Anda di halaman 1dari 12

Pengantar

Kata aksara berasal dari bahasa Sansekerta dan berarti huruf. Dalam bahasa Batak istilah surat digunakan untuk merujuk pada aksara Batak: Surat Batak. Surat Batak terdiri dari 19 ina ni surat dan 5 anak ni surat. Abjadnya mempunyai beberapa urutan, salah satunya dipakai sebelah kiri. Urutan lain adalah: a ha ma na ra ta sa pa la ga ja da nga ba wa ya nya i u Di samping itu masih ada beberapa versi yang lain, namun yang di atas yang paling umum. Sebagaimana halnya dengan semua aksara keturunan India maka Surat Batak juga terdiri dari aksara yang selalu berakhir dengan vokal a, dan tanda diakritis yang dalam bahasa Batak disebut

anak ni surat. Jumlah anak ni surat bervariasi dan di Toba berjumlah enam. Keenam anak ni surat mengubah induk ni surat dengan menggantikan nilai /a/ dengan vokal e, i, o, u, dengan menambahkan ng, atau dengan menghapus bunyi /a/ pada aksara induk. Keenam anak ni surat memiliki nama tersendiri dan kadang-kadang terdapat lebih dari satu nama tergantung pada daerah atau tradisi masing-masing.

Kursus
Belajar Aksara Batak amatlah mudah. Ke-19 aksara yang ditambah beberapa tanda diakritik dapat cepat dipahami.

Aksara
Semua ina ni surat yang berupa konsonan berakhir dengan bunyi /a/ (bp bapa).

Anak ni Surat
Untuk menambah bunyi vokal, bunyi sengau dan bunyi /h/ serta untuk mematikan bunyi /a/ perlu ditambah beberapa tanda diakritik (anak ni surat). Perhatikan bahwa dari semua bahasa Batak, bahasa Toba memiliki jumlah bunyi bahasa yang paling sedikit. Hanya bahasa Karo dan Pakpak yang memiliki bunyi e-pepet dan oleh sebab itu maka ada huruf tersendiri untuk e-pepet yang berbeda dengan e-keras. Dalam bahasa Batak lainnya bunyi e-pepet menjadi /o/: telu => tolu, besi => bosi.

Baik Toba maupun Mandailing tidak memiliki bunyi /h/ pada akhir suku kata sehingga: idah => ida, rumah => ruma, geluh => golu, reh =>ro.

Surat Batak

Informasi Jenis aksara Bahasa Periode Arah penulisan Abugida Batak sekitar abad ke-14 sampai sekarang Kiri ke kanan Menurut hipotesis hubungan antara abjad Aramea dengan Brahmi, maka silsilahnya sebagai berikut:

Silsilah

Abjad Proto-Sinaitik

o Abjad Fenisia Abjad Aramea Aksara Brahmi

Dari aksara Brahmi diturunkanlah:


Aksara Pallawa o Aksara Kawi Kuna Surat Batak

Aksara kerabat

Bali Baybayin Buhid Hanun'o Jawa Kaganga (Rejang) Lontara (Bugis) Rencong Sunda Kuno Tagbanwa (Tagalog)

Baris Unicode U+1BC0U+1BFF ISO 15924 Nama Unicode


Batk, 365

Batak

Perhatian: Halaman ini mungkin memuat simbol-simbol fonetis IPA menggunakan Unicode.

Surat Batak adalah nama aksara yang digunakan untuk menuliskan bahasa Batak. Surat Batak masih berkerabat dengan aksara Nusantara lainnya. Aksara ini memiliki beberapa varian bentuk, tergantung bahasa dan wilayah. Secara garis besar, ada lima varian surat Batak di Sumatra, yaitu Karo, Toba, Dairi, Simalungun, dan Mandailing. Aksara ini wajib diketahui oleh para datu, yaitu orang yang dihormati oleh masyarakat Batak karena menguasai ilmu sihir, ramal, dan penanggalan. Kini, aksara ini masih dapat ditemui dalam berbagai pustaha, yaitu kitab tradisional masyarakat Batak.

Daftar isi

1 Ciri khas 2 Jenis aksara dan penyebaran 3 Penggunaan o 3.1 Ina ni surat o 3.2 Anak ni surat 4 Lihat pula 5 Catatan kaki 6 Bacaan lebih lanjut 7 Pranala luar

Ciri khas
Surat Batak adalah sebuah jenis aksara yang disebut abugida, jadi merupakan sebuah perpaduan antara alfabet dan aksara suku kata. Setiap karakter telah mengandung sekaligus konsonan dan vokal dasar. Vokal dasar ini adalah bunyi [a]. Namun dengan tanda diakritis atau apa yang disebut anak ni surat dalam bahasa Batak, maka vokal ini bisa diubah-ubah. Huruf vokal dan konsonan dalam aksara Batak diurut menurut tradisi mereka sendiri, yaitu: a, ha, ka, ba, pa, na, wa, ga, ja, da, ra, ma, ta, sa, ya, nga, la, nya, ca, nda, mba, i, u. Aksara Batak biasanya ditulis pada bambu/kayu.[1] Penulisan dimulai dari atas ke bawah, dan baris dilanjutkan dari kiri ke kanan. (Sumber: Kozok, Uli. 2009. Surat Batak: Sejarah Perkembangan Tulisan Batak, Berikut Pedoman Menulis Aksara Batak dan Cap Si Singamangaraja XII. Jakarta: cole franaise d'Extrme-Orient, Kepustakaan Populer Gramedia.)

Jenis aksara dan penyebaran


Setiap bahasa Batak memiliki varian Surat Batak sendiri-sendiri. Namun varian-varian ini tidaklah terlalu berbeda satu sama lain. Ada empat varian Surat Batak yang utama, sesuai rumpun bahasa Batak, yaitu: Karo, Toba , Pakpak-Dairi, Simalungun, dan Angkola-Mandailing. Dengan membandingkan kelima aksara Batak dan mengadakan analisa nama-nama huruf diakritik maka Prof. Dr. Uli Kozok dari University of Hawai'i at Manoa, dapat membuktikan bahwa aksara Batak mula-mula ada di Mandailing. Dari Mandailing aksara Batak menyebar ke kawasan Toba Timur (perbatasan dengan Simalungun), lalu ke Simalungun dan ke Toba Timur. Dari Toba Timur aksara Batak menyebar lagi ke Pakpak Dairi, sedangkan dari Toba Barat ke Simalungun, sedangkan aksara Karo menunjukkan pengaruh baik dari Pakpak-Dairi maupun dari Simalungun. (Sumber: Kozok, Uli. 2009. Surat Batak: Sejarah Perkembangan Tulisan Batak, Berikut Pedoman Menulis Aksara Batak dan Cap Si Singamangaraja XII. Jakarta: cole franaise d'Extrme-Orient, Kepustakaan Populer Gramedia.)

Penggunaan
Surat Batak zaman dahulu kala digunakan untuk menulis naskah-naskah Batak yang di antaranya termasuk buku dari kulit kayu yang dilipat seperti akordeon. Dalam bahasa Batak buku tersebut dinamakan pustaha atau pustaka. Pustaha-pustaha ini yang ditulis oleh seorang "guru" atau datu (dukun) berisikan penanggalan dan ilmu nujum. Penulisan huruf surat Batak secara garis besar terbagi dalam dua kategori, yaitu ina ni surat dan anak ni surat.
Ina ni surat

Ina ni surat merupakan huruf-huruf pembentuk dasar huruf aksara Batak. Selama ini, ina ni surat yang dikenal terdiri dari: a, ha, ka, ba, pa, na, wa, ga, ja, da, ra, ma, ta, sa, ya, nga, la, ya, nya, ca, nda, mba, i, u. Nda dan Mba adalah konsonan rangkap yang hanya ditemukan dalam variasi Batak Karo, sedangkan Nya hanya digunakan di Mandailing akan tetapi dimasukkan juga dalam alfabat Toba walaupun tidak digunakan. Aksara Ca hanya terdapat di Karo sedangkan di Angkola-Mandailing huruf Ca ditulis dengan menggunakan huruf Sa dengan sebuah tanda diakritik yang bernama tompi di atasnya.
Surat Batak Alfab et Kar Latin o Dair i Simalungu Mandaili n/ ng Timur Alfab et Latin Surat Batak Dair i Simalungu Mandaili n/ ng Timur

Toba

Karo

Toba

a ha ka ba pa na wa

ta sa ya nga la nya ca

ga ja da ra ma
Anak ni surat

nda mba i u

Anak ni surat dalam aksara Batak adalah komponen fonetis yang disisipkan dalam ina ni surat (tanda diakritik) yang berfungsi untuk mengubah pengucapan/lafal dari ina ni surat. Tanda diakritik tersebut dapat berupa tanda vokalisasi, nasalisasi, atau frikatif. Anak ni surat ini terdiri dari:

Bunyi [e] (hatadingan) Bunyi [] (paminggil) Bunyi [u] (haborotan) Bunyi [i] (hauluan) Bunyi [o] (sihora) Pangolat (tanda untuk menghilangkan bunyi [a] pada ina ni surat)

Nama-nama tanda diakritis di atas hanya berlaku untuk bahasa Batak Toba. Dalam bahasabahasa Batak lainnya terdapat sejumlah variasi nama ina ni surat. Misalnya Pangolet dalam bahasa Karo dinamakan "penengen". Seperti halnya ina ni surat, anak ni surat dalam aksara Batak juga disusun menurut tradisi mereka sendiri, yaitu: [e], [i], [o], [u], [], [x]. Tanda diakritik juga memiliki varian bentuk antara suatu daerah dengan daerah lainnya yang menggunakan aksara yang sama. Di bawah ini disajikan contoh penggunaan tanda diakritik dengan huruf Ka, dan varian tanda pangolat.
Surat Batak Transliterasi Latin Karo Toba Dairi Simalungun/ Mandailing Timur

ke

k ki ko kou ku kang kah

Anda mungkin juga menyukai