Anda di halaman 1dari 13

Arca Penjaga (dwarapala) Candi Gedong II

Oleh Intan Cahyanita

1. Latar Belakang Masalah


Percandian Hindu ataupun Buddha di Indonesia pada umumnya dilengkapi dengan
arca tokoh-tokoh dewa dan penghuni kayangan yang lainnya. Dalam bahasa Sansekerta arca
berarti gambaran. Arca disini bukan sekedar arca, arca merupakan simbol pengalaman
keagamaan penciptanya (Maulana,1997:7). Arca dapat pula diartikan sebagai penggambaran
raja atau tokoh yang dianggap berjasa dalam suatu kelompok. Terdapat satu arca yang
memiliki bentuk penggambaran yang sama yang ditempatkan pada setiap pintu masuk
kompleks candi-candi Hindu maupun Buddha dan umumnya digambarkan secara
berpasangan, arca ini disebut arca penjaga (dwarapala). Arca ini dianggap berfungsi sebagai
penjaga percandian baik Hindu maupun Buddha.
Dwarapala adalah penyebutan nama makhluk yang memiliki kekuasaan untuk
melindungi dari serangan kekuatan-kekuatan jahat, ditempatkan di depan pintu atau pintu
gerbang yang menuju bangunan suci. Biasanya ditempatkan berpasangan dan berada di kedua
sisi pintu masuk bangunan suci tersebut (Liebert, 1976:84). Arca dwarapala seringkali
digambarkan membawa laksana gada. Kadang-kadang juga membawa ular dan belati.
Penggambaran arca ini termasuk dalam arca yaksha dan beberapa makhluk mitologis lainnya
(Acharya 1933:572-3).
Kitab Manara memberi ketentuan tentang makhluk-makhluk tersebut, yaitu memiliki
dua lengan dan dua mata, kaki-kakinya harus ditutupi dengan kain dan mereka harus
digambarkan dalam wujudnya sebagai demon. Keseluruhan bentuk yaksha seharusnya
berwarna biru terang (syama) dan kuning (pita), mereka juga harus ditegakkan dalam posisi
duduk, sikap dua kakinya menyerupai bentuk tenggala (bajak) dengan salah satu kakinya
ditekuk ke belakang, kedua tangannya menyentuhnya lutut dan diarahkan ke gerbangnya
(Acharya 1933 : 572-573). Selain digambarkan dengan posisi duduk, dwarapala ada juga
yang dibuat berdiri. Arca dwarapala yang berdiri biasanya membawa gada yang ditopang
dengan bahunya atau dipegang dan ditahan dengan tanah.
Arca penjaga (dwarapala) merupakan arca yang selalu ada pada setiap candi serta
memiliki penggambaran yang mirip baik candi Buddha mapun Hindu sehingga jika kita
meneliti arca ini diharapkan kita dapat mengetahui perbedaan penggambaran arca yang ada.
Arca penjaga (dwarapala) Candi Gedong II akan dibahas dalam artikel ini, mengingat
1
ditemukannya perbedaan penggambaran arca ini dengan arca penjaga candi Buddha lainnya
yang sudah ditemukan dan belum pernah ada penelitian mengenai dwarapala di Sumatera.
Arca penjaga (dwarapala) dari Candi Gedong II ini penggambarannya lebih ramah dan lebih
terkesan jenaka dari Arca Dwarapala pada umumnya yang digambarkan sebagai sosok yang
menyeramkan dan membawa senjata-senjata. Kesan penjaga pada arca penjaga (dwarapala)
Candi Gedong II hanya ditunjukkan pada atribut senjata yang menyerupai gada dan perisai.
Melalui pembahasan ini diharapkan dapat diketahui perbedaan penggambaran dan yang
menyebabkan perbedaan tersebut antara arca penjaga (dwarapala) Candi Gedong II dengan
dwarapala di candi lainnya.

2. Rumusan Masalah
Penggambaran arca penjaga (dwarapala) Camdi Gedong II yang berbeda dengan arca
penjaga pada candi Buddha lainnya dan tidak sesuai dengan ketentuan penggambaran arca
penjaga pada kitab Manara. Oleh karena itu, muncul pertanyaan :
• Apa saja perbedaan yang terdapat pada arca penjaga (dwarapala) Candi Gedong II
dibandingkan arca penjaga di candi lainnya?
• Apa yang menyebabkan perbedaan penggambaran tersebut?

3. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Untuk menjawab rumusan masalah di
atas, tahapan kerja yang dilalui yaitu tahap pengumpulan data, analisa data dan interpretasi
data. Pengumpulan data dilakukan dengan cara survei kepustakaan dan pengumpulan data di
lapangan. Pengumpulan data di lapangan berupa data arca dwarapala Candi Gedong II di
Ruang Koleksi Kompleks Percandian Muarajambi. Data ini diperoleh dengan cara
mengamati, mengukur, mendokumentasikan melalui foto serta mencatat segala info yang ada
pada arca tersebut. Pengumpulan data ini menggunakan acuan Model Deskripsi Arca Tipe
Tokoh yang ditulis oleh Edi Sedyawati tahun 1983. Analisa data dilakukan dengan
memperhatikan ciri-ciri arca dwarapala Candi Gedong II dan membandingkannya dengan
arca penjaga (dwarapala) Candi Plaosan.

4. Pembahasan
2
4.1. Data
Arca penjaga (dwarapala) Candi Gedong II merupakan data yang akan dianalisis
pada artikel ini. Arca ini ditemukan di Candi Gedong II pada tahun 2002. Kompleks Candi
ini berada pada titik koordinat 01o28’32.9” LS, 103o 39’ 27.9” BT, berada di sebelah barat
Kompleks Candi Gedong I. Luas Kompleks Candi Gedong II adalah 75 m x 67,5 m
dikelilingi pagar bata dengan pintu gerbang di sisi timur. Terdapat candi induk dan dua candi
perwara di dalamnya. Pada kompleks candi ini ditemukan dua buah arca, yaitu arca gajah
yang di atas punggungnya dinaiki singa yang biasa disebut dengan Arca Gadjahsingha dan
arca yang dikatakan sebagai arca penjaga (dwarapala) di sisi kiri tangga masuk, saat ini
kedua arca tersebut disimpan di Gedung Koleksi Situs Percandian Muarajambi.
Deskripsi arca penjaga (dwarapala) Candi Gedong II pada artikel ini dilakukan
menggunakan Model Deskripsi Arca Tipe Tokoh yang ditulis oleh Edi Sedyawati sehingga
dapat diketahui ikonografinya secara menyeluruh. Pada sub bab ini akan diuaraikan ciri
umum arca penjaga (dwarapala) Candi Gedong II.

Foto 1. Arca dwarapala Candi Gedong II


sumber : dokumen pribadi

Wujud arca penjaga yang ditemukan di Candi Gedong II termasuk ke dalam wujud
antropomorf dan tidak ada inskripsi pendamping. Arca “dwarapala” Candi Gedong II terbuat
dari bahan batu, memiliki kontur dan pahatan yang jelas, bersifat tiga dimensi penuh, tokoh
arca tersebut hanya sendiri. Arca “dwarapala” tersebut memiliki ukuran tinggi 100 cm, lebar
(rentang bahu) 38 cm. Ukuran tinggi kepalanya 32 cm, tinggi leher 4,5 cm, dan tinggi

3
pinggang ( torso tersempit sampai alas kaki) 45 cm. Ukuran lebar arca “dwarapala” Candi
Gedong II ini lebar kepalanya 28 cm, leher 15,6 cm, rentang bahu 38 cm, dan lengan atas 10
cm.
Sifat umum yang dimiliki arca penjaga (dwarapala) Candi Gedong II diantaranya
memiliki sifat badan yang berdiri, bagian atas badan condong ke depan, bentuk badannya
gemuk (perut sedikit buncit), serta terletak di atas umpak. Posisi kepalanya terhadap kiri-
kanan condong ke kanan, posisi terhadap depan-belakang condong ke depan. Alis pada arca
ini berupa relief tinggi dengan mata terbuka biasa, hidung terarah lurus ke bawah, mulut
tersenyum, telinganya normal, kumis membentuk ujung ke atas, leher bergaris tiga dan
rambutnya ikal-ikal.

4.2. Analisis Arca Penjaga (Dwarapala) Candi Gedong II


Analisis pada arca penjaga (dwarapala) Candi Gedong II dilakukan dengan
membandingkan arca ini dengan arca penjaga (dwarapala) di Candi Plaosan. Pemilihan arca
penjaga (dwarapala) di Candi Plaosan sebagai data pembanding dalam artikel ini karena
memiliki latar belakang keagamaan yang sama, yaitu Buddha. Selain itu arca penjaga
(dwarapala) di Candi Plaosan juga masih utuh sehingga memudahkan penulis untuk
menganalisis.

4.2.1. Ciri-ciri Umum

Foto 2. Dwarapala Candi Gedong II Foto 3. Dwarapala Candi Plaosan


sumber : dokumen pribadi sumber : tourism-joglosmart.blogspot.com

4
Sesuai dengan fungsinya, yaitu sebagai pengusir pengaruh-pengaruh jahat, dvarapala
digambarkan sebagai makhluk yang menyeramkan serta membawa senjata-senjata (laksana)
yang dimilikinya. Penggambaran ciri fisik seperti rambut ikal, taringnya runcing menjulur
keluar, matanya bulat melotot, serta alisnya yang mencureng merupakan ciri-ciri khas
penggambaran makhluk ganas (kroda) (Rahardjo, 1986:30-31).
Sifat umum yang dimiliki arca penjaga (dwarapala) Candi Gedong II diantaranya
memiliki sifat badan yang berdiri, bagian atas badan condong ke depan, bentuk badannya
gemuk (perut sedikit buncit), serta terletak di atas umpak. Posisi kepalanya terhadap kiri-
kanan condong ke kanan, posisi terhadap depan-belakang condong ke depan. Alis pada arca
ini berupa sudut bidang dengan mata terbuka biasa, hidung terarah lurus ke bawah, mulut
tersenyum, telinganya normal, kumis membentuk ujung ke atas, leher bergaris tiga dan
rambutnya ikal-ikal. Berbeda dengan penggambaran arca dwarapala Candi Plaosan yang
menyeramkan dengan mata melotot sesuai dengan ketentuan penggambaran pada kitab
Manara, arca penjaga (dwarapala) Candi Gedong II ini bermuka ramah dengan mulutnya
yang tersenyum. Kontur dan pahatan rambut ikalnya pun halus, tidak terlalu jelas.

4.2.2. Ciri-ciri Komponen Tubuh

No. Indikator Arca penjaga Candi Arca penjaga Candi


Gedong II Plaosan
1. Kepala miring ke kanan miring ke kiri
2. Rambut ikalan dengan relief rendah ikalan relief tinggi seluruh
pada bagian atas dan rambut dan disanggul
sanggul tidak terlalu rendah
rendah berhias ceplok
bunga
3. Alis alisnya berupa sudut alisnya berupa relief tinggi
bidang
4. Mata mata terdapat ukiran bulat polos, melotot
melingkar di tengahnya
5. Telinga telinga normal bagian bawahnya panjang

5
sampai pundak
6. Hidung hidung terarah ke bawah hidung sudah rusak
dengan cuping yang lebar
7. Kumis lurus dan ujungnya ke atas lurus dan ujungnya ke atas
dan lebih terlihat jelas
8. Mulut tersenyum cemberut
9. Leher tiga garis satu garis
10. Dada dada condong ke kanan dada tegak dan dan bentuk
depan dan bentuk putingnya berupa tonjolan
putingnya berupa tonjolan membulat
membulat
11. Pinggang dan pinggul garis batasnya tidak jelas garis batasnya jelas
12. Pusar tidak ada pusar ada pusar berupa relief
rendah
13. Lengan dan tangan ada dua tangan, lengan ada dua tangan, lengan
lurus ke bawah dan tangan lurus ke bawah dan tangan
memegang laksana memegang laksana
14. Paha dan kaki kaki kanan ke depan kaki kiri ditekuk ke depan
dengan sedikit ditekuk dan dan kaki kanan dilipat ke
kaki kiri lurus ke bawah belakang

1. Kepala

Foto 4. Dwarapala Candi Gedong II Foto 5. Dwarapala Candi Plaosan


sumber : dokumen pribadi sumber : tourism-joglosmart.blogspot.com

6
Kepala, posisi terhadap kiri-kanan. Posisi kepala arca penjaga (dwarapala) Candi
Gedong II posisinya miring ke kanan, sedangkan di Candi Plaosan miring ke kiri. Pada Candi
Plaosan posisi kepala arca penjaga yang berada di sebelah kiri pasangan miring ke kiri,
sedangkan yang berada di kanan pasangannya kepalanya miring ke kanan. Lain halnya
dengan arca penjaga di Candi Gedong II yang ditemukan tidak memiliki pasangan sehingga
tidak bisa diketahui apakah posisi kepala juga menentukan letaknya di kanan atau kiri
pasangan.

2. Rambut

Foto 6. Arca Dwarapala Candi Gedong II Foto 7. Arca Dwarapala Candi Plaosan
sumber : dokumen pribadi sumber : batikcandi.blogspot.com

Rambut bagian depan rata, bagian atas sampai belakang arca penjaga (dwarapala)
Candi Gedong II ikal dengan relief rendah dan memakai sanggul ke belakang tidak terlalu
rendah masih terlihat tengkuknya serta terdapat hiasan seperti ceplok bunga. Sanggul yang
dipakainya pun sangat sederhana, tidak seperti pada arca dwarapala Candi Plaosan yang
memakai sanggul ke belakang rendah dan terlihat sangat jelas kontur rambut ikalnya yang
berupa relief tinggi.

3. Alis

Alis pada arca penjaga (dwarapala) Candi Gedong II berupa sudut bidang, sedangkan
pada Candi Plaosan alisnya berupa relief tinggi. Penggarapan ekspresi alisnya berlaku
ketentuan bahwa arca-arca yang alisnya berupa sudut bidang ekspresinya tenang,
sedangkan arca-arca dengan alis berupa relief rendah atau tinggi ekspresinya mencureng
(seram). (lihat foto 4 dan 5)

7
4. Mata

Bentuk mata pada arca penjaga (dwarapala) Candi Gedong II terbuka biasa dengan
ukiran melingkar di tengahnya dan terkesan tenang, sedangkan mata pada arca penjaga di
Candi Plaosan bulat polos dengan ekspresi melotot seperti hendak keluar. (lihat foto 4 dan 5)

5. Telinga

Telinga arca penjaga (dwarapala) Candi Gedong II berbentuk seperti telinga biasa,
sedangkan arca penjaga (dwarapala) Candi Plaosan bagian bawahnya memanjang sampai
pundak. (lihat foto 4 dan 5)

6. Hidung

Bentuk hidung arca penjaga (dwarapala) Candi Gedong II lurus ke bawah dengan
cuping yang lebar, sedangkan hidung arca penjaga (dwarapala) Candi Plaosan sudah rusak.
(lihat foto 4 dan 5)

7. Kumis

Kumis arca umumnya memiliki dua variasi bentuk, yaitu lurus dan bergelombang. Pada
arca penjaga (dwarapala) Candi Gedong II, kumisnya lurus dengan arah ujungnya ke atas
begitupun dengan arca penjaga (dwarapala) Candi Plaosan. (lihat foto 4 dan 5)

8. Mulut

Mulut pada arca umumnya memiliki empat variasi penggarapan ekspresi, yaitu biasa
(mulut tertutup), tersenyum, tertawa dan cemberut. Arca penjaga (dwarapala) Candi Gedong
II memiliki mulut yang tebal dengan ekspresi tersenyum sehingga terkesan ramah dan jenaka,
sedangkan arca penjaga (dwarapala) Candi Plaosan mulutnya cemberut dan terkesan galak.
(lihat foto 4 dan 5)

8
9. Leher
Penggambaran leher pada arca memiliki dua jenis yaitu polos dan bergaris. Leher arca
penjaga (dwarapala) Candi Gedong II memiliki tiga garis, sedangkan arca penjaga
(dwarapala) Candi Plaosan hanya memiliki satu garis. (lihat foto 4 dan 5)

10. Dada

Foto 8. Arca Dwarapala Candi Gedong II Foto 9. Arca Dwarapala Candi Plaosan
sumber : dokumentasi pribadi sumber: tourismjoglosmart.blogspot.com

Posisi dada arca penjaga (dwarapala) Candi Gedong II terhadap kiri-kanan adalah lebih
condong ke kanan depan. Pada dada arca ini terdapat putting yang digambarkan dengan
tonjolan membulat. Arca penjaga (dwarapala) Candi Plaosan posisi dadanya tegak dengan
puting berupa tonjolan membulat juga.

11. Pinggang dan pinggul

Penggambaran garis-garis batas pinggang dan pinggul terdapat tiga jenis, yaitu tidak ada
garis, ada jelas tapi pendek, dan jelas sekali. Arca penjaga (dwarapala) Candi Gedong II
tidak memiliki garis batas antara pinggang dan pinggul. Arca ini juga tidak terdapat
penggambaran bentuk pusar. Sedangkan arca penjaga (dwarapala) Candi Plaosan memiliki
garis batas yang jelas sekali dan terdapat pusar yang nampak jelas. (lihat foto 8 dan 9)

9
Foto 10. Arca Dwarapala Candi Gedong II Foto 11. Arca Dwarapala Candi Gedong II

12. Tangan dan kaki

Posisi lengan pada arca penjaga (dwarapala) Candi Gedong II dan Candi Plaosan adalah
lurus ke bawah dengan tangan ke depan membawa laksana. Sedangkan posisi kaki arca
penjaga (dwarapala) Candi Gedong II adalah kaki kanan di depan dengan sedikit ditekuk
sementara kaki kirinya lurus tegak berdiri. Posisi kaki arca penjaga (dwarapala) Candi
Plaosan setengah jongkok dengan kaki kiri ditekuk ke depan dan kaki kanan dilipat ke
belakang. Pada arca penjaga (dwarapala) Candi Gedong II juga terdapat penyangga di bagian
belakang yang berdiri tegak dari pinggang hingga telapak kaki. (lihat foto 8,9 dan 11).

4.2.3. Ciri-ciri Komponen Laksana


Laksana atau benda yang dipegang arca penjaga (dwarapala) Candi Gedong II pada
tangan kanan adalah khetaka (perisai) dan di tangan kiri diduga gada namun belum pasti
karena bentuknya sudah tidak utuh. Sedangkan pada arca penjaga (dwarapala) Candi Plaosan
tangan kiri memegang gada dan tangan kanan terdapat ular yang menempal di lengan bawah.
Jika memang benar benda yang dipegang di tangan kiri arca penjaga (dwarapala) Candi
Gedong II adalah gada, ada keunikan dalam cara pemegangannya. Gada adalah alat pemukul
yang terkesan berat sehingga pada penggambaran arca dwarapala pada umumnya
memegangnya ditopang pada bahu atau ditaruh berdiri ke permukaan tanah, sedangkan pada
arca penjaga (dwarapala) Candi Gedong II cara memegang benda yang diduga gada seperti
memegang sesuatu yang lebih ringan seperti obor atau tongkat. (lihat foto 8 dan 9)

10
4.2.4. Ciri-ciri Komponen Perhiasan yang Dipakai

Foto 12. Arca penjaga (dwarapala) Candi Gedong II

Foto 13. Arca dwarapala Candi Gedong II Foto 14. Arca dwarapala Candi Plaosan
Sumber : Dokumentasi pribadi sumber : tourism-joglosmart.blogspot.com
Arca penjaga (dwarapala) Candi Gedong II digambarkan lebih polos tidak ramai
hiasan dibandingkan dengan arca di Candi Plaosan. Pada telinganya menggunakan anting
berbentuk roset tidak seperti penggambaran arca dwarapala yang menggunakan anting berupa
cakra atau tengkorak. Telapak tangannya polos tidak ada hiasan apapun, namun pada
pergelangan tangan kiri terdapat gelang berbentuk tali polos. Pada bagian pinggang arca
penjaga (dwarapala) Candi Gedong II terdapat kain wiru dengan jumlah lipatannya adalah
lima. Sedangkan arca penjaga (dwarapala) Candi Plaosan terdapat hiasan diantaranya adalah
hara (kalung), keyura (kelat bahu), tali kasta, kankana (gelang), sabuk, dan sampur.

5. Kesimpulan

Dwarapala adalah penyebutan nama makhluk yang memiliki kekuasaan untuk


melindungi bangunan suci dari serangan kekuatan-kekuatan jahat, ditempatkan di depan pintu
atau pintu gerbang yang menuju bangunan suci. Arca dwarapala seringkali digambarkan
dengan wajah menyeramkan dan membawa laksana gada. Kadang-kadang juga membawa
ular dan belati. Arca dwarapala biasanya digambarkan dengan posisi duduk, namun
11
dwarapala ada juga yang dibuat berdiri. Arca ini biasanya membawa gada dengan cara
ditopang dengan bahunya atau dipegang dan ditahan dengan tanah.
Namun, penggambaran arca dwarapala seperti yang disebutkan di atas tidak nampak
pada arca dwarapala Candi Gedong II. Pengaruh India dalam arca “dwarapala” Candi
Gedong II juga hampir tidak terlihat. Ciri-ciri setiap arca bisa sama antara satu arca dengan
arca yang lain, tetapi bisa juga berbeda pada setiap arca tersebut. Dalam hali ini yang menjadi
dasar persamaan penggambaran suatu arca adalah ketentuan ikonografi dan kesamaan tradisi.
Sedangkan yang mendasari perbedaannya adalah perkembangan tradisi dan kebebasan
seniman. Selain itu, mengingat budaya material merupakan salah satu wujud dari suatu
kebudayaan maka dengan ditemukan arca tersebut, dapat diketahui gaya seni pada masa itu.
Setiap lingkungan sosial budaya yang berbeda memiliki wujud kebudayaan yang berbeda
pula. Pembuatan arca yang terkesan ramah dan jenaka tersebut, secara konseptual dapat
disimpulkan merupakan cara menggambarkan kebudayaan dan identitas kelompok yang
tinggal atau melakukan pemujaan di kawasan tersebut pada masanya.

Jika dilihat dari lokasi penemuan arca penjaga (dwarapala) Candi Gedong II yang
berada di depan candi serta memegang laksana senjata maka dapat disimpulkan bahwa arca
tersebut adalah arca penjaga. Namun jika berdasarkan banyaknya perbedaan yang ada pada
arca Candi Gedong II dengan arca dwarapala pada Candi Plaosan maka harus dilakukan
penelitian lebih lanjut mengenai arca tersebut sehingga dapat diketahui apakah benar arca
tersebut dapat dikatakan sebagai arca dwarapala atau hanya arca penjaga dan apakah benar
arca tersebut penggambarannya berbeda karena menggambarkan identitas kelompok yang
tinggal di kawasan tersebut dan/atau kelompok pembuatnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Acharya, P.K. 1933. Architecture of Manasara : Translated from Original Sanskrit.


London : Oxford University Press
Helena A. van Bemmel. 1994. Dvarapalas in Indonesia; Temple guardians and
acculturation. Rotterdam : Balkema.
Liebert, Gosta. 1976. Iconographic Dictionary of Indian Religion : Hinduism
Buddhism-Jainism. (J.E van Lohuizen de Leeuw, ed.). Leiden : E.J. Brill
Maulana, Ratnaesih. 1996. Perkembangan Seni Arca di Indonesia. Laporan Penelitian.
Depok : Fakultas Sastra Universitas Indonesia
Mulias, Rumbi. 1982. “Perbandingan Yaksa dan Dvarapala dari Padang Lawas dengan
Arca/Relief Sejenis di Asia Tenggara”, Pertemuan Ilmiah Arkeologi II. Jakarta : Pusat
Penelitian Arkeologi Nasional.
Rahardjo , Supratikno. 1983. Arca-arca Dwarapala dari Candi sewu dan Plaosan Lor :
Sebuah Telaah Perbandingan Gaya. Skripsi bidang arkeologi. Depok : Fakultas
Sastra Universitas Indonesia.
Retnoningdyah, Leonila. 1995. Pengarcaan Dwarapala Candi Panataran, Kabupaten
Blitar, Jawa Timur : Suatu Telaah Gaya. Skripsi bidang arkeologi. Depok : Fakultas
Sastra Universitas Indonesia
Sedyawati, Edi. 1983. Model Deskripsi : Arca Tipe Tokoh. Jakarta : Fakultas Sastra
Universitas Indonesia
http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjambi/2014/03/14/arca-dwarapala/ diakses 17 juni
2016 11:00
http://historia.id/kuno/dwarapala-berwajah-ramah diakses 17 juni 2016 10:40
http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjambi/2014/07/22/candi-gedong-ii/ diakses 17 juni
2016 12:22

13

Anda mungkin juga menyukai