Anda di halaman 1dari 20

Kritik Sastra dan Esai

Fauzan

Primadeti
Gerry juantonius
Rangga Suwandi
Michael Yordan
Kevin Chrisanto

Pengertian Kritik Sastra

Kritik sastra adalah analisis terhadap suatu


karya sastra untuk mengamati atau menilai
baik-buruknya suatu karya secara objektif.

Ciri-ciri Kritik Sastra


Bersifat

objektif.
Bertujuan untuk membangun (memperbaiki)
karya yang dikritik.
Menjadi bahan acuan untuk meningkatkan
kreativitas pencipta karya tersebut.
Bukan hanya memberikan kritikan tetapi juga
berupa pujian

Prinsip penulisan kritik


Seorang

kritikus sastra wajib membaca karya


yang akan dikritik berulang kali sampai
mendapatkan gambaran yang jelas mengenai
isi karya sastra tersebut.
Seorang kritikus harus memiliki alat analisis
yang akan digunakannya untuk menilai karya
sastra yang dikritiknya.
Seorang kritikus harus memiliki alasan atau
argumentasi yang kuat atas penilaian yang
diberikannya terhadap karya yang dikritiknya.

Seorang

kritikus dalam menyampaikan


kritiknya harus dilandasi niat untuk
membantu pencipta karya tersebut agar bisa
berkarya lebih baik lagi.
Seorang kritikus harus mampu
mengungkapkan nilai-nilai positif yang
terkandung dalam karya tersebut agar bisa
dipahami oleh pembacanya.

Fungsi Kritik Sastra


A. Membina dan mengembangkan sastra. Melalui kritik sastra, kritikus
berusaha menunjukkan struktutr sebuah karya sastra, memberikan
penilaian, menunjukkan kekuatan dan kelemahannya, serta
memberikan alternatif untuk pengembangan karya sastra tersebut.
B. Pembinaan apresiasi sastra. Para kritikus berusaha membantu
para peminat karya sastra memahami sebuah karya sastra. Kritikus
berusaha mengungkap daerah-daerah yang lemah yang terdapat
dalam karya sastra. Analisis struktur sastra, kmentar dan interprestasi,
menjelaskan unsur-unsurnya,serta menunjukan unsur-unsur yang
tersirat dan tersurat, akan dapat menuingkatkan apresiasi sastra.

C. Menunjang dan mengembangkan ilmu sastra. Kritik sastra


merupakan wadah analisis karya sastra, analisis struktur cerita,
gaya bahasa, dan teknik penceritaan. Hal ini merupakan
sumbangan pula untuk para ahli sastra dalam mengembangkan teri
sastra. Para pengarang pun dapat belajar melalui kritik sastra dalam
memperluas pandangannya, sehingga ciptaannya lebih
berkembang. Untuk membuat kritik dan esai terhadap karya sastra,
penulis dapat menggunakan dua pendekatan yakni dengan
pendekatan deduktif dan pendekatan induktif.

Contoh kritik sastra:

Kebangkitan Tradisi Sastra Kaum Bersarung


Penulis: Purwana Adi Saputra
Selama ini, entah karena dinafikan atau justru karena menafikan fungsinya sendiri, kaum
pesantren seolah tersisih dari pergulatan sastra yang penuh gerak, dinamika, juga anomali.
Bahkan, di tengah-tengah gelanggang sastra lahir mereka yang menganggap bahwa kaum
santrilah yang mematikan sastra dari budaya bangsa. Di setiap pesantren, kedangkalan
pandangan membuat mereka menarik kesimpulan picik bahwa santri itu hanya percaya pada
dogma dan jumud. Mereka melihat tradisi hafalan yang sebenarnyalah merupakan tradisi
Arab yang disinkretisasikan sebagai bagian dari budaya belajarnya, telah membuat kaum
bersarung ini kehilangan daya khayal dari dalam dirinya. Dengan kapasitasnya sebagai
sosok yang paling berpengaruh bagi transfusi budaya bangsa ini, dengan seenaknya ditarik
hipotesis bahwa pesantrenlah musuh pembudayaan sastra yang sebenarnya. Kaum
bersarung adalah kaum intelektualis yang memarjinalkan sisi imaji dari alam pikirnya sendiri.
Pesantren adalah tempat yang pas buat mematikan khayal. Pesantren adalah institut tempat
para kiai dengan dibantu para ustadnya menempa kepala para santri dengan palu godam
paksa. (Dikutip seperlunya dari Solopos, 5 Desember 2007)

Pengertian Esai Sastra

Esai adalah karangan singkat yang membahas


suatu masalah dari sudut pandang pribadi
penulisnya. Masalah yang dibahas dalam
esai merupakan masalah yang aktual dari
berbagai bidang seperti kesusastraan,
kebudayaan, iptek, atau politik.

Tipe-tipe Esai
Ada enam tipe esai, yaitu:
1. Esai deskriptif. Esai jenis ini dapat meluliskan subjek atau objek
apa saja yang dapat menarik perhatian pengarang. Ia bisa
mendeskripsikan sebuah rumah, sepatu, tempat rekreasi dan
sebagainya.
2. Esai tajuk. Esai jenis ini dapat dilihat dalam surat kabar dan
majalah. Esai ini mempunyai satu fungsi khusus, yaitu
menggambarkan pandangan dan sikap surat kabar/majalah
tersebut terhadap satu topik dan isyu dalam masyarakat. Dengan
Esai tajuk, surat kabar tersebut membentuk opini pembaca. Tajuk
surat kabar tidak perlu disertai dengan nama penulis.

3. Esai cukilan watak. Esai ini memperbolehkan seorang penulis


membeberkan beberapa segi dari kehidupan individual
seseorang kepada para pembaca. Lewat cukilan watak itu
pembaca dapat mengetahui sikap penulis terhadap tipe pribadi
yang dibeberkan. Disini penulis tidak menuliskan biografi. Ia
hanya memilih bagian-bagian yang utama dari kehidupan dan
watak pribadi tersebut.
4. Esai pribadi, hampir sama dengan esai cukilan watak. Akan
tetapi esai pribadi ditulis sendiri oleh pribadi tersebut tentang
dirinya sendiri. Penulis akan menyatakan Saya adalah saya.
Saya akan menceritakan kepada saudara hidup saya dan
pandangan saya tentang hidup. Ia membuka tabir tentang
dirinya sendiri.

5. Esai reflektif. Esai reflektif ditulis secara formal dengan nada


serius. Penulis mengungkapkan dengan dalam, sungguh-sungguh,
dan hati-hati beberapa topik yang penting berhubungan dengan
hidup, misalnya kematian, politik, pendidikan, dan hakikat
manusiawi. Esai ini ditujukan kepada para cendekiawan.
6. Esai kritik. Dalam esai kritik penulis memusatkan diri pada uraian
tentang seni, misalnya, lukisan, tarian, pahat, patung, teater,
kesusasteraan. Esai kritik bisa ditulis tentang seni tradisional,
pekerjaan seorang seniman pada masa lampau, tentang seni
kontemporer. Esai ini membangkitkan kesadaran pembaca tentang
pikiran dan perasaan penulis tentang karya seni. Kritik yang
menyangkut karya sastra disebut kritik sastra.

Bagian - bagian Esai


Sebuah esai dasar bisa dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
Pertama, pendahuluan yang berisi latar belakang informasi yang
mengidentifikasi subyek bahasan dan pengantar tentang subyek
yang akan dinilai oleh si penulis tersebut.
Kedua, tubuh esai yang menyajikan seluruh informasi tentang
subyek.
Ketiga, adalah bagian akhir yang memberikan kesimpulan dengan
menyebutkan kembali ide pokok, ringkasan dari tubuh esai, atau
menambahkan beberapa observasi tentang subyek yang dinilai oleh
si penulis.

Ciri ciri Esai


1. Berbentuk prosa, artinya dalam bentuk komunikasi
biasa, menghindarkan penggunaan bahasa dan
ungkapan figuratif.
2. Singkat, maksudnya dapat dibaca dengan santai
dalam waktu dua jam.
3. Memiliki gaya pembeda. Seorang penulis esai yang
baik akan membawa ciri dan gaya yang khas, yang
membedakan tulisannya dengan gaya penulis lain.

4. Selalu tidak utuh, artinya penulis memilih segi-segi yang penting dan
menarik dari objek dan subjek yang hendak ditulis. Penulis memilih aspek
tertentu saja untuk disampaikan kepada para pembaca.
5. Memenuhi keutuhan penulisan. Walaupun esai adalah tulisan yang tidak
utuh, namun harus memiliki kesatuan, dan memenuhi syarat-syarat
penulisan, mulai dari pendahuluan, pengembangan sampai ke pengakhiran.
Di dalamnya terdapat koherensi dan kesimpulan yang logis. Penulis harus
mengemukakan argumennya dan tidak membiarkan pembaca tergantung di
awang-awang.
6. Mempunyai nada pribadi atau bersifat personal, yang membedakan esai
dengan jenis karya sastra yang lain adalah ciri personal. Ciri personal dalam
penulisan esai adalah pengungkapan penulis sendiri tentang kediriannya,
pandangannya, sikapnya, pikirannya, dan dugaannya kepada pembaca.

Langkah langkah Menulis Esai


1.

Menentukan tema atau topik

2. Membuat outline atau garis besar ide-ide


yang akan kita bahas
3. Menuliskan pendapat kita sebagai penulisnya
dengan kalimat yang singkat dan jelas

4. Menulis tubuh esai; memulai dengan memilah poin-poin penting


yang akan dibahas, kemudian buatlah beberapa subtema
pembahasan agar lebih memudahkan pembaca untuk memahami
maksud dari gagasan kita sebagai penulisnya, selanjutnya kita
harus mengembangkan subtema yang telah kita buat sebelumnya.
5. Membuat paragraf pertama yang sifatnya sebagai pendahuluan. Itu
sebabnya, yang akan kita tulis itu harus merupakan alasan atau
latar belakang alasan kita menulis esai tersebut.
6. Menuliskan kesimpulan. Ini penting karena untuk membentuk opini
pembaca kita harus memberikan kesimpulan pendapat dari gagasan
kita sebagai penulisnya. Karena memang tugas penulis esai adalah
seperti itu. Berbeda dengan penulis berita di media massa yang
seharusnya (memang) bersikap netral.

7. Jangan lupa untuk memberikan sentuhan akhir pada


tulisan kita agar pembaca merasa bisa mengambil
manfaat dari apa yang kita tulis tersebut dengan mudah
dan sistematis sehingga membentuk kerangka berpikir
mereka secara utuh.

Contoh Esai:
Perda Kesenian dan Rumah Hantu
Oleh: Teguh W. Sastro
Beberapa waktu lalu Dewan Kesenian Surabaya (DKS) melontarkan keinginan agar Pemkot
Surabaya memiliki Perda (Peraturan Daerah) Kesenian. Namanya juga peraturan, dibuat pasti
untuk mengatur. Tetapi peraturan belum tentu tidak ada jeleknya. Tetap ada jeleknya. Yakni,
misalnya, jika peraturan itu justru potensial destruktif. Contohnya jika dilahirkan secara prematur.
Selain itu, seniman kan banyak ragamnya. Ada yang pinter (pandai) dan ada juga yang keminter
(sok tahu).
Oleh karenanya, perten-tangan di antara mereka pun akan meruncing, misalnya, soal siapa yang
paling berhak mengusulkan dan kemudian memasukkan pasal-pasal ke dalam rancangan Perda
itu. Sejauhmana keterlibatan seniman di dalam proses pembuatan Perda itu, dan seterusnya.
Itu hanya salah satu contoh persoalan yang potensial muncul pada proses pembuatan Perda itu,
belum sampai pada tataran pelaksanaannya. Hal ini bukannya menganggap bahwa adanya
peraturan itu tidak baik, terutama menyangkut Perda Kesenian di Surabaya. Menyangkut sarana
dan prasarana, misalnya, bolehlah dianggap tidak ada persoalan yang signifikan di Surabaya.
Akan tetapi, bagaimana halnya jika menyangkut mental dan visi para seniman dan birokrat
kesenian sendiri?
(Dikutip seperlunya dari Jawa Pos, 30 Januari 2007)

Selesai

Anda mungkin juga menyukai