Anda di halaman 1dari 12

Teknik Baca dan Tulis Aksara Kaganga

Dosen Pengampu : Welti Wediasti, M.Pd


Mata Kuliah : Bahasa Daerah

Disusun Oleh Kelompok 2 :

1. Sulastri Safitri (2111290026)


2. Siti Wahyu Lestari (2111290047)
3. Sri Susanti (2111290080)

Program Studi Tadris Bahasa Indonesia


Fakultas Tarbiyah Dan Tadris
Universitas Islam Negeri Fatmawati Sukarno Bengkulu
Tahun 2023
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah
Nya, penulis bisa menyelesaikan Makalah yang berjudul “Teknik Baca dan Tulis Aksara
Kaganga" Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Welti Wediasti, M.Pd
selaku dosen Bahasa Daerah yang telah membantu penulis dalam mengerjakan Makalah ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah berkontribusi dalam
pembuatan Makalah ini. Makalah ini memberikan panduan dalam pembelajaran Bahasa Daerah.
Bagi Mahasiswa/Mahasiswi untuk memahami bahasa Daerah yang baik dan benar.
Penulis menyadari ada kekurangan pada Makalah ini. Oleh sebab itu, saran dan kritik
senantiasa diharapkan demi perbaikan Makalah. Penulis juga berharap semoga Makalah ini
mampu memberikan pengetahuan tentang pentingnya penggunaan Bahasa Daerah.
Bengkulu, Oktober 2023

Penulis

Daftar Isi

i
KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................1
C. Tujuan Penulis...................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Akasara Kaganga..............................................................................................................2
B. Teknik Baca Aksara Kaganga...........................................................................................3
C. Teknik Tulis Aksara Kaganga...........................................................................................5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aksara Kaganga Produk Budaya Adiluhung Leluhur. Aksara Kaganga merupakan sebuah
nama kumpulan beberapa aksara yang berkerabat yang digunakan oleh suku bangsa dan
etnik budaya di Sumatra bagian selatan. Aksara-aksara yang termasuk kelompok ini adalah
antara lain aksara Rejang, Kerinci, Lampung, Rencong dan lain-lain. Aksara Batak atau Surat
Batak juga berkerabat dengan kelompok ini. Diperkirakan jaman dahulu di seluruh pulau
Sumatra dari Aceh di ujung utara sampai Lampung di ujung selatan, menggunakan aksara
yang berkerabat dengan kelompok aksara Kaganga ini. Kecuali di Aceh dan di daerah
Sumatra Tengah (Minangkabau dan Riau), yang dipergunakan sejak lama adalah huruf Jawi.
Aksara kaganga disebut juga dengan aksara ulu karena banyak berkembang dalam
masyarakat yang tinggal di hulu sungai di pedalaman. Para peneliti asing kerap menyebutnya
kaganga karena pedoman aksaranya menggunakan huruf kaganga, dan seterusnya. Aksara ini
memiliki 19 huruf tunggal dan sembilan huruf pasangan (ngimbang). Huruf-huruf ditulis
dengan ditarik ke kanan atas sampai sekitar 45 derajat.
B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian aksara kaganga?
b. Bagaimana teknik baca aksara kaganga?
c. Bagaimana teknik tulis aksara kaganga
C. Tujuan Penulis
a. Untuk mengetahui pengertian aksara kaganga.
b. Untuk mengetahui teknik baca aksara kaganga.
c. Untuk mengetahui teknik tulis aksara kaganga.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Aksara Kaganga
Perbedaan utama antara aksara Surat Ulu dengan aksara Jawa ialah bahwa aksara
Surat Ulu tidak memiliki pasangan sehingga jauh lebih sederhana daripada aksara Jawa,
dan sangat mudah untuk dipelajari .
Penyebaran aksara Ka Ga Nga banyak terdapat di daerah Bengkulu, Jambi,
Sumatera Selatan dan Lampung. Pada dasarnya masyarakat yang daerahnya memiliki
aksara sendiri mengaku bahwa aksara yang mereka pergunakan sumber dari satu dasar
yang semula terdapat di suatu daerah tertentu, mengunakan bentuk, jumlah huruf dan
sistem penulisan sendiri kemudian menyebar dan berkembang ke daerah lain. Karena
perbedaan dialek, kebutuhan berbahasa, diperlukan penyesuaian menurut tingkat
perkembangan kebudayaan masing-masing, sehingga terjadi perubahan-perubahan huruf
dan tanda eja, juga menimbulkan perbedaan beber
Aksara asli Bengkulu dikenal dengan KA-GA-NGA. Aksara KA-GA-Nga
merupakan turunan dari aksara Palawa dan berbetuk garis siku-siku serta sangat kaku.
Pada zaman dahulu, aksara Ka-Ga-Nga ditulis pada media bambu, bilah bambu, batu,
kulit kayu, rotan, bilah rotan, serta tanduk. Masyarakat Bengkulu menggunakan aksara
Ka-Ga-Nga untuk menulis doa-doa, mantera, teknik bercocok tanam, pengumuman,
cerita rakyat, sejarah, maupun informasi yang dikirim luas atau secara pribadi.
Beberapa ahli bahasa mengklaim bahwa ada hubungan antara aksara ini dengan
hieroglif Mesir dan bahasa Ibrani.Di Museum Negeri Bengkulu banyak ditemukan
potongan naskah penggunaan aksara Ka-Ga-Nga pada masyarakat zaman dulu. Naskah-
naskah tersebut terkumpul dari berbagai daerah di Provinsi Bengkulu.Saat ini, budaya
tulis Ka-Ga-Nga kembali dimunculkan ke masyarakat, salah satunya adalah
menambahkan simbol-simbol tulisan dan huruf pada motif batik.Selain itu, anak sekolah
juga mulai diperkenalkan dengan aksara Ka-Ga-Nga pada pelajaran muatan lokal.
Di Museum Negeri Bengkulu sendiri banyak ditemukan potongan naskah
penggunaan aksara Ka-Ga-Nga pada masyarakat zaman dahulu, yang dikumpulkan dari
berbagai daerah di Provinsi Bengkulu. Saat ini budaya tulisan Ka-Ga-Nga kembali
dimunculkan ke masyarakat salah satunya adalah dengan menambahkan symbol – simbol

2
tulisan dan huruf tersebut pada motif batik atau yang lainnya. Selain itu anak sekolah kini
juga mulai diperkenalkan dengan aksara Ka-Ga-Nga pada mata pelajaran Muatan Lokal.
B. Teknik Baca Aksara Kaganga
TANDA BACA :
1. Mengubah bunyi huruf buah tua menjadi : I, E, O, U dan bunyi vokal rangkap : AI dan
AU.
2. Mengganti beberapa konsonan : NG, N, R, M dan H.
3. Tanda bunuh diri atau pemati konsonan bagi yang tidak mendapat tanda pengganti
yaitu :
KA bunuh diri menjadi = K DA bunuh diri menjadi = D
GA bunuh diri menjadi = G PA bunuh diri menjadi = P
CA bunuh diri menjadi = C BA bunuh diri menjadi = B
JA bunuh diri menjadi = J SA bunuh diri menjadi = S
TA bunuh diri menjadi = T LA bunuh diri menjadi = L
KEDUDUKAN TANDA BACA :
1. Kiri atas untuk bunyi : I, Ē , O

2. Kiri bawah untuk bunyi : U, E, AU


3. Kanan atas untuk bunyi : NG, N, M, R, AI
4.Belakang untuk bunyi : H dan pemati konsonan
PENGEJAAN TANDA BACA :
1. Buah tua yang belum mendapat tanda baca, atau masih berbunyi = A disebut Bayang
KA, GA,
NGA dan seterusnya
2. Jika buah tua berubah bunyi dengan memakai tanda :

3
3. Buah tua yang mendapat tanda bunuh diri adalah :

4. Tanda baca gabung :

Tanda baca gabung ini merupakan gabungan tanda baca I, E, O, U, Ē, AU dan AI


dengan NG, N, M, R dan H atau tanda baca dengan tanda baca konsonan.

4
Tanda baca Tulang (NG), Ratau (N) dan Rating (M), dipergunakan hanya di ujung saja.
Bila bunyi tersebut ditengan kata dan huruf berikutnya berbunyi K, G, S, depan NG, I, D,
depan N, P, B, depan M, maka dipergunakan huruf pasangan yaitu : NGK, NGG, NT,
ND, MP, MB, NJ.
Contoh :

Tanda baca Tulang, Ratau dan Rating yang terdiri dari titik-titik tersebut tidak
boleh diletakkan ditengah kata, karena berkemungkinan akan bertemu dengan tanda
bunyi Bitan (i).
C. Teknik Tulis Aksara Kaganga
Aksara KAGANGA terdiri dari 27 buah tua (19 huruf tunggal dan 8 huruf
pasangan atau huruf ngibang), dan 13 tanda baca.

5
Tanda baca Tulang, Ratau dan Rating yang terdiri dari titik-titik tersebut tidak
boleh diletakkan ditengah kata, karena berkemungkinan akan bertemu dengan tanda
bunyi Bitan (i).
TATA CARA PENULISAN HURUF
1. Kemiringan huruf 45º sampai dengan 50º.
2. Penulisan dari arah kiri ke kanan, dari sudut bawah kiri ke sudut kanan atas,
kecuali huruf memakai garis tegak lurus permulaan atau penutupan. Garis
tegak berukuran setengah dari tinggi huruf.
3. Penulisan huruf KAGANGA memiliki garis halus dan kasar, garis yang ditarik
keatas halus sedangkan garis kebawah kasar atau tebal.
4. Untuk keseragaman penulisan dan agar tidak terjadi salah baca, maka penulisan
harus dengan bantuan kotak-kotak pola persegi empat, contoh lihat pada
halaman 52 (Aksara Rejang).
5. Setiap penulisan kata harus diatur jarak satu atau dua huruf ke kata berikutnya.
6. Awal penulisan yang menggunakan huruf Ē , E, I, O dan U harus menggunakan
huruf A dengan mengubah bunyinya.
7. Huruf latin yang tidak terdapat pada huruf Rejang adalah : F, V, Q, X, Z. untuk
menggantinya dipergunakan huruf :

 F dan V dipergunakan huruf = PA

6
 Q dipergunakan huruf = KA
 X dan Z dipergunakan huruf = SA
8. Dalam huruf KAGANGA, tidak dikenal istilah huruf besar dan huruf kecil
HURUF TUNGGAL :
1.KA 5.DA 9.MA 13.SA 17.WA _ _ _ _ _
2. GA 6. NA 10. CA 14. RA 18. HA
3. NGA 7. PA 11. JA 15. LA 19. A
4.TA 8.BA 12.NYA 16.YA _ _ _ _
HURUF PASANGAN/NGIBANG :
1. MBA 3. NDA 5. NCA 7. NGGA
2. KKL 4. NTA 6. NJA 8. NGKA

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Aksara asli Bengkulu dikenal dengan KA-GA-NGA. Aksara KA-GA-Nga merupakan
turunan dari aksara Palawa dan berbetuk garis siku-siku serta sangat kaku. Pada zaman
dahulu, aksara Ka-Ga-Nga ditulis pada media bambu, bilah bambu, batu, kulit kayu,
rotan, bilah rotan, serta tanduk. Masyarakat Bengkulu menggunakan aksara Ka-Ga-Nga
untuk menulis doa-doa, mantera, teknik bercocok tanam, pengumuman, cerita rakyat,
sejarah, maupun informasi yang dikirim luas atau secara pribadi. TANDA BACA :
1. Mengubah bunyi huruf buah tua menjadi : I, E, O, U dan bunyi vokal rangkap : AI dan
AU.2. Mengganti beberapa konsonan : NG, N, R, M dan H.3. Tanda bunuh diri atau
pemati konsonan bagi yang tidak mendapat tanda pengganti. Aksara KAGANGA terdiri
dari 27 buah tua (19 huruf tunggal dan 8 huruf pasangan atau huruf ngibang), dan 13
tanda baca. Tanda baca Tulang, Ratau dan Rating yang terdiri dari titik-titik tersebut
tidak boleh diletakkan ditengah kata, karena berkemungkinan akan bertemu dengan tanda
bunyi Bitan (i).

8
DAFTAR PUSTAKA
Anto. (2017, Desember Sabtu). Aksara Kaganga. Diambil kembali dari Kemdikbud:
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/aksara-kaganga/

Bengkulu, K. B. (2017, Januari Jumat). Aksara Kaganga Bengkulu. Diambil kembali dari Kemdikbud:
https://kantorbahasabengkulu.kemdikbud.go.id/aksara-kaganga-bengkulu/

Budi, M. (2022, Oktober Selasa). Akasara Kaganga. Diambil kembali dari SCRIBD:
https://id.scribd.com/documen/340587754/Aksara-Kaganga

Daniswari, D. (2022, Januari Senin). Sejarah Aksara Kaganga dan Jumlah Aksara Kaganga. Diambil
kembali dari Kompas.com: https://medan.kompas.com/read/2022/01/29/113953878/sejarah-
aksara-kaganga

Anda mungkin juga menyukai