Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

STRATEGI PEMBELAJARAN PASANG AKSARA BALI


MENGGUNAKAN METODE “TEBAK KATA”
PADA KELAS RENDAH

MATA KULIAH STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA BALI

OLEH:

Luh Sri Martini / 16.1.1.3.3.167


Ni Putu Sukadesi / 16.1.1.3.3.29
Desak Komang Suryaningsih / 16.1.1.3.3.340
I G N Ketut Dwija Prastika / 16.1.1.3.3.28

PROGRAM STUDI PGSD


JURUSAN DHARMA ACARYA
SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU NEGERI
MPU KUTURAN SINGARAJA
PROVINSI BALI
2016/ 2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Dalam UUD 1945 pasal 36 disebutkan bahwa bahasa daerah yang ada di
masyarakat pendukungnya, merupakan sebagian dari kebudayaan yang hidup.
Dalam politik bahasa Nasional disebutkan bahwa bahasa suku memiliki
kedudukan sebagai bahasa Daerah. Bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional dan
bahasa Negara, serta bahasa asing utamanya bahasa Inggris sebagai bahasa
perhubungan internasional dan sebagai alat mendewasakan bahasa Indonesia
sebagai bahasa modern. Adapun pembinaannya dalam hal ini meliputi
inventarisasi, kodifikasi, perencanaan dan pengembangan
Berdasarkan hal inilah pembinaan bahasa-bahasa daerah di Indonesia,
jangan sampai sebaliknya menimbulkan masalah-masalah kebangsaan yang
merugikan. Dalam perkembangannya antara bahasa Indonesia dengan bahasa-
bahasa daerah akan terjadi peranan fungsionalisasi dalam berbagai ragamnya.
Dalam bahasa daerah, khususnya bahasa Bali, peranan fungsionalisasi ini sangat
penting. Dalam hal ini bentuk tulisan atau ragam tulis. Karena itu dapat
memberikan arah dan sumbangannya yang lebih positif bagi pembinaan dan
pengembangan kebudayaan Indonesia yang menuju kebudayaan yang
berkepribadian.
Bahasa Bali di samping ditulis dengan huruf Latin, juga ditulis dengan
aksara Bali. Berdasarkan fungsinya aksara Bali dibedakan menjadi dua, yaitu
aksara suci yang meliputi aksara wijaksara dan aksara modre. Pada umumnya
kedua aksara itu digunakan dalam hal yang bersifat magis dan keagamaan. Bagian
yang kedua adalah aksara biasa. Aksara ini meliputi aksara wreastra dan aksara
Swalalita. Pada umumnya aksara ini digunakan untuk menulis bahasa sehari-hari
dan bahasa sastra. Peranan Aksara Bali dalam sastra cukup luas, meliputi
penulisan aksara Bali dalam bahasa Sanskerta seperti weda, penulisan aksara Bali
dalam bahasa Bali seperti sastra geguritan. Dengan demikian aksara Bali setidak
tidaknya digunakan untuk tiga bahasa. Bahasa Sanskerta tergolong bahasa klasik
yang juga mewariskan unsur-unsur klasiknya ke dalam bahasa Jawa kuna. Pada

2
akhirnya unsur-unsur tersebut diwariskan ke dalam bahasa Jawa Kuna. Dari
bahasa Jawa Kuna lalu diwariskan unsur-unsur tersebut ke dalam bahasa Bali.
Karena itu, sudah sewajarnyalah bahasa Sanskerta sangat dominan pengaruh
unsur leksikonnya, terutama terhadap bahasa Jawa Kuna, demikian juga terhadap
bahasa Bali.
Setiap aksara memiliki tata aksaranya yang disebut ejaan. Pewarisan
bahasa membawa pewarisan tata ejaan. Demikian pula halnya bahasa Sansekerta
dan bahasa Jawa Kuna memiliki sistem ejaan yang juga dibawa bersamaan dengan
masuknya unsur leksikon itu ke dalam bahasa Bali, yang dewasa ini masih tetap
digunakan.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah merupakan suatu acuan berdasarkan pada latar belakang
masalah diatas sehingga penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Sejarah Perkembangan Pasang Aksara Bali ?
2. Metode Apa yang digunakan untuk menjelaskan Pasang Aksara Bali ?

1.3 Tujuan Makalah


Dari uraian masalah diatas maka tujuan yang ingin dicapai yaitu :
1. Untuk mengetahui sejarah Pasang Aksara Bali
2. Untuk dapat mengetahui metode yang tepat dalam pengarajaran Aksara Bali

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Aksara Bali


Sejarah aksara Bali erat kaitannya dengan perkembangan aksara India. Aksara
Bali berasal dari bahasa dan aksara yang dibawa dari India ketika zaman
penyebaran agama Hindu dan Buddha di negara Indonesia. Awalnya di India
terdapat aksara yang disebut aksara Karosti. Dari aksara Karosti ini kemudian
berkembang menjadi aksara Brahmi. Aksara Brahmi kemudian berkembang lagi
menjadi aksara Devanagari dan aksara Pallawa. Aksara Devanagari digunakan di
India Utara dalam menulis bahasa Sansekerta. Sedangkan aksara Pallawa
digunakan di India Selatan dalam menulis bahasa Pallawa. Perkembangan aksara
Devanagari dan Pallawa di Indonesia mengikuti perkembangan agama Hindu dan
Buddha. Perkembangan aksara Devanagari dan Pallawa ini kemudian
menghasilkan aksara Kawi atau aksara Indonesia kuno. Dari aksara Kawi ini
kemudian lama-kelamaan berubah menjadi aksara Jawa, aksara Bali, dan aksara-
aksara lainnya yang saat ini ada di Indonesia. Bukti peninggalan yang
menunjukkan perkembangan ini salah satunya terdapat pada yupa yang
bertuliskan aksara Devanagari di Kutai, Kalimantan Timur.
Di Bali, bukti perkembangan aksara Devanagari dan Pallawa dapat
ditemukan di Pura Penataran Sasih Pejeng, Kecamatan Tampaksiring,
Kabupaten Gianyar. Di pura ini terdapat stupa-stupa kecil yang berisi cap dari
tanah legit. Cap-cap tersebut berisi tulisan dalam aksara Pradewanegari
atau Siddhamatrka. Aksara tersebut digunakan untuk menulis mantra Buddha
Tathagata. Bukti perkembangan berikutnya dapat ditemukan di Pura Blanjong
Sanur. Di sana terdapat tugu peringatan raja Sri Kesari Warmadewa yang berisi
tulisan dalam aksara Devanagari dan aksara Bali kuno. Aksara Devanagari
digunakan untuk menuliskan bahasa Bali kuno, sedangkan aksara Bali kuno
digunakan untuk menuliskan bahasa Sansekerta. Aksara berikutnya yang
berkembang adalah aksara Pallawa. Terdapat tulisan aksara Pallawa yang disebut
aksara Semi Pallawa. Dari aksara Semi Pallawa tersebut kemudian berkembang
bentuknya menjadi aksara Kediri Kwadrat, yang kemudian berubah menjadi

4
aksara Jawa dan terakhir berubah lagi menjadi aksara Bali. Bukti penulisan dalam
aksara Pallawa tersebut ada yang diletakkan di Pura Bale Agung Sembiran.
Bentuk aksara Bali yang seperti membulat merupakan contoh bentuk
aksara Bali yang berasal dari aksara Pallawa. Contoh perkembangan aksara Bali
dari aksara Devanagari adalah bentuk huruf akara dalam aksara Bali yang sangat
mirip dengan bentuk huruf a dalam aksara Devanagari. Sejarah aksara Bali di
atas, saya rangkum dari buku ‘Pedoman Pasang Aksara Bali‘ oleh Dinas
Kebudayaan Propinsi Bali yang sayangnya ditulis dalam bahasa Bali. Untuk
mengetahui lebih jauh Anda bisa membaca sendiri buku.
Menurut Omniglot, aksara Bali disebut juga dengan ‘Carakan‘. Dalam
buku ‘Unicode Standard version 5.0‘ dinyatakan bahwa aksara Bali berasal dari
aksara Brahmi purba dari India. Selain itu, buku tersebut juga menyebutkan
bahwa aksara Bali memiliki banyak kemiripan dengan aksara-aksara modern di
Asia Selatan dan Asia Tenggara yang berasal dari rumpun aksara yang sama.
Aksara Bali pada abad ke-11 banyak memperoleh pengaruh dari bahasa Kawi atau
Jawa kuno. Versi modifikasi aksara Bali ini digunakan juga untuk menuliskan
bahasa Sasak yang digunakan di Pulau Lombok. Beberapa kata-kata dalam bahasa
Bali meminjam dari bahasa Sansekerta yang kemudian juga mempengaruhi aksara
Bali. Tulisan Bali tradisional ditulis pada daun pohon siwalan (sejenis palma),
tumpukannya kemudian diikat dan disebut lontar.

2.2 Soroh Aksara Bali

Aksara Bali wenten wantah 18 aksara sane kawastanin aksara lagna


(aksara sane kantun melalung/durung polih pengangge suara),

= ha = na = ca = ra

= ka = da = ta = sa

= wa = la = ma = ga = ba

5
= nga = pa = ja = ya = nya

Pengangge sura inggih punika: ulu,suku,taleng,taleng tedong,miwah


pepet.Taler wenten mawasta tengena miwah sane siosan,manut Pasamuhan Agung
Alit (kecil) para sujana miwah para sastrawan sajagat Bali ring Denpasar,duk
tanggal: 28 kantos 30 Desember 1963. Nanging iriki boya punika sane jagi
kawedar,santukan katambetan tityang nenten mresidaang nyurat Aksara Bali
nganggen aplikasi program Bali Simbar iriki. Sane jagi kawedar iriki wantah
Aksara Bali ngangen huruf latin manten.

Sane kabaos Aksara inggih punika: ceciren utawi gegambaran suara sane
kawetuang olih imanusa. Rupa wiadin wangun aksara punika maendahan,nganutin
gegambaran wangsa sane ngangge/ngamanggehang aksara punika.

Aksara Bali latin manut Ejaan basa Bali Yang Disempurnakan,tan dados pasah
ring pasang aksara (ejaan) ringg Bahasa Indonesia (EYD). Puniki manut ring
pamutus Lokakarya Indik Ejaan basa Bali Latin duk tanggal 12 kantos 13 Januari
1973 ring Denpasar. Yaning manut onekan (sesuai dengan bacaan), Basa Bali
Latin punika wenten kalih warna: I. Aksara suara (vokal) miwah II. Aksara
Wianjana (konsonan). Sane kalih puniki, manutin kawigunannyane taler dados
kapalih dados tatiga,inggih punika: 1. Aksara Wre Sastra (kabaos aksara jajar
komeri). 2. Aksara Swalalita. 3. Aksara Modre.

1. Aksara Wre Sastra:


Aksara puniki kaanggen nyuratan Basa bali Lumbrah (bahasa sehari-hari).Aksara
puniki makatah 18 (pelekutus), inggih punika: ha, na, ca, ra, ka, da, ta, sa, wa,
la, ma, ga, ba, nga, pa, ja, ya, nya. Aksara puniki taler kabaos aksara jajar komeri.

2. Aksara Swalalita:
Aksara puniki kaanggen nyuratang Aksara Bali sane mamuat Basa Jawi Kuna
(Basa Kawi) minakadi nyurat: Kakawin,Palawakia,Kanda Tutur miwah sane
siosan. Punika mawinan aksara puniki kabaos aksara Kawiswara. Lianan ring
punika taler kaanggen nyuratang Aksara Bali sane mamuat Basa

6
Sanskerta,minakadi nyurat: Weda,Sloka,Sruti miwah Japa Mantra. Mungguing
katah aksara puniki wantah 47 sane kawinangun antuk: A. Aksara Suara
katahnyane: 14, B. Aksara Wianjana katahnyane: 33. Aksara-aksara puniki
maduwe suara kakalih inggih punika:
-Suara Hreswa (suara cendet=pendek)
-Suara Dirga (suara panjang).

a. Aksara Suara :
Aksara suara puniki dados makalih :

- Suara Hreswa (suara pendek), makadi : a, i, u, e, o, r, l.


-Suara Dirga (suara panjang), makadi : a, i, e, o, r, l.

Seos ring aksara suara inucap wenten taler sane kabaos : Suara Pluta (dipotong)
punika panjang malemad, upami : ai, au.

b. Aksara Wianjana :
Aksara puniki madrebe pepalihan dados 5 (lima paos) sane mawasta : warga
aksara (manut Panini, sastrawan Hindu saking Jagat India kawastanin
Pancawalimuka). Warga aksara inucap minakadinipun :

-Warga Kantya: k, kh, g, gh.


-Warga Tawalya: c, ch, j, jh.
-Warga Murdhanya: t, th, d, dh, n.
-Warga Dantya: t, th, d, dh.
-Warga Osthya: p, ph, b, bh.

Punika sane kabaos/mawasta Warga Aksara winangun antuk 5 (limang) paos.


Seos ring punika, soang-soang Warga aksara punika madrebe duluran inggih
punika :

-Ardha suara (semi vocal) : y, r, l, w.


-Usma (suara ngeses = desis) : s, s.
-Wisarga (angsengan) : h.
-Anunasika (anuswara = sengau): ng, ny, n, m.

7
Ring Aksara Swalalita posan Aksara Wianjana, wenten sane kabaos : suara tajem,
minakadinipun : k, kh, c, ch, t, th, t, th, p. ph. Seos ring punika, taler wenten suara
kirang tajem (suara lembut), minakadinipun : g, gh, j, jh, d, dh, b, bh. Suara
hreswa ring Aksara Wianjana mawasta (taler kabaos) alpaprana. Sapunika taler
suara dirgannyane, mawasta : mahaprana. Suara tajem miwah suara kirang tajem
(lembut), soang-soang mamuat/kahanan : apaprana miwah mahaprana. Aksara-
aksara sane kahanan alpaprana miwah mahaprana inggih punika:

-Warga Kantya : k, g, (alpaprana); kh, gh (mahaprana)


-Warga Tawalya : c, j, (alpaprana); ch, jh (mahaprana)
-Warga Murdhanya: t, d, (alpaprana); th, dh (mahaprana)
-Warga Dantya : t, d, (alpaprana); th, dh (mahaprana)
-Warga Osthya : p, b, (alpaprana); ph, bh (mahaprana)

3. Aksara Modre:
Aksara Modre, inggih punika : aksara sane kaanggen nyuratang rerajahan-
rerajahan, japa mantra. Upami : ANG, UNG, MANG. Taler sering kaucapang : A,
U, M. yang kacutetang dados : AUM, lantur OOM. Taler katah sane lian-lianan.
Salanturnyane yan nganinin indik Aksara Bali, rarisang wacen tur uratiang ring :
CAKEPAN UGER-UGER PASANG AKSARA BALI.

 Pangangge Aksara:

1. Pangangge Suara:

Ulu

Ulu sari

Ulu ricem

Ulu Candra

Pepet

8
Pepet matedong

Tedong

Taleng

Taleng matedong

Taleng marepa

Taleng marepa
matedong

Suku

Suku ilut

2. Pangangge Ardasuara:

Nania

Guung

Guung macelek

Gantungan la

Suku kembung

9
3. Wangun Gempelan:

Wangun gempelannyane

Wangun gempelannyane

Wangun gempelannyane

Wangun gempelannyane

4. Wangun Gantungan:

Wangun gantungannyane

Wangun gantungannyane

Wangun gantungannyane

Wangun gantungannyane

Wangun gantungannyane

Wangun gantungannyane

Wangun gantungannyane

Wangun gantungannyane

10
Wangun gantungannyane

Wangun gantungannyane

Wangun gantungannyane

Wangun gantungannyane

Wangun gantungannyane

Wangun gantungannyane

Wangun gantungannyane

Wangun gantungannyane

Wangun gantungannyane

Wangun gantungannyane

Wangun gantungannyane

Wangun gantungannyane

11
2.3 MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING (TEBAK
KATA)

a. Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Learning (Tebak Kata)


Metode ini berguna untuk kelas yang aktif dalam kelas. Pengertian aktif
terdapat 2 (dua) macam, yaitu:
1. Aktif dalam arti selalu atau suka berbicara meski tidak dalam
pembelajaran,
2. Aktif dalam arti siswa mau dan mampu berfikir dan bertanya jika
menemukan kesulitan.
Dalam buku Cooperative Learning PAIKEM oleh Agus Suprijono
menjelaskan pembelajaran aktif yaitu: Pembelajaran adalah proses belajar dengan
menempatkan peserta didik sebagai center stage performance, dengan proses
pembelajaran yang menarik sehingga siswa dapat merespon pembelajaran dengan
suasana yang menyenangkan. Sedangkan aktif adalah siswa atau peserta didik
mampu dan dapat bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.
Maka dari itu, berlangsungnya proses pembelajaran tidak terlepas dengan
lingkungan sekitar atau tidak terbatas pada empat dinding kelas. Melainkan
pembelajaran dapat terlaksana dengan pendekatan lingkungan menghapus
kejenuhan dan menciptakan peserta didik yang cinta terhadap lingkungan sekitar.
Sedikit contoh metode Pembelajaran Aktif yaitu dengan Metode Tebak kata.
Model pembelajaran tebak kata adalah model pembelajaran yang
menggunakan media powerpoint yang berpasangan dengan kartu jawaban.
Permainan tebak kata dilaksanakan dengan cara siswa menebak kata yang
dimaksud oleh guru dengan mengklik gambar. Melalui permainan tebak kata,
selain anak menjadi tertarik untuk belajar juga memudahkan dalam menanamkan
konsep pelajaran dalam ingatan siswa. Jadi, guru mengajak siswa untuk bermain
tebak kata dengan menggunakan media powerpoint.

b. Penerapan Metode Tebak Kata dalam Proses Belajar Mengajar


Dalam menerapkan metode permainan ada beberapa hal yang harus disiapkan
adalah sebagai berikut :

12
1. Siapkan materi yang akan di sampaikan.
2. Siapkan bahan ajar yang di butuhkan.
3. Siapkan kata kunci yang akan di pertanyakan.

• Kelebihannya :
1. Anak akan mempunyai kekayaan bahasa.
2. Sangat menarik sehingga setiap siswa ingin mencobanya.
3. Siswa menjadi tertarik untuk belajar
4. Memudahkan dalam menanamkan konsep pelajaran dalam ingatan siswa.
5. Pembelajaran berlangsung menyenangkan
6. Siswa diarahkan untuk aktif

• Kekurangannya :
1. Memerlukan waktu yang lama sehingga materi sulit tersampaikan. Bila siswa
tidak menjawab dengan benar maka tidak semua siswa dapat maju karena
waktu terbatas.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://aksarabali.wordpress.com/2008/10/02/sejarah-aksara-bali/#more-20
http://www.wikiwand.com/jv/Aksara_Bali
http://www.senaya.web.id/aksara.php

14

Anda mungkin juga menyukai