Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

METRI 10, 11 ,12 , 13 DAN MELATINKAN NASKAH ARAB-MELAYU “PEMALAS”

DOSEN PENGAMPU: Dr. Nurizzati, M.Hum

DISUSUN OLEH :

M.Zikri Aulia Rizal

23234073

Sesi 202312340011

Jadwal Perkuliahan : Rabu 08.50-10.30 FBS02222

PERPUSTAKAAN DAN ILMU INFORMASI

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah materi 10,11,

12,13 dan melatinkan naskah arab melayu dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami

mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan

memberikan kontribusi baik pikiran maupun materinya

Dalam kesempatan ini juga kami berterima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah

kodekologi arab melayu karena sudah memberikan tugas terhadap kami.

Kami jauh dari kata sempurna dan merupakan angkah yang baik dari studi sesungguhnya.

Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami adanya kritik dan saran senantiasa

kami terima demi kesempurnaan makalah kami

Padang, 15 November 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................

BAB 1...........................................................................................................................................

PENDAHULUAN........................................................................................................................

1.1 LATAR BELAKANG................................................................................................

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.3 TUJUAN ANALISIS

BAB 2...........................................................................................................................................

ISI.....................................................................................................................................

A. AKSARA/EJAAN DAN TULISAN NASKAH.......................................................

B. BENTUK PENGGUNAAN HURUF ARAB MELAYU DALAM KATA..............

C. KAIDAH VOKAL DAN HAKIKAT SERTA KONSONAN ARAB MELAYU.....

D. PENGGUNAAN HURUF ‫ ا‬,‫ و‬DAN ‫ ي‬SEBAGAI HURUF PEMANJANG DAN

TEKANAN KATA...................................................................................................

E. ALIH AKSARA TEKS “PEMALAS” KELOMPOK 5............................................

BAB 3

PENUTUP........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kodekologi adalah ilmukodeks. Kodeks adalah bahan tulisan tangan atau menurut The

New Oxford Dictionry (1928) “ gulungan atau buku tulisan tangan , terutama dari teks

teks klasik” kodekologi memperlajari mengenai semua aspek fisik dari naskah, antara lain

bahan, umur, tempat penulisan naskah, dan perkiraan penulis naskah. Kodekologi juga

merupakan bagian dari ilmu filologi. Dalam penelitian kodekologi akan dicari informasi

mengenai naskah tersebut dari kertas apa, berapa umur naskah tersebut, siapa penulis atau

penyalin naskah ,dimana naskah ditulis, naskah ditulis menggunakan apa, bagaimana cara

perawatan naskah, naskah ditulis dengan menggunakan aksara dan bahasa apa, serta

berapa ukuran kertas naskah

Kodekologi juga berhubungan erat dengan manuskrip. Manuskrip adalah tulisan tangan

asli yang berumur minimal 50 tahun dan punya arti penting bagi peradaban, sejarah

,kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Tentunya sebagai seorang ilmuwan ata pustakawan
tentu kita harus melihat dari segi 18 aspek (bentuk naskah, ukuran naskah, huruf aksara)

dan beberapa hal lainya

1.2 RUMUSAN MASALAH

A. Bagaimana bentuk abjad dan tulisan naskah arab melayu?

B. Bagaimana dengan tanda bacaan dalam huruf naskah arab melayu?

C. Apakah terdapat perbedaan penggunaan huruf arab melayu dalam kata?

D. Bagaimana dengan vokal dan harakat dari bacaan arab melayu tersebut?

E. Bagaimana pula penggunaan huruf waw, alif dan ya secara panjang dan

tekanannya?

1.3 Tujuan Analisis

A. Agar mahasiswa dapat menggunakan huruf hijaiyah yang benar

B. Agar mahasiswa dapat menggunakan huruf naskah arab-melayu

C. Agar mahasiswa mengetahui pula sejarah bahasa yang ada

D. Agar mahasiswa tau cara bervokal dan berharakat yang benar

E. Agar mahasiswa mengetahui letak perbedaan setiap huruf dan cara bacanya

F. Agar mahasiswa mengetahui huruf huruf apa saja yang digunakan dalam

penulisannya

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. MATERI 10 :KARAKTER NASKAH/TEKS-MELAYU DAN ABJAD ARAB-

MELAYU
A. AKSARA/EJAAN DAN TULISAN NASKAH

Hambatan yang paling serius dalam penelitian filologi berasal dari

aksara/ejaanyangdigunakan dalam naskah, sebab untuk hambatan ini hanya satu

cara yang bisa digunakanuntuk mengatasinya, yaitu mempelajarinya

(menguasainya). Adanya kealpaan dalam mempelajari bahasa (aksara) daerah

menyebabkan generasi

milenial jarang yang bisa membaca naskah. Akibatnya, warisan pemikiran

masyarakat lamayang terkandung di dalam naskah dan dibutuhkan untuk

pengembangan budaya sekarangBerfikir kritis dalam memahami dan menganalisis

karakter naskah/teks Arab- Melayu: pengenalan terhadap Aksara-tulisan Arab-

Melayu tidak segera bisa tergali. Hanya dengan mengenal dan memahami karakter

aksara/ejaannaskah misteri yang ada dalam teks, ide-ide yang disampaikan di

dalamnya akan terpecahkan. Berikut adalah beberapa kaidah Aksara Arab Melayu

dan padanan untuk pembacaan naskah

B. ABJAD ARAB MELAYU DAN PADANANNYA DALAM PEMBACAAN

NASKAH

Abjad Arab adalah deretan konsonan yang baru berbunyi vokal jika diberi

tanda-tanda vokal tertentu. Dalam naskah Melayu tanda-tanda vokal itujarangatau

tidak dipakai sama sekali. Bentuk huruf yang digunakan di dalamnaskah

punbanyakyang menyimpang dari bentuk formalnya, karena tulisan yang

digunakan di dalamnaskahadalah tulisan tangan yang bersifat personal

Bahasa Arab termasuk rumpun bahasa yang lain sekali dengan bahasa Melayu.

Karena itu sewajarnyalah terdapat bunyi-bunyi bahasa dalam bahasa Melayu

yangtidakditemukan dalam bahasa Arab. Bentuk huruf-huruf Arab menyebabkan


bahwa semua bahasa tempat huruf itu dipakai ditulis dari kanan ke kiri. Halaman

awal sebuah teks di mulai dari kanan. Hal ini juga berlakuuntuk bahasa Melayu;

naskah-naskah Melayu ditulis dari kanan ke kiri kendati naskah/teksberbentuk

syair, jenis puisi yang terdiri atas empat baris sebait dengan persajakan akhir aaaa,

yang ditulis berkolom tetap mengikuti baris yang sama (baris satu dan tiga di

kanan, baris2dan 4 di kiri. Karena itu harus dibaca mengikuti baris-baris yang ada,

dari kanankekiri. Pada hal kolomnya berbeda. Berikut ini adalah abjad Arab-

Melayu dan padanannya dalam huruf Latin.


Keterangan:

1. Jumlah keseluruhan aksara Arab-Melayu adalah 33 huruf; 28 huruf Arab

murni ditambah 5 huruf bentukan sebagai lambang bunyi bahasa Melayu

murni.

2. 14 huruf melambangkan bunyi yang persis sama di dalam bahasa Arab

danbahasaMelayu.

3. 14 huruf diadaptasi oleh orang Melayu sekaligus dengan kosa kata Arab,

karena bunyi huruf itu tidak ada di dalam bahasa Melayu.

4. Di antara 33 huruf itu. Huruf ‫ چ‬ca, ‫ ڠ‬nga, ‫ ڨ‬pa, ‫ ݢ‬ga dan ‫ پ‬nya tidak

terdapat padahuruf abjad Arab dan dibentuk sendiri oleh orang Melayu

dengan mengambil hurufArab yang berbunyi mirip dengan bunyi bahasa

Melayu itu dan menambahkantitiknya menjadi tiga (menjadikan huruf

bertitik tiga).

5. Huruf ‫ ث‬tsa, ‫ ح‬ha, ‫ خ‬kha, ‫ ذ‬dzal, ‫ ز‬zai, ‫ ش‬syin, ‫ص‬shad, ‫ض‬dhad, ‫ ط‬tha,

‫ظ‬zha, ‫ع‬aindan ‫ غ‬ghain, ‫ ف‬fa, ‫ ق‬qaf. Tidak terdapat dalam kata Melayu

murni sebaliknya hanyatampil dalam pungutan dari bahasa Arab dan Parsi.

6. Semua huruf bisa dirangkaikan dengan huruf lain, baik ke kiri maupun ke

kanankecuali ‫ ا‬alif , ‫ د‬dal, ‫ ذ‬dzal, ‫ ر‬ra, ‫ ز‬zai dan ‫ و‬wau. Huruf-huruf itu

hanya dapat dirangkaikan dari kanan tetapi tidak pernah ke kiri. Namun, di

dalamnaskahseringdirangkaikan juga khususnya dengan huruf ha


2.2 MATERI 11 : BENTUK-BENTUK PENGGUNAAN HURUF ARAB-MELAYU

DIDALAM KATA

Semua huruf Arab-Melayu digunakan pada empat posisi di dalamkata. Hampir

semuahuruf memiliki empat bentuk jika berada pada empat posisi itu. Keempat bentuk huruf

pada empat posisi itu dijelaskan berikut ini.

A. HURUF PERTAMA

Bentuk pertama adalah bentuk berdiri sendiri dan pada akhir kata (kadang-

kadangjuga di tengah kata jika kata mengandung huruf yang 6; alif, dal, dzal, ra,

zai, danwawberurutan, seperti kata berarak), setelah huruf yang tidak dapat

dirangkaikan ke kiri. Padabentuk pertama ini bentuk huruf-huruf itu sama dengan

bentuk yang ada pada daftar abjad. Huruf-huruf tersebut tidak dirangkai dari

kanan, tidak juga dirangkaikan ke kiri. Bentukpertama ini berlaku untuk semua

huruf.

B. BENTUK KEDUA

Bentuk kedua adalah bentuk huruf berada pada awal kata dan di tengah kata,

setelahhuruf yang tak dapat dirangkaikan ke kiri (alif, dal, dzal, ra, zai, dan waw) .

Pada bentukkedua ini huruf hanya dirangkaikan ke kiri. Bentuk kedua ini berlaku

untuk 22 huruf (selainhuruf alif, dal, dzal, ra, zai, dan waw yang tidak boleh

dirangkai ke kiri tersebut, karenaakanmenghilangkan karakter huruf-huruf tersebut

atau berubah menjadi huruf lain).

C. BENTUK KETIGA

Bentuk ketiga adalah bentuk huruf berada di tengah kata setelah huruf yangdapat

dirangkaikan dari kanan. Pada bentuk ketiga ini huruf-huruf tersebut berada

sesudahdansebelum huruf yang juga bisa dirangkai dari kanan, kemudian


dirangkaikan pula kekiri. Bentuk ketiga ini berlaku untuk 22 huruf (selain huruf

alif, dal, dzal, ra, zai, dan waw)

D. BENTUK KEEMPAT

Bentuk keempat adalah bentuk huruf ketika berada pada akhir kata. Pada

bentukkeempat ini huruf-huruf menempati posisi akhir sesudah huruf yang dapat

dirangkaikandari kanan. Bentuk keempat ini ini berlaku untuk semua huruf Arab-

Melayu tersebut, tidakterkecuali 6 huruf (alif, dal, dzal, ra, zai, dan waw). Empat

bentuk penggunaan huruf sesuai dengan posisinya secara jelas terlihat padatabel

berikut ini.

2.3 MATERI 12: KAIDAH VOKAL DAN HARAKAT SERTA KONSONAN DALAM

NASKAH ARAB-MELAYU

A. Vokal dan Harakat (Tanda Bunyi)

1. Meskipun jarang dipakai oleh orang Melayu, namun perlu juga kiranya

mengenalvokal dan tanda harakat; bukan saja karena sekali-sekali terdapat

dalam naskah Melayu, melainkan juga karena pemakaian bebcrapa

konsonan erat hubungannya dengan pemakaian vokal.

2. Vokal dan harakat yang dalam bahasa Melayu biasa disebut ‫اج نس‬

‫ت‬sendjata, atau ‫ س ب ر‬baris, adalah yang berikut :

3. ‫ ح تف‬Fatha (*) oleh orang Melayu disebut ‫ س تاد سراب‬baris di atas. Tanda

ini diletakkan di atas konsonan dan dengan demikian konsonan mendapat

bunyi a-. Atau é -. pendek; misalnya ‫دف‬pada, ‫ ر سب‬besar. Tanda ini

diperpanjang dengan jalan menambahkantanda lain ‫ ا‬di belakang konsonan

tersebut; misalnya‫ ت ام‬mata (lihat Bab IV): bila tanda ini menekankan
bunyi é, tentu saja tidak dapat diperpanjang. Bila suatu kata 'mulai dengan

bunyi a atau ě pendek, maka Fatha diiring, oleh sebuah tanda ‫ ا‬,misalnya ‫فما‬

‫ت‬empat atau ampat. Berbagai perubahan bunyi a tidak dapat ditunjukkan

dengan tanda ini. Agar dapat menunjukkan ucapan bunyi é- pernah

diusulkan agar ditambahkan huruf ‫ م‬kecil (mim imâlah) atau (angka

imalän) lihat paragraph 11; hal yang terakhir ini telah diterima oleh Tuan

von de Wall dalam kamusnya. Hal yang sama dapat dicatat mengenai

tanda-tanda yang dibahas dalam pasalpasal 5 dan 6.

4. ‫ دم‬Madda ( - ). Tanda ini sebenarnya adalah ‫ ا‬datar, dalam bahasa Melayu

hanya bertugas menyatakan bunyi a panjang pada awal kata dan terletak di

atas tanda ‫ ا‬Yang ditandainya; misalnya ‫ 'ا ق ن‬anaq' . Tanda Madda dengan

demikian sebenarnya menggantikan Fatha dengan alif pemanjang ( 17 );

sebab itu Fatha juga digantikan oleh aliſ pemanjang ini, bilamana karena

suatu perubahan tata bahasa bunyi a panjang tidak lagi terdapat pada awai

kata, melainkan di tengah kata; misalnya ‫ س تاك‬ke-atas,.amoq ‫ ما ق‬dari,

mengamoq, ‫ ماڠم ق‬Mengamuk atas ‫ ست ا‬dari

5. ‫ ةر سك‬kesrah (-) oleh orang Melayu disebut ‫هواب د سراب‬baris di bawah.

Tanda itu diletakkan di bawah. Tanda itu diletakkan di bawah konsonan

dan member konsonan bunyii-, e- atau e; misalnya ‫ د‬di ‫ ک هس‬kasih. ‫خ ت نب‬

benteng. Tanda Kesrah diperperpanjang dengan jalan meletakkan huruf ‫ي‬

di belakang konsonan yang ditandainya; misalnya ‫ بی ن‬Bini ‫ ي‬suatu kata

mulai dengan ulai dengan bunyi i, è atau é pendek, maka Kesrah diiringi

oleh sebuah ‫ إ‬misalnya ‫ ق ج نإ‬indjaq (injak); jika suatu kata mulai dengan

bunyi i atau é panjang maka Kesrah tersebut ditulis juga tetapi

diperpanjang oleh huruf ‫ ي‬misalnya ِ‫ ي إ‬ini.


6. ‫ مض‬Dlamma (,), oleh orang Melayu disebut ِ‫ ادهد سرب ن ق‬baris di hadapan

atau baris di depan I'. Tanda itu diletakkan di atas konsonan dan memberi

konsonan itu bunyi o atau oe pendek misalnya ‫ ب ب دن‬bonda, ‫ر ب ع کغ‬

Rangkoeng. Tanda Dlamma diperpanjang dengan jalan meletakkan tanda

lain ‫ و‬di atas konsonan yang ditandai, misalnya ‫ روت ب ت‬toeroet. Bila

suatu kata mulai dengan o atau oe pendek, maka Dlarnma diiringi oleh ‫أ‬

misalnya ‫ ق بمأ‬oembag. ‫ ردن أ‬oendoer. Bila suatu kata mulai dengan bunyi o

atau oe panjang, maka tanda itu pun ditulis, tetapi diperpanjang oleh ‫و‬

.oetoes ‫ توأ س‬,obat ‫ ت ب وأ ب‬Misalnya

7. Dalam bahasa Arab ketiga tanda itu pada akhir kata seringkali terdapat

secara rangkap; maka tanda (=) adalah an; (=) adalalah in atau en:(‫( ا ا‬

adalah oen atau on.

8. ‫ زمه‬Hamza (‫ ء‬. (Tanda ini ditaruh dekat tanda ‫ ا‬yang secara mandiri sama

sekali tidak berbunyi, bila tugasnya adalah mengiringi salah satu vokal

yang telah disebutkan di atas.

9. ‫ مزج‬Djezma ("atau '), cleh orang Melayu disebut ‫ي تام دن ت‬tanda mati.

Tanda ini diletak di atas uatu konsonan untuk menunjukkan bahwa di

belakang konsonan itu tidak ada bunyi vokal, atau dengan kata lain,

konsonan itu menutup suku katanya; misalnya : ‫نڤمس‬sam-pan, ‫نهنقكجنت‬.

10. ‫ و ل ص‬Weçla ( ~ ). Tanda ini terdapat di atas ‫ ا‬pada awal sebuah kata untuk

ditangkaikan dengan kata yang mendahuluinya dalam ucapan. Tanda ‫ا‬

yang dalam hal itu selalu harus diikuti oleh sebuah konsonan tanpa vokal,

kehilangan vocal pasangannya, sedangkan vokal akhir dari kata yang

mendahuluinya luluh dengannya,sehingga suku kata akhir dari kata

pertama dan suku kata awal dari kata kedua lutúh ِ‫ن ن نلمل ب ا ب ل‬
Misalnya. kata suku satu menjadi ‫ ِن نلمل‬bukan dan lmelik'ibnoe ‫بِ لب ب إ ب‬

‫ مم ب‬memoela-i. ‫ إ ن‬ibnoe almelik. ‫ ا‬Jadi tanda í sejaun itu sesuai dengan

tanda apostrof.

11. ‫دي د شت‬Tasjdid. Tanda ini dalam ucapan menggandakan konsonan yang

ditandai di atasnya dan sekaligus menutup kata yang langsung

mendahuluinya Fatha atau Dlamma' Yang mengikuti konsonan tersebut

diletakkan di atas Tasjdid sedangkan Kesrah mempertahankan tempatnya

di bawah huruf. Misalnya ‫ س ب ن ب ’ ب‬soen-nat.Tanda Tasjdid seharusnya

juga ditulis di atas ‫ و‬dan ‫ ي‬, bila mana dua huruf terakhir ini sekaligus

menjadi konsonan dan tanda pertanjang, misalnya ‫ ب ب و و ت‬boe-

wat,.jang-ti‫ت ڠي‬

12. Akhirya kami tambahkan di sini ‫ ا لعِ ود‬angka dua atau tanda pengganda,

yaitu huruf angka. Meskipun ini tidak termasuk tanda-tanda bunyi, namun

banyak timbul dalam naskah- naskah Melayu pada akhir kata, dan

memperlihatkan bahwa kata ini harus diucapkan dua kali; misalnya ‫ ق پاب‬٢

banjaq-banjaq

B. Konsonan Arab-Melayu

Konsonan Arab-Melayu termasuk di dalamnya semua huruf abjad yang telah

disampaikan dalam bahan ajar 10; tanda-tanda tersebut dinamakan dalam bahasa

Arab ‫ف ورح‬hoeroef atau dalam bahasa Sanskerta ‫ را س كا‬aqsara, dan mempunyai

kekuatan atau nilai sebagai berikut.

1. Tanda ‫ ا‬jangan dicampukan dengan vokal a, adalah huruf saksi, yang

secara mandiri sama sekali tidak berbunyi, sebaliknya bunyinya menurut

vokal pasangannya atau yang dianggap pasangannya. Huruf alif memiliki


dua kegunaan yaitu : memperpanjang bunyi a (fathah), alif

bervokal/berbaris (alif bebaris hanya muncul diawal kata).

2. Untuk memperpanjang bunyi a yang mendahuluinya atau untuk

mendukungnya, huruf Alif jarang berfungsi di tempat lain selain pada

akhir suku kata. Kekuatan itu terdapat misalnya dalam tulisan ‫ ت اك‬kata

dan sebagainya.

3. Alif berbaris hanya muncul pada awal kata: misal ‫ س تآ‬atau ‫ س تا‬atas. Jika

alif befungsi sebagai pengiring vokal pendek maka gugurlah kedua tanda

alif dan hamzah, ketika kata itu mendapat awal yang huruf akhirnya bunyi

nasal/bunyi idung, misalnya : ِ‫ مڠمڤ‬mengampun. Jika awalan berakhir pada

vokal, hanya alif yang gugur, misalnya : ‫ م ئكڤت‬ka-empat. Jika alif

berfungsi mengiringi bunyi a panjang (madda),

4. Huruf b misalnya terdapat dalam ‫ سراب‬baris ‫ ه بوب‬boeboeh.

5. Huruf t misalnya terdapat dalam ‫ ف توت‬toetoep; ‫ الك تت‬tatkla. Huruf yang

terdapat dalam akhiran jenis wanita at pada kata-kata Arab, diucapkan

sebagai t bila diikuti oleh atribut; misalnya cedeqat atau cedeqah; kabat

atau kabah; kabatoe'llah. Oleh orang Melayu huruf ini disebut ta

bersimpoel, dan sering dikacaukan dengan huruf biasa, yang mereka

namakan ta pandjang.

6. Huruf ‫ ڽ‬dalam melayu diucapkan sebagai huruf s tajam, misalnya : ‫ن سی‬

itsnein.

7. Huruf ‫ج‬sepadan dengan dj misalnya : ‫ چاب‬baca.

8. Huruf ‫چ‬sepadan dengan tj, lebih keras daripada huruf ‫; ج‬misalnya ‫ چاب‬ba-

tja.
9. Huruf ‫ ح‬menggambarkan sesuatu yang kuat, perbedaan ‫ ح‬dengan ‫ ه‬itu

dilihat saat penulisan Latin, tanda khususnya (h yang ada diberi titik di

bawahnya).

10. Huruf ‫خ‬lebih tajam dari ‫ ح‬,sepadan dengan k, misalnya : ‫ خی نلم‬kemah.

11. Huruf ‫ د‬misalnya : ‫ داد‬dada.

12. Huruf ‫ ذ‬diucapkan sebagai dtunggal, misalnya : ‫ ب يذ‬dzip atau (serigala).

13. Huruf ‫ ر‬misalnya : ‫ ت ار‬rata.

14. Huruf ‫ز‬misalnya dalam kata ‫ي كزر‬rezeki, kadang digunakan orang melayu

sebagai ‫ ج‬lunak atau pada akhir suku kata sebagai s.

15. Huruf ‫ س‬misalnya : ‫ ق سس‬sesaq.

16. Huruf ‫ ش‬terdapat misalnya dalam kata ‫روك ش‬sjoekoer, kadang orang

melayu sering menggunakanya sebagai pengganti ‫س‬.

17. Huruf ‫ص‬berbunyi sepeti ts, tetapi sering digunakan sebagai s, misalnya :

‫ رب ص‬sabar.

18. Huruf ‫ض‬digunakan orang melayu sebagai dl dan l, misalnya : ‫ ضیر‬ridla.

19. Huruf ‫ط‬adalah T keras, misalnya : ِ‫ نطس‬sultan.

20. Huruf ‫ ظ‬digunakan orang melayu sebagai Z dan L, misalnya : ‫ مالظ‬zalim.

21. Huruf ‫ع‬dihilangkan karna tidak relevan dalam pengucapan, orang melayu

menyamakannya dengan alif, misalnya : ‫ مى نع‬ma’na.

22. Huruf ‫غ‬digambarkan dengan tanda GH atau GR, misalnya : ‫”ب الغ‬

galib”(pemenang).

23. Huruf ‫ ڠ‬digunakan sebagai ng, misalnya : ‫ رابڠ‬barang.

24. Huruf ‫ف‬misalnya : ‫ رك ف‬fakir, orang melayu sulit mengucapkan huruf ini,

maka mereka gantikan bunyinya dengan bunyi p sehingga menjadi pakir.


25. Huruf ‫ ڤ‬digunakan untuk p, misalnya : ِ‫ ڤاڤ‬papan, sedangkan penduduk

nias mengucapkan huruf ‫ ڤ‬sebagai f.

26. Huruf ‫ ڤ‬dinyatakan dengan q, dalam melayu digunakan pada akhiran kata,

bila vocal yang mendahuluinya adalah fathah atau dhammah, misalnya :

‫ ق پاب‬banyak.Bila vokal yang mendahuli adalah kasrah maka yang dipakai

bukan ‫ ڤ‬tapi ‫ ك‬,malik ‫ ِم ال‬: misalnya

27. Huruf kaf, misalnya : ‫ ت اك‬kata.

28. Huruf ‫ ڬ‬dibaca sebagai G, misalnya : ‫ ڬمرا‬garam.

29. Huruf ‫ )ل‬sepadan dengan l) terdapat antara lain dalam kata ‫ل ل‬laloe; ‫ي ل‬

‫ڠ‬lelang'.

30. Huruf ‫ )م‬sepadan dengan m) ditemukan dalam kata ‫ ت نمم‬meminta : ‫رب ممي‬

memberi.

31. Huruf ‫ )ن‬sepadan dengan n) antara lain dalam kata ‫ي ت نن‬nanti; ‫وت نت‬

tentoe.

32. Huruf ‫و‬.) sepadan dengan w); w.yang didahului oleh bunyi u pendek sekali

yang dapat diperpanjang dengan tambahan ‫ )ا‬alif). Bagaimanapun

penggambarannya dengan tanda w cukup teliti. Misalnya ‫ ج و‬wadja 'baja';

‫ روام‬,mawar.

33. Huruf ‫ه‬pada awal beberapa kata sama dengan [...] h, dan dalam beberapa

kata lain bisu, sehingga di situ tugasnya hanya mengiringi vokal, jadi

sifatnya sepadan dengan Alif Ham-za. Maka dalam hal ini sering

dihilangkan saja, bila di belakang. Nya terdapat Alif sebagai huruf

pemanjang Alif pemanjang itu lalu menjadi Alif berbaris dan mengambil

alih vokal yang ada pada huruf Ha .


34. Huruf ‫ي‬pada awal suku kata ( . . . . . . . ) adalah bu-nyi i, yang didahului

bunyi I pendek, tetapi biasanya hanya di-gambarkan dengan j. Misalnya

‫خت‬jang: ‫ي د‬da-ja; ‫ِ لي ن‬najik. Dalam pada itu ada vokal sebagai

pasangannya, dan kata kata tersebut diatas seharusnya ditulis ‫ خي‬,‫ ي ِ اد‬,‫ي‬

‫ك‬Pada akhir suku kata huruf ‫ ي‬kebanyakan kali bertugas memperpanjang

Kesrah pendahulu. Dalam itu tidak ada pasangan vokal bersamanya dan

huruf ‫ ي‬bisa juga ditulis tanpa Djezma. Misalnya ‫ت ي ا‬atau ‫ت يا‬itoe.

35. Huruf ‫ ب‬sama dengan nj; misalnya ‫ ب ت‬nja-ta ‫; بیق‬banjaq ‫ ب اوي‬njawa-nja

2.4 MATERI 13: KAIDAH PENGGUNAAN ALIF, WAW, DAN YA DAN

PERUBAHAN PANJANG VOKAL DISEBABKAN AKHIRAN

A. Penggunaan Huruf ‫ ا‬,‫ و‬Dan ‫ ي‬Sebagai Huruf Pemanjang dan Tekanan Kata

1. Masalah apakah ‫ا‬,‫ و‬dan ‫ ي‬dipakai atau tidak dipakai sebagai huruf

pemanjang,sama juga, tentu saja dengan masalah tentang suku kata mana yang

didalamnya vokal bahasa Melayu dianggap panjang dan suku kata mana

tempatvokal tersebut dianggap pendek. 1° patokan itu hanya berlaku untuk kata

Melayu murni (asli), sebab kata-kata dari bahasa lain pada umumnya ditulis sesuai

dengan kaidah nya yaitu 2°. patokan itu berlaku untuk kata majemuk atau bahkan

yang bukan majemuk. Sebab dalam merangkai-kan kata panjang vocal sering

berubah, maka dari pada itu pada bab ini akan diadakan pembahasan 3°. Orang

melayu sendiri sering menyimpang dari patokanpatokan tersebut dalam naskah

nya.

2. I vokal itu panjang atau dengan kata lain huruf ‫ ا‬,‫ و‬dan ‫ ي‬harus dipakai

sebagaiBhurufpemanjang dalam hal-hal berikut.


a. Dalam suku kata pertama dalam kata-kata bersuku dua bila suku kata pertama

itu tidak ditutup oleh konsonan misalnya: ‫ نل ت س‬atau ْ‫ ان‬a-tas; ‫ إ ت س‬atau ْ‫ ان‬i-

ْ atau ‫; س ت نال ت‬bah-oe ‫وان‬


ngat; ‫; ت س‬tang-ba ‫انن‬ ْ atau ‫أو‬

b. dalam suku kata pra-akhir dalam kata bersuku tiga atau lebih dan tidak ditutup

dengan konsonan. Misalnya: ‫ ا س ت را‬atau ‫ ارانْ ل‬anta-ra; kata suku dua yang

pertama bervokal pendek tetap mempertahankan vokal pendek tersebut, dalam

suku kata tersebut juga bila mendapat suatu awalan; misalnya ‫ رد‬dari.

c. yang berakiran pada o, oe, atau i, biasanya dianggap panjang dan ditulis dengan

‫ نل‬atau ‫ و ر را ه ه‬:misalnya ‫ ي‬atau ‫ و‬pemanjang huruf ‫; ي و ه‬nanti‫; وت لْ تْ ى‬baharoe

‫ نل وران‬atau .beri ‫ ِين‬atau ‫; ى‬pintoe ‫ وتْو‬atau ‫; ي ن و و‬nanti ‫ لْ لْ نى‬atau ‫ ى إ س ت‬beri ِ ‫ي‬

3. II vokal-vokal adalah pendek, maka huruf pemanjang ‫ا‬,‫ و‬,‫ي‬tidak berlaku dalam hal

bersangkutan.

a. dalam suku kata tertutup. Misalnya: ‫ س س نت‬terbit; ‫ س ت س‬bintang;

b. dalam suku akhir sebuah kata, berakhir pada huruf a; misalnya: ‫; نل نل نلل‬binasa

‫ سا‬tatkala;

c. dengan sendirinya dalam suku-suku kata tempat timbul pepet [........]; misalnya

‫ ر نس‬besar. Sebaliknya dalam bahasa melayu minangkabau bunyi e ini diucapkan

sebagai a, dan

4. dari patokan-patokan yang disebut di sini ternyata bahwa vokal-vokal panjang

dalam bahasa melayu hanya timbul dalam suku kata pra-akhir dan akhir kata.

Tetapi ada kata dari bahasa lain sepeti sanskerta atau kawi yang mempertahankan

panjang vokal aslinya. Misalnya: ;karena ‫; راك ن‬soedara ‫ ر دوس‬Kata-kata arab


yang berjumlah besar itu dan yang terdapat dalam naskah melayu sama juga harus

mempertahankan ejaan aslinya.

5. mengenai tekanan perlu dicatat bahwa tekanan itu pada umumnya lemah sekali,

karena orang melayu mengucapkan semua suku kata yang tidak seluruhnya datar

dengan tekanan yang lebih kurang sama. Melainkan hanya dengan jalan

mengucapkan suku kata itu lebih lambat atau lebih tersere. Misalnya: ‫ل نل نل‬

tatkala; ‫ راهن‬baharoe;

6. bila suku kata pra-akhir mempunyai bunyi e pepet tekanan jatuh pada suku kata

terakhir. Misalnya: benar; ْ‫ نل‬telah;

7. kata-kata yang di bentuk dengan merangkai akhiran kebanyakan kali

mempertahankan tekanan pada suku kata terakhir yang mendapat tekanan dalam

kata dasaar. Misalnya: ْ‫ ا نلْ ل‬itoelah; dari ‫ اْ ت‬itoe; ‫ اْ لْ ْل‬inilah; dari ِْْ‫ ا‬ini; terkadang

juga ‫ا‬nya ditulis; misalnya ‫ْ ڠن اد‬dengan.

B.Perubahan Panjang Vokal dalam Kata Disebabkan oleh Akhiran

1. Akhiran-akhiran yang perlu diperhatikan di sini ialah ‫ن أ‬an ‫ئ‬، i ‫ن ك‬، kan ‫ك‬، koe, ‫م‬

Moe, ‫ پ‬nja; terkadang juga dimasukkan disini ‫هت‬tah, ‫هك‬kah, ‫هل‬lah, yang artinya akan

di terangkan kemudian.

2. Untuk menetapkan patokan-patokan yang berkenaan dengan pengaruh akhiranakhir^

ini atas ejaan, maka akhiran tersebut diperinci menjadi:

1. Akhiran yang mulai dengan vokal, yaitu ‫نء‬an dan ‫يء‬i; Akhiran yang mulai dengan

konsonan, yaitu semua'akhiran lainnya. Adapun kata-kata tempat akhiran itu semua

ditambahkan, dibagi menjadi;

1. Akhiran yang berakhir pada vokal.


2. Akhiran yang berakhir pada konsonan.

Sesudah pembagian ini patokan-patokan yang berikut dapat ditetapkan; namun oleh orang

Melayu sendiri sering diabaikan; terutama dalam banyak naskah panjang vokal tidak

diubah di muka akhiran ‫هت‬، ‫ له‬, dan ‫هك‬1).

3. I. Bila suatu kata yang berakhir pada vokal mendapat suatu akhiran- tidak

perduliapakah akhiran ini mulai dengan vocal atau dengan konsonan - vokal akhir kata

tersebut menjadi panjang. Dan jika dalam suku pra-akhir kata tersebut terdapat vokal

panjang, vocal ini menjadi pendek. Misalnya ‫دوك‬koeda, ‫ ادك پ‬koedanja, ‫ءادكْ ڤ‬

pekoedaan, 'kandang kuda:' ‫رادوس‬soedara; ‫ردو ساپ‬soedaranja, ‫دا‬ada, ‫مادا‬adamoe; atau

,perdjamoean ‫ ڤْ ءومجر‬,berdjamoe‫; نر مج‬kejadian ‫ دجك نءي‬,dijadi‫ داج‬,'dialah 'ijalah‫يأ ل ه‬

‫وهات‬Tahoe, ‫يءنوتءم‬mengetahui 2) Dengan sendirinya, jika dalam suku akhir kata sudah

ada vocal panjang, maka vocal ini tidak berubah, dan hanya vokal suku praakhir yang

menjadi pendek, misalnya: ‫وك ل‬lakoe, ‫پ وک ل‬lakoenja, ‫نءوك لك‬kelakoean. Jika dalam hal

ini suku praakhir bervokal pendek, maka panjang vokal tak berubah. Misalnya ‫نر‬

,negerinja‫( يرڬن پ‬negri (negeri‫ رڬن ي‬.pemberian ‫ ڤْ م رب ءي‬,(bri (beri ‫ي‬

4. II. Bila sebuah kata yang berakhir pada konsonan mendapat akhiran yang mulai dengan

vokal, maka vokal pendek dalam suku pra-akhir menjadi panjang. Sebaliknya andai kata

dalam vocal pra-akhir terdapat vokal panjang, ini menjadi pendek. Sebab perubahan ini

dalam ucapan orang suku akhir kata luluh kepada akhiran dan mengambil-alih vokal awal

akhiran tersebut (bandingkan halaman 12 dalam catatan); suku kata akhir yang karena

masuknya akhiran. berubah menjadi suku pra-akhir,berhenti sebagai suku tertutup dan

harus mendapat vokal panjang (lihat Bab V, 2, b) ,lihat‫; تنیل‬mendatangi‫ يڠاتدْم‬,datang ‫اد ڠت‬

;kebesaran‫ بك س را ن‬,besar‫ نس ر‬Misalnya .kelihatan‫قتاهْ ل‬


5. III. Bila sebuah kata yang berakhir pada satu konsonan. mendapat akhiran yang mulai

dengan konsonan, maka panjang vokal tetap; Misalnya ‫ل نب‬bebal 'bodoh' ;sepatoetnja, ‫پ‬

‫ تاڤس ت‬,patoet ‫; تڤ ات‬melihatkan‫ نقتنیلم‬lihat‫; ل ي‬bebalnja‫ ا نب پل‬sampannja‫پْ ڤمس‬

,sampan‫ ا سْ ڤم‬,anak‫ ْق‬.anakmoe‫مك‬


ْ

6. IV. Bila ada kata yang diulang, maka kata itu hanya ditulis sekali dan dibelakangnya

ditambahkan angka doewa (garis bawah penerjemah) (Lihat Bab III,12). Bila kata

berulang mendapat akhiran, yang tidak mengubah panjang vokal, maka cara penulisan ini

dapat dipertahankan dan dengan mudah akhiran tersebut dapat diletakkan di belakang

Angka Doewa, Misalnya ‫نل‬٢‫ي نء‬beli-beli an 'dagangan' dari kalau Tetapi. soenggoeh‫هڬ‬

‫ ڠس‬dari sesoenggoehsoenggoehnya‫هڬ‬٢‫; سس ڠ پ‬beli‫ نل ي‬karena akhiran itu berubah

panjang vokalnya, maka demi telitinya lebih baik jangan menggunakan Angka Doewa,

sebaliknya mengulang kata yang bersangkutan, Karena akhiran hanya berpengaruh pada

panjang vokal dalam kata terakhir, sedangkan panjang vocal dalam kata pertama tetap.

Maka hendaknya menulis, Misalnya ‫ نو ْوپ‬dari boenjian-boenji‫; هنو نو نپ نءي‬boenji‫نو پ‬

dari, boewahan-boewah‫; ڠوب ا ن‬boewah‫ءا ڠبْ ها‬boenga-boenga an dari ‫ ڠوب‬boenga.

Tetapi banyak orang ‫نو‬٢‫ ن‬,‫نء‬٢‫ هنو‬,‫ ڠوب‬٢‫نء‬, ‫ پ‬atau ‫هنو‬٢‫ نه‬,sebab dalam kata ini dan yang

sebangsanya vocal akhir ‫ه‬luluh dengan akhiran), maka dalam naskah-naskah Melayu cara

penulisan ini kebanyakan kali ditemukan.

7. Kata terkadang di belakang akhiran pertama terkadang bias juga mendapat satu atau

dua akhiran lagi 5). Dalam hal itu akhiran- akhiran pertama bersama kata dasar dianggap

sebagai satu kata, sedangkan panjang vokal hanya diatur oleh akhiran penghabisan.

Jelasnya, kalau bukan akhiran pertama atau kedua yang berujung konsonan dan akhiran

berikutnya mulai dengan konsonan.


8. Catatan.1 . Partikel penegas ‫ وْ ڤ‬pon sering di rangkaikan dengan ‫ت يا‬itoe, ‫دا‬ada, ‫ڬل‬lagi,

dan dalam tulisan partikel ini dirangkaikan dengan kata-kata itu. Tetapi pon tetap kata

tersendiri dan bukan akhiran dan tidak berpengaruh pada kata pendahulunya. Jadi ,‫ڤداْ و‬

,‫ ڤوت ْا و‬bukan dan lagipon‫ ل ْ ْو‬,adapon‫ ڤداْ و‬,itoeponْ‫ ي وڤات‬ditulis hendaknya ‫وْ ڤیڬل‬kata-kata

kecil lain pun oleh orang Melayu sering dirangkaikan penulisannya. Misalnya ‫ڠدْيد‬dan

bukan ‫ڠد ن يد‬dengan dija; ‫ر نسڠي‬dan bukan ‫ر نسڠي‬jang besar; dan sebagainya. 2. Bila

sebuah kata, yang berakhir pada ‫ق‬mendapat akhiran yang mulai dengan vokal, maka

huruf tersebut berubah menjadi ‫ ك‬,karena dalam hal ini huruf akhir kata dasar luluh

dengan akhiran dan karena huruf ‫ق‬dalam bahasa Melayu tidak lain hanya digunakan

sebagai huruf penutup suku kata. (Bab IV, § 27). Begitu misalnya, dari .memasoeki‫کو ي‬

‫; سمم‬masoeq‫ سام ق‬dari; kebanjakan ‫ بک کاپ ن‬timbul banjaq‫ قپان‬kata Jika akhiran mulai

dengan konsonan, Maka huruf ‫ق‬tentu saja tetap; seperti dalam kata .masoeq‫ سام ق‬dari,

memasoeqkan‫سامم ك ق ن‬

NASKAH ARAB MELAYU


“PEMALAS”
Si Abu malas benar, kalau baru sejam iya di sekolah datanglah kantuknya dan uapnya tidak

berkeputusan. Oleh karena itu kawan kawan nya baik yang di sekolah baik yang di luar

sekolah menamakan dia si Abu malas. Apabila lalu ia dekat kawan kawannya bersuruk

.......... Mengatakan malas malas akan melawan orang sebanyak itu tak berani ia. Pada suatu

hari terbitlah fikiran dalam hatinya, katanya nanti saya perlihatkan orang banyak bahwa

sekali sekali tak pantas saya di beri nama yang tak baik itu. sesudah makan tengah hari di

buang lah kitabnya kebawah sepohon kayu di tepi jalan raya lalu duduk membaca sebentar ia

duduk terbitlah pula kantuknya dengan tidak tertahan tahan lagi sehingga kitabnya jatuh tidak

di ketahuinya. Dalam ia menggakuk ngakuk itu datanglah seekor kambing jantan . yang amat

besar panjang tanduknya ketempat si abu duduk. Dilihatnya ada anak mengangguk ngangguk

pada.... sayu abu.... pula yang Mengajak dia berlaga. Kambing itu marah pada .....dari pada ia

mendahului ku lebih baik aku mendahului ia. Kambing itu pun berlari sekencang-kencangnya

mendadak. Si abu tiba dikepala nya tunggang langgang kakinya ke atas dulu kali di pertubi

tubikan kambing itu barulah si abu sadar akan dirinya, ia pun baru tarik tarik lah menata

tulang tetapi kambing itu selalu juga mendadak.Karna di Lihat si abu kambing itu tidak akan

berhenti mendadak larilah ia dengan sekuat-kuatnya dua buah bengkak pada kepalanya

sebesar telur itik ditanduk kambing itu, dua hari itu tiada dapat bersekolah karena itu. tetapi

sejak itu hilanglah tabiatnya pengantuk itu sebab telah berulah ajaran daripada kambing itu.

BAB 3
PENUTUPAN

Dari pembahasan materi ajar 10,11,12,dan 13 dapat saya simpulkan bahwasanya dalam tata

cara penelitian naskah arab-melayu mempunyai ketentuan baik dari segi aspek karakter

naskah (teks) Arab-melayu, bentuk penggunaan huruf arab melayu dalam kata ,kaidah vokal

dan harakat konsonan dalam naskah arab melayu, penggunaan tanda bacaan “waw,alif,dan

ya. Serta kita juga melakukan penafsiran arti bacaan arab melayu ke latin dari naskah lama

yang berjudul “pemalas”

Dengan kita mempelajari ajaran materi dengan baik dan kita mencoba

mengimplementasikannya saat melakukan pengubahan/mengartikan bahasa arab-melayu ke

latin, kita jadi lebih paham akan beberapa huruf huruf yang ada didalamnya

DAFTAR PUSTAKA

ollander, J.J, de. 1984. Pedoman Bahasa dan Sastra Melayu (Terjemahan T.W. Kamil dari

Handsleiding bij de Beoefing der Malaische, Tahun 1893, Edisi ke-6. Jakarta: Balai Pustaka.

Hermansoemantri, Emuch. 1986. Identifikasi Naskah. Bandung: Fakultas

PascasarjanaUniversitas Padjadjaran

Nurizzati, 2019. Ilmu Filologi: Teori dan Prosedur Penelitiannya. Malang: CVIRDH

Lubis, Nabilah. 2001. Naskah Teks dan Metode Penelitian Filologi. Jakarta:

YayasanMediaAlo Indonesia.

Pamuntjak, M. Thaib. Gelar Sutan. 1935. Kamus Bahasa Minangkabau Bahasa MelayuRiau.

Batavia: Balai Pustaka.


Baried, Siti Baroroh, dkk. 1985. Pengantar Teori Filologi. Jakarta: Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa.

Djamaris, Edwar. 1977. “Filologi dan Cara Kerja Penelitian Filologi”.

(dalamBahasadanSastra. Nomor 3 Tahun I). Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan

Bahasa.

de Beoefing der Malaische, Tahun 1893, Edisi ke-6. Jakarta: Balai Pustaka.

Robson, S.O. 1978. Pengkajian Sastra-sastra Tradisional Indonesia. (Bahasa danSastra,

Nomor 6, Tahun VI. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa

Anda mungkin juga menyukai