan dan dengan mudah akhiran tersebut dapat diletakkan di belakang
Angka Doewa, Misalnya نل٢ي نءbeli-beli an 'dagangan' dari kalau Tetapi. soenggoehهڬ
panjang vokalnya, maka demi telitinya lebih baik jangan menggunakan Angka Doewa,
sebaliknya mengulang kata yang bersangkutan, Karena akhiran hanya berpengaruh pada
panjang vokal dalam kata terakhir, sedangkan panjang vocal dalam kata pertama tetap.
Tetapi banyak orang نو٢ ن,نء٢ هنو, ڠوب٢نء, پatau هنو٢ نه,sebab dalam kata ini dan yang
sebangsanya vocal akhir هluluh dengan akhiran), maka dalam naskah-naskah Melayu cara
7. Kata terkadang di belakang akhiran pertama terkadang bias juga mendapat satu atau
dua akhiran lagi 5). Dalam hal itu akhiran- akhiran pertama bersama kata dasar dianggap
sebagai satu kata, sedangkan panjang vokal hanya diatur oleh akhiran penghabisan.
Jelasnya, kalau bukan akhiran pertama atau kedua yang berujung konsonan dan akhiran
dan dalam tulisan partikel ini dirangkaikan dengan kata-kata itu. Tetapi pon tetap kata
tersendiri dan bukan akhiran dan tidak berpengaruh pada kata pendahulunya. Jadi ,ڤداْ و
, ڤوت ْا وbukan dan lagipon ل ْ ْو,adapon ڤداْ و,itoeponْ ي وڤاتditulis hendaknya وْ ڤیڬلkata-kata
kecil lain pun oleh orang Melayu sering dirangkaikan penulisannya. Misalnya ڠدْيدdan
bukan ڠد ن يدdengan dija; ر نسڠيdan bukan ر نسڠيjang besar; dan sebagainya. 2. Bila
sebuah kata, yang berakhir pada قmendapat akhiran yang mulai dengan vokal, maka
huruf tersebut berubah menjadi ك,karena dalam hal ini huruf akhir kata dasar luluh
dengan akhiran dan karena huruf قdalam bahasa Melayu tidak lain hanya digunakan
sebagai huruf penutup suku kata. (Bab IV, § 27). Begitu misalnya, dari .memasoekiکو ي
; سممmasoeq سام قdari; kebanjakan بک کاپ نtimbul banjaq قپانkata Jika akhiran mulai
dengan konsonan, Maka huruf قtentu saja tetap; seperti dalam kata .masoeq سام قdari,
memasoeqkanسامم ك ق ن
berkeputusan. Oleh karena itu kawan kawan nya baik yang di sekolah baik yang di luar
sekolah menamakan dia si Abu malas. Apabila lalu ia dekat kawan kawannya bersuruk
.......... Mengatakan malas malas akan melawan orang sebanyak itu tak berani ia. Pada suatu
hari terbitlah fikiran dalam hatinya, katanya nanti saya perlihatkan orang banyak bahwa
sekali sekali tak pantas saya di beri nama yang tak baik itu. sesudah makan tengah hari di
buang lah kitabnya kebawah sepohon kayu di tepi jalan raya lalu duduk membaca sebentar ia
duduk terbitlah pula kantuknya dengan tidak tertahan tahan lagi sehingga kitabnya jatuh tidak
di ketahuinya. Dalam ia menggakuk ngakuk itu datanglah seekor kambing jantan . yang amat
besar panjang tanduknya ketempat si abu duduk. Dilihatnya ada anak mengangguk ngangguk
pada.... sayu abu.... pula yang Mengajak dia berlaga. Kambing itu marah pada .....dari pada ia
mendahului ku lebih baik aku mendahului ia. Kambing itu pun berlari sekencang-kencangnya
mendadak. Si abu tiba dikepala nya tunggang langgang kakinya ke atas dulu kali di pertubi
tubikan kambing itu barulah si abu sadar akan dirinya, ia pun baru tarik tarik lah menata
tulang tetapi kambing itu selalu juga mendadak.Karna di Lihat si abu kambing itu tidak akan
berhenti mendadak larilah ia dengan sekuat-kuatnya dua buah bengkak pada kepalanya
sebesar telur itik ditanduk kambing itu, dua hari itu tiada dapat bersekolah karena itu. tetapi
sejak itu hilanglah tabiatnya pengantuk itu sebab telah berulah ajaran daripada kambing itu.
BAB 3
PENUTUPAN
Dari pembahasan materi ajar 10,11,12,dan 13 dapat saya simpulkan bahwasanya dalam tata
cara penelitian naskah arab-melayu mempunyai ketentuan baik dari segi aspek karakter
naskah (teks) Arab-melayu, bentuk penggunaan huruf arab melayu dalam kata ,kaidah vokal
dan harakat konsonan dalam naskah arab melayu, penggunaan tanda bacaan “waw,alif,dan
ya. Serta kita juga melakukan penafsiran arti bacaan arab melayu ke latin dari naskah lama
Dengan kita mempelajari ajaran materi dengan baik dan kita mencoba
latin, kita jadi lebih paham akan beberapa huruf huruf yang ada didalamnya
DAFTAR PUSTAKA
ollander, J.J, de. 1984. Pedoman Bahasa dan Sastra Melayu (Terjemahan T.W. Kamil dari
Handsleiding bij de Beoefing der Malaische, Tahun 1893, Edisi ke-6. Jakarta: Balai Pustaka.
PascasarjanaUniversitas Padjadjaran
Nurizzati, 2019. Ilmu Filologi: Teori dan Prosedur Penelitiannya. Malang: CVIRDH
Lubis, Nabilah. 2001. Naskah Teks dan Metode Penelitian Filologi. Jakarta:
YayasanMediaAlo Indonesia.
Pamuntjak, M. Thaib. Gelar Sutan. 1935. Kamus Bahasa Minangkabau Bahasa MelayuRiau.
Pengembangan Bahasa.
Bahasa.
de Beoefing der Malaische, Tahun 1893, Edisi ke-6. Jakarta: Balai Pustaka.