Anda di halaman 1dari 6

Review Novel “The Orange Girl”

by Jostein Gaarder

Nama : Amalia Najwa Sheiland


Prodi : Sastra Inggris
NIM : 1830911025
Mata Kuliah : Pengantar Filsafat dan Pemikiran Modern

Identitas/Data Buku
Judul Buku : The Orange Girl
Penulis : Jostein Gaarder
Penerbit Terjemahan : PT Mizan Pustaka
Tahun terbit : 2003
Jenis buku : Fiksi
Tebal : 256 halaman
A. Tentang Penulis

Sebelum menjadi penulis profesional, Jostein Gaarder adalah seorang guru filsafat di
Swedia. Kecintaannya pada filsafat membuatnya mulai menulis buku-buku filsafat dalam
gaya populer. Pada 1991, tanpa disangka-sangka, novel filsafatnya yang berjudul Sophie's
World (Dunia Sophie, Mizan, 1996) menjadi best-seller internasional, dan pada 1995 menjadi
salah satu novel terlaris di dunia. Dunia Sophie telah diterjemahkan dalam 53 bahasa. Ciri
khas tulisannya yang memadukan keindahan dongeng dan kedalaman perenungan dapat
dinikmati dalam karya-karyanya yang telah diterbitkan Mizan, di antaranya: Putri Sirkus dan
Lelaki Penjual Dongeng, Dunia Maya, Dunia Cecilia, The Orange Girl, The Magic Library,
Dunia Anna, dan Misteri Soliter. Selain menulis, dia giat mengampanyekan pelestarian
lingkungan melalui Sofie Foundation yang didirikannya bersama istrinya, Siri, pada 1997.
Kini, dia tinggal di Oslo, Norwegia.

B. Kekhasan Sosok Penulis


Dalam gaya penulisannya, Jostein Gaarder lebih menggunakan bahasa yang indah, luas,
jelas, ringan, terbuka, dan nyaman dibaca. Mengandung isi-isi inspirasi dan pembelajaran
yang berarti. Jostein mengajak pembaca ikut berpetualang, berimajinasi, selalu penuh dengan
rasa ingin tahu, berusaha memaparkan dari sudut pandang yang berbeda namun tetap dengan
bahasa yang sederhana. Ciri khas karyanya ialah ketakjuban dan rasa penasaran (ingin tahu)
tentang makna kehidupan berikut teka-teki di dalamnya. Meski sebenarnya tema itu termasuk
berat dan serius untuk pembaca muda, gagasan dalam bukunya mampu menginspirasi
pembaca untuk berpikir dan mempertanyakan sejumlah aspek dalam diri manusia, misalnya
kasih sayang, keluarga, juga sejarah. Hanya dengan kemampuan bercerita dan berbahasa
sesuai golongan remaja, buku-bukunya jadi relatif mudah dipahami, bisa dinikmati siapa saja,
termasuk orang dewasa.
C. Keunikan Buku
Buku ini mengungkap misteri makna kehidupan yang disembunyikan melalui surat.
D. Tema Buku
Buku ini mengangkat tema filsafat, sesuai latar belakang penulis, Jostein Gaarder yang
merupakan guru filsafat di Swedia.
E. Sinopsis

Buku ini menceritakan seorang anak bernama Georg yang berumur 15 tahun, dimana
ia mendapatkan sepucuk surat dari Ayahnya (Jan Olav) yang telah meninggal dunia 11
tahun lalu. Melalui surat ini Jan Olav atau Sang Ayah ingin menceritakan kisah tentang
pertemuannya dengan Gadis Jeruk.

Surat panjang yang diketik rapih dengan komputer oleh ayahnya itu didasari oleh
pemikiran bahwa ia takkan sempat membicarakan masalah kehidupan dengan Georg yang
saat itu baru berusia 4 tahun. Sebagai seorang dokter, Ayahnya (Jan Olav) tahu bahwa
hidupnya tak akan lama lagi karena penyakit yang dideritanya. Dan surat itu sengaja
diselipkanya di kereta bayi milik Georg dengan harapan suatu saat akan ditemukan dan
dibaca oleh Georg ketika ia sudah beranjak dewasa.

Melalui surat dari ayahnya yang berkisah tentang masa mudanya ini maka terjadilah
interaksi antara masa lalu sang ayah dan sang anak di masa kini. Dalam suratnya itu Jan
Olav berkisah bahwa di masa mudanya ia berjumpa dan jatuh cinta pada seorang gadis
misterius yang membawa banyak buah jeruk. Gadis itu dinamainya Gadis Jeruk.

Perjumpaan Jan Olav dengan si gadis jeruk adalah ketika ia melihat seorang gadis
yang membawa sekantung penuh jeruk dalam trem yang ia naiki. Saat melihat jeruk yang
dipegangnya itu hendak jatuh, Jan Olav berusaha menolongnya, namun kecerobohannya
justru membuat seluruh jeruk yang dibawa si gadis itu berjatuhan, hal ini membuat si
Gadis Jeruk marah, lalu turun dari trem dan meninggalkannya.

Setelah kejadian itu, Gadis Jeruk tak bisa lepas dari ingatannya, Jan Olav menjadi
terobsesi untuk bertemu kembali dengan si gadis jeruk, satu hal yang sulit karena dia tak
mengenal siapa nama si gadis jeruk dan dimana ia tinggal. Sebuah kebetuhan akhirnya
mempertemukan Jan Olav dengan Gadis Jeruk di sebuah kafe, seperti perjumpaan
pertamanya si gadis jerukpun saat itu sedang membawa sekantung jeruk. Pertemuan
inipun cukup singkat, belum sempat Jan Olav menanyakan identitasnya gadis jeruk pun
kembali pergi meninggalkannya.

Kejadian ini membuat Jan Olav semakin penasaran dan kembali mencari jejak si
Gadis Jeruk. Ia bertanya-tanya dalam hatinya mengapa si gadis jeruk selalu membawa
sekantong jeruk. Pola pikir seorang dokter yang melekat padanya membuat ia melakukan
analisis-analisis untuk menjawab pertanyaan tersebut, tak hanya itu ia juga mengunjungi
tempat-tempat yang mungkin disinggahi oleh si Gadis Jeruk dengan harapan akan kembali
bertemu dengannya. Pencariannya ini dilakukan tanpa kenal lelah, menembus batas
negaranya hingga akhirnya menghantarnya ke perkebunan jeruk di Sevilla Spanyol.

Suatu ketika setelah pertemuanya di kafe, Jan olav pergi ke Pasar dengan harapan
bertemu si Gadis Jeruk. Ternyata benar, Jan Olav ayah georg menemukan si gadis jeruk
yang sedang belanja satu kantong besar jeruk di pasar. Jan Olav menunggu dan
memperhatikan si Gadis Jeruk yang sedang memilih-milih jeruk hingga akhirnya Gadis
Jeruk pun membayar si pedagang dan mulai berjalan keluar. Jan olav membuntuti jauh di
belakang si gadis jeruk, dia sudah membulatkan tekad untuk tidak menampakkan diri
hingga sekali lagi menumpangi trem bersama. Sedihnya,ternyata si gadis jeruk tidak
menaiki trem, melainkan dia masuk ke dalam Toyota putih dan di dalamnya terdapat
seorang pria.Jan Olav bertanya- tanya siapa gerangan pria di dalam mobil itu, dia mengira
itu adalah suaminya, jan olav mulai melakukan analisis-analisisnya kembali.

Lewat pertemuan-pertemuan yang sepertinya kebetulan dan tanpa kata-kata, Jan Olav
mulai jatuh cinta kepada gadis jeruk. Pada suatu pertemuan pada malam Natal, barulah
sang ayah bisa bercakap-cakap agak panjang dengannya. Dan saat itu gadis jeruk
mensyaratkan agar ia sanggup bersabar untuk menunggu selama 6 bulan untuk bertemu
lagi, jika ia ingin terus bersamanya selama 6 bulan berikutnya dan selamanya. Menunggu
6 bulan itu adalah aturan yang harus dipenuhi agar mereka bisa bersama. ‘Merindu’, itulah
yang dirasakan sang ayah. “Dalam hidup, kita kadang-kadang perlu untuk sedikit
merindu”, demikian kata Gadis Jeruk.

Rentang waktu penantian dan pencarian sang ayah untuk bertemu Gadis Jeruk inilah
yang dikisahkan pada setengah bagian awal buku ini. Penuh perjuangan dan pengorbanan
yang terkesan dramatis. Hingga akhirnya sang ayah dapat bertemu kembali dengan gadis
jeruk yang ternyata adalah Veronika teman kecilnya dan mereka pun hidup bahagia
bersama. Namun kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Sang ayah terserang penyakit,
dirawat di rumah sakit dan akhirnya meninggal. Dalam masa-masa terakhir inilah sang
ayah menyempatkan diri menuliskan kisahnya dalam sebuah surat panjang yang
diletakkannya di dalam pelapis kereta dorong Georg dengan harapan agar kelak dapat
dibaca ketika Georg telah dewasa, pada waktu yang tepat bagi Georg untuk
memahaminya.
Selesai membaca surat dari ayahnya ini georg bertanya kepada ibunya (veronika si
gadis jeruk) "siapa laki-laki di dalam toyota putih itu?" Georg bertanya hanya untuk
bercanda . Ibunya menjawab kalau ternyata itu Jorgen (ayah tiri Georg sekarang) yang
dulu adalah mantan pacar Ibunya georg. georg sempat berfikir kalau ibunya jahat karena
punya dua pacar sekaligus.Georg mendengarkan penjelasan dari ibunya dan akhirnya
mengerti.

Selain Gadis Jeruk, dalam suratnya sang ayah juga membahas tentang teleskop ruang
angkasa Hubble. Dia menyebutnya sebagai mata semesta. Secara kebetulan George pun
baru saja menyelesaikan tugas spesialnya di sekolah mengenai teleskop Hubble. Dengan
teleskop tersebut kita bisa melihat seluruh permukaan bumi bahkan benda-benda luar
angkasa lainnya. Bila kita melihat benda langit yang jaraknya satu juta tahun cahaya dari
bumi itu berarti kita melihat benda langit tersebut di masa sejuta tahun yang lampau.

Di akhir kisah, Georg menjawab pertanyaan-pertanyaan dari ayahnya lewat komputer


tua yang dulu juga digunakan ayahnya untuk membuat surat panjang itu. mereka seakan -
akan sedang bersama-sama menulis sebuah buku. Buku ini menyadarkan kita bahwa setiap
awal akan menciptakan akhir. Setiap pertemuan akan menciptakan perpisahan. Siapkah
kita menghadapi akhir dan perpisahan, meninggalkan segala yang kita cintai di dunia ini.
Segala yang indah dan menyenangkan yang kita dapatkan suatu saat akan kita tinggalkan
dan kita tidak punya waktu lagi untuk memilih.

Sinopsis di bagian belakang cover novel :

Aku mesti mengajukan pertanyaan serius kepadamu, Georg, dan itulah sebabnya aku
menulis. Akan tetapi, agar mampu mengajukan pertanyaan ini, pertama-tama aku harus
menyampaikan cerita sedih.

Bagaimana perasaan Anda jika mendapat surat seperti di atas dari ayah Anda yang
meninggal sebelas tahun yang lalu? Bingung, tentunya. Itulah yang dialami Georg Roed
pada usianya yang ke-15 tahun. Dia tak habis pikir mengapa ayahnya, di kala menjelang
wafat, memutuskan untuk menuliskan kisah cintanya dengan seorang gadis misterius. Si
Gadis Jeruk, demikian ayahnya menyebut gadis tersebut. Siapa sebenarnya si Gadis Jeruk
itu? Dan mengapa pula ayahnya menanyakan kabar Teleskop Ruang Angkasa Hubble?
Sepanjang isi buku ini, bersama Georg, Anda akan diajak menjelajahi sebuah dunia yang
di dalamnya kehidupan nyata dijalani seperti dalam dongeng. Dari sebuah kisah cinta,
beralih ke perenungan tentang alam semesta, sampai pada pertanyaan filosofis tentang
hidup, akhirnya mungkin Anda pun bisa menjawab pertanyaan ayah Georg: sebuah
pertanyaan yang sangat penting bagi hidup kita.

“Pantas untuk bacaan keluarga maupun hadiah.”

— Kompas

“Sebuah cerita yang fantastis,

menggelitik pikiran, dan menyimpan banyak kejutan.”

— The Good Book Guide

F. Kesan Terhadap Buku


Menurutku, novel ini menarik. Penuh dengan ungkapan dan pemahaman menarik
tentang kehidupan. Novel ini membuat pembaca merenung tentang alam semesta dan
makna kehidupan seperti kesempatan, takdir, dan pilihan hidup. Novel ini merenungkan
sejauh mana penghargaan dan perhatian kita terhadap momen-momen yang terjadi dalam
kehidupan kita sekecil apapun itu, sejauh mana kita menghargai benda-benda kecil yang
terserak di planet kita ini yang merupakan sebuah mukjizat yang tidak terukur
keindahannya. Novel The Orange Girl ini memfokuskan pada beberapa pertanyaan
penting filsafat, namun masih tahap dasar, misal “Mengapa manusia diciptakan dan
hidup di dunia?” “Apakah jika manusia diperbolehkan memilih, pantas atau tidak
mengambil kesempatan untuk hidup, apakah sebaiknya tidak mengambil kesempatan
itu?” “Lalu, apakah hidup hanyalah layaknya dongeng saja, yang telah diatur sedemikian
rupa dan pasti berakhir.” Pertanyaan-pertanyaan mendasar yang sangat berkemungkinan
dipertanyaan oleh seluruh manusia. Cerita nya pun dibalut dalam bentuk dongeng yang
romantis dan dramatis seakan akan yang membaca ikut berimajinasi dan masuk
menjelajah ke dalam cerita. Kualitas terjemahannya pun bagus. Jostein Gaarder mampu
menyajikan filsafat dan ilmu pengetahuan menjadi cerita novel yang menarik, ringan dan
nyaman di baca. Aku jadi tertarik untuk membaca buku Jostein Gaarder yang lainnya,
seperti Dunia Sophie, karena aku belum pernah membacanya.

Anda mungkin juga menyukai