Anda di halaman 1dari 52

seTy Aiè> ìsj set- Am]ih p]sj 56789:;5я

NITYĀKṢARA JAWA1
(Pengetahuan Aksara Jawa)

Oleh
Setya Amrih Prasaja,S.S.2

PENGANTAR

Tulisan ini berjudul Nityākṣara Jawa, adapun pemberian judul apabila diartikan secara

harfiah maka,  (niti) ; pengetahuan,  (akṣara) ; tulisan. Tulisan ini sedikit

banyak akan membahas aksara Jawa mulai dari tata penulisan yang lazim digunakan pada

kropak rontal – rontal kakawin maupun kidung Jawa Kuna (Kawi), tata penulisan Sriwedari

tahun 1926, adapun tata penulisan aksara Jawa hasil Konggres Bahasa Jawa II Malang 1996,

dan Keputusan tiga Gubernur, JATENG, DIY, serta JATIM tahun 2002 tidak dibahas dalam

tulisan ini.

Tulisan sederhana sebagai media untuk memudahkan kita memahami tata penulisan

aksara Jawa dari masa lalu sehingga masa sekarang. Mengapa begitu penting untuk diangkat

lagi, salah satunya tentu sebagai media pengingat untuk kita bersama, khususnya bagi orang

1 Disampaikan pada Workshop “Unicode Aksara Jawa dalam Ranah Sistem Operasi Windows dan Smart Phone
Android”., MGMP Bahasa Jawa SMA/SMK/MA Kabupaten Bantul, 13 Februari 2015. di MAN Gandekan
2 Guru Bahasa Jawa SMA Negeri 1 Sanden.

Mas Bekel Dwijasetyaprasaja 1


seTy Aiè> ìsj set- Am]ih p]sj 56789:;5я

Jawa, bahwa aksara Jawa merupakan bagian yang seharusnya tidak bisa dipisahkan dengan

aksara Jawa. Sebagaimana aksara Kanji dan bahasa China, maupun Jepang, bahasa Arab

dengan Hijaiyahnya, dan lain sebagainya. Selain daripada itu, tulisan ini juga sebagai bentuk

penghargaan atas berhasilnya aksara Jawa masuk dalam database unicode untuk aksara –

aksara sedunia, sehingga dirasa perlu untuk sesering mungkin, atau kalau bisa aksara Jawa

mulai kita bangunkan dari mati suri yang berkepanjangan ini.

Dengan masuknya aksara Jawa dalam unicode, maka membuat aksara Jawa bisa dengan

leluasa digunakan pada perangkat – perangkat digital, seperti PC, Netbook, Tablet, Gadget.

Sehingga impian sebagian masyarakat Jawa untuk bisa mengetik aksara Jawa pada perangkat

digital mereka semakin mudah, kita bisa menimati sms dengan menggunakan aksara Jawa,

bbm dengan aksara Jawa, dan masih banyak lagi.

Dengan mempelajari aksara Jawa dengan seksama, tentunya akan sangat penting untuk

menghindarkan carut marutnya penulisan – penulisan bahasa Jawa dalam aksara Latin, seperti

yang berserak di kalangan masyarakat Jawa, baik dari kalangan elite, sebagian akademisi, para

kaum golongan jurnalis, maupun masyarakat Jawa pada umumnya. Tentu saja hal itu terjadi

bagai takterbendung, karena selama ini bahasa Jawa yang memiliki sistem alphabetik atau

aksara sendiri justru lebih menikmati meminjam aksara Latin, ketimbang mencoba untuk tetap

memadukan aksaranya sendiri, hal yang tidak pernah akan terjadi pada bahasa Arab dan huruf

Hijaiyahnya, China dengan Kanji, bahasa Thai dengan akson Thai, dan bahasa – bahasa yang

hadir dengan sistem alphabetik selain Latin.

Semoga kumpulan sedikit pengetahuan tentang aksara Jawa ini, bisa membuka pikiran,

dan memperluas wacana kita tentang aksara Jawa, yang seharusnya menjadi aksara resmi dari

bahasa Jawa.

Dakshina Sagara, akhir tahun 2014


Setya Amrih Prasaja,S.S.

Mas Bekel Dwijasetyaprasaja 2


seTy Aiè> ìsj set- Am]ih p]sj 56789:;5я

ABA
MARDI KAWI

Mardi Kawi adalah salah satu karya buku monumental karya W.J.S. Poerwadarminta, Mardi
Kawi terdiri dari tiga jilid, jilid kesatu memuat Wyākarana Kawi, jilid kedua memuat Waosan Kawi
Dalah Jarwa Utawi Katranganipun, dan jilid ketiga memuat Kawi – Jarwa. Buku ini merupakan
kumpulan tulisan tentang tata tulis aksara Jawa, yang lazim digunakan pada karya sastra Jawa
Kuna, dalam kropak rontal – rontal masa kejayaan Hindu di pulau Jawa.
Mardi Kawi memudahkan bagi kita untuk bisa membaca, dan mengetahui tata penulisan
aksara Jawa Kuna pada masanya, sehingga Mardi Kawi lebih tepat dikatakan sebagai buku
pedoman pembacaan karya – karya klasik Jawa Kuna yang tata penulisannya masih mengindahkan
tata tulis dan hukum bunyi bahasa Sanskṛêta yang terasa rumit, dan membagi susunan aksaranya
sesuai dengan artikulasi aksara tersebut diucapkan. Di bawah ini bisa sedikit dicermati susunan
aksara Devanagari, dan aksara Jawa baik langgam seperti dalam rontal – rontal kakawin yang
berkembang di Bali maupun aksara Jawa yang berkembang di Jawa.
CARAKAN
DEVANAGARI KAWI LATIN
BALI JAWA

k ꦏ ꦏ ‍ꦏ  CD ka

o ꦑ ꦑ ‍ꦑ E CF kha

g ꦒ ꦒ ‍ꦒ G CH ga

" ꦓ ꦓ ‍ꦓ I CJ gha

' ꦔ ꦔ ‍ꦔ K CL nga

t ꦠ ꦠ ‍ꦠ  CM ta

Mas Bekel Dwijasetyaprasaja 3


seTy Aiè> ìsj set- Am]ih p]sj 56789:;5я

q ꦡ ꦡ ‍ꦡ N O tha

d ꦢ ꦢ ‍ꦢ P CQ da

x ꦣ ꦣ ‍ꦣ R CS ḍa

n ꦤ ꦤ ‍ꦤ  T na

[ ꦟ ꦟ ‍ꦟ U CV ṇa

Q ꦛ ꦛ ‍ꦛ W CX ṭa

F ꦝ ꦝ ‍ꦝ Y CZ dha

p ꦥ ꦥ ‍ꦥ [ C\ pa

) ꦦ ꦦ ‍ꦦ ] C^ pha

b ꦧ ꦧ ‍ꦧ _ C` ba

É ꦨ ꦨ ‍ꦧ a Cb bha

m ꦩ ꦩ ‍ꦩ c Cd ma

c ꦕ ꦕ ‍ꦕ e Cf ca

D ꦖ ꦖ ‍ꦖ g Ch cha

j ꦗ ꦗ ‍ꦗ я Ci ja

H ꦙ ꦙ ‍ꦙ j Ck jha

| ꦚ ꦚ ‍ꦚ l Cm ña

] ꦘ ꦘ ‍ꦘ n Co jna / dnya

y ꦪ ꦪ ‍ꦾ p q ya

r ꦫ ꦫ ꦿ‍  r ra

Mas Bekel Dwijasetyaprasaja 4


seTy Aiè> ìsj set- Am]ih p]sj 56789:;5я

ꦬ ꦬ ‍ꦬ s Ct rṛa

l ꦭ ꦭ ‍ꦭ u Cv la

v ꦮ ꦮ ‍ꦮ w x wa

z ꦯ ꦯ ‍ꦯ y Cz ça

; ꦰ ꦰ ‍ꦱ { 
C ṣa

s ꦱ ꦱ ‍ꦸꦥ 5 C|\ sa

h ꦲ ꦲ ‍ꦲ } C~ ha

A ꦄ ꦄ ‍ꦄ  C a

Aa ꦄꦴ ꦄꦴ ‍ꦄꦴ 8 C8 ā

@ ꦌ ꦌ ‍ꦌ € C e

@e ꦍ ꦍ ‍ꦍ ‚ Cƒ ai

# ꦅ ꦅ ‍ꦅ „ C… i

$ ꦆ ꦆ ‍ꦆ † C‡ ï

% ꦈ ꦈ ‍ꦈ ˆ C‰ u

^ ꦈ◌ꦴ ꦈꦴ ‍ꦈꦴ ˆ8 C‰8 ü

AaE ꦎ ꦎ ‍ꦎ Š C‹ o

Aae ꦎ◌ꦴ ꦎꦴ ‍ꦎꦴ Š8 C‹8 ö

& ꦉ ꦉ ‍ꦽ Œ  rê

¨ ꦉꦴ ꦉꦴ ‍ꦽꦴ Œ8 8 rö

¤ ꦊ ꦊ ‍ꦊ Ž C lê

Mas Bekel Dwijasetyaprasaja 5


seTy Aiè> ìsj set- Am]ih p]sj 56789:;5я

¥ ꦋ ꦋ ‍ꦋ  C‘ lö

i ‍ꦶ C wulu
[i]

I ‍ꦷ C’ dirgha melik
[ï]

u ‍ꦸ | suku
[u]

U ‍ꦹ “ dirgha mendhut
[ü]

- ‍ꦼ C6 pêpêt
[ê]

- ‍ꦼꦴ C68 dirgha mutak


[ö]

a ‍ꦴ C8 dirgha raswadi
[ā]

ae ꦺ‍ ꦴ
‍ ”C C8 taling tarung
[o]

e ꦺ‍ ”C taling
[é / è]

@e ꦻ‍ •C dirgha muré
[ai]

AaE ꦻ‍ ꦴ
‍ •C C8 dirgha muré tarung
[au]

R ‍ꦂ C– layar
[ŕ]

< ‍ꦁ C— cecak
[ŋ]

> ‍ꦃ C: wignyan
[ḥ]

- ‍ꦾ q péngkal
[-ýa-]
- ꧊ ˜ adêg - adêg

- ꧋ ™ adêg - adêg

, ꧈ š koma

. ꧉ › titik

Mas Bekel Dwijasetyaprasaja 6


seTy Aiè> ìsj set- Am]ih p]sj 56789:;5я

- ꧃ œ pada andhap

- ꧄  pada madya

- ꧅ ž pada luhur

- ꧅꧉ꦧꦖ꧉꧅ ž›_h›ž purwa pada

- ꧅‍꧉ꦿꦟꦢ꧉꧅ ž›ŸUQ›ž madya pada

- ꧅꧉ꦆ꧉꧅ ž›†C›ž wasana pada

1 ꧑ B 1

2 ꧒   2

3 ꧓   3

4 ꧔ ¡ 4

5 ꧕ ¢ 5

6 ꧖ £ 6

7 ꧗ ¤ 7

8 ꧘ ¥ 8

9 ꧙ ¦ 9

A. Daftar aksara Wyanjana :


Alpaprāṇa Mahāprāṇa Alpaprāṇa Mahāprāṇa Anunasika
Artikulasi sibilant
(Non-aspirant) (Aspirant) (Non-aspirant) (Aspirant) (Nasal)
U§  E G I K
--
kaṇṭya /
tenggorokan ka kha ga gha nga

8u¨ e g y я j l n
tālawya / langit -
langit ca cha ça ja jha ña dnja

© Y Zª  W « { Y ¬ U
müŕḍhanya / lidah ṭa ṭtha ṣa ḍa ḍdha ṇa

Mas Bekel Dwijasetyaprasaja 7


seTy Aiè> ìsj set- Am]ih p]sj 56789:;5я

P­  N 5 P R 
dantya / gigi ta tha sa da dha na

Š{§ [ ] _ a c
--
oṣṭya / bibir pa pha ba bha ma

B. Daftar Aksara Mandaswara :


Mandaswara
visarga anuswara
semi vokal
} p w  s u C: C—
ha ya wa ra rṛa la ḥ ŋ

C. Daftar Aksara Swara :


®¯  € „ ˆ Š Œ Ž
hṛswa Swara Swara Swara Swara Swara Swara Swara
pendek a é i u o rê lê

PIJª 8 ‚ † ˆ8 Š8 Œ8 
dirgha Swara Swara Swara Swara Swara Swara Swara
panjang ā ai ï ü au rêu lêu

D. Gugus Tabel warga Wyanjana


wisarga }

mandaswara p  u w

kaṇṭya  E G I K

tālawya e g я j l n l

mürḍanya W « Y ¬ U {

oṣṭya [ ] _ a c

 N P R  5 danta

Mas Bekel Dwijasetyaprasaja 8


seTy Aiè> ìsj set- Am]ih p]sj 56789:;5я

Tabel gugus konsonan di atas hanya berlaku pada kasus ketika aksara – aksara tersebut
dalam posisi mendapatkan pasangan jadi tidak serta merta ketika berbeda warga dituliskan
sebagaimana daftar gugus konsonan, karena kebanyakan bahasa Kawi (Jawa Kuna) banyak
mengambil kosakata Sanskṛta maka, penulisan aksara akan sangat dimungkinkan berbeda untuk
membedakan arti, contoh :
Carakan
Sanskṛta 3
Latin Arti
Bali Jawa
sur ꦱꦸꦫ ° sura dewa

sura ꦱꦸꦫꦴ °8 surā minuman keras

zUr ꦯꦹꦫ ± çüra berani, pahlawan

ASt ꦄꦱꦠ 5M asta adalah

ASw ꦄꦱꦡ ² astha tulang

hSt ꦲꦱꦠ }5M hasta tangan

A:Q ꦄꦰꦜ {³ aṣṭha delapan

dn ꦢꦤ P dana sakit

dan ꦢꦴꦤ P8 dāna pemberian

xn ꦣꦤ R dhana uang, kekayaan

gn ꦒꦤ G gana langit

g[ ꦒꦟ GU gaṇa kelompok

pla ꦥꦭ [u pala bahu

pala ꦥꦴꦭ [8u pāla gembala

)la ꦦꦭ ]u phala hasil, buah

sub ꦱꦸꦧ °_ suba sudah

zu_a ꦯꦸꦨ ´_ çubha baik

3 Aksara yang terdapat dan digunakan dalam rontal – rontal kakawin berbahasa Jawa Kuna.

Mas Bekel Dwijasetyaprasaja 9


seTy Aiè> ìsj set- Am]ih p]sj 56789:;5я

sk ꦱꦏ 5 saka tiang

soa ꦱꦑꦴ 5E8 sakhā teman

gt ꦒꦠ G gata adalah

gaqa ꦒꦴꦛꦴ G8W8 gāṭā bait

gq ꦓꦛ IW ghaṭa kuali

zIt<€u ꦯꦷ ꦠꦔꦱꦸ y’ Kµ çïtangṣu rembulan

nm> izva ꦤꦩꦃꦯꦶ ꦮꦴ c:y w8 namaḥ çiwā siwa

Cobalah cermati contoh penulisan di bawah ini :


1. Aksara  dantya yang mendapat pasangan aksara dari gugus aksara golongan talawya :

 dipasangi я  Berubah menjadi l li

 dipasangi e  Berubah menjadi l lf

Catatan :  ketika mendapat pasangan selain huruf tersebut di atas tetap  tidak berubah

menjadi l. aturan ini berlaku ketika dua aksara tersebut terdapat dalam satu kata.

Pengecualian : aksara  yang mendapat pasangan l maupun p akan diperlakukan lain,


lihat contoh di bawah ini :
 dipasangi l  Berubah menjadi l l

 dipasangi p  Berubah menjadi l l

 dipasangi y Jarang ditemukan dalam satu kata,

Perhatikan baik – baik, kenapa pada kasus ini berubahnya  menjadi l, dan pasangan, lalu

l dan p tidak muncul ?. Ini alasannya :

Bukanlah pasangan dari l tapi merupakan

¶ Tidak bisa karena · pasangan dari ¸. pasangan l adalah C Cm

Mas Bekel Dwijasetyaprasaja 10


seTy Aiè> ìsj set- Am]ih p]sj 56789:;5я

Satu kata ꦱꦸꦚ °l ꦱꦸꦤꦾ °¸


¹ Akan berubah menjadi ¸
Dua kata ꦤꦪ Z ꦥ ꦤ ꦪꦼ ꦏꦠꦶ [  ¹6 M

Contoh dalam penulisan kata :


Carakan Latin
uliº Tidak ditulis uiº lanjaran

uiº Tidak ditulis uliº lan jaran

´¸ Tidak ditulis ´l sunya

[  ¹6 M Tidak ditulis [¸6 M pan yekti

2. Aksara  dantya yang mendapat pasangan aksara dari gugus aksara golongan murdhanya :

 Dipasangi W  Berubah menjadi U UX

 Dipasangi «  Berubah menjadi U U³

 Dipasangi Y  Berubah menjadi U UZ

 Dipasangi ¬  Berubah menjadi U U»

 Dipasangi U  Berubah menjadi U UV

 Dipasangi {  Berubah menjadi U U

Catatan :  ketika mendapat pasangan selain huruf tersebut di atas tetap  tidak berubah

menjadi U.

Contoh dalam penulisan kata :


Latin
Carakan
Ejaan Kawi Ejaan Jawa Sekarang
ꦏꦟꦛꦶ UX Tidak ditulis   X kanṭi kanthi

ꦥꦴꦟꦝꦮ [8UZw Tidak ditulis [  w


Z pānḍawa pandhawa

ꦯꦤꦠꦶ yM Tidak ditulis yUM çanti santi

ꦥꦤꦠꦶ [M Tidak ditulis [UM panti panti

Mas Bekel Dwijasetyaprasaja 11


seTy Aiè> ìsj set- Am]ih p]sj 56789:;5я

3. Aksara 5 dantya yang mendapat pasangan aksara dari gugus aksara golongan murḍanya :

5 Dipasangi « 5 Berubah menjadi { {³

5 Dipasangi W 5 Berubah menjadi { {X

5 Dipasangi Y 5 Berubah menjadi { {Z

5 Dipasangi ¬ 5 Berubah menjadi { {»

5 Dipasangi U 5 Berubah menjadi { {V

5 Dipasangi { 5 Berubah menjadi { {

Catatan : 5 ketika mendapat pasangan selain huruf tersebut di atas tetap 5 tidak berubah

menjadi {.

Contoh dalam penulisan kata :


Latin
Carakan
Ejaan Kawi Ejaan Jawa Sekarang
ꦠꦿꦸꦰ ꦛ ½{X Tidak ditulis ½ 5 Xš½yX trusṭa trustha

ꦏꦽ ꦰ ꦟ ¾ { V Tidak ditulis ¾ 5 Vš¾ y V krêṣṇa krêsna

4. Aksara 5 dantya yang mendapat pasangan aksara dari gugus aksara golongan osṭanya :

5 Dipasangi [ 5 Berubah menjadi { {\

5 Dipasangi ] 5 Berubah menjadi { {^

5 Dipasangi _ 5 Berubah menjadi { {`

5 Dipasangi a 5 Berubah menjadi { {b

5 Dipasangi c 5 Berubah menjadi { {d

Catatan : 5 ketika mendapat pasangan selain huruf tersebut di atas tetap 5 tidak berubah

menjadi {.

Contoh dalam penulisan kata :


Carakan Latin

Mas Bekel Dwijasetyaprasaja 12


seTy Aiè> ìsj set- Am]ih p]sj 56789:;5я

Ejaan Kawi Ejaan Jawa Sekarang


ꦨꦷꦰꦩ a’{d Tidak ditulis a’5dša’yd bhïṣma bhisma

ꦥꦸꦰꦥ ¿{\ Tidak ditulis ¿5\š¿y\ puṣpa puspa

ꦄꦰꦩ {d Tidak ditulis 5dšyd aṣma asma

5. Aksara 5 dantya yang mendapat pasangan aksara dari gugus aksara golongan tälawya :

5 Dipasangi e 5 Berubah menjadi y yf

5 Dipasangi g 5 Berubah menjadi y yh

5 Dipasangi я 5 Berubah menjadi y yi

5 Dipasangi j 5 Berubah menjadi y yk

5 Dipasangi l 5 Berubah menjadi y ym

5 Dipasangi n 5 Berubah menjadi y yo

Catatan : 5 ketika mendapat pasangan selain huruf tersebut di atas tetap 5 tidak berubah

menjadi y.

Contoh dalam penulisan kata :


Latin
Carakan
Ejaan Kawi Ejaan Jawa Sekarang
[5fPºš
ꦥꦯꦕ ꦢ꧀ [yf Pº Tidak ditulis paçcad pascad
[{f Pºš

c5iPºš
ꦩꦯꦗꦶ ꦢ꧀ cyi Pº Tidak ditulis maçjid masjid
c{i Pºš

6. Aksara 5 dantya yang mendapat pasangan aksara dari gugus aksara golongan kaṇṭya :

5 Dipasangi  5 Berubah menjadi { C

5 Dipasangi E 5 Berubah menjadi { E

5 Dipasangi G 5 Berubah menjadi { CG

Mas Bekel Dwijasetyaprasaja 13


seTy Aiè> ìsj set- Am]ih p]sj 56789:;5я

5 Dipasangi I 5 Berubah menjadi { CI

5 Dipasangi K 5 Berubah menjadi { K

Catatan : 5 ketika mendapat pasangan selain huruf tersebut di atas tetap 5 tidak berubah

menjadi {.

Contoh dalam penulisan kata :


Latin
Carakan
Ejaan Kawi Ejaan Jawa Sekarang
ꦥꦏꦱꦶ [ Tidak ditulis [zš[À\ pakṣi paksi

ꦩꦔꦱ cK Tidak ditulis c K zšcÁ\ mangṣa mangsa

7. Aksara 5 dantya yang mendapat pasangan aksara dari gugus aksara golongan mandaswara :

5 Dipasangi p 5 Berubah menjadi y Cy¹šÂ

5 Dipasangi  5 Berubah menjadi y yà šÄ

5 Dipasangi u 5 Berubah menjadi y yv

5 Dipasangi w 5 Berubah menjadi y C¯

Catatan : 5 ketika mendapat pasangan selain huruf tersebut di atas tetap 5 tidak berubah

menjadi y.

Contoh dalam penulisan kata :


Latin
Carakan
Ejaan Kawi Ejaan Jawa Sekarang
ꦩꦯꦾ c Tidak ditulis cŚc 5 ¹ maçya masya

ꦯꦿꦷ Ē Tidak ditulis 5ÃšÆšÇ çṛi sṛi

„5vcºš
ꦅꦯꦭ ꦩ꧀ „yv cº Tidak ditulis içlam islam
„{v cºš

ꦄꦯꦮ ¯ Tidak ditulis ȚÉ açwa aswa

Mas Bekel Dwijasetyaprasaja 14


seTy Aiè> ìsj set- Am]ih p]sj 56789:;5я

AÊA
SASTRA LAMPAH

Yang dimaksud sastra lampah dalam penulisan aksara Jawa adalah, menghidupkan kembali
unsur konsonan di akhir sebuah kata, apabila bertemu dengan unsur vokal, atau dengan kata lain
apabila ada unsur konsonan mati bertemu dengan awal vokal pada kata berikutnya, maka
penulisannya melebur dengan menghidupkan kembali konsonan akhir tadi.
Contoh dalam penulisan :
Carakan Keterangan
ꦲꦊꦥꦶꦏꦔꦸꦩꦃ ꦲꦊꦥ꧀ ꦅꦏꦁ ꦈꦩꦃ

}Ž[Ác: }Ž[º „— ˆc:


halêp ikang umaḥ halêp ikaŋ umaḥ
ꦪꦤꦴꦩꦽꦩꦭꦔꦼꦴ ꦪꦤꦩꦽꦩ꧀ ꦄꦭꦔꦼꦴ

p8ËcuK68 pËcº uK68


yanāmrêm alangö yanāmrêm alangö
ꦠꦼꦏꦥꦶꦫ ꦠꦼꦏꦥ꧀ ꦅꦫ

6[ 6[º „
têkapira têkapira
ꦱꦔꦶꦤꦸꦗꦫꦤꦮꦮꦁ ꦱꦁ ꦅꦤꦸꦗꦫꦤ꧀ ꦮꦮꦁ

5KÌяÍw— 5— „Ìяº ww—


sang inujaran wawaŋ saŋ inujaran wawaŋ
ꦥꦥꦼꦠꦏꦶꦔꦪꦩꦮꦤ ꦥꦥꦼꦠꦏ꧀ ꦅꦁ ꦄꦪꦩꦮꦤ

[[6KpÎ [[6º „— pÎ


papêtak ing ayam wana papêtak iŋ ayam wana
ꦩꦫꦴꦏꦔꦸꦲꦸꦃ ꦩꦫꦴꦏ꧀ ꦄꦁ ꦈꦲꦸꦃ

c8ÁÏ: c8º — ˆÏ:


mārak anguhuḥ mārak aŋ uhuḥ
ꦄꦮꦶꦓꦤꦩꦱ ꦠꦸ ꦄꦮꦶꦓꦤꦩ꧀ ꦄꦱ ꦠꦸ

wÐc5 Ñ wÐcº 5 Ñ
awighnam astu awighnam astu

Mas Bekel Dwijasetyaprasaja 15


seTy Aiè> ìsj set- Am]ih p]sj 56789:;5я

ꦱꦔꦸꦠꦠ ꦫꦶ ꦱꦁ ꦈꦠꦠ ꦫꦶ

5ÁM  5— ˆM 
sang uttari saŋ uttari
ꦄꦺꦏꦴꦤꦏꦸꦩꦴꦗꦫꦶ ꦄꦺꦏꦴꦤ꧀ ꦄꦏꦸ ꦩꦗꦫ꧀ ꦅ

”8Àc8я ”8º À cяº „


akon aku mājari akon aku mājari
ꦏꦱꦽꦥꦤꦿꦶꦠꦶ ꦔꦏ ꦲꦩꦸ
ꦶ ꦱꦸꦃ ꦏꦱꦽꦥꦤ꧀ ꦫꦶ ꦠꦶ ꦔꦏ ꦲ꧀ ꦅ ꦩꦸꦱꦸꦃ

Ò[Ó KD }Ô
 °: Ò[º   KD }º „ Ô°:
kasrêpan ri tingkah i musuḥ kasrêpan ri tingkah i musuḥ
ꦭꦸꦩꦶꦲꦠꦿꦶꦱꦁ ꦭꦸꦩꦶꦲꦠ꧀ ꦫꦶ ꦱꦁ

Õc}Ö5— Õc}º  5—
lumihat ṛi saŋ lumihat ri saŋ
ꦥꦺꦏꦴꦤꦿꦶꦥꦠꦶꦏ꧀ ꦥꦺꦏꦴꦤ꧀ ꦫꦶ ꦥꦠꦶꦏ꧀

[”8Ó[º [”8º  [º


pakon ṛi patik pakon ri patik
ꦮꦸꦏꦶꦩꦮꦔ
ꦫ ꦭꦱ꧀ ꦮꦸꦏꦶꦫ꧀ ꦩꦮꦁ ꦄꦭꦱ꧀

×ÎK
ª u5º ׺ Η u5º
wukir mwang alas wukir mwaŋ alas
ꦪꦠꦤꦔꦸꦠꦸꦱ ꦪ ꦠꦤ꧀ ꦄꦔꦸꦠꦸꦱ

pÁØ5 p º ÁØ5


ya tan angutusa ya tan angutusa
ꦥꦼꦠꦔ
ꦼ ꦶꦮꦊꦏ꧀ ꦥꦼꦠꦼꦁ ꦅ ꦮꦊꦏ꧀

[6K
6 w
 Žº [6Ù „ wŽº
pêtêng i walêk pêtêŋ i walêk
ꦠꦴꦩꦤꦉꦥꦠ꧀ ꦠꦴꦩꦤ꧀ ꦄꦉꦥꦠ꧀

8cŒ[º 8cº Œ[º


tāman arêpat tāman arêpat
ꦥꦮꦔꦤꦏꦶꦁꦪꦪꦃꦩꦮꦔꦶꦧꦸ ꦥꦮꦔꦤꦏ꧀ ꦅꦁ ꦪꦪꦃ ꦩꦮꦁ ꦅꦧꦸ

ÚKÛpp:ÎKÜ ÚKº „— pp: Η „Ü


pwa nganak iŋ yayaḥ mwang ibu pwa nganak iŋ yayaḥ mwaŋ ibu

Coa perhatikan penulisan di bawah ini :

Mas Bekel Dwijasetyaprasaja 16


seTy Aiè> ìsj set- Am]ih p]sj 56789:;5я

ꦭꦸꦩꦶꦲꦠ꧀ ꦫꦶ ꦱꦁ Penulisannya menjadi ÕcÖ5—š kenapa bisa

Õc}º  5— demikian, kok tidak ditulis Õc}Ã5—š coba

perhatikan ;

aksara  merupakan warga P  ­ sementara

aksara  warga Ô Y Zª ¸ sehingga berlaku hukum

regresif , karena kedua aksara tersebut tidak


sewarga atau sedaerah artikulasi.

Oleh karena itu penulisan pasangan 

menggunakan r

ꦩꦸꦫꦸꦧꦫꦭ
ꦶꦁ ꦔꦶꦠ꧀ Penulisannya tetap kenapa bisa demikian, kok

ÔÞ_ÃÛuKº tidak ditulis ÔÞßÛuKºš coba perhatikan ;

aksara _ merupakan warga Š{§ sementara

aksara  warga Ô Y ¸
Zª sehingga tidak berlaku

hukum regresif , karena kedua aksara tersebut

sewarga atau sedaerah artikulasi. Oleh karena itu

penulisannya pasangan  tidak menggunakan

r namun menggunakan CÃ

Pengkhususan :

hanya pada kasus ketika konsonan akhir pada kata

yang sewarga bertemu dengan  di awal kata,

apabila unsur konsonan dan  bertemu dalam

satu kata maka penulisannya :

ß_º tidak _Ã_


 º

à_Gº tidak GÃ_Gº

Perhatikan contoh lain di bawah ini :

ꦩꦸꦮꦸꦱ꧀ ꦫꦶ ꦱꦁ ꦄꦗꦗꦸꦫ ꦤ Ô×Æ5Kя᪠š kenapa bisa demikian, kok tidak

Ô×5º  5— я᪠ ditulis Ô×5Ã5Kя᪠ atau Ô×{Ã 5Kя᪠š

muwus ri saŋ Aŕjuna coba perhatikan ;

Mas Bekel Dwijasetyaprasaja 17


seTy Aiè> ìsj set- Am]ih p]sj 56789:;5я

aksara 5 merupakan warga P  ­ sementara

aksara  warga  sehingga berlaku hukum

regresif , karena kedua aksara tersebut tidak


sewarga atau sedaerah artikulasi.

Oleh karena itu penulisan pasangan 

menggunakan r , dan karena aksara 5

mendapat pasangan  yang tidak sewarga, maka

5 berubah menjadi y.

ꦩꦸꦮꦸꦱ꧀ ꦫꦶ ꦯꦿꦷ ꦏꦽ ꦰ ꦟ Penulisannya menjadi Ô×ÆĒ¾ { Vš kenapa

Ô×5º  Ē ¾ { V bisa demikian, coba perhatikan ;

muwus ri çrï kreṣṇa y+ Cà yà Ä

5+ CÃ 5Ã Æ

5+ CV 5V {V

+ CÃ + C6 Ã6 ¾

Mas Bekel Dwijasetyaprasaja 18


seTy Aiè> ìsj set- Am]ih p]sj 56789:;5я

A A
TENTANG AKSARA SIGÊG
š Kš dan } serta q

Sigeg  º Tidak seperti pada tata tulis aksara Jawa Sriwedari

maupun KBJ, pada tata tulis pra Sriwedari aksara

sigêg  pada akhir kata diakhir kalimat, maka

dikenai sandhangan pangkon.

[5º pasaŕ

cº kamaŕ

5[º sapaŕ

r Sandhangan cakra, pada dasarnya adalah

merupakan pasangan / panjing ra.

å: kisṛuḥ

æc kṛama

Ôç mudṛa

Pengecualian ;
contoh di bawah ini tidak diperlakukan seperti pada
kolom atas karena pada kasus penulisan di bawah
merupakan kasus adanya hukum sastra lampah.
Sehingga pelatinannya sesuai pelatinan [r] bukan [ṛ].
wå: wis ruh

яGçp Jagad raya

C– Sandhangan layar, tidak seperti pada tata tulis


aksara Jawa Sriwedari maupun KBJ, pada tata

tulis pra Sriwedari karena layar C– berfungsi

sebagai aksara  yang berubah wujud ketika

menjadi sigeg karena mendapat sandhangan, maka

Mas Bekel Dwijasetyaprasaja 19


seTy Aiè> ìsj set- Am]ih p]sj 56789:;5я

penempatan layar di belakang, lihat pada contoh.

uº + ÔÞ_º uÔÞ


ª _º
liŕ murub liŕ murub
Apabila hadirnya sigêg  dalam satu kata yang

diikuti aksara selain :

}š[š]š5š{šWššNš«š

maka dikenakan dwita dengan merangkap aksara

tersebut

5º + w ꦱꦮꦮꦫ

5º + w 5èª
saŕwa saŕwwa
ꦱꦸꦪꦪꦫ
°º + p
°pªº
suŕya
suŕyya
ꦄꦗꦗꦫ
º + я
яªº
aŕja
aŕjja
ꦮꦟꦟꦫ
wº + U
wUVª
waŕṇa
waŕṇṇa
ꦩꦢꦢꦶꦂ
cº + P
cPQé
maŕdi
maŕddi
Sigeg K Kº Seperti pada tata tulis aksara Jawa Sriwedari

maupun KBJ, pada tata tulis pra Sriwedari aksara

sigeg K pada akhir kata diakhir kalimat, maka


dikenai sandhangan cêcak.

[5— pasaŋ

À— kunaŋ

Mas Bekel Dwijasetyaprasaja 20


seTy Aiè> ìsj set- Am]ih p]sj 56789:;5я

C— Sandhangan cêcak, pada dasarnya adalah

merupakan sigêg K yang digunakan pada akhir

kata, adapun apabila sigêg K diakhir kalimat,

adapun sigêg K dalam satu kata apabila mendapat

pasangan atau huruf berikutnya adalah :

}ššGšyšš maka penulisan sigêg K

tidak dengan sandhangan cêcak C— .

ꦱꦶꦔꦲ 5K~ singha

ꦩꦔꦏ ꦤ cKD  mangkana

ꦏꦸꦢ ꦔ ꦏꦸ ÀP K ê kudangku

ꦥꦱꦒꦿ ꦔ ꦲꦤ꧀ [5ë K }º pasanggrahan

ꦄꦔꦯ Kz angsa

ꦥꦱꦁꦏꦪꦸ [5—ì pasang kayu

ꦥꦱꦁꦥꦱꦔ꧀ [5—[5Kº pasang pasang

Sigeg } }º Seperti pada tata tulis aksara Jawa Sriwedari

maupun KBJ, pada tata tulis pra Sriwedari aksara

sigêg } pada akhir kata diakhir kalimat, maka

dikenai sandhangan wignyan. Dan apabila masih

dalam satu kata maka sigêg } bisa dipasangi

sebagaimana aksara yang lain.

5w: sawaḥ

5w}ê sawahku

C: Sandhangan wigyan, pada dasarnya adalah

merupakan sigêg } yang digunakan pada akhir

kata, adapun apabila sigêg } diakhir kalimat,

maupun kata yang berdiri sendiri kembali dengan

Mas Bekel Dwijasetyaprasaja 21


seTy Aiè> ìsj set- Am]ih p]sj 56789:;5я

sandhangan wignyan C:

5p:5p: sayaḥ sayaḥ

Panjing p C¹ Digunakan untuk menulis pada kasus tidak dalam

satu kata.

[  ¹6 M pan yêkti

Apabila aksara p mendapat sandhangan pangku

maka membacanya sama seperti bunyi sandhangan

”C,

Gwpº G”w

wKD pº w”KD

q Digunakan untuk menulis pada kasus dalam satu

kata.

567 sêtya

Perhatikan contoh penulisan lainnya :

” K 8H [º kanggo parikan

—”G8[º kaŋ gopar

5w}ê sawahku

5w:Àu sawaḥ kula

_Péc  Ñ baŕ dimantu

_PQéc  Ñ baŕdi mantu

Mas Bekel Dwijasetyaprasaja 22


seTy Aiè> ìsj set- Am]ih p]sj 56789:;5я

A¡A
TENTANG SAṆDHI

Bahasa Jawa kuna atau Kawi, mengenal penulisan kata yang disaṇdhikan, adapun yang
dimaksud dengan saṇdhi adalah, sambungan, terusan, antara dua buah aksara vokal ;
1). Aksara vokal [a] bertemu dengan aksara vokal [a] maka penulisannya menggunakan

sandhangan C8 raswadi [ā], penggunaan saṇdhi terjadi bisa karena ada ater – ater (awalan),

maupun panambang (akhiran) maupun dua kata yang bertemu dalam penulisan :
Carakan Latin Carakan Latin
ꦥꦴꦗꦫ꧀
[ + яº pa + ajaŕ pājaŕ
[8яº

ꦩꦴꦔꦼꦤꦔꦼꦤ꧀
c + K6K6º ma + angên - angên māngên - angên
c8K6K6º

ꦏꦴꦭꦥ꧀
 + u[º ka + alap kālap
8u[º

ꦥꦴꦏꦣꦶꦥꦠꦶ
[ + R[ paka + adhipati pakādhipati
[8R[

ꦥꦶꦤꦏꦴꦒꦿ
[ + à pinaka + agra pinakāgra
[8à

ꦱꦴꦠꦸꦱ꧀
5 + Ø5º sa + atus sātus
58Ø5º

ꦩꦏꦴꦢꦶ
c + P maka + adi makādi
c8P

ÕK +  lunga + a ꦭꦸꦔꦴ lungā

ÕK8

Mas Bekel Dwijasetyaprasaja 23


seTy Aiè> ìsj set- Am]ih p]sj 56789:;5я

ꦠꦠꦴ
8 +  tatā + a tatā
8

2). Aksara vokal  [a] bertemu dengan C C6 º [ên], ditulis .... º :

Carakan Latin Carakan Latin


ꦮꦟꦟꦫꦤ꧀
wUVª + C C6 º waŕṇa + ên waŕṇan
wUV
ª º

ꦮꦮꦤ꧀
ww + C C6 º wawa + ên wawan
wwº

ꦕꦫꦶꦠꦤ꧀
e + C C6 º carita + ên caritan
eº

ꦮꦏꦠ ꦤ꧀
wM + C C6 º wakta + ên waktan
wM º

Catatan ; dalam bahasa Jawa yang lebih muda, apabila ada vokal  [a] bertemu dengan C C6 º

[ên], ditulis .... 6º :

ꦮꦂꦤꦤꦼꦤ꧀
w– + C C6 º waŕna + ên waŕnanên
w–6º

ꦮꦮꦤꦼꦤ꧀
ww + C C6 º wawa + ên wawanên
ww6º

ꦕꦫꦶꦠꦤꦼꦤ꧀
e + C C6 º carita + ên caritanên
e6º

ꦮꦏꦠ ꦤꦼꦤ꧀
wM + C C6 º wakta + ên waktanên
wM 6º

3). Aksara vokal  [a] bertemu dengan „ [i] menjadi ”C [è], atau .... € :

Carakan Latin Carakan Latin


 + „º a + inak ꦌꦤꦏ꧀ ènak

ۼ

Mas Bekel Dwijasetyaprasaja 24


seTy Aiè> ìsj set- Am]ih p]sj 56789:;5я

ꦺꦩꦔꦼꦠ꧀
c + „K6º ma + ingêt mèngêt
”cK6º

ꦺꦩꦏꦼꦭ꧀
c + „6uº ma + ikêl mèkêl
”c6uº

ꦺꦥꦤꦏ꧀
[ + „º pa + inak pènak
”[º

ꦺꦏꦏꦸ
 + „À ka + iku kèku
”À

ꦩꦺꦏꦧꦸ
c + „Ü maka + ibu makèbu
cӆ

ꦺꦱꦱꦶ
5 + „5 sa + isi sèsi
”55

ꦩꦩꦺꦣ
ccR + „ mamadha + i mamadhè
cc”R

4). Aksara vokal  [a] bertemu dengan ˆ [u] menjadi ”C.....C8 [o], atau .... ˆ :

Carakan Latin Carakan Latin


ꦎꦏꦶꦫ꧀
 + ˆº a + ukiŕ okiŕ
Šº

ꦺꦩꦴꦤꦼꦁ
c + ˆÙ a + unêŋ monêŋ
”c8Ù

ꦺꦥꦴꦠꦸꦱꦤ꧀
[ + ˆØ5º a + utusan potusan
”[8Ø5º

ꦺꦏꦴꦕꦥ꧀
 + ˆe[º a + ucap kocap
”8e[º

c + ˆP a + udani ꦩꦺꦏꦴꦢꦤꦶ makodani

c”8P

Mas Bekel Dwijasetyaprasaja 25


seTy Aiè> ìsj set- Am]ih p]sj 56789:;5я

ꦥꦶꦤꦺꦏꦴꦥꦗꦶꦮ
[ + ˆ[яw a + upajiwa pinakopajiwa
[”8[яw

ꦥꦺꦏꦴꦥꦪ
[ + ˆ[p a + upaya pakopaya
[”8[p

5). Aksara vokal  [a] bertemu dengan ‚ [ai] menjadi •C [ai] :

Carakan Latin Carakan Latin


ꦻꦏꦯꦮꦪꦾꦫ
 + ‚¯íª ka + éçwaŕyya kèçwaŕyya
•¯íª

6). Aksara vokal  [a] bertemu dengan Š [o] menjadi ”C....C8 [o] :

Carakan Latin Carakan Latin


ꦥꦺꦏꦴꦰꦣ
[ + Š{R paka + oṣadha pakoṣadha
[”8{R

7). Aksara vokal  [a] bertemu dengan C€ [é] menjadi ”C [è] :

Carakan Latin Carakan Latin


ꦥꦶꦤꦺꦏꦕꦏꦿ
[ + €eæ pinaka + ékacakṛa pinakècakṛa
[”eæ

8). Aksara vokal „ [i] atau C [i] bertemu dengan C„ [i] menjadi C’ [ï] :

Carakan Latin Carakan Latin


ꦩꦏꦢꦷꦏ
cP + „ makadi + ika makadïka
cP’

10). Aksara vokal ˆ [u] atau | [u] bertemu dengan 


C [a] menjadi Cx [wa] :

Carakan Latin Carakan Latin


ꦥꦭꦏꦮ
[uÀ +  palaku + a palakwa
[uî

ꦥꦶꦤ ꦔ ꦏ
ꦏꦮ ꦼꦤ꧀
[ K ê + 6º pinangku + akên pinangkwakên
[ K 
ï 6º

ˆcÕ+  umilu + a ꦈꦩꦶꦭꦮ umilwa

Mas Bekel Dwijasetyaprasaja 26


seTy Aiè> ìsj set- Am]ih p]sj 56789:;5я

ˆcð

ꦧꦸꦫ‍ꦮꦤ꧀꧈ꦧꦸꦮꦫꦤ꧀
ÜÞ + º buru + an buŕwan
ÜxºšÜwªº

11). Aksara vokal ˆ [u] atau | [u] bertemu dengan C„ [i] menjadi Cx [wi] :

Carakan Latin Carakan Latin


ꦄꦏꦮꦶꦏ
À + „ aku + ika akwika
î

12). Aksara vokal ˆ [u] atau | [u] bertemu dengan C C6..º [ên] menjadi |C º [un] :

ꦥꦶꦠꦸꦲꦸꦤ꧀
[ØÏ + C C6 º pituhu + ên pituhun
[ØϺ

ꦥꦭꦸꦤ꧀
[Õ + C C6 º palu + ên palun
[Õº

ꦅꦔꦸꦤ꧀
„Á + C C6 º ingu + ên Ingun
„Áº

Catatan ; dalam bahasa Jawa yang lebih muda, apabila ada vokal  [a] bertemu dengan C C6 º

[ên], ditulis .... 6º :

Carakan Latin Carakan Latin


ꦥꦶꦠꦸꦲꦸꦤꦼꦤ꧀
[ØÏ + C C6 º pituhu + ên pituhunên
[ØÏ6º

ꦥꦭꦸꦤꦼꦤ꧀
[Õ + C C6 º palu + ên palunên
[Õ6º

ꦅꦔꦸꦤꦼꦤ꧀
„Á + C C6 º ingu + ên ingunên
„Á6º

13). Aksara vokal C6 C8 [ö/eu] bertemu dengan 


C [a] menjadi x [wa] :

Carakan Latin Carakan Latin


Õc6US68 +  lumêṇdhön + a ꦭꦸꦩꦼꦟꦣꦮ lumêṇdhwan

Mas Bekel Dwijasetyaprasaja 27


seTy Aiè> ìsj set- Am]ih p]sj 56789:;5я

Õc6Uñ

ꦫꦸꦩꦼꦔꦮꦏꦼꦤ꧀
Þc6K68 + 6º rumêngö + akên rumêngwakên
Þc6ò6º

ꦏꦉꦔꦮꦤ꧀
ŒK68 + º karêngö + an karêngwan
Œòº

14). Aksara vokal C6 C8 [ö/eu] bertemu dengan C C6 º [ên], ditulis .... C68º [ön] :

Carakan Latin Carakan Latin


ꦉꦔꦼꦴꦤ꧀
ŒK68 + C C6 º rêngö + ên rêngön
ŒK68º

ꦅꦮꦼꦴꦤ꧀
„w68 + C C6 º iwö + ên iwön
„w68º

15). Aksara vokal C[i] bertemu dengan  [a], ditulis .... q [ya] :

Carakan Latin Carakan Latin


ꦩꦴꦠꦾ
c8 +  māti + a mātya
c87

ꦮꦼꦔꦾ
w6K +  wêngi + a wêngya
w6ó

Perhatikan contoh penulisan lainnya ;


Penulisan Keterangan
ꦠꦴꦮꦏ꧀ 8wº  + wº

tāwak tāwak ta + awak

ꦤꦶꦺꦫꦁꦥꦸꦫꦷ ”—¿’  + „— + ¿’

nirèng purï nirèŋ purï nira + iŋ + purï

ꦱꦶꦫꦴꦮꦸꦔꦮ 58×ò 5 +  + ×Á + 

sirāwungwa sirāwungwa sira + a + wungu + a

ꦏꦊꦧꦮꦶꦁ ŽôÛ  + ŽÜ + „—

kalêbwiŋ kalêbwiŋ ka + lêbu + iŋ

ꦭꦒꦾꦩꦿꦶꦃ uõ9: uG +  + 9:

Mas Bekel Dwijasetyaprasaja 28


seTy Aiè> ìsj set- Am]ih p]sj 56789:;5я

lagyamrih lagyamṛiḥ lagi + amṛiḥ


ꦱꦸꦏꦴ ꦩ ꦧꦼ ꦏ꧀ °8 c `6 º ° +  c º
b6

sukāmbek sukāmbek suka + ambek

ꦈꦭꦃꦺꦠꦏꦸ ˆu:”À ˆu: +  + „À

ulahtèku ulahtèku ulah + ta + iku

ꦈ ꦰꦶ ꦰꦴ
ꦟ ꦔ ꦏꦮꦶꦁ ꦭꦧꦸ ˆ { {8
V K ïÛ uö ˆ { {
V + — + À + „— + uö

uṣṇiṣāngkwinglbu uṣṇiṣāngkwiŋlbu uṣṇisa + aŋ + ku + iŋ + lbu

Mas Bekel Dwijasetyaprasaja 29


seTy Aiè> ìsj set- Am]ih p]sj 56789:;5я

A¢A
CONTOH KUTIPAN DALAM NASKAH

1). ARJUNAWIWĀHA
꧋ꦄ ꦩ ꦧꦼ ꦏꦸꦥꦁꦥꦫꦩꦴꦡꦫꦥꦟꦣꦶꦠꦲꦸꦮꦸꦱꦭꦶꦩꦥꦢꦸꦥꦺꦏꦁꦯꦹꦤꦾꦠꦴꦠꦤꦸꦥꦺꦏꦁꦮꦶꦰꦪꦥꦿ

ꦺꦪꦴꦗꦤꦤꦶꦫꦭꦮꦶꦱꦫꦒꦿ ꦔ ꦺꦲꦁꦺꦭꦴꦏꦶꦠꦱꦶꦢꦣꦴꦤꦶꦁꦪꦯꦮꦶꦪꦾꦫꦺꦢꦴꦤꦶꦫꦱꦸꦑꦴꦤꦶꦔꦿ ꦠꦏꦶ ꦤꦶ ꦔꦏꦶꦁ

ꦤꦶꦫꦱꦺꦤꦠ ꦴꦰꦴꦲꦼꦊꦠꦤꦏꦼ ꦭꦶꦱꦶꦂꦫꦱꦺꦏꦁꦱꦁꦲꦾꦁꦗꦒꦢꦏ ꦫꦟ꧉

™ c `6 À\—[c8Nª[USÏ×5vc\÷\”—±¸8Ì\”—w{p;”p8

яð5ªë K ”}—”u85PS8Ûpywíª”P8°E8ø D  KDÛ 5

”M 8{8}6ŽD6 u5é5”—5—ù—яGPD U›

Ambêk saŋ parama aŕtha paṇḍita huwus limpad sakèŋ çünyatā tan sangkèŋ wiṣaya
prayojana nira lwiŕ sanggraha iŋ lokita siddhā niŋ yaçawiŕya don ira sukhā ning rat
kiningkiŋ nira santoṣa ahêlêtan kêliŕ sira sakèŋ saŋ hyaŋ jagad karaṇa.

2). LUBDAKA
꧋ꦱꦁꦲꦾꦁꦤꦶꦁꦲꦾꦔꦩꦹꦠꦶꦂꦤꦶꦰꦏ ꦭꦱꦶꦫꦴꦠꦶꦏꦶꦤꦼꦤꦾꦼꦥꦶꦔꦏꦧꦮꦠꦤꦭꦒꦼꦴ ꦱꦡꦹ ꦭꦴꦏꦴꦫꦱꦶꦫꦥꦿ

ꦠꦶ ꦰ ꦛꦶ ꦠꦲꦺꦤꦁꦲꦽꦢꦪꦏꦩꦭꦩꦣꦾꦤꦶꦠꦾꦯꦣꦾꦴꦤꦩꦮꦁ ꦱ ꦠꦸꦠꦶꦏꦹꦛꦩꦠꦿ ꦤ ꦗꦥꦩꦸꦢꦿꦭꦶꦤꦼꦏ

ꦱꦏꦼꦤꦱ
ꦶꦁ ꦩꦔꦏ ꦤꦔꦲꦶꦁꦥꦶꦤꦿꦶꦃꦥꦿꦶꦲꦕ
ꦶ ꦶ ꦠꦠ ꦤꦶꦔꦭꦸ
ꦲꦸ ꦤꦤꦸꦒꦿꦲꦤꦠꦸꦭꦸꦱꦢꦶꦒꦺ
ꦗ ꦪꦁꦭꦔꦼꦴ꧉

™5—ù—ÛùK©é{Du586¸6[KôvG68 5ú u885; { X

}”—®Ppcucû7yû8Η 5 ÑüWcý  я[Ôçu656

Û5cKD K~Û[Ó
 :;}e M KþÕÌà}ØÕ5PG”
i p—uK68›

Saŋ hyaŋ niŋ hyang amüŕti niṣkala sira ati kinênyêp ing akabwatan langö sthülākāra sira
pṛatiṣṭita hanèŋ hṛêdaya kama lamadhya nityaça dhyāna mwaŋ stuti küṭamantṛa japa mudṛa
linêkasakên iŋ samangkana nghiŋ pinṛiḥ – pṛih i citta ni nghulun anugṛahana tulusa digjaya

Mas Bekel Dwijasetyaprasaja 30


seTy Aiè> ìsj set- Am]ih p]sj 56789:;5я

iŋ langö.

3). SUTASOMA
꧋ꦯꦿꦷ ꦧꦗꦿꦘꦴꦟꦯꦹꦤꦾꦴꦠꦩꦏꦥꦫꦩꦱꦶꦫꦴꦤꦶꦤꦢꦾ ꦫꦶꦔꦿꦠꦮꦶꦺꦯꦰꦭꦷꦭꦴꦯꦸꦢꦣꦥꦿꦠꦶꦺ ꦰ ꦛꦁ ꦲꦽ

ꦢꦪꦗꦪꦗꦪꦴꦔꦏꦼ ꦤꦩꦲꦴꦱꦮꦒꦫꦺꦭꦴꦺꦏꦏ ꦕ ꦺ
ꦖ ꦠꦿ ꦠꦁꦯꦫꦷꦫꦴꦔꦲꦸꦫꦶꦥꦶꦱꦲꦤꦤꦶꦁꦨꦸꦨꦮꦫꦃꦱꦮꦃꦥꦿ

ꦏꦷꦟꦟꦫꦱꦴꦏꦱꦴꦠꦕꦿꦤꦢꦴꦏꦏꦫ ꦥꦹꦟꦫ ꦢ ꦧꦸꦠꦫꦶꦮꦶꦗꦶꦭꦶꦫꦤꦸꦥꦔꦏ ꦫꦶꦁꦺꦧꦴꦢꦣꦕꦶ ꦠꦠ ꧉

™Ä’ _яn8U±¸8d[c58 ø”y{u’u8´PS;” {X— ®

Ppяpяp8KD6 d}8ÈGª”u8” e ”
h ý —y’8Kþ[5}Ûª:È:;

’UVª588fŸQ8Dª Uª P wяuÌ\KD ۔_8PSe M ›

Çrï Bajṛajñāṇa çünya atmaka parama sira anindya ring rat waçéṣa lïlā çuddha pṛatiṣṭa iŋ
hṛêdaya jaya – jaya angkên mahā swaŕgaloka ékacchattra iŋ çarïra anghuripi sahana niŋ
bhuŕ bwaḥ swaḥ pṛakïrṇa sākṣāt candṛa aŕka püŕṇadbhuta ri wijil ira n sangka riŋ
boddhacitta.

4). ADIPARWA
꧋ꦲꦤꦱꦶꦫꦧꦿꦴꦲꦩꦟꦨꦒꦮꦴꦺꦤꦣꦴꦩꦾꦔꦫꦤꦶꦫ꧈ꦥꦠꦥꦤꦶꦫꦫꦾꦫꦴꦺꦪꦴꦣꦾꦴꦮꦶꦰꦪ꧉

ꦲꦤꦠꦯꦶ ꦰꦾꦤꦶꦫꦠꦶꦒꦁꦱꦶꦏ꧈
ꦶ ꦔꦫꦤꦶꦫꦱꦔꦸꦠꦩꦤꦾꦸ꧈ꦱꦔꦴꦫꦸꦟꦶꦏ꧈ꦱꦁꦺꦮꦢ꧉ꦏꦥꦮꦥꦶꦤ

ꦫꦷꦏꦱꦤꦶꦫ꧈ꦪ ꦤ ꦠꦸꦲꦸꦒꦸꦫꦸꦯꦸꦿꦯꦹꦰꦸ꧈ꦒꦸꦫꦸꦨꦏꦠꦶ ꧉ꦏꦿꦩꦤꦾꦺꦢꦤꦶꦫꦴꦩꦫꦷꦏꦱ꧈ꦱꦔꦴꦫꦸꦟꦶ

ꦏꦏꦶꦺꦤꦴꦤꦶꦫꦪꦴꦱꦮꦲꦫꦸꦩꦸꦲꦸꦤ꧀꧈ꦏꦩꦼꦤꦴꦤꦶꦫꦺꦮꦲꦤꦫꦶꦱꦁꦲꦾꦁꦣꦩꦩꦫꦯꦴꦠꦿ ꦱ ꧉ꦪꦠꦤ

ꦠꦱꦔꦴꦫꦸꦟꦶꦏꦴꦔꦸꦭꦲꦏꦼꦤꦸꦥꦏꦿꦩꦤꦶꦁꦱꦮꦃ꧈ꦒꦶꦤꦮꦪꦏꦼꦤꦶꦫ꧉ꦱꦼꦣꦼꦔꦲꦪꦸꦠꦸꦮꦸꦃꦤꦶ

ꦏꦁꦮꦷꦗ꧈ꦠꦼꦏꦠꦁꦮꦴꦃꦱꦲꦮꦽꦰ ꦛꦶ ꦥꦴꦠ꧈ꦲꦸꦢꦤꦢꦽꦱ꧀꧈ꦄꦭꦃꦠꦒꦊꦁꦤꦶꦏꦁꦱꦮꦃ꧉ꦱꦏꦫꦶꦮꦼ

ꦢꦶꦤꦫ
ꦶ ꦴꦤꦏ ꦲꦶꦧꦼꦏꦤꦺꦠꦴꦺꦪꦏꦁꦥꦫꦶ꧈ꦠꦶꦤ ꦩ ꦧꦏꦤꦶꦫꦠꦪꦠꦥꦮꦤꦺꦱꦴꦺꦮꦅꦏꦁꦺꦮ꧉ꦄ

ꦭꦃꦠꦼꦏꦴꦠ ꦩ ꦧꦏꦤꦶꦏꦴ꧉ꦭꦸꦮꦃꦠꦶꦤ ꦩ ꦧꦏꦤꦶꦫ꧉ꦠꦿꦤꦮꦶꦁꦺꦢꦪꦤꦶꦫꦅꦮꦼꦏꦱꦤꦠꦶ ꦤ ꦩ ꦧꦏꦏꦼ ꦤꦠ ꦴ

ꦮꦏꦤꦶꦺꦫꦁꦺꦮꦩꦔꦭꦼꦟꦝꦼꦴ꧉ꦠꦺꦩꦫꦴꦭꦲꦶꦫꦶꦏꦁꦫꦲꦶꦤꦮꦼꦔꦶ꧉ꦏꦺꦠꦴꦤꦠ ꦮꦴꦮꦏꦤꦶꦫ ꦔꦏ ꦴꦺꦤꦁꦱ

ꦮꦃꦺꦢꦱꦁꦒꦸꦫꦸ꧉ꦺꦩꦴꦗꦨꦫꦒꦮꦴꦺꦤꦣꦴꦩꦾꦫꦶꦱꦶꦫꦏꦶꦺꦤꦴꦤꦠ ꦪꦱꦶꦫꦴꦮꦸꦔꦮ꧉ꦄꦤꦏꦸꦱꦔꦴꦫꦸ

ꦟꦶꦏ꧈ꦄꦠꦾꦤꦠ ꦫꦶꦁꦣꦴꦫꦟ꧈ꦥꦮꦸꦔꦮꦠꦴꦤꦏꦸ꧉ꦱꦔꦸꦢꦢꦭꦴꦏꦔꦫꦤꦠ ꧉ꦄꦥꦤꦩꦤ ꦩ ꦧꦏꦼꦤ

ꦮꦏꦠ ꦫꦶꦁꦺꦮ꧈ꦩꦏꦤꦶꦩꦶ ꦠꦠ ꦨ ꦏꦠꦶ ꦤꦠ ꦫꦶꦁꦒꦸꦫꦸ꧉ꦏꦶꦠꦴꦤꦼꦩꦮꦱꦸꦏ꧈ꦱꦶꦢꦣꦶꦩꦠꦿ ꦤ ꦮꦏꦧꦗꦿꦱꦶꦫ꧉

Mas Bekel Dwijasetyaprasaja 31


seTy Aiè> ìsj set- Am]ih p]sj 56789:;5я

™}5ß8}dUaGw8”S8Kš[[ ª8”p8û8w{p›}

y
G—5š
 K5Ác š5K8ÞUš5—”wP›Ú[’

šp  ÑÏ Þ´Ÿ± š ÞaM ›æc¸”P8c’š5K8ÞU

”8p85w}ÞÔϺšc68”w}5—ù—Rcdªy8ý 5 ›p

5K8ÞU8Áu}6Ì\æcÛ5w:šGwp6›56R6K}ìØ×:

—w’яš6—w8:5}{X [8šÏP5ºšu:GŽ——5w:›5w6

P
 8D }_6”8”p—[š c `pÚ”58”w„—”w›

u:68 c `8›Õw: c `›ŸÍ۔Pp„w65M  c `6 M 8

w”—”wcKv6UZ68›”cª8u}—}w6K›”8M w8w KD 8”—5w:

”P5— ޛ”c8яaªGw8”S85
 ”8M p58×ò›À5K8ÞU

š7M ÛR8Uš[×ò8À›5ÁPQu8KM ›[d c `6wM Û

”wšcc M a M M Û Þ›86ΰš5PScý  w`я5›

Hana sira brāhmaṇa, Bhagawān Dhomnya ngaranira, patapanira ŕ ayodhyā wiṣaya. Hana
ta sira çiṣyanira tigaŋ siki, ngaranira sang Utamanyu, sang Āruṇika, sang wéda. Kapwa
pinarïkṣanira, yan tuhu guru çuçrüṣa, guru bhakti. Kramanya dé nira amarïkṣa, sang
Āruṇika kinonira ya asawaha rumuhun. Kamênānira wéhana ri saŋ hyaŋ Dharmaçāstṛa.
Yatna ta sang Aruṇika angulahakên sakṛamaniŋ sawaḥ, ginawayakênira. Sêdhênga hayu
tuwuḥ nikaŋ wïja têka taŋ wāh saha wṛêṣṭipāta, hudan adṛês. Alaḥ ta galêŋ nikaŋ sawaḥ.
Saka ri wêdi nira ankahibêkana toya ikaŋ pari, tinambaknira ta ya tapwa na sauwi ikaŋ wé.
Alaḥ têkā tambaknikā. Luwaḥ tinambaknira. Tan wṛiŋ dé ya nira i wêkasan tinambakên ta
awaknira iŋ wé manglöṇḍö. Taŕ molah irikaŋ rahina wêngi. Katon ta awaknira ngko nèŋ
sawaḥ dé saŋ guru. Mojaŕ Bhagawān dhomnya ri sira, kinon ta ya sira awungwa. Anaku
sang Āruṇika, atyanta riŋ dhāraṇa, pawungwa ta anaku. Sang Uddalāka ngaranta, Apan
manambakakên awakta riŋ wé, makanimitta bhakti riŋ guru. Kita anêmwa suka, siddhi
mantra wākbajṛa sira.

5). BHĀRATAYUDDHA
꧋ꦅꦫꦶꦏꦠꦱ ꦔ ꦓꦺꦛꦴꦠꦏ ꦕꦏꦶꦺꦤꦴꦤꦩꦥꦒꦴꦏꦏꦫ ꦱꦸꦠ꧈ꦠꦼꦏꦥꦶꦫꦏꦽ ꦰ ꦟꦥꦴꦡꦫꦩꦤꦼꦲꦼꦩꦸꦫꦗꦶ

ꦯꦏꦠꦶ ꦤꦫ
ꦶ ꧈ꦱꦔꦶꦤꦸꦗꦫꦤꦮꦮꦁꦩꦱꦼꦩꦸꦒꦗꦗꦶꦂꦠꦲꦰꦫ ꦩꦉꦏꦩꦮꦕꦤꦨꦒꦾꦪꦤꦲꦤꦥꦺꦏꦴꦤꦿꦶꦥ

Mas Bekel Dwijasetyaprasaja 32


seTy Aiè> ìsj set- Am]ih p]sj 56789:;5я

ꦠꦶ ꦏꦤꦽ ꦥꦠꦶ꧉

™„5 K J”W8D e”8d[G8Dª °š6[¾ { V[8Nªc6}6Ôªяy

M š5KÌяÍw—c56ÔGяié}{ª cŒdweaõp~[”8Ó[

  [›

Irika ta saŋ Ghaṭotkaca kinon mapag aŕkka suta, têkap ira Kṛêṣṇa Pāŕtha manêhêŕ muji
çakti nira, sang inujaran wawaŋ masêmu gaŕjitta haŕṣa marêk, mawacana bhagya yan hana
pakon ri patik nṛêpati.

6). BHĀRATAYUDDHA
꧋ꦊꦁꦊꦁꦫꦴꦩꦾꦤꦶꦏꦁꦯꦯꦴꦔꦏ ꦏꦸꦩꦼꦚꦩꦫꦔꦽ ꦔ ꦫꦹ
ꦒ ꦩꦤꦶꦁꦥꦸꦫꦷ꧈ꦩꦔꦏꦶ ꦤꦠ ꦤꦥꦱꦶꦫꦶꦁꦲꦊꦥꦶꦏꦔꦸꦩꦃ

ꦩꦴ ꦱ ꦩꦸꦫ ꦭꦮꦶ ꦫꦸꦧꦿ ◌◌ꦶ◌ꦭ


ꦁ ꦔꦶꦠ꧀꧈ꦠꦼꦏꦮꦤꦸꦥꦮꦮꦫꦩꦟꦶ ꦏꦠ ꦮꦶꦁꦤꦾꦱꦶꦤꦮꦸꦁꦱꦴꦏꦱꦴꦠꦸꦥꦼꦏꦤꦫꦶꦁꦱꦸ

ꦗꦶ꧈ꦈ ꦔ ꦒꦮ ꦤ ꦧꦴꦤꦸꦩꦠꦷꦪꦤꦴꦩꦽꦩꦭꦔꦼꦴꦩꦮꦁꦤꦴꦡꦢꦸꦺꦪꦾꦫꦴꦣꦤ꧉

— 8—yy8KD Àc6lcª K HÛ¿’šcKD M \5Û}Ž[Ác:


™Ž—Ž

c8 5  ÔªÞßÛuKºš6îÌ\èªcU M w¸
Û 5ח588Ø\6°яšˆ K 

 b8Ìc’p8ËcuK68Η8N÷”íª8R›

Lêng – lêng rāmya nikaŋ çaçāngka kumeñaŕ mangṛêngga rüm niŋ purï, mangkin tan pasiriŋ
halêp ikang umaḥ mās lwiŕ murub riŋ langit, tekwan saŕwwa maṇik tawiŋnya sinawuŋ sākṣāt
sêkaŕ niŋ suji, unggwan Bhānumatï yanāmṛêm alangö mwaŋ nātha Duryodhana.

7). BHĀRATAYUDDHA
꧋ꦺꦩꦃꦫꦲꦶꦤꦴꦱꦼꦩꦸꦧꦁꦴꦲꦾꦔꦫꦸꦟꦏꦢꦶꦺꦤꦠꦿꦤꦶꦺꦔꦴꦓꦫꦥꦸꦃ꧈ꦯꦧꦢꦤꦶꦺꦏꦴꦏꦶꦭꦫꦶꦁ

ꦏꦤꦶꦒꦫꦱꦏꦼꦠꦼꦤꦶꦂꦏꦶꦢꦸꦤ
ꦁ ꦶꦔꦏꦹꦁ꧈ꦭꦮꦶꦮꦸꦫꦮꦸꦱꦶꦁꦮꦶꦤꦶꦥꦚꦕꦥꦥꦼꦠꦏꦶꦔꦪꦩꦮꦤ꧈ꦫꦶꦁꦥꦒꦤ꧀‍ꦩꦿꦴ

ꦏꦔꦸꦲꦸꦃꦨꦿꦩꦫꦴꦔꦿꦨꦱꦏꦸꦱꦸꦩꦫꦶꦁꦥꦫꦲꦱꦾꦤꦫꦹꦩ꧀꧈

™”c:}856Ô_—8ùKÞUP”Ö”K8I¿:šy_Q”8uÛ

G566é÷
— Kü—šðת×5Ûw[lf[[6KpΚÛ[GºC98Á

Ï:c8øa5À°cÛ[}Åcºš

Mèh rahina asêmu bāŋ hyaŋ Aruṇa kadi nétṛa niŋ ogha rapuḥ, çabda ni kokila riŋ kanigara
sakêtêŕ ni kiduŋ niŋ aküŋ, lwiŕ wuwus iŋ winipañca papêtak iŋ ayam wana riŋ pagagan,

Mas Bekel Dwijasetyaprasaja 33


seTy Aiè> ìsj set- Am]ih p]sj 56789:;5я

mṛāk anguhuḥ bhṛamara angṛabhasa kusuma riŋ parahasyan arüm.

7). RĀMĀYAṆA
꧋ꦗꦲꦤꦷꦁꦪꦲꦤꦶꦁꦠꦭꦒꦏꦢꦶꦭꦔꦶꦠ꧀‍ꦩ ꦩ ꦧꦁ ꦠꦁꦥꦴꦱꦮꦸꦭꦤꦸꦥꦩꦤꦶꦏꦴ꧈ꦮꦶ ꦤꦠꦁ ꦠꦸꦭꦾꦁꦏꦸꦱꦸꦩꦪ

ꦱꦸꦩꦮꦸꦫ꧀‍ꦭꦸꦩꦿꦺꦥꦮꦏꦁꦱꦫꦶꦏꦢꦶꦗꦭꦢ꧉

™я’pÛuGPuKºCc c `— —[8uÌ[c8šw M— Ø— À°cp°

c׺CÕ9”Ú—5PяuP›

Jahnï yāhniŋ talaga kadi langit, mambaŋ taŋ pās wulan upama nikā, wintaŋ tulyaŋ kusuma
ya sumawuŕ, lumṛa pwa ikaŋ sari kadi jalada.

8). SUNDAYANA
꧄ꦄꦮꦶꦓꦤꦩ ꦱ ꦠꦸ꧈ꦏꦮꦱꦶꦠꦥꦤꦢꦶꦪꦾꦫꦫꦶꦁꦮꦶꦭꦠꦶ ꦏꦠ ꧈ꦱꦁꦤꦺꦡꦁꦩꦗꦥꦲꦶꦠꦭꦸꦩꦿꦃꦮꦶꦪꦫꦤꦶꦫ꧈

ꦤꦴꦩꦯꦿꦶ ꦄꦪꦩꦸꦮꦮꦫ꧈ꦗꦗꦏꦮꦤꦫꦴꦥꦼꦏꦶꦏ꧀‍ꦩꦲꦴꦥꦿꦠꦴꦥ꧈ꦠꦶꦤꦸꦠꦸꦥꦤꦒꦫꦶ꧄

wÐc 5 њw5[QíªÛwu M š5—”N—cя[}9:wpªš

8cÄ pÔ誚яяwª8[6ºCc}8;8[šÌØ\G

Awighnam astu, kawasita pandiŕya riŋ Wilatikta, saŋ nātha iŋ Majapahit lumṛaḥ wiŕyanira,
nāma śṛi Ayam – Uŕwa, Jajakawaŕna apekik, mahāpṛatāpa, tinut iŋ sanagari.

9). SULUK WUJIL


꧄ꦣꦤꦮꦂꦤꦤꦤꦼꦤꦱꦶ ꦫꦠꦥꦸꦤꦮꦸꦗꦶꦭ꧀‍ꦩꦠꦸꦂꦱꦶꦫꦲꦶꦁꦱꦔꦣꦶꦤꦫ
ꦶ ꦫꦠꦸꦮꦲꦢꦠꦥꦤꦗꦤ
ꦼ ꦼꦺꦔꦿꦱꦸꦩꦸꦁꦏꦼ

ꦩ꧀‍ꦲꦺꦤꦁꦊꦧꦧꦸꦠꦭꦥꦤꦸꦥꦁꦩꦲꦩꦸꦤꦶꦱꦔꦣꦼ ꦏꦏꦼ ꦲꦶꦁꦺꦧꦤꦁꦩꦺꦔꦏ ꦲꦠꦸꦂꦱꦼ ꦤꦢꦸ ꧈ꦱꦮꦶꦠꦚꦤꦼ ꦣ ꦝꦗꦶ

ꦤꦫꦮꦤꦸꦥꦥꦿꦠꦶ ꦔꦏ ꦲꦶꦔꦒꦩꦏꦁꦱꦶꦤꦼꦭꦭꦶꦂꦫꦫ
ꦶꦁ ꦱꦾꦥꦸꦂꦧ꧄

R͖6 ¿яuºCcؖ5}Û5KRØw}Q\i
6 6”ø°Ô—

6cºC}”—Ž_u[Ì\—c}Ô5KR6 D6 }۔_—c”KD }ؖ56  š5w!6

R Zя
 "Ì\; KD }KGc—56u
v# 
Û Å¿–_

Dhan warnanên ṣira ta pun wujil, matuŕ sira iŋ sang adhinira ratu wahdat pan jênêngé
sumuŋkêm anèŋ lêbu talapakan saŋ mahamuni sang adhêkêh iŋ Bénaŋ mangké atur sendu,

Mas Bekel Dwijasetyaprasaja 34


seTy Aiè> ìsj set- Am]ih p]sj 56789:;5я

sawitnya nêdha jinaŕwan sapratingkahing agama kaŋ sinêliŕ iŋ rasya puŕba.

CATATAN :

Mencermati dan melihat beberapa hal dalam tata penulisan aksara Jawa Kuna (Kawi),
seperti yang telah dirangkum dalam serat Mardi Kawi, karangan W.J.S. Poerwadarminta, maka bisa
disimpulkan, bahwa tata penulisan aksara Jawa yang terangkum merupakan pengamatan dari karya
tulisan sastra Jawa Kuna (kakawin), Jawa Pertengahan (Kidung), dan Klasik (Macapat) ;
1). Tata tulis Kawi atau Jawa Kuna, diwakili oleh naskah – naskah kakawin. Penulisan kosakata
Jawa Kuna yang mengadopsi dari bahasa Sanskṛeta masih diperlakukan sama seperti
penulisan pada aksara Devanagarinya, begitu juga susunan aksara Jawa masih mengikuti
kaidah hukum bunyi bahasa Sanskṛeta.
2). Melatinkan bahasa Jawa Kuna dalam aksara Jawa, tidak bisa serta merta seperti pada
pelatinan aksara Jawa dengan menggunakan pedoman KBJ, karena pada kasus bahasa Jawa
Kuna dengan aksara Jawa, pelatinan harus mengindahkan tata tulis aksara Jawa, bukan
sebaliknya, hal ini terjadi karena tata penulisan Jawa pada bahasa Jawa Kuna tidak didasarkan
bagaimana kata – kata tersebut ditulis dalam aksara Latin. Aksara Jawa masih murni
digunakan sebagai aksara untuk menuliskan bahasa Jawa, beda dengan ejaan KBJ dimana
aksara Jawa sudah kehilangan fungsi karena kosakata Jawa ditulis dalam aksara Latin baru
dialih aksarakan Jawa. Untuk itu dalam kasus melatinkan aksara Jawa pedoman lama
sebelum KBJ, maka diperlukan sebuah daftar transliterasi seperti di bawah ini ;
a. Pelatinan aksara } [ha], dan C: (wignyan) ;

} dilatinkan h Ï×5º huwus

ß}dU bṛahmaṇa

C: dilatinkan ḥ Õ: luraḥ

5w: sawaḥ

b. Pelatinan aksara  [ra], r (cakra),  (kêrêt), dan C– (layar) ;

Mas Bekel Dwijasetyaprasaja 35


seTy Aiè> ìsj set- Am]ih p]sj 56789:;5я

 dilatinkan r я raja

cº marak

C– dilatinkan ŕ Ü_º bubaŕ

5èª saŕwwa

r dilatinkan ṛ 9: amṛih

æc kṛama

Pengecualian :
karena pada dasarnya sandhangan
cakra adalah bentuk lain dari
pasangan aksara [ra], namun
karena letak [ra] tidak melebur
dalam satu kata, maka tetap
dilatinkan [r] tidak [ṛ] ;
Õc}Ö5— lumihat ri saŋ

Ô×Æ5— muwus ri saŋ

 dilatinkan ṛê Ï5º udan adṛês

c. Pelatinan aksara K [nga], dan C— (cêcak) ;

K dilatinkan ng 5K sanga

5Ác sang Utamanyu

C— dilatinkan ŋ Û riŋ

5— ri saŋ

d. Pelatinan aksara 5 [sa], y [ça] dan { [ṣa] ;

5 dilatinkan s À°c kusuma

y dilatinkan ç yy8KD çaçāngka

Mas Bekel Dwijasetyaprasaja 36


seTy Aiè> ìsj set- Am]ih p]sj 56789:;5я

{ dilatinkan ṣ w{p wiṣaya

e. Pelatinan aksara l [ña], dan ¸ [nya] ;

l dilatinkan ñ lw ñawa

¸ dilatinkan ny °¸ sunya

Mas Bekel Dwijasetyaprasaja 37


seTy Aiè> ìsj set- Am]ih p]sj 56789:;5я

AÊA
SRIWEDARI

Pada tahun 1926, Koemisi Kasoesastran mengadakan kongres di Sriwedari, Surakarta,


konggres ini kemudian menghasilkan tata penulisan aksara Jawa. Hasil dari konggres tersebut
dituangkan dalam ; Wawaton Panjeratanipoen Tembung Djawi, Mawi Sastra Djawa Dalasan
Angka.
Beberapa hal yang dihasilkan pada tata tulis jaman Sriwedari, merupakan bentuk
penyederhaan dari tata tulis yang digunakan sebelum kurun waktu 1926, terutama tata tulis yang
terkait dengan penulisan bahasa Jawa Kuna dalam rontal kakawin. Selain itu penyederhaan tata tulis
dipandang perlu karena bahasa Jawa yang berkembang pada masa kolonialisme sudah tidak lagi
mengindahkan hukum bunyi dalam bahasa Jawa Kuna, karena dominasi aksara Latin semakin luas
di kalangan elite dan masyarakat terpelajar kala itu. Sekilas tentang tata tulis atau pedoman
penulisan aksara Jawa Sriwedari antara lain :
I. KATA DASAR
1). Kata dasar ditulis tidak merangkap aksara, seperti ;

Àšwš56ºC_$šP}›

Tidak ditulis :

Àšwš5%ºC_&šP:}›

Ada yang keluar dari aturan : '›

Adapun : }ìš meskipun bukan kata dasar tidak ditulis ; :}ì› karena

dari kata dasar }ìš yang mendapat awalan ; š

Begitu juga ; }–яš}яٚ dan lain – lain.

2). Kata dasar yang terdiri tiga suku kata, berawal vokal nglegena [å], walaupun

diucapkan dengan bunyi [ê], penulisannya tetap tanpa sandhangan pêpêt ;

Gš5ušwšcwš_Rp›

3). Kata dasar yang terdiri tiga suku kata, berawal konsonan nasal, ditulis seperti pada

Mas Bekel Dwijasetyaprasaja 38


seTy Aiè> ìsj set- Am]ih p]sj 56789:;5я

pengucapannya ;

e6c)ºC6 c bGš56 c bPšŽ—Gšя6c\š5—5›

4). Suku kata yang bukan suku kata akhir tidak boleh menggunakan pêpêt layar, jika

tidak menggunakan kêrêt cukup menggunakan layar ;

ÀÀš*яš+՚w–šw–›

Kecuali pada kata asing atau serapan asing, yang akan diperjelas ;

,_%-–”яŸQuºC”;8”55\%_uºš

5). Jika dalam satu kata, pasangan ešяš tidak boleh menjadi pasangan š harus

lš contoh ; [lfš[li›

6). Kata ; v[ tidak ditulis u[š

_. tidak ditulis _Õ.›

Namun apabila perlu untuk memenuhi guru wilangan pada tembang, boleh ditulis ;

u[š_Õ.›

7). ”P8lš dan ”58lš semua ditulis dengan taling – tarung, bukan suku.

8). Kata asing yang telah diserap dalam bahasa Jawa, penulisannya sesuai dengan

pengucapannya ; _G5 dari Bagage.

II. KATA JADIAN DENGAN AWALAN


1). Anuswara ;

a. Jika permulaan kata dasar luluh, awalan anuswara tidak ditulis }›

KGºC M— šl c š9›


Jika dirasa perlu bisa juga ditulis ;

}KGºC}M— š}l c b– š}9›

b. Jika permulaan kata dasar tidak luluh ;

}QP–š}li666ºC}  Z6 R%š}—GWۚ} c w—›

Tidak boleh ditulis ;

Mas Bekel Dwijasetyaprasaja 39


seTy Aiè> ìsj set- Am]ih p]sj 56789:;5я

PP–šя666ºCR6R%šGWš
Û Üw—›

2). Kata kerja yang kata dasarnya awalnya luluh dengan awalan anuswara, jika

mendapat pasangan [š awal kata tidak dirangkap ;

[6 c b: tidak [6 c b:›

3). Kata : š

yang awalannya tidak luluh dengan awal kata dasar, harus mendapat sandhangan

pêpêt ; 6PPºš

4). Kata yang berawal ; }š jika mendapat awalan ; [š;› tidak berubah ;

[}—À:š[}”w8ºC[}u›

Pengecualian ; yang berubah menjadi p›

[pG6cºC;”p—8G›

III. KATA JADIAN DENGAN SISIPAN


1). Sisipan šu›

Sisipan  dan uš ditulis sesuai penggunaannya ;

+  ÑuºCя
v6 ºCGv6Œ— tidak ditulis [Œ  ÑuºCяŽºCGŽŒ—›

2). Sisipan š [ì—Kº ditulis tanpa pasangan ›

IV. KATA JADIAN DENGAN IMBUHAN


1). Imbuhan yang berawal aksara ; }š jika berada pada suku kata akhir, } berubah

menjadi konsonan akhir tersebut ; }wšw”D šŽŽ5ºš—G[\šG6

G6c
d6 ºC}_b›

2). Imbuhan ; }›

a. Jika berada di belakang suku kata terbuka [a], tetap ditulis ; }š_5}›

b. Berubah menjadi ; pš jika berada di belakang suku kata dengan sandhangan

wulu [i], atau taling [é,è], meskipun suku kata akhirnya bukan ; pš
wpš”R”wpš tetapi penulisan ; ;pp}š6;p}š tidak

Mas Bekel Dwijasetyaprasaja 40


seTy Aiè> ìsj set- Am]ih p]sj 56789:;5я

ditulis ; ;pppš;”pp›

c. Berubah menjadi ; wš jika berada di belakang suku kata dengan sandhangan

suku [u], atau taling - tarung [o], meskipun suku kata akhirnya bukan ; wš
Þwš”_8”P8w›

tetapi ×}š0”w8}› tidak ditulis ; ×wš0”w8w›

3). Imbuhan ; ”}š jika bertemu suku kata terbuka [a], berubah menjadi ; ”š dados

tanpa pasangan ; š seperti ;

я ---- я”š tidak я”›

}Õ ---- }Քš tidak }Ք›

4). Imbuhan ; }š jika bertemu suku kata terbuka, diimbuhi }ºš dulu ;

[R ---- cR›

G6 M ---- G6” M ›

_Ï ---- } c b”}8›

5). Panambang ; }ºš

a. Jika pada suku kata terbuka yang mendapat sandhangan ; wulu atau taling,

maka akan luluh, awal imbuhan berubah menjadi ; pš

PP ---- PPpºš

G”R ---- [G”Rpºš

Jika pada suku kata terbuka yang mendapat sandhangan suku atau taling

tarung, maka tidak luluh, awal imbuhan tidak luluh, awal imbuhan berubah

menjadi ; wš

uÀ ---- uÀwºš

я”G8 ---- я”G8wºš

b. Ada beberapa kata yang berakhir dengan sandhangan wignyan, diperlakukan

lain, beda dari aturan D ;

Mas Bekel Dwijasetyaprasaja 41


seTy Aiè> ìsj set- Am]ih p]sj 56789:;5я

w6Þ: ---- Þwºš

u: ---- upºš

[u: ---- [upºš (saudara sesusuan)

tetapi ; [u:}ºš(krama), ngoko ; [”8ºš

c. Kosakata pada poin b di atas, apabila mendapat imbuhan ”}š sandhangan C:

kadangkala akan muncul kembali pada penulisannya.

Þwº ----- Þ:}”

[upº ----- [u:}”

6). Imbuhan }6ºš apabila bertemu dengan suku kata akhir terbuka [a,i,u,é,o],

berubah menjadi 6ºš

Ïя ---- Ïя6º

[Ì ---- [Ì6º

7). Imbuhan }š apabila bertemu suku kata terbuka [a,i,u,é,o], mendapat pelancar

imbuhan }ºš dulu ;

}_ ----- }_›

u ----- ”u›

”[”[ ----- ”[”[›

uÀ ----- u”8›

G”R8 ----- G”R8›

8). Imbuhan }”š

a. Jika bertemu suku kata terbuka, suku kata terbuka tersebut diakhiri konsonan

[k] terlebih dahulu, imbuhan tetap }”š apabila suku kata tersebut

berakhir [i] ditulis menjadi [è], apabila berakhir [u], ditulis [o] ;

[ ----- [~”›

uu ----- Kv”u~”›

Mas Bekel Dwijasetyaprasaja 42


seTy Aiè> ìsj set- Am]ih p]sj 56789:;5я

G6”R ----- }—G6”R~”›

}я ----- K”я8~”›

”_8”R8 ----- }” c b8”R8~”›

b. Kosakata yang bersuku kata berakhir º [n], apabila mendapat imbuhan

}”š konsonan [n] berubah menjadi [k], imbuhan }”š berubah

menjadi ”š

[º ----- cD ”›

”}”w8º ----- ”}”w8D ”›

9). Imbuhan š apabila bertemu suku kata berakhir konsonan, tidak berubah ;

”G8”uº ---- ”G8”u›

Namun jika diperlukan untuk menambah jumlah suku kata, imbuhan š bisa

dipanjangkan dengan }6š

”G8”uº ---- ”G8”u~6›

10) Imbuhan }¿ºš apabila bertemu suku kata terbuka, berubah menjadi ¿ºš
.
0w ---- 0w¿ºš tidak ditulis 0w¿ºš

”8 ---- ”8¿ºš tidak ditulis ”8¿ºš

¿Ø ---- ¿Ø¿ºš tidak ditulis ¿Ø¿ºš

V. DWI PURWA
Perulangan yang mengulang sandhangan swara ;

G6º ---- G6º

ØÀ ---- ØØÀ›

”w ---- ”w”w›

”_8”R8º ---- ”_8”_8”  Z8ºš

Namun, ”G8Q ---- G”G8Qš tidak ”G8”G8Q›

VI. DWI LINGGA


Kosakata yang berakhir }š dan suku kata berakhir konsonan, apabila diulang dengan

Mas Bekel Dwijasetyaprasaja 43


seTy Aiè> ìsj set- Am]ih p]sj 56789:;5я

dwi lingga, suku kata awal kata yang diulang tidak luluh ;
}Õº ---- }Õ~Õºš tidak }ÕÕºš

}u— ---- }u—}u—› tidak }u—Ku—›

VII. KATA MAJEMUK


Terkait dengan bab VI tentang Dwi Lingga, kata majemuk yang suku kata awal terbuka

pada kata di belakang konsonan, serta berawal } tidak berubah :

ÏP~Þcº ----- ÏPÞcº

5[~”_8º ----- 5[ M ”_8º

VIII. KATA }›
Û

Kata yang berawal : }ššuš jika berada di belakang : }ۚ tidak berubah ;

}Û}u5º }ی c b— š }Ûu–›

Namun ada yang diperlakukan khusus ;

}ÛK”5–8š }ÛK  Z[º }ÛKŒ[º }—Kяٚ }ÛK”5š }—KÏ[ºš }ÛøÀ›

IX. PASANGAN w

Pasangan atau panjing w tidak diperkenankan dipasangkan pada aksara yang telah
menjadi pasangan :

}ºî”u8º Tidak ditulis }ï”u8º

 c bGº3¿–w Tidak ditulis  c ` G4 ¿–w

X. AKSARA MURDA

1). Aksara Murda hanya untuk kepentingan fonetik. Maksudnya hanya sebagai

penghormatan, tulisan lain tidak diperkenankan menggunakan aksara tersebut.

2). Tidak memunculkan aksara murda : ] dan a cêrêt.

3). eUZ harus ditulis e  Z

UX harus ditulis   X

Mas Bekel Dwijasetyaprasaja 44


seTy Aiè> ìsj set- Am]ih p]sj 56789:;5я

UVš
ª –U harus ditulis –

{ª š –{ harus ditulis –5

”}{X harus ditulis ”} 5 X

cyi Pº harus ditulis c5iPº

XI. AKSARA SWARA

1). a. Aksara swara ; š †š €š ˆš Šš digunakan untuk menuliskan kosakata

asing, apabila ingin diperjelas.

b. Œš dan Žš tetap digunakan.

2.) š †š €š ˆš Š› tidak bisa menjadi pasangan, oleh karena itu konsonan di

depannya dipangku ;

×uº;uºš

Aksara Žš apabila menjadi pasangan kembali š


Cv6

}”P8uv6Kš }6”P8uv
6 ›

Pasangan Œš tetap 8
C ›

XII. AKSARA RÉKAN

1.) Aksara rékan untuk menuliskan kosakata serapan asing yang perlu diperjelas.

2.) Aksara rékan tidak menjadi pasangan, aksara konsonan di depannya harus

dipangku;

ÔºC9š K_ uºCG:›

3.) Aksara rékan apabila mendapat sandhangan ; wulu, pêpêt, cécak atau layar ;

f+iki+ /,

XIII. ANGKA JAWA

Angka Jawa hanya boleh untuk jumlah, dan penghitungan.

Mas Bekel Dwijasetyaprasaja 45


seTy Aiè> ìsj set- Am]ih p]sj 56789:;5я

XIV. ANGKA ROMAWI

Angka Romawi boleh digunakan pada penulisan sastra (aksara) Jawa, yaitu untuk

penomoran, dan angka tahun.

XV AKSARA LATIN DAN ANGKA

Aksara Latin beserta angkanya jika ditulis bersanding dengan aksara Jawa, sejajar, jadi

mengikuti lajur penulisan aksara Jawa.

XVI. AKSARA ARAB DAN ANGKA

Aksara Arab beserta angkanya jika ditulis bersanding dengan aksara Jawa, sejajar, jadi

mengikuti lajur penulisan aksara Jawa.

XVII. ANGKA ; 2

Angka 2 tidak boleh untuk menyingkat kata atau perulangan kata ;


2
[K_6 M 5upº tidak ditulis [K_6 M pº
2
}Õ~Õº tidak ditulis }Õº

Mas Bekel Dwijasetyaprasaja 46


seTy Aiè> ìsj set- Am]ih p]sj 56789:;5я

PEMBAHASAN

I
KATA DASAR

1). Penulisan kata dasar dengan merangkap aksara, hal tersebut hanya karena kebiasaan,

atau meniru penulisan dalam bahasa Sanskṛêta, misal ; e M š _êš dan lainnya.

Karena dirasa sudah tidak ada fungsinya, maka sekarang e M --- eš _ê ---

_Àš begitu juga penulisan ; Øš wš _ š seharusnya juga ditulis Øš

wš _$›

Penulisan ; lš untuk membedakan cara membacanya maka penulisannya dibedakan

menjadi ¸›

2). Kata dasar tiga suku kata, yang berawal vokal, pengucapan suku kata awal diucapkan

seperti bunyi pepet [ê], namun penulisan aksara Jawa tidak menggunakan sandhangan

pepet ; weš _wš e›

3). Kata dasar tiga suku kata, yang berawal nasal, pengucapannya ada dua macam, dibaca

[ê], atau [å], maka pada penulisan aksara Jawa seyogyanya disesuaikan dengan

pengucapannya.

4). š C–š yang berada pada awal suku kata diucapkan dan ditulis Œš

}–P ----- ŒP

}–я ----- Œя

}–5 ----- Œ5

Maka kata ; [–Õš apabila mengikuti kaidah pengucapan bahasa Jawa, maka seyogyanya

ditulis +Õ tidak [%՛

5). Golongan aksara harus dicermati, tidak hanya bagi awalan anuswara saja, namun berlaku

juga untuk kata dasar, dan akar kata ;

Mas Bekel Dwijasetyaprasaja 47


seTy Aiè> ìsj set- Am]ih p]sj 56789:;5я

P—š menjadi PQ—š _—š menjadi _ c b— š e—š menjadi elf—š berubahnya C— menjadi š

cš lš disebabkan merunut pada warga / golongan aksara, maka }liš awalan

yang digunakan harus }lºš konsonan lš menjadi pengganti š apabila mendapat

pasangan ešяš serta masih satu kata.

6). Lainnya ;

fiets ditulis [ºš

horloge ditulis ”}–”u8я›

compagnie ditulis Àc\6›

maatschappij ditulis c5D ”[›

II
KATA JADIAN DENGAN AWALAN

1). Awalan anuswara yang luluh dengan kata yang diberi awalan ditulis tanpa , }š:

M— š adapun bila dirasa perlu boleh ditulis dengan }š }M— ›

2). Kriya-wacaka, serta karana-wacaka, penulisannya disesuaikan dengan tanpa konsonan

3). Pada masa lalu, awalan 6š tidak ada, yang ada š :

”8º ---- ”8ºš ”я8Gº ---- ”я8Gºš

kata ”uš merupakan kata yang mendapat rumus sandi ;  + }u›

kata ”8՚ merupakan kata yang mendapat rumus sandi ;  + Ï՛

jadi bukan dari 6 + }uš maupun 6 + Ï՛

4). Kata yang berawal }š mendapat awalan [š ;š ditulis }š atau p›

Mas Bekel Dwijasetyaprasaja 48


seTy Aiè> ìsj set- Am]ih p]sj 56789:;5я

III
KATA JADIAN DENGAN SISIPAN

1). Supaya runtut dengan lainnya, sisipan š dan cš penulisan kata yang mendapat

sisipan š atau uš harus ditarik menjadi яŽºš jika dirasa perlu bisa

dipendekkan menjadi яv


6 ºš

2). š rangkap tidak berasalan, hal ini hanya terbawa kebiasaan, sehingga tidak ada

gunanya dipertahankan, maka penulisan š tidak perlu dirangkap.

IV
KATA JADIAN DENGAN AKHIRAN

1). Akhiran ; }š jika berada pada kosakata terakhir terbuka [å], tidak berubah tetap ditulis

}š jika suku kata akhirnya mendapat wulu [i], atau taling [é], akhiran }š berubah

menjadi pš jika mendapat suku [u], atau taling tarung [o], maka ditulis w›

2). Akhiran ; ”}š jika berada disuku kata akhir terbuka mendapat pelancar bunyi š

;À ;À” tidak ;À”

ÜP ÜP” tidak ÜP”

я + ”} я” tidak я”

;À + ”} ;À” tidak ;À”

ÜP + ”} ÜP” tidak ÜP”

3). Akhiran } :

}я ---- K”я›

6Ô ---- 6”c8›

Mas Bekel Dwijasetyaprasaja 49


seTy Aiè> ìsj set- Am]ih p]sj 56789:;5я

maka ; cR + } = cR›

4). Akhiran }º :

[u: ---- [upºš

u: ---- upºš

Þ: ---- Þwºš

kata Þ:}”š sandhangan wignyan dipertahankan penulisannya.

5). Akhiran }6º : kasusnya sama seperti pada akhiran ”}›

6). Akhiran } : kasusnya sama seperti pada akhiran }›

7). Bagi kata yang bersuku kata akhir terbuka maka mendapat akhiran }”š mendapat

pertolongan pelancar š

u ----- Kv~”›

penulisan ; Kv~”š

AKSARA MURDA

Aksara murda dalam penulisan, –Uš –{š UXš cyi Pº ”}{X š mencontoh

tata penulisan lama atau dalam hal ini Sanskṛêta, namun tidak sempurna, karena banyak yang

tidak konsisten, maka lebih baik dihilangkan, begitu juga nama gunung, sungai, hewan dan lain

sebagainya tidak ditulis dengan aksara murda, karena yang demikian meniru penggunaan
4
kapital pada aksara Latin, jadi aksara murda hanya untuk kepentingan fonetis .

4 Aksara Murda digunakan dalam penulisan untuk menekankan kosakata bahasa Kawi yang masih dipertahankan tata
bahasa dan ejaannya. Jadi tidak disamakan dengan Kapital dalam aksara Latin.

Mas Bekel Dwijasetyaprasaja 50


seTy Aiè> ìsj set- Am]ih p]sj 56789:;5я

VI

AKSARA SWARA

Aksara swara ; š †š €š ˆš Šš tidak boleh menjadi pasangan.

VII

AKSARA RÉKAN

Penulisan ;

cGÃ_
> º tidak ditulis cG:º
C _º

c:– tidak ditulis c:ºC5–

c:º tidak ditulis c:ºCÕº

cPQ_
: º tidak ditulis cP:ºCP_º

Ô[v5
> º tidak ditulis Ô[:ºCu5º

Namun penulisan ; [:ºCG: 5M º tidak  [  H: 5M ºš

Mas Bekel Dwijasetyaprasaja 51


seTy Aiè> ìsj set- Am]ih p]sj 56789:;5я

REFERENSI

..............., 1928. ™56ºC”w P Z5—u› Solo : Le Druk Uitgeverij En Boekhandel

Stoomdrukkerij De Bliksem

Macdonell, Arthur Anthony. 1979. A Practical Sanskrit Dictionary. Ofxord University.

Padmosoekotjoe,S. .... Suluk Pêdhalangan.

Poerwadarminta, W.J.S. 1931. ™56ºCc–PwšABA÷ÔGA A› Solo : Uitgeverij En

Boekhandel Stoomdrukkerij De Bliksem

............1939. Baoesastra Djawa. J.B. Wolters' Uitgevers Maatscappij. Groningen. Batavia.

Poetoesan Parepatan Koemisi Kasoesastran. 1926. Wawaton Panjeratipoen Temboeng Djawi

Mawi Sastra Djawi Dalasan Angka. Landsdrukkerij – Weltevreden.

Widyastuti, Sri Hartati. 2001. Suluk Wujil Suntingan Teks dan Tinjauan Semiotik. Semarang :

Kelompok Studi Mekar.

Winter S , C.F. 1928. ™5%~56 c — wcw6G65 ¿ºšReproductiebedrijf V/D


R

Topografischen Dients.

Zoetmulder, P.J. 1994. Kalangwan Sastra Jawa Kuno Selayang Pandang. Djambatan.

.......................... 1995. Kamus Jawa Kuna – Indonesia. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Mas Bekel Dwijasetyaprasaja 52

Anda mungkin juga menyukai